IX. KEGIATAN DAN PROSPEK USAHA PERSEROAN DAN ANAK PERUSAHAAN
2. Keunggulan Kompetitif
Saat ini, Perseroan memiliki pangsa pasar sebesar 11,7% di Indonesia di antara perusahaan penyedia menara telekomunikasi independent yang tercatat di BEI (sumber: DBSVickers Group Research, 20 Maret 2012). Perseroan juga merupakan salah satu dari tiga penyedia jasa penyewaan menara telekomunikasi di wilayah propinsi DKI Jakarta dan salah satu dari dua penyedia jasa penyewaan menara telekomunikasi di Sumatera Utara (termasuk Medan) yang ditunjuk sebagai mitra Pemerintah yang disetujui untuk pembangunan dan pengoperasian sites telekomunikasi di daerah-daerah tersebut. Perseroan berkeyakinan bahwa penunjukkan sebagai mitra Pemerintah memberikan Perseroan keunggulan kompetitif dalam menarik pelanggan yang mencari sites telekomunikasi di wilayah tersebut. Perseroan juga berkeyakinan bahwa meningkatnya permintaan untuk teknologi data generasi berikutnya seperti 4G dan siaran televisi langsung, akan mengakibatkan peningkatan permintaan dan ruang pada menara telekomunikasi Perseroan, terutama di wilayah Jabodetabek yang relatif merupakan pelanggan berpenghasilan tinggi. Perseroan berkeyakinan bahwa dengan portofolio menara telekomunikasi di daerah perkotaan dengan lalu lintas suara dan data yang tinggi, Perseroan memiliki posisi yang baik untuk memenuhi peningkatan permintaan dari para pelanggan Perseroan, yang memungkinkan Perseroan untuk memperluas portofolio serta terus meningkatkan tenancy ratio menara telekomunikasi Perseroan.
Prospek yang Menguntungkan bagi Industri Penyewaan Menara Telekomunikasi di Indonesia
Perseroan berkeyakinan bahwa industri penyewaan menara telekomunikasi di Indonesia memiliki potensi yang besar untuk tumbuh sebagai hasil dari pertumbuhan ekonomi Indonesia dan industri telekomunikasi. PDB per kapita Indonesia adalah USD3.543 (sumber: Badan Pusat Statistik, Februari 2012) di tahun 2011 dan diperkirakan menjadi USD5.500 di tahun 2015 sesuai dengan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia, yang mewakili CAGR 11,6%. Jumlah pengguna telepon seluler di Indonesia yang Indonesia yang sudah mencapai 250 juta pelanggan pada 2011 (sumber: Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia, Januari 2012) akan meningkat menjadi sekitar 317 juta pelanggan pada 2015 (sumber: IE Market Research Corp, Maret 2012), yang mewakili CAGR sebesar 6,1%. Indonesia juga memiliki lanskap telekomunikasi yang sangat kompetitif, dengan 9 operator selular nirkabel dan 5 operator WiMAX yang berusaha untuk mempercepat pertumbuhan operasi mereka. Kapasitas ekspansi dan teknologi baru roll-outs yang dilakukan oleh operator telekomunikasi di Indonesia diperkirakan akan membuat permintaan lebih dari 64.000 BTS baru sampai dengan tahun 2014 (sumber: DBSVickers Group Research, Maret 2012), yang mewakili CAGR sebesar 18,4%. Perseroan berharap untuk dapat memanfaatkan proyeksi pertumbuhan dalam industri telekomunikasi dengan terus melayani dan memenuhi kebutuhan operator telekomunikasi.
Perseroan juga berharap untuk dapat memanfaatkan kesempatan dari pergeseran operasional operator telekomunikasi dari yang sebelumnya membangun dan mengoperasikan menara telekomunikasi sendiri menjadi melakukan outsourcing fungsi-fungsi tersebut kepada penyedia menara telekomunikasi independen, sehingga para operator telekomunikasi seluler tersebut bisa lebih fokus pada bisnis mereka. Regulasi nasional dan lokal yang ada yang mengatur pengaturan menara telekomunikasi, turut mendukung peningkatan pemakaian bersama menara telekomunikasi. Dinamika regulasi juga membatasi persaingan dari perusahaan asing melalui pembatasan kepemilikan asing. Menilik industri telekomunikasi di Indonesia, Perseroan berkeyakinan bahwa industri menara telekomunikasi akan terus mengalami pertumbuhan untuk selalu mengakomodasi permintaan kebutuhan layanan telekomunikasi selular yang terus meningkat.
Model Bisnis yang Stabil Berdasarkan Kontrak Jangka Panjang Dengan Pelanggan Strategis dan Kepastian Akan Pendapatan di Masa Mendatang
Pendapatan Perseroan berasal dari perjanjian sewa jangka panjang yang berasal dari penyewaan sites telekomunikasi Perseroan, dan memberikan arus pendapatan yang terus berulang (recurring) bagi Perseroan. Per 31 Maret 2012, Perseroan telah mengadakan perjanjian sewa sites telekomunikasi dengan sembilan operator telekomunikasi Indonesia. Perjanjian sewa Perseroan memiliki jangka waktu rata-rata sekitar 10 tahun dan mensyaratkan pembayaran sewa tetap dan biaya pemeliharaan tetap atau meningkat (yang biasanya meningkat setiap tahunnya berdasarkan inflasi) baik secara triwulanan, enam bulanan atau tahunan. Per 31 Maret 2012, rata-rata tertimbang sisa untuk perjanjian sewa sites telekomunikasi Perseroan adalah sekitar 7,3 tahun.
Karena sebagian besar sites telekomunikasi Perseroan berada di wilayah padat penduduk dimana pelanggan Perseroan mengalami trafik yang tinggi, Perseroan percaya bahwa pelanggan Perseroan cenderung untuk memperbarui perjanjian sewanya pada akhir masa sewa, dalam rangka untuk meminimalkan gangguan jaringan dan menghindari potensi hilangnya pendapatan dan beban relokasi peralatan antena mereka.
Marjin Keuntungan yang Tinggi yang didukung oleh Arus Kas yang Kuat Dari Kegiatan Operasional
Perseroan memiliki marjin EBITDA yang tinggi untuk mendukung arus kas yang kuat untuk kegiatan operasional. Marjin EBITDA Perseroan sebesar 87,6%; 88,7%; 84,1% dan 87,0% masing-masing pada tahun 2009, 2010, 2011 dan untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2012. Selanjutnya peningkatan tenancy ratio pada menara telekomunikasi yang sudah ada juga akan meningkatkan marjin operasional Perseroan. Meskipun rata-rata tenancy ratio Perseroan dapat menurun dari waktu ke waktu karena akuisisi portofolio menara telekomunikasi di masa depan atau konstruksi build-to-suit, yang biasanya dimulai dengan tenant tunggal, Perseroan berkeyakinan bahwa terdapat potensi yang kuat di masa depan terhadap peningkatan tenancy ratio menara telekomunikasi Perseroan, dimana operator telekomunikasi yang ada akan terus melakukan outsource untuk pembangunan menara telekomunikasi mereka dan menyewa dari perusahaan penyedia jasa penyewaan menara telekomunikasi independen. Selanjutnya, baik operator telekomunikasi yang ada maupun pendatang baru membutuhkan ruang menara telekomunikasi untuk memenuhi permintaan yang diharapkan untuk generasi baru teknologi data berikutnya, seperti 4G dan televisi bersiaran langsung.
Tim Manajemen yang Berpengalaman dengan Kemampuan yang Telah Terbukti untuk Pertumbuhan Kolokasi dan Portofolio Menara Telekomunikasi
Perseroan berkeyakinan bahwa tim manajemen Perseroan memiliki keahlian dan pengalaman untuk terus menambah kolokasi dan portofolio menara telekomunikasi Perseroan, khususnya di wilayah perkotaan di Indonesia. Sejak Perseroan beroperasi secara komersial pada tahun 2008, tenancy ratio Perseroan telah mencapai 1,58 per tanggal 31 Maret 2012. Perseroan telah berhasil memperoleh lebih dari 1.000 menara dengan anchor tenant BTEL dan Ericsson, yang kemudian mensub-leasekan ke Axis. Perseroan berharap bahwa akuisisi portofolio menara telekomunikasi baik kecil maupun besar akan terus menjadi bagian penting dari strategi pertumbuhan Perseroan dan Perseroan berharap dapat mengalokasikan sumber daya yang substansial untuk memastikan bahwa Perseroan menemukan kesempatan tersebut dan dengan cepat dapat mengeksekusi pada saat terdapat kesempatan untuk melakukan akuisisi. Berdasarkan pengalaman Perseroan yang telah ada, Perseroan berkeyakinan bahwa Perseroan telah mengembangkan keterampilan yang diperlukan dalam suatu proses akuisisi termasuk uji tuntas fisik.
Perseroan telah menjalin hubungan yang erat dengan operator-operator telekomunikasi dan per 31 Maret 2012 telah menandatangani perjanjian sewa dengan 9 operator telekomunikasi dan satu operator WiMax. Manajemen Perseroan juga telah dan akan terus berupaya untuk mengembangkan infrastruktur yang diperlukan untuk memenuhi peningkatan permintaan yang diharapkan terhadap kapasitas jaringan antar operator telekomunikasi wireless dan data. Saat ini, Perseroan merupakan penyedia jasa pertama di Indonesia yang menyediakan Outdoor DAS kepada operator telekomunikasi melalui akses Perseroan ke jaringan serat optik 420 kilometer dan pengoperasian lima BTS hotel di wilayah Jabodetabek. Manajemen Perseroan akan terus mencari peluang akuisisi yang sesuai dengan kriteria invetasi dan tingkat pengembalian yang diharapkan.