• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKIDAH

C. Keyakinan kepada Kitab Allah

قِّذَصُِ ٌٍَِّٗٱ ِْۡرِاِث َهِجٍَۡل ٍَََٰٝػ ۥٌََُّٗضَٔ ۥَُِّٗٔاَف ًَ٠ِشۡجِدـٌِّ ا

ِٗۡ٠َذَ٠ َٓۡ١َث بٌَِّّ ا

ذَُ٘ٚ

ٌٍُِّۡ ََٰٜشۡشُثَٚ ٜ

َٓ١ِِِٕۡإ

٩٤

Artinya: Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.

Penjelasan ayat tersebut yaitu barangsiapa yang memusuhi Jibril, maka hendaknya ia mengatakan bahwa Jibril adalah Ruhul Amin yang turun dengan membawa Dzikrul Hakim (al-Qur‟an) dari Allah ke dalam hatimu dengan

izin-Nya. Ia adalah salah satu dari para Rasul Allah dari golongan para Malaikat. Dan barangsiapa memusuhi seorang Rasul, berarti ia telah memusuhi seluruh Rasul. Sebagaimana orang yang beriman kepada seorang Rasul, maka hal itu mengharuskannya beriman kepada seluruh Rasul, dan sebagaimana halnya orang yang kufur kepada salah seorang Rasul, berarti ia telah kufur kepada seluruh Rasul.

Dengan demikian, Allah telah menetapkan mereka benar-benar sebagai orang kafir, karena mereka beriman kepada sebagian Rasul dan ingkar kepada sebagian lainnya. Demikian pula halnya orang yang memusuhi Jibril, maka ia adalah musuh Allah, karena Jibril tidak turun membawa perintah atas kemauannya sendiri, tetapi atas perintah Rabbnya (Abdullah, 2004: 195).

C. Keyakinan kepada Kitab Allah

Al-Qur‟an adalah kitab yang paling mulia diturunkan kepada Nabi paling mulia yaitu Nabi Muhammad SAW. Kitab Al-Qur‟an merupakan kitab

73

terakhir yang diturunkan Allah SWT untuk membenarkan kitab-kitab terdahulu yang meliputi kitab Zabur, Injil, dan Taurat sekaligus menyempurnakan ajaran-ajaran sebelumnya. Dengan adanya kitab Al-Qur‟an

ini seluruh umat muslim diwajibkan untuk mengimaninya dengan segenap hati

mengikuti syari‟at-syari‟atnya bersama dengan As-Sunnah yang merupakan periwayatan Nabi Muhammad SAW.

Allah SWT berfirman dalam Q.S. Shad: 29

نَشََٰجُِ َهۡ١ٌَِئ ٌَََُٰٕٗۡضَٔأ ٌتََٰزِو

ِتََٰجٌَۡأٌۡٱ ْاٌُُْٛٚأ َشَّوَزَزَ١ٌَِٚ ۦِِٗزََٰ٠اَء ْآَُٰٚشَّثَّذَ١ٌِّ

ٕ٩

Artinya: “ Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu

penuh dengan berkah, supaya mereka mentadabburi ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.”

Dalam ayat tersebut, tersirat bahwa Allah telah menurunkan kitab suci Al-Qur‟an kepada nabi Muhamad SAW untuk di sampaikan kepada pengikut -pengikutnya. Al-Qur‟an adalah kitab Allah yang paling sempurna sebagai

pedoman dan petunjuk umat muslim. Umat muslim di anjurkan untuk memahami ayat-ayatnya secara mendalam dan di harapkan dapat mengambil pelajaran darinya.

Pagi itu adalah subuh ketiga Ayyas di Moskwa. Ia merasa tubuhnya sudah benar-benar bugar. Selesai shalat subuh, seperti biasa, ia membaca Al-Qur‟an, dzikir, ma‟tsurat pagi, dan membaca kitab mudzakarat fi manazil asb-siddiqin wa ar-rabbaniyyin, yang merupakan penjelas dari kalimat-kalimat penuh cahaya dari Ibnu Athaillah Ash Sakandary. Ia merasa shalat, membaca Al-Qur‟an,

dzikir, dan membaca buku adalah nutrisi jiwanya yang harus ia jaga betul-betul. Ia tidak mau sedikit pun meninggalkan kebiasaannya wiridan dan berdzikir kepada Allah. Ia ingat betul kata-kata Ibnu

Athaillah, “Tidak ada yang meninggalkan wirid kecuali orang bodoh.” Dengan melanggengkan zikir sebagai pembuka kegiatan harian, ia berharap Allah senantiasa menjaga jiwa, raga, akal, dan akhlaknya. Ia ingin selalu bersama Allah, ingin selalu mengingat Allah dan diingat

74

Allah. Itulah kenapa setiap pagi ia tidak boleh melupakan empat

hal tersebut, shalat, membaca Al-Qur‟an, zikir, dan membaca

buku yang ditulis orang-orang saleh. “Jika pagi datang orang yang

lalai akan berfikir apa yang harus dikerjakannya. Sedangkan orang yang berakal akan berfikir apa yang akan dilakukan Allah semata.

Kata-kata Ibnu Athaillah itu sedemikian kuat tertanam dalam hatinya (El-Shirazy, 2015: 58).

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Ayyas sebagai tokoh utama selalu mengingat Allah dan selalu menjalankan apa yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarang oleh Allah. Dalam setiap langkahnya ia selalu ingat Allah dan menyerahkan semua yang terjadi hanya kepada Allah. Ayyas selalu menjaga keimanannya dan memohon kepada Allah untuk dilindungi dari kesesatan.

Al-Qur‟an merupakan satu-satunya kitab Allah yang akan selalu terjaga keasliannya semenjak pertama kali diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW hingga tibanya hari kiamat. Banyak sekali keistimewaan serta kemukjizatan yang dapat kita temui dalam Al-Qur‟an. Di dalam Al

-Qur‟an terdapat pokok-pokok ajaran serta sumber hukum yang dapat dijadikan rujukan dalam menjalankan ibadah kepada Allah. Selain itu, Al-Qur‟an juga

bisa dijadikan sebagai sumber utama ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi seperti yang ada dalam novel Bumi Cinta, berikut pemaparannya:

“Baiklah, di waktu yang singkat ini, akan saya gunakan bercerita

singkat tentang bukti keaslian Al-Qur‟an sebagai firman Tuhan. Bukti

ilmiah yang tidak ada keraguan sedikit pun di dalamnya. Saya akan bercerita tentang tiga ilmuan terkemuka di zamannya yang telah

membuktikan Al-Qur‟an sebagai kalam Tuhan yang tidak

terbantahkan.

“Pertama, adalah Dr. Gary Miller. Ilmuwan terkenal ini mengatakan,

bahwa sebelum Al-Qur‟an diturunkan dan Muhammad SAW diangkat menjadi asul, seorang filsuf Yunani Democritus telah menyampaikan

pendapatnya tentang atom. Democritus dan para filsuf berkata, „Materi

75

tidak bisa dibagi, partikel-partikel itu disebut atom.‟ Itulah definisi

atom secara ilmiah yang diketahui manusia selama ribuan tahun.

“Orang Arab telah mengetahui definisi ini jauh sebelum Islam datang. Buktinya, kata „dzarrah‟ atau „atom‟ menurut orang Arab adalah

bagian terkecil yang diketahui oleh manusia. Namun sekarang ini, ilmu pengetahuan modern menemukan bahwa atom yang dianggap bagian terkecil dari materi ternyata masih bisa dibagi lagi. Hal itu dianggap sebagai penemuan baru dalam science modern. Yang sangat

mengherankan, Al-Qur‟an yang diturunkan empat belas abad

yang lalu ternyata telah lebih dulu memberikan informasi ilmiah ini. Allah berfirman di dalam Al-Qur‟an,

“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Qur‟an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biar pun sebesar zarrah (atom) di bumi maupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak ada yang lebih besar dari itu melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (lauhul mahfudz)” (Q.S. Yunus: 61)

“Tidak diragukan lagi penjelasan bahwa ada yang lebih kecil dari atom

seperti yang ada dalam ayat di atas adalah hal yang samasekali tidak popular ketika Al-Qur‟an diturunkan. Yang diketahui manusia saat itu materi terkecil adalah atom, dan atom tidak bisa dibagi, artinya tidak ada yang lebih kecil dari atom. Dari manakah Al-Qur‟an bisa

memberikan informasi ilmiah yang jauh melampaui apa yang ditemukan manusia saat itu. Tak lain dan tak bukan adalah dari Allah SWT. Ini membuktikan bahwa Al-Qur‟an adalah firman Allah yang

tidak lekang oleh zaman (El-Shirazy, 2015: 433-434).

Dalam kutipan tersebut telah dijelaskan bahwa Al-Qur‟an bisa

dijadikan petunjuk dalam perkembangan ilmu pengetahuan alam. Dengan cara menggunakan akal pemikiran untuk melakukan observasi dan penelitian dalam rangka memahami science. Sebagaimana dalam firman Allah Q.S. Hud: 120

ًُّوَٚ

َۚنَداَإُف ۦِِٗث ُذِّجَثُٔ بَِ ًُِعُّشٌٱ ِءَٰٓبَجَۢٔأ ِِۡٓ َهۡ١ٍََػ ُّصُمَّٔ ا

ُّكَحٌۡٱ ِِٖزََٰ٘ ِٟف َنَءَٰٓبَخَٚ

خَظِػََِۡٛٚ

َٓ١ِِِٕۡإٌٍُِّۡ ََٰٜشۡوِرَٚ

ٕٔٓ

Artinya: “Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini

76

telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi

orang-orang yang beriman.”

Penjelasan ayat tersebut yaitu bahwa Allah SWT berfirman, Kami kabarkan seluruh kisah kepadamu, dari berita-berita para Rasul yang terdahulu sebelummu bersama umat-umatnya dan bagaimana perdebatan dan pertentangan yang terjadi pada mereka, pendustaan juga siksaan yang dirasakan oleh para Nabi dan bagaimana Allah menolong pasukan-Nya, orang-orang yang beriman dan merendahkan musuh-musuh-Nya yang kafir. Semua ini adalah termasuk sesuatu yang Kami buat hatimu teguh. Maksudnya, menjadikan keteguhan dalam hatimu ya Muhammad dengan berita-berita itu, agar menjadi contoh bagimu dari kisah saudaramu para Rasul yang telah lalu (Abdullah, 2003: 395).

Al-Qur‟an juga menceritakan kisah-kisah umat terdahulu yang bisa dijadikan ilmu pengetahuan bagi umat-umat yang datang sesudahnya, sebagai pembuktian akan kebenaran pengetahuan. Adapun pembuktian bahwa

Al-Qur‟an sebagai pengetahuan kisah-kisah umat terdahulu seperti yang ada dalam novel Bumi Cinta ini, betikut kutipannya:

“Kedua, adalah Dr. Maurice Bucaille. Dia adalah seorang dokter ahli bedah terkenal di Perancis. Seperti di maklumi bersama, salah satu Negara yang memiliki perhatian besar pada peninggalan-peninggalan purbakala adalah Perancis. Saat Presiden Francois Mitterand terpilih menjadi presiden Perancis tahun 1981, pemerintag Perancis di penghujung tahun delapan puluhan meminta kepada pemerintah Mesir

untuk melakukan penelitian terhadap mumi Fir‟aun di Perancis. Untuk

itu dipindahkanlah untuk sementara tubuh Mumi itu ke Perancis.

“Mumi itu disambut dengan upacara kenegaraan yang meriah setibanya di Perancis. Dia disambut bahkan oleh presiden seolah-olah masih hidup. Mumi itu lalu diletakkan di dalam ruangan khusus di Musium pusat Perancis untuk diteliti oleh para pakar arkeologi dan dokter ahli bedah agar misteri seputar mumi Fir‟aun itu terungkap.

77

“Dan yang menjadi ketua dari para pakar dan ahli bedah dalam

penelitian terhadap mumi itu adalah dokter bedah paling cemerlang saat itu, yaitu Dr. Maurice Bucaille. Para peneliti itu ingin mengetahui apa sesungguhnya yang menyebabkan kematian Fir‟aun.

“Setelah melakukan penelitian dengan seksama, mereka pun menemukan jawaban ilmiah, kenapa Fir‟aun mati. Sisa-sisa garam yang lengket pada tubuhnya, juga sebagian ada di tenggorokan dan alat pencernaan merupakan bukti kuat bahwa Fir‟aun mati di laut. Ketika

orang-orang saat itu menemukan jasad Fir‟aun di laut, mereka

langsung memumikannya agar awet. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan besar di benak Dr. Maurice Bucaille adalah bagaimana

jasad Fir‟aun tetap bisa utuh ketika ia ditemukan di laut?

“Saat itu ada seorang anggota tim yang ia pimpin berbisik padanya, „Sebenarnya umat Islam sudah membicarakan mengenai tenggelamnya jasad ini dan keutuhan tubuhnya setelah tenggelam.‟ Namun Dr.

Maurice Bucaille saat itu mengacuhkan informasi itu dan menganggapnya sebagai angin lalu. Ia meyakini bahwa penemuan baru

mengenai apa yang terjadi pada mumi Fir‟aun itu tidak akan terjadi

kecuali melalui serangkaian penelitian dengan menggunakan metode dan alat pendukung yang canggih.

“Lalu dokter ahli bedah yang lain yang memiliki tanggung jawab yang sama dalam penelitian mumi itu mengatakan, „Benar, sungguh, Al

-Qur‟an, kitab suci yang dipercayai kaum Muslim itu telah menceritakan bagaimana Fir‟aun mati tenggelam dan memastikan

keutuhan tubuhnya setelah tenggelam.‟

“Dr. Maurice Bucaille tercengang tidak percaya, dia merasa itu hal

yang aneh. Bagaimana bisa terjadi. Mumi itu belum ditemukan hingga tahun 1898 M atau baru ditemukan dua ratus tahun yang lalu, sementara kitab Al-Qur‟an sudah ada sejak seribu empat ratus tahun yang silam. Bagaimana kitab suci Al-Qur‟an bisa memberikan

informasi itu, padahal seluruh manusia dan juga bangsa Arab tidak mengetahui apapun tentang kehidupan Mesir kuno. Manusia beru tahu setelah asad mumi itu ditemukan bersama peninggalan Mesir kuno lainnya.

“Pertanyaan itu berkecambuk dalam pikiran ahli bedah dari Perancis

ini. Ia mulai berfikir tentang kemukjizatan Al-Qur‟an. Ia duduk merenung di depan jasad mumi Fir‟aun. Kitab suci umat Kristiani

memang juga menceritakan tenggelamnya Fir‟aun ketika mengejar

Musa, tetapi Injil Matius dan Lukas itu tidak menceritakan sedikitpun keutuhan jasadnya setelah tenggelam. Apakah logis mumi itu adalah

Fir‟aun yang dikejar Musa? Apakah logis Al-Qur‟an benar-benar menceritakan jasadnya utuh setelah tenggelam? Dr. Maurice Bucaille terus gelisah.

“Hari berikutnya ia meminta kepada beberapa ahli bedah untuk

membawa taurat, kitab suci orang Yahudi. Dia membaca kitab keluaran. Ia kecewa karena kitab keluaran samasekali tidak

78

menceritakan jasadnya akan utuh, yang diceritakan hanyalah Fir‟aun mati tenggelam. Kitab keluaran itu hanya mengabarkan, „Kemudian

berbaliklah air laut itu, lalu menutupi kereta dan orang berkuda dari

seluruh pasukan Fir‟aun, yang telah menyusul orang Israel itu ke laut,

hingga tak tersisa seorang pun dari mereka.‟

“Dr. Maurice membaca kitab keluaran itu tetap bingung sekaligus

penasaran dengan apa yang dikatakan rekannya mengenai informasi yang sudah ada di dalam Al-Qur‟an itu. Setelah jasad mumi

dikembalikan ke Mesir. Dr. Maurice menghadiri konfrensi kedokteran di Saudi Arabia. Ia ingin bertemu dengan para dokter Muslim dan menanyakan benar tidaknya apa yang disampaikan rekannya itu.

Konfrensi itu memang membahas keutuhan jasad Fir‟aun setelah

tenggelam.

“Di tengah acara, seorang ilmuwan Muslim membuka hati Dr. Maurice Bucaille yang sedang mencari hakikat Al-Qur‟an. Ilmuwan Muslim itu

membacakan ayat suci Al-Qur‟an, „Maka pada hari itu Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan manusia lalai dari tanda-tanda kekuasaan Kami.‟ (Q.S. Yunus: 92)

“Ayat suci itu membuat tubuh Dr. Maurice Bucaille bergetar, ketika ia berkata dengan suara lantang, „Aku masuk Islam dan aku beriman pada

Al-Qur‟an ini.‟ Ia sangat yakin bahwa Al-Qur‟an benar-benar firman Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui segala sesuatu. Tuhan yang menjadi sumber ilmu pengetahuan (El-Shirazy, 2015: 434-437).

Dalam kutipan tersebut telah dijelaskan bahwa Al-Qur‟an bisa

dijadikan sumber pembelajaran kisah-kisah umat terdahulu, diantaranya berisi

kisah raja Fir‟aun yang mendzalimi dirinya di jalan Allah sehingga

dibinasakan oleh Allah karena kekufurannya, ditenggelamkannya dia di laut, dan untuk dijadikan sebagai pembelajaran umat-umat sesudahnya. Allah mengawetkan jasadnya dan mengabadikannya di dalam Al-Qur‟an,

sebagaimana dalam firman Allah Q.S. Al-Imran: 137

َُٕٓع ُُۡىٍِۡجَل ِِٓ ۡذٍََخ ۡذَل

َٓ١ِثِّزَىٌُّۡٱ ُخَجِمََٰػ َْبَو َفۡ١َو ْاُٚشُظٔٱَف ِضۡسَأٌۡٱ ِٟف ْاُٚش١ِغَف

ٖٔ٤

79

Artinya: Sesungguhnya Telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah. Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

Yang dimaksud sunnah Allah dalam ayat tersebut yaitu hukuman-hukuman Allah yang berupa malapetaka, bencana yang ditimpakan kepada orang-orang yang mendustakan rasul (Fahd, 1990: 98). ini berarti bahwa barangsiapa yang ingkar terhadap rasul Allah maka dia akan mendapatkan ganjaran dari Allah berupa Neraka.

Al-Qur‟an juga menjelaskan bagaimana waktu proses terjadinya manusia, sehingga dengannya kita bisa menjadikan sebagai sumber perkembangan ilmu pengetahuan, dan sebagai salah satu bukti kebenaran dan keaslian Al-Qur‟an.

Adapun pembuktian bahwa Al-Qur‟an menjelaskan proses terjadinya manusia yaitu sebagai berikut:

“Ketiga, apa yang terjadi pada Dr. Keith L. Moore, seorang ilmuwan

ahli embriologi terkenal dari Amerika. Suatu hari ia membaca artikel bahwa Al-Qur‟an menjelaskan ihwal pertumbuhan janin dari

masa pembuahan sampai lahir. Saat itu Dr. Keith L. Moore hampir

tidak percaya. Sebab menurutnya, pengetahuan embriologi baru diketahui oleh manusia belakangan ini, terutama sejak diketemukannya mikroskop dan piranti-piranti canggih ilmu kedikteran modern lainnya.

“Untuk membuktikan kebenaran tulisan itu, Dr. Keit L. Moore lalu membaca dan mempelajari Al-Qur‟an. Dan akhirnya, mau tidak mau ia

harus terkagum-kagum kepada Al-Qur‟an. Ternyata benar, Al-Qur‟an

memuat ayat-ayat yang menjelaskan tentang embriologi secara lengkap dan tuntas.

“Dr. Keith L. Moore mengatakan, „Apa yang tercantum dalam Al

-Qur‟an itu sungguh tidak terjangkau oleh pengetahuan medis pada

abad ke-7 M, ketika Nabi Muhammad menyebarkan Islam. Ini suatu

mukjizat.‟

“Berdasarkan temuan ilmiah itulah Dr. Keith L. Moore kemudian masuk Islam dan menjadi seorang muslim yang saleh. Dr. Keith L.

80

Moore kemudian aktif menanggapi publikasi perhimpunan medika

Islam Amerika Utara, Downers „Grove, Illinois, USA. Dengan tanpa

keraguan sedikit pun Dr. Keith L. Moore mengatakan, bahwa rujukan ilmiah tentang perkembangan dan proses reproduksi manusia tersebar di pelbagai ayat Al-Qur‟an. Diawali dari QS. Az Zumar ayat 6,

keyakinan Dr. Keith L. Moore mendapatkan pondasi ilmiah yang

kukuh. Ditambah dengan QS. Al Mu‟minun ayat 13-14. Lalu, ia menelusuri QS. Al Hajj ayat 5.

“Menurut Dr. Keith L. Moore menggambarkan tentang fetus, yaitu

embrio yang telah berkembang di dalam uterus atau pranakan, baru muncul pertama kali pada abad ke-15 M oleh Leonardi Da Vinci. Memang jauh sebelumnya pada abad ke-2, Galen pernah menggambarkan plasenta dan selaput-selaput janin dalam buku, On The Formation of The Fotus. Tetapi itu jauh berbeda dengan yang diuraikan pada abad ke-7. Ketika itu para ahli medis sudah tau bahwa embrio manusia berkembang di dalam uretus, hanya saja tak seorang pun yang mengetahui bahwa perkembangan itu berlangsung secara bertahap. Bahkan pada abad ke-15 pun belum di diskusikan, apalagi digambarkan. Setelah mikroskop ditemukan oleh Leeuwenhook pada abad ke-16, barulah penjelasan tentang tahapan permulaan embrio ayam diselidiki para ahli.

“Pengetahuan tentang penahapan embrio manusia dan bentuknya

setiap tahap tidak terbayangkan hingga abad ke-20 ketika streeter

(1941) dan O‟Rahilly (1972) menggambarkan sistem penahapan yang

pertama kali. Apalagi tentang tiga lipat kegelapan yang ternyata maksudnya adalah tiga lapisan, yaitu dalam lapisan dinding perut, dinding rahim, dan selaput janin.

“Al-Qur‟an menjelaskan, Kemudian Kami menjadikan air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan alaqh (sesuatu yang melekat), lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik (QS. Al-Mu‟minun: 13-14).

“Jika kita cermati lebih dalam, sebenarnya alaqh dalam pengertian

etimologis yang bisa diterjemahkan dengan segumpal darah juga bermakna kepada penghisap darah, yaitu lintah. Padahal tidak ada pengumpamaan yang lebih tepat ketika embrio berada pada tahap itu, yaitu 7-24 hari, selain seumpama lintah yang melekat dan menggelantung di kulit.

Embrio itu seperti menghisap darah dari dinding uretus, karena memang demikianlah yang sesungguhnya terjadi, embrio itu makan melalui aliran darah. Itu persis seperti lintah yang menghisap darah. Janin juga begitu, sumber makanannya adalah dari sari makanan yang terdapat dalam darah sang ibu. ajaibnya, embrio janin dalam tahap itu

81

jika diperbesar dengan mikroskop bentuknya benar-benar seperti lintah.

“Bisakah kita membayankan saat itu Muhammad sudah memiliki

pengetahuan sedemikian dahsyat tentang bentuk janin seperti lintah, lalu menulisnya dalam sebuah buku. Padahal saat itu belum ditemukan mikroskop dan lensa. Kita tidak akan bisa membayangkannya. Karenanya pengetahuan tentang embrio manusia yang mirip lintah, yang dijelaskan oleh Al-Qur‟an tidak mungkin bersumber dari akal

manusia. Jelas itu adalah pengetahuan dari Tuhan, itu wahyu dari Allah, Tuhan seru sekalian, Yang Maha Mengetahui segala sesuatu (El-Shirazy, 2015: 437-440).

Dalam kutipan tersebut telah dijelaskan bahwa Al-Qur‟an bisa

dijadikan sebagai sumber pembelajaran tentang bagaimana pertumbuhan janin dari masa pembuahan sampai lahir, yang menjelaskan tentang perkembangan embriologi secara lengkap dan tuntas, dan sebagai suatu mukjizat di zaman nabi. Sebagaimana dalam firman Allah Q.S. Al-Hajj: 5

تۡ٠َس ِٟف ُُۡزُٕو ِْئ ُطبٌَّٕٱ بَُّٙ٠َأَََٰٰٓ٠

َف ِثۡؼَجٌۡٱ َِِّٓ

ةاَشُر ِِّٓ ُُىََٰٕۡمٍََخ بَِّٔا

خَفۡطُّٔ ِِٓ َُُّث

ِِۡٓ َُُّث

خَمٍََػ

خَغۡضُِّ ِِٓ َُُّث

خَمٍََّخُِّ

خَمٍََّخُِ ِشۡ١َغَٚ

ٌَََِٰٰٓٝئ ُءَٰٓبَشَٔ بَِ َِبَحۡسَأٌۡٱ ِٟف ُّشِمَُٔٚ ُُۚۡىٌَ َِّٓ١َجٌُِّٕ

ًَخَأ

َُّغُِّ

ًۡفِط ُُۡىُخِشۡخُٔ َُُّث ٜ

ُغٍُۡجَزٌِ َُُّث ا

ُّدَشُ٠ َِّٓ ُُىَِِٕٚ ََّٰٝفََٛزُ٠ َِّٓ ُُىَِِٕٚ ُُۡۖۡوَّذُشَأ ْآَٰٛ

ٍُِۡػ ِذۡؼَث ِِۢٓ ٍََُۡؼَ٠ بٍَۡ١َىٌِ ِشُُّؼٌۡٱ ِيَرۡسَأ ٌَََِٰٰٓٝئ

ۡ١َش

ٔ

حَذِِبَ٘ َضۡسَأٌۡٱ َٜشَرَٚ ۚا

بَٙۡ١ٍََػ بٌََٕۡضَٔأ َٰٓاَرِاَف

َۡٚص ًُِّو ِِٓ ۡذَزَجَۢٔأَٚ ۡذَثَسَٚ ۡدَّضَزۡ٘ٱ َءَٰٓبٌَّۡٱ

ح١َِٙث ِۢج

٘

Artinya: Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.

82

Pada ayat di atas menjelaskan bahwa proses kejadian manusia adalah bukti yang nyata adanya kebenaran akan datangnya hari kiamat. Manusia harus selalu bersikap waspada, hati-hati dan mawas diri agar tidak terjerumus ke dalam perbuatan maksiat. Apa yang di perintahkan Allah hendaknya selalu dilaksanakan.

Dokumen terkait