NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKIDAH
DALAM NOVEL BUMI CINTA
KARYA HABIBURRAHMAN EL- SHIRAZY
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S. Pd)
Oleh:
ELFA RAFIKA
NIM: 111-12-107
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
v
MOTTO
ِئَٚ ُُۡۖۡىٌَ ٌٍَُّٗٱ ِحَغۡفَ٠ ْاُٛحَغۡفٱَف ِظٍََِٰدٌَّۡٱ ِٟف ْاُٛحَّغَفَر ُُۡىٌَ ًَ١ِل اَرِئ ْإََُِٰٓٛاَء َٓ٠ِزٌَّٱ بَُّٙ٠َأَََٰٰٓ٠
ًَ١ِل اَر
ذََٰخَسَد ٍَُِۡؼٌۡٱ ْاُٛرُٚأ َٓ٠ِزٌَّٱَٚ ُُۡىِِٕ ْإَُِٛاَء َٓ٠ِزٌَّٱ ٌٍَُّٗٱ ِغَفۡشَ٠ ْاُٚضُشٔٱَف ْاُٚضُشٔٱ
ٌٍَُّٗٱَٚ ۚ
بَِّث
ش١ِجَخ ٍََُّْٛۡؼَر
ٔٔ
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis",
maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S. Al-Mujadilah: 11)
َشَُّػ ِْٓث ٌٍََِّٗا ِذْجَػ َْٓػَٚ
-بََُّْٕٙػ ٌٍََُّٗا َِٟضَس
-َػ ,
:َيبَل ٍُعٚ ٗ١ٍػ للها ٍٝص ِِّٟجٌََّٕا ْٓ
) ِْٓ٠َذٌِاٌََْٛا ِطَخَع ِٟف ٌٍََِّٗا ُطَخَعَٚ ,ِْٓ٠َذٌِاٌََْٛا بَضِس ِٟف ٌٍََِّٗا بَضِس
ُِّٞزِِْشِّزٌَا َُٗخَشْخَأ
)
Dari Abdullah Ibnu Amar al-'Ash Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Keridloan Allah tergantung kepada keridloan orang tua dan kemurkaan
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Bapak dan Ibu yang tulus memberikan cinta sucinya kepadaku, dengan tetesan
air mata, keringat dan doa yang tidak hentinya diberikan kepadaku, serta
membekaliku dengan pendidikan dunia dan pendidikan akhirat demi
tercapainya cita-citaku.
2. Bapak Ibu Mertua yang senantiasa memberikan doa serta petuah-petuah untuk
bekal kehidupan di dunia ini.
3. Suamiku tercinta (Widi Mahfukin) yang telah mencurahkan kasih sayang dan
perhatiannya serta selalu mendampingi dalam segala keadaan baik suka
maupun duka.
4. Adikku tersayang (Aida Ainur Masroh) yang selalu menghadirkan keceriaan
di dalam penatnya pembuatan skripsi.
5. Mbah Kakung Mbah Putri yang tidak pernah lelah memberikan
nasihat-nasihat kepada para cucunya supaya menjadi manusia yang berguna dan
bermartabat.
6. Rekan-rekan guru SD Negeri Mendongan yang selalu memberikan dukungan
serta masukan untuk kesuksesanku di masa mendatang.
7. Sahabat-sahabatku senasib seperjuangan di PAI 2012 mbak faid, mbak afif,
luluk, sari, latifah, lia terimakasih atas dukungannya. Aku bersyukur karena
vii
8. Sahabatku dari SD yang masih setia sampai sekarang (Nurul Agia Minta Sari)
yang selalu menemaniku kemanapun saya pergi, terimakasih selama ini sudah
sabar mendengarkan setiap curhatan-curhatanku. Semoga Allah mengizinkan
untuk kita meraih kesuksesan bersama-sama. Amin.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan
yang Maha Rahman dan Rahim dengan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya skripsi
dengan judul Nilai-nilai Pendidikan Akidah dalam Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy dapat diselesaikan.
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan baginda
Rasulullah Muhammad SAW, manusia inspirasi penuh keteladanan yang
senantiasa dinantikan syafa‟atnya dihari kiamat. Tidak lupa shalawat serta salam
juga disampaikan kepada keluarga sahabat dan orang-orang yang senantiasa
Istiqomah di jalan kebaikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa
motivasi, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelessaikan skripsi ini. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
ix
4. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd., selaku pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, pikiran, serta tenaganya untuk memberikan bimbingan
dalam menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kesabaran.
5. Ibu Peni Susapti, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan pengarahan kepada penulis mulai dari awal semester I sampai
dengan terselesainya skripsi ini dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.
6. Bapak dan Ibu dosen karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu,
semangat, dan inspirasinya kepada penulis.
7. Bapak Habiburrahman El-Shirazy selaku pengarang novel Bumi Cinta yang telah menciptakan sebuah karya sastra pembangun jiwa serta meluangkan
waktunya untuk penulis dalam melakukan wawancara.
8. Bapak dan Ibu Penulis (Bapak Sakori dan Ibu Mursiyah), Aida Ainur Masroh
(adik penulis) yang senantiasa memberikan dukungan berupa moril, materil,
dan spiritual kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
9. Suami penulis (Widi Mahfukin) yang tak henti-hentinya memberikan
semangat untuk terselesainya skripsi ini.
10.Sarifah, Lia, Faid, Afif. Kalian adalah sahabat dan saudara terbaik yang
pernah kumiliki. Jazakumullah ahsanul jaza‟ atas dukungan, motivasi, serta
inspirasinya.
11.Teman-teman senasib seperjuangan tahun 2012, khususnya kelas PAI C.
Terima kasih atas dukungan dan bantuannya.
12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih
x
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik secara subtantif ataupun teknis.
Oleh karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
agar bisa menjadi evaluasi dan perbaikan untuk kedepannya. Semoga skripsi ini
bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Amin.
Salatiga, 08 September 2016
Penulis
xi
ABSTRAK
Rafika, Elfa. 2016. Nilai-nilai Pendidikan Akidah dalam Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum M. Pd.
Kata kunci: Pendidikan, Akidah, Novel Bumi Cinta.
Pendidikan akidah merupakan asas kepada pembinaan Islam pada diri seseorang. Ada banyak cara untuk menyampaikan pendidikan akidah, salah satunya yang digunakan oleh Habiburrahman El-Shirazy lewat karya sastranya yang berupa novel berjudul Bumi Cinta. Permasalahan yang diambil dalam penelitian ini yaitu: (1) Apa saja bentuk pendidikan akidah yang terdapat dalam novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy (2) Bagaimana karakter tokoh yang ditampilkan dalam Novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research). Adapun sumber data yang diperoleh melalui wawancara serta menelaah buku primer karya Habiburrahman El-Shirazy.
Penelitian ini menemukan 6 bentuk pendidikan akidah dalam novel Bumi Cinta yaitu: keyakinan kepada Allah, keyakinan terhadap Malaikat, keyakinan terhadap Kitab-kitab Allah, keyakinan terhadap Rasulullah, keyakinan terhadap Hari Akhir, keyakinan terhadap Qadha‟ dan Qadar. Keenam keyakinan di atas diperoleh dengan 3 tingkatan yaitu tingkat taqlid, yakin, dan ainul yakin.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN LOGO……….i
NOTA PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... Error! Bookmark not defined. MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... xi
DAFTAR ISI ... xii
BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Penegasan Istilah ... 10
F. Kajian Pustaka ... 12
G. Metode Penelitian... 15
H. Sistematika Penulisan ... 17
BAB IIKAJIAN TEORI A. Pengertian Pendidikan Akidah ... 19
B. Ruang Lingkup Akidah ... 24
C. Tingkatan Akidah ... 32
xiii
E. Unsur-unsur Pembangun Novel ... 36
1. Tema ... 36
2. Alur (Plot) ... 36
3. Latar / Setting ... 37
4. Penokohan ... 37
5. Point of View atau Sudut Pandang ... 38
6. Amanat ... 38
7. Gaya Bahasa ... 38
F. Macam-macam Novel ... 39
BAB IIIGAMBARAN UMUM NOVEL BUMI CINTA A. Sinopsis Novel Bumi Cinta ... 40
B. Unsur Intrinsik ... 46
C. Biografi Pengarang... 55
BAB IVANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKIDAH A. Keyakinan kepada Allah ... 59
B. Keyakinan kepada Malaikat Allah ... 71
C. Keyakinan kepada Kitab Allah ... 72
D. Keyakinan kepada Rasulullah ... 82
E. Keyakinan kepada Hari Akhir ... 84
F. Keyakinan kepada Qadha‟ dan Qadar ... 85
BAB VPENUTUP A. Kesimpulan ... 89
B. Saran ... 90
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia beberapa tahun terakhir ini banyak menghadapi
masalah kekerasan, baik yang bersifat masal maupun yang dilakukan
secara individual. Kondisi seperti ini membuat perempuan dan anak-anak
menjadi lebih rentan untuk menjadi korban kekerasan. Bentuk kekerasan
yang dilakukan bukan hanya kekerasan secara fisik, akan tetapi juga
kekerasan terhadap perasaan, kekerasan ekonomi, kekerasan seksual dan
yang lainnya. Pelaku kekerasan tidak hanya berasal dari kalangan dewasa,
akan tetapi banyak melibatkan kaum remaja dan anak di bawah umur.
Dewasa ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang
cukup mendapat perhatian di kalangan masyarakat. Banyak ditemui di
koran atau majalah maupun saluran televisi berita tentang tindak pidana
perkosaan. Kasus perkosaan yang marak terjadi di Indonesia menunjukkan
bahwa pelaku tidak hanya menyangkut pelanggaran hukum, namun terkait
pula dengan akibat yang akan dialami oleh korban dan timbulnya rasa
takut dalam masyarakat.
Tindak kejahatan perkosaan akhir-akhir ini disertai dengan
pembunuhan. Seperti kasus yang sedang hangat diperbincangkan yaitu
pada bulan Maret 2016 siswi SMP di Bengkulu bernama Yuyun
2
minuman keras. Dalam perjalanannya pulang sekolah, dia dihadang oleh
belasan remaja tersebut. Setelah diperkosa ramai-ramai, Yuyun kemudian
dibunuh dan mayatnya dibuang ke jurang. Pelakunya kebanyakan masih
remaja dan masih berstatus pelajar.
Menurut Catatan Tahunan (CATAHU) 2016 Komnas Perempuan,
dari kasus kekerasan terhadap perempuan, kekerasan seksual berada di
peringkat kedua, dengan jumlah mencapai 2.399 kasus dengan persentase
72 %, pencabulan mencapai 601 kasus dengan persentase 18 %, dan
pelecehan seksual mencapai 166 kasus dengan persentase 5 %
(http://www.komnasperempuan.go.id/wp-
content/uploads/2016/03/Lembar-Fakta-Catatan-Tahunan-_CATAHU_-Komnas-Perempuan-2016.pdf).
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa angka kriminal bangsa
Indonesia masih sangat tinggi. Hal tersebut perlu mendapatkan perhatian
serius dari pemerintah dan masyarakat pada umumnya. Krisis moral yang
dialami bangsa Indonesia harus dibenahi supaya kasus Yuyun tidak
terulang di kemudian hari.
Permasalahan tersebut tidak hanya menjadi tanggung jawab
pemerintah saja, akan tetapi membutuhkan peran serta aktif orang tua
dalam mengawasi dan membimbing anak-anaknya. Para orang tua harus
memberikan pendidikan yang layak untuk pemenuhan hak bagi anak.
Selain daripada itu pendidikan juga dimaksudkan untuk pembentukan
3
berlaku dalam masyarakat serta sesuai dengan nilai-nilai Islami. Untuk
mewujudkan hal yang demikian, maka selain pendidikan formal yang
diberikan di sekolah-sekolah, seorang anak juga membutuhkan pendidikan
akidah yang dapat diajarkan dimana saja, baik dilingkungan sekolah
maupun dilingkungan keluarga.
Pendidikan akidah adalah pendidikan yang sangat vital dalam
dunia pendidikan Islam, karena pendidikan akidah sangat berarti bagi
seluruh umat. Pendidikan adalah faktor yang menyiapkan suatu bangsa
dalam menghadapi masa mendatang. Maka pendidikan yang berkembang
dalam suatu masyarakat mencerminkan bagi masa mendatangnya. Apabila
pendidikan dalam suatu bangsa baik, maka baiklah bekasannya.
Sebaliknya apabila pendidikan itu tidak berkeadaan baik, maka binasalah
umat itu dan kehancuranlah yang akan dihadapinya (Ash Shiddieqy, 2001:
42). Pendidikan yang baik tersebut dapat dicapai salah satunya melalui
pendidikan akidah.
Arti penting pendidikan akidah yaitu memberi didikan yang baik
dalam menempuh jalan kehidupan, menyucikan jiwa lalu mengarahkannya
kejurusan yang tertentu untuk mencapai puncak dari sifat-sifat yang tinggi
dan luhur agar sampai tingkatan ma‟rifat yang tertinggi (Sabiq, 1991: 19).
Akidah adalah masalah fundamental dalam Islam, ia menjadi titik
tolak permulaan muslim. Sebaliknya, tegaknya aktivitas keislaman dalam
4
orang itu memiliki akidah atau menunjukkan kwalitas iman yang ia miliki
(Razak, 1993: 120).
Manusia hidup atas dasar kepercayaannya. Tinggi rendahnya nilai
kepercayaan memberikan corak kepada kehidupan. Atau dengan kata lain,
tinggi rendahnya nilai kehidupan manusia tergantung kepada kepercayaan
yang dimilikinya. Sebab itulah kehidupan pertama dalam Islam dimulai
dengan iman (Razak, 1993: 120).
Tuhan telah menetapkan seluruh perkara dan menuntut manusia
untuk beriman kepada-Nya. Sedangkan iman adalah akidah yang pasti dan
sesuai dengan kenyataan berdasarkan keterangan-keterangan. Akidah tidak
akan bisa dicapai oleh setiap keterangan. Ia hanya bisa dicapai oleh
keterangan pasti yang tidak dicampuri keraguan pada-Nya (Syaltut, 1986:
83).
Islam telah menjadikan tanda bukti akidah pada manusia dengan
pengakuan, bahwa Allah itu Esa dan bahwa Muhammad adalah Rasul-Nya
(Syaltut, 1986: 17).
5
Ayat di atas dan yang senada jumlahnya banyak, menunjukkan
bahwa iman yang diterima dan yang benar adalah keyakinan yang tidak
dicampuri dengan keraguan dan amalan yang diantaranya berupa jihad
dengan harta dan jiwa di jalan Allah SWT.
Firman Allah SWT:
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang-orang yang merugi”. (QS. Az-Zumar: 65).
Ayat di atas menunjukkan bahwa segala amal tidak diterima jika
tidak bersih dari syirik. Karena itulah perhatian Nabi Muhammad SAW
yang pertama kali adalah pelurusan akidah. Hal pertama yang
didakwahkan para rasul kepada umatnya adalah menyembah Allah SWT
semata dan meninggalkan segala yang dituhankan selain Dia.
Akidah yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW dapat dilakukan
dengan cara pendidikan dan pengajaran yang sistematik agar dapat
mencapai akidah yang kokoh, kuat dan tidak mungkin terobohkan dan
dengan akidah yang benar kita dapat menjadi pemimpin dan penuntun
umat manusia sedunia dan mendapatkan kebahagiaan di akhirat (Sabiq,
6
Ada banyak cara untuk menyampaikan pendidikan Akidah, salah
satu cara yang digunakan oleh Habiburrahman El-Shirazy lewat karya
sastranya yang berupa novel yang berjudul Bumi Cinta.
Novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy ini adalah sebuah novel tentang perjuangan seorang pemuda Indonesia bernama
Muhammad Ayyas yang selalu menjaga teguh aqidah keimanannya. Dia
adalah mahasiswa pasca sarjana di Delhi, India yang juga seorang santri
salaf. Muhammad Ayyas mendapatkan tugas dari dosen pembimbingnya
yaitu Professor Najmuddin untuk melakukan penelitian tentang sejarah
Islam di Rusia.
Tibalah ia di Rusia dengan disambut oleh teman lamanya yang
bernama David. David inilah yang mencarikan apartemen untuk tempat
tinggal Ayyas. Dengan alasan keterbatasan budget dan lokasi apartemen
yang strategis David hanya bisa mendapatkan sebuah apartmen yang
berbagi dengan orang lain. Ternyata teman seapartmennya itu adalah dua
orang wanita Rusia yang sangat cantik jelita. Serangkaian masalah bagi
Ayyas pun bermula dari sini.
Yelena seorang pelacur kelas atas dan Linor seorang pemain biola
yang akhirnya diketahui sebagai agen rahasia Mossad adalah dua wanita
yang menjadi teman seapartemen Ayyas. Apartmen yang memiliki tiga
kamar ini mengharuskan Ayyas harus selalu berinteraksi dengan keduanya
7
keimanan yang dahsyat bagi Ayyas yang mencoba menjaga kesucian
dirinya sebagai muslim.
Godaan bagi Ayyas tidak hanya sampai di situ, dosen pembimbing
yang ditunjuk oleh Professor Najmuddin tidak bisa melakukan bimbingan
kepada Ayyas karena sesuatu hal, dia menyerahkan bimbingan ini kepada
asistennya yang bernama Anastasia. Dia adalah seorang gadis muda yang
sangat cantik jelita penganut Kristen Ortodoks yang sangat taat. Interaksi
yang intens sang asisten dengan Ayyas menimbulkan rasa simpati yang
lebih dari hati Anastasia kepada Ayyas. Ketertarikan itu pun kian hari kian
menguat. Di lain pihak Yelena tengah dilanda konflik dengan sang
mucikari dan Linor sang agen Mossad tengah menyiapkan rencana jahat
kepada Ayyas. Linor menyiapkan rekaya fitnah sebuah pengeboman yang
diarahkan agar Ayyas sebagi pelakunya.
Nuansa romansa memang terasa sangat kental dalam novel ini.
Tiap halaman akan kita jumpai gejolak perasaan Ayyas terhadap
wanita-wanita jelita yang dijumpainya. Itulah ujian iman terbesar bagi Ayyas.
Ujian keimanan yang sangat berat bagi siapapun yang menjalani hidup di
negeri yang sangat menjunjung tinggi free sex, apalagi bagi seorang
pemuda seperti Ayyas yang belum mempunyai istri. Kemanapun kaki
melangkah, dia akan terus tergoda oleh wanita-wanita cantik dari Moskwa.
Dalam novel ini yang tak kalah menarik adalah cerita tentang
8
memang benar-benar ada. Tuhan berkuasa atas segala-galanya. Adanya
alam semesta lengkap dengan segala aksesorisnya adalah wujud
keberadaan Tuhan. Manusia yang paling anti dengan Tuhan pun ketika
dalam keadaan sangat kritis tetap mengingat adanya Tuhan. Manusia boleh
saja mengingkari adanya Tuhan, tapi hati nurani tetap mengakui bahwa
Tuhan itu ada.
Dosen Pemikiran Islam IIUM Malaysia Dr. Syamsuddin Arif,
MA., di dalam novel Bumi Cinta memberikan komentar sebagai berikut:
“Kisah Ayyas mempertahankan imannya sebagai pemuda muslim di
tengah kehidupan Moskwa, Rusia yang penuh tantangan itu disajikan
dalam novel dengan sangat memukau, indah lagi mengaharukan.”
Lili Wong, seorang pemerhati novel keturunan Tionghoa
berkomentar sebagai berikut: “Novel yang sangat humanis, cerdas,
mengharukan, dan memuat nilai universal.”
Irwan Kelana, seorang Redaktur senior harian Nasional Republika
memberikan komentar sebagai berikut: “Perpaduan romantisme Shidney
Sheldon dan suspens ala Frederick Forsyth. Mengasyikkan sejak baris
pertama sampai baris terakhir.”
Novel Bumi Cinta merupakan novel yang masih sangat segar dan patut untuk dibaca. Banyak pesan dan hikmah yang terkandung dalam
tulisan ini. Kisah keteladanan Ayyas dalam menjaga kehormatannya
9
yang sangat aplikatif. Novel ini sangat direkomendasikan khususnya pada
remaja supaya dapat membentengi dirinya dengan iman dan taqwa.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
meneliti kandungan akidah yang terdapat dalam novel tersebut, dengan
judul “Nilai-nilai Pendidikan Akidah dalam Novel Bumi Cinta karya
Habiburrahman El-Shirazy.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa saja bentuk Pendidikan Akidah yang terdapat dalam Novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy?
2. Bagaimana karakter tokoh yang ditampilkan dalam Novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalah yang ada, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui bentuk pendidikan akidah yang terkandung dalam
novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy.
2. Untuk mendeskripsikan karakter tokoh yang ditampilkan dalam novel
10
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat memperluas khasanah ilmu dalam karya ilmiah terutama
dalam bentuk cerita.
b. Sebagai wahana pemikiran dalam menetapkan teori-teori yang ada
dengan realitas yang ada di masyarakat.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat memberikan kontribusi bagi pembaca dalam pengajaran
terutama memahami makna atau hikmah dalam suatu cerita.
b. Dapat memberikan masukan kepada peneliti untuk penelitian
selanjutnya.
c. Sebagai transformasi nilai pendidikan yang terimplementasi dalam
kehidupan sehari-hari.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian dalam memahami
judul skripsi ini, maka penulis menegaskan istilah sebagai berikut:
1. Nilai Pendidikan Akidah
Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, disukai, dan paling
benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga
preferensinya tercermin dalam perilaku, sikap dan
perbuatan-perbuatannya (Maslikhah, 2009: 106). Pengertian yang lain
11
panduan dalam hal mempertimbangkan keputusan yang akan diambil
kemudian
(http://www.pengertianpakar.com/2015/03/pengertian-nilai-dan-macam-macam-nilai.html).
Pendidikan berasal dari kata “didik” yang berarti ajaran,
pimpinan, sedangkan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Suwarno,
2006: 22). Dalam pembahasan ini, yang dimaksud pendidikan yaitu
suatu proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang
dipelajari dalam rangka pembentukan sikap dan kepercayaan agar
nantinya menjadi individu yang bermoral.
Akidah menurut bahasa berasal dari kata „aqada ya‟qidu
„aqdan‟aqidatan yang berarti ikatan, janji dan keyakinan yang mantap
(Busyra, 2010: 10). Sedangkan secara istilah terdapat beberapa definisi
Akidah, antara lain:
a. Menurut Hasan al-Banna (tanpa tahun: 465) adalah beberapa
perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati mendatangkan
ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur
12
b. Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy (1978: 21) adalah sejumlah
kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia
berdasarkan akal, wahyu, dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh
manusia di dalam hati serta diyakini kesahihannya dan
keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang
bertentangan dengan kebenaran itu.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, nilai
pendidikan akidah adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang maupun sekelompok orang melalui pengajaran dan latihan
berdasarkan akidah yang benar sehingga terbentuk manusia yang taat
kepada sang khaliq.
2. Novel Bumi Cinta
Novel merupakan karya fiksi yang berbentuk teks naratif
(Nurgiyantoro, 2005: 9). Jadi, Novel Bumi Cinta adalah sebuah karya
sastra Habiburrahman El-Shirazy berisi tentang perjuangan seorang
pemuda yang selalu menjaga teguh keimanannya di tengah kehidupan
bebas Negara Rusia.
F. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah kegiatan yang meliputi mencari, membaca,
dan menelaah laporan-laporan penelitian dan bahan pustaka yang memuat
teori-teori yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Kajian
pustaka merupakan daftar referensi dari semua jenis referensi seperti buku,
13
Kajian pustaka digunakan sebagai perbandingan terhadap
penelitian yang sudah ada baik dari segi kekurangan maupun kelebihan
yang telah ada sebelumnya. Dengan kajian pustaka ini diharapkan dapat
mempunyai andil yang besar dalam mendapatkan suatu informasi tentang
teori yang ada kaitannya dengan judul dalam penelitian ini. Sebelum
penulis memperlebar pembahasan tentang nilai-nilai pendidikan aqidah
dalam novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy, maka penulis mencoba menelaah buku yang ada untuk dijadikan sebagai perbandingan
dan acuan dalam penulisannya. Sebagai acuan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan beberapa kajian pustaka sebagai rumusan berfikir. Beberapa
kajian pustaka tersebut diantaranya adalah:
Skripsi Siti Zulaicha (STAIN Salatiga) tahun 2012 yang berjudul
“Nilai-nilai Pendidikan Akhlak pada Novel Hapalan Shalat Delisa Karya
Tere Liye”. Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam skripsi tersebut meliputi nilai pendidikan akhlak terhadap Allah (shalat, dzikir,
dan berdoa kepada Allah, ikhlas menerima takdir Allah, tajut akan siksaan
Allah dan takut akan kehilangan rahmat Allah); nilai pendidikan akhlak
pada diri sendiri yang terdiri dari akhlak mahmudah (sabar, ikhlas, syukur,
optimis, tolong menolong, kerja keras dan disiplin) dan akhlak
madzmumah (jahil, bandel, berdusta dan pencemburu); akhlak terhadap
keluarga (hak kasih sayang suami istri, hak-hak bersama suami istri, birul
walidain); serta nilai pendidikan akhlak pada lingkungan (memelihara
14
yang sering terjadi sebenarnya adalah disebabkan oleh ulah manusia itu
sendiri).
Skripsi Khusnul Ariefah Budiarti (STAIN Salatiga) tahun 2014
yang berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Serial Anak-anak Mamak Karya Tere Liye”. Nilai-nilai yang terdapat dalam skripsi tersebut meliputi: nilai pendidikan akidah/keimanan (iman kepada Allah,
iman kepada malaikat, iman kepada kitab, iman kepada rasul, iman kepada
hari akhir dan iman kepada qadha‟ dan qadar); nilai pendidikan
syari‟ah/ibadah (shalat, wudhu, adzan, zakat, khitan, berdoa, menuntut
ilmu); nilai pendidikan akhlak yang terdiri dari akhlak kepada Allah
(tawakal, ikhlas, khauf, bertaubat, bersyukur), akhlak terhadap diri sendiri
(shidiq/jujur, amanah, sabar, khusnudzon, optimis, disiplin, qana‟ah, tanggung jawab, menutup aurat, syaja‟ah, tawadhu‟), akhlak terhadap orang tua (birrul walidain, sopan santun), akhlak terhadap sesama
(menjaga silaturrahmi, berbuat adil, menjaga aib, gotong royong, saling
memaafkan, peduli), akhlak terhadap lingkungan (menjaga dan tidak
merusak, memanfaatkan dengan baik).
Skripsi Nurhidayah (IAIN Salatiga) tahun 2015 yang berjudul
“Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel 99 Cahaya di Langit Eropa
(Telaah Kajian dari Aspek Unsur-unsur Pendidikan)”. Nilai-nilai yang terdapat dalam skripsi tersebut antara lain: nilai akidah yang terdiri dari
nilai ubudiyah (ajaran untuk selalu beriman kepada Allah dan meyakini
15
ikhlas); nilai ibadah (ajaran untuk mendirikan shalat dan perintah untuk
puasa ramadhan); nilai pendidikan akhlak (akhlak berbicara yang baik,
akhlak berhubungan dengan beda agama, akhlak untuk saling memaafkan,
dan akhlak untuk saling tolong menolong).
Berdasarkan beberapa kajian pustaka yang telah ada, peneliti
belum menemukan judul yang sama dengan yang akan peneliti ajukan
yaitu Nilai-nilai Pendidikan Akidah dalam Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy. Dengan demikian masalah yang diangkat
dalam penelitian ini memiliki unsur pembaharuan.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini digolongkan dalam penelitian kepustakaan
(library research) karena data yang diteliti berupa naskah-naskah, atau
majalah-majalah yang bersumber dari khasanah kepustakaan
(Arikunto, 2010: 54).
2. Objek Penelitian
Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah pesan
nilai-nilai aqidah dalam novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy.
3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
metode dokumentasi dan wawancara. Metode dokumentasi yaitu
16
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,
agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274).
Sedangkan metode wawancara adalah teknik pengumpulan data
dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada responden, dan
jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam. Dalam hal ini
peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada Habiburrahman
El-Shirazy seputar novel Bumi Cinta.
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer dan
data sekunder.
a. Data Primer
Sumber data primer adalah data yang langsung
dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya (Suryabrata,
2009: 39). Sumber data primer dari penelitian ini adalah novel
Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy. b. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang didapat tidak secara
langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang
sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara
atau metode baik secara komersial maupun non komersial
(Saraswati, 2011: 65). Data sekunder dalam penelitian ini adalah
buku-buku yang mempunyai relevansi untuk memperkuat
argumentasi dan melengkapi hasil penelitian ini diantaranya adalah
17
Syari‟ah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, dan lain sebagainya serta
hasil wawancara yang telah dilakukan dengan penulis.
4. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara pengorganisasian data
kategori dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri dan orang lain (Sugiono, 2007: 89). Untuk menganalisis Novel
Bumi Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy, penulis menggunakan content analysis, yaitu teknik penelitian untuk membuat referensi data yang valid dan dapat diulang ke konteks aslinya (Sarosa, 2012: 70).
Langkah-langkah dalam content analysis dimulai dengan peneliti menyusun satu set kategori (juga disebut kode) untuk
mengelompokkan kata dan frase. Kode tersebut kemudian
diaplikasikan ke teks. Setelah keseluruhan teks diklasifikasikan ke
kode atau criteria tadi, berbagai alat statistic dapat digunakan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa content analysis adalah metode kuantitatif untuk menganalisis data kualitatif (Sarosa, 2012: 70).
H. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini disusun dengan menggunakan uraian yang
sistematis untuk memudahkan pengkajian dan pemahaman terhadap
persoalan yang ada. Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini
18
Bab I Pendahuluan, terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, Kajian
Pustaka, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.
Bab II Tinjauan Teoritik tentang Novel dan Pendidikan Aqidah,
terdiri dari: Pengertian Pendidikan Akidah, Ruang Lingkup Akidah,
Tingkatan Akidah, Pengertian Novel, Unsur-unsur Pembangun Novel,
Macam-macam Novel.
Bab III Gambaran Umum Novel Bumi Cinta, terdiri dari: Sinopsis
Novel Bumi Cinta, Unsur Intrinsik Novel Bumi Cinta dan Unsur Ekstrinsik
Novel Bumi Cinta.
Bab IV Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Akidah Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy.
19
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Pendidikan Akidah
Pendidikan akidah berasal dari dua suku kata, yaitu pendidikan dan
akidah. Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani Paedagogy, yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar
seorang pelayan. Dalam bahasa Romawi, pendidikan diistilahkan dengan
educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam. Dalam bahasa Inggris, pendidikan diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual (Suwarno, 2006: 19).
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, tercantum pengertian pendidikan yaitu: “Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.”
Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun
20
berlangsung suatu proses pendidikan. Karena itulah sering dinyatakan
pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia. Pendidikan pada
hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya (Syam dkk,
1981: 2).
Beberapa definisi pendidikan menurut para ahli (Suwarno, 2006:
20) adalah sebagai berikut:
1. George F. Kneller, pendidikan memiliki arti luas dan sempit. Dalam
arti luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang
mempengaruhi perkembangan jiwa, watak, ataupun kemauan fisik
individu. Dalam arti sempit, pendidikan adalah suatu proses
mentransformasikan pengetahuan, nilai-nilai, dan ketrampilan dari
generasi ke generasi, yang dilakukan oleh masyarakat melalui
lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah, pendidikan tinggi, atau
lembaga-lembaga lain.
2. John Dewey, memandang pendidikan sebagai sebuah rekonstruksi atau
reorganisasi pengalaman agar lebih bermakna, sehingga pengalaman
tersebut dapat mengarahkan pengalaman yang akan didapat
berikutnya.
3. John S. Brubacher, pendidikan adalah proses pengembangan potensi,
kemauan, dan kapasitas manusia yang mudah dipengaruhi oleh
kebiasaan, kemudian disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang
21
sehingga pendidikan dapat digunakan untuk menolong orang lain atau
dirinya sendiri dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
4. Carter V. Good, pendidikan adalah: pertama, keseluruhan proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan
bentuk-bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai positif dalam masyarakat di
tempat hidupnya; kedua, proses sosial dimana seseorang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khusus yang
datang dari sekolah), sehingga orang tersebut bisa mendapat atau
mengalami perkembangan kemampuan sosial maupun kemampuan
individual secara optimal.
5. Driyarkara, inti pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda. Pada
dasarnya pendidikan adalah pengembangan manusia muda ke taraf
insani.
6. Ki Hajar Dewantara, pendidikan merupakan tuntutan bagi
pertumbuhan anak-anak. Artinya, pendidikan menuntut segala
kekuatan kodrat yang ada pada diri anak-anak, agar mereka sebagai
manusia sekaligus sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Dari beberapa definisi tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan
adalah usaha atau proses untuk membina kualitas sumber daya manusia
seutuhnya serta memberikan nilai-nilai dalam rangka pembentukan sikap
dan kepercayaan seseorang dalam keberlangsungan hidup bermasyarakat,
22
Sedangkan akidah (
ُحَذْ١ِمَؼٌَْا
) menurut bahasa Arab (etimologi)berasal dari „aqada-ya‟qidu-uqdatan wa „aqidatan artinya ikatan atau
perjanjian. Kata al-„aqdu (ُذْمَؼٌَْا) yang berarti ikatan, at-tautsiqu (
ُكْ١ِثَّْٛزٌَا
)yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkamu (
َُبَىْحِلإَا
)yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabtu bi quwwah (
ُطْثَّشٌا
ِحَُّٛمِث
) yang berarti mengikat dengan kuat (Yazid, 2006: 27).Ahli bahasa memberi definisi tentang akidah (Anshari, 1992: 90)
ialah:
ُشْ١َِّّضٌاَٚ ُتٍَْمٌْا ِْٗ١ٍََػ َذِمَػ بَِ
“Yang dengan dia diikatkan hati dan perasaan halus manusia.”َُٖذَمَزْػاَٚ ُْ بَغِْٔءبٌْا ِِٗث ََّٓ٠َذَر بَِ
“Yang dijadikan agama oleh manusia dan dijadikannya pegangan”
Definisi akidah yang lainnya yaitu:
1. Menurut Hasan al-Banna (tanpa tahun: 465)
ْٛىرٚ هغفٔبٙ١ٌا ٓئّطرٚ هجٍلبٙث قذص٠ ْأ تد٠ ٝزٌاسِٛلأا ٟ٘ذئبمؼٌا
هش ٗطٌبخ٠لاٚ ت٠س ٗخصبّ٠لا نذٕػبٕ١م٠
Akidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini keberadaannya
oleh hatimu, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang
tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.
23
ٍغٌّا ذ١٘ذجٌا كحٌاب٠بضل ِٓخػّٛدِ ٟ٘حذ١مؼٌا
حشطفٌاٚ غّغٌاٚ ًمؼٌبثخّ
بؼطبل بٙزحصثبِصبخ ٖسذصبٙ١ٍػ ٕٝث٠ٚ ٗجٍل ْبغٔلإا بٙ١ٍػذمؼ٠
ب٘دٛخٛث
ٛجثٚ
بٙر
اذثأ ْٛى٠ٚأ حص٠ ٗٔأبٙفلاخ ٜش٠لا
Akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum
(axioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu, dan fitrah. Kebenaran
itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dan
kebenarannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang
bertentangan dengan kebenaran itu.
Sedangkan ulama‟ fiqh mendefinisikan akidah sebagai sesuatu
yang diyakini dan dipegang teguh, sukar sekali untuk diubah. Ia beriman
berdasarkan dalil-dalil yang sesuai dengan kenyataan, seperti beriman
kepada Allah Swt, para Malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, dan Rasul-rasul
Allah, adanya kadar baik dan buruk, dan adanya hari akhir (Ahmad, 2008:
116).
Berdasarkan pengertian pendidikan dan akidah di atas dapat
penulis simpulkan bahwa pendidikan akidah adalah suatu proses usaha
yang berupa bimbingan, pengarahan, pembinaan kepada manusia agar
nantinya dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan akidah Islam
yang telah diyakini secara menyeluruh, mengembangkan dan
memantapkan kemampuannya dalam mengenal Allah, serta menjadikan
akidah Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya dalam berbagai
kehidupan baik pribadi, keluarga, maupun kehidupan masyarakat demi
kemaslahatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat dengan
24
B. Ruang Lingkup Akidah
Akidah dalam pembahasan ini ditautkan dengan rukun iman yang
menjadi asas seluruh ajaran Islam. Kedudukannya sangat sentral dan
fundamental, oleh karena itu menjadi asas dan sekaligus sangkutan atau
gantungan segala sesuatu dalam Islam (Ali, 1998: 199). Asas seluruh
ajaran Islam tersebut jumlahnya ada enam, yaitu:
1. Keyakinan Kepada Allah
Pokok utama agama Islam ialah bahwa kita harus mengenal
Allah, yakni kita wajib percaya bahwasanya Dialah Tuhan yang
sesungguhnya, dan tidak ada Tuhan lain yang patut disembah kecuali
Dia, Allah Yang Maha Pencipta Dialah yang mesti Ada, Yang awal
dan tiada bermula dan yang akhir tiada berkesudahan, tiada sesuatupun
yang menyerupai-Nya, Maha Esa dalam Ketuhanan-Nya, sifat-Nya
maupun af‟al (pekerjaan) Nya, Yang Maha Hidup lagi berdiri sendiri,
Maha Mendengar dan Maha Melihat, Maha Kuasa atas segala sesuatu
(Munir dan Sudarsono, 2001: 1).
Menurut Osman Raliby ajaran Islam tentang Kemaha Esaan
Tuhan (Ali, 1998: 202) adalah sebagai berikut:
a. Allah Maha Esa dalam Zat-Nya
Kemaha Esaan Allah dalam Zat-Nya dapat dirumuskan
25
dibandingkan dengan apapun juga. Dia berbeda dalam
segala-galanya. Keyakinan kepada Zat Allah Yang Maha Esa seperti itu
mempunyai konsekuensi. Konsekuensinya adalah bagi umat Islam
yang mempunyai akidah demikian, setiap atau segala sesuatu yang
dapat ditangkap oleh pancaindera mempunyai bentuk tertentu,
tunduk pada ruang dan waktu, hidup memerlukan makanan dan
minuman seperti manusia biasa, mengalami sakit dan mati, lenyap
dan musnah, bagi seorang muslim bukanlah Allah, Tuhan Yang
Maha Esa.
b. Allah Maha Esa dalam Sifat-sifat-Nya
Kemahaesaan Allah dalam sifat-sifat-Nya ini mempunyai
arti bahwa sifat-sifat Allah penuh kesempurnaan dan keutamaan,
tidak ada yang menyamai-Nya. Sifat-sifat Allah itu banyak dan
tidak dapat diperkirakan. Namun demikian, dari al-Qur‟an dapat diketahui sembilan puluh sembilan (99) nama sifat Tuhan yang
biasanya disebut al-Asma‟ul Husna. Di dalam Ilmu Tauhid, dijelaskan dua puluh sifat Tuhan, yang disebut dengan Sifat Dua Puluh, yaitu: Ada, Awal (tidak ada permulaan-Nya), Kekal (Abadi tidak berkesudahan), Berbeda dengan segala ciptaan-Nya (yang
baru), Berdiri sendiri, Maha Esa, Maha Kuasa, Berkehendak, Maha
Mengetahui, Hidup, Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha
Berkata-kata, Dalam Keadaan Berkuasa, Dalam Keadaan
26
Hidup, Dalam Keadaan Mendengar, Dalam Keadaan Melihat, dan
Dalam Keadaan Berkata-kata.
c. Allah Maha Esa dalam Perbuatan-perbuatan-Nya
Allah Maha Esa dalam perbuatan-perbuatan-Nya
mengandung arti bahwa kita meyakini Tuhan Yang Maha Esa tiada
tara dalam melakukan sesuatu, sehingga hanya Dialah yang dapat
berbuat menciptakan alam semesta ini. Perbuatan-Nya itu unik,
lain dari yang lain, tiada taranya dan tidak sanggup pula manusia
menirunya.
d. Allah Maha Esa dalam Wujud-Nya
Menurut keyakinan Islam, Allah Maha Esa. Demikian
Esa-Nya sehingga wujudnya tidak dapat disamakan dengan alam atau
bagian-bagian alam yang merupakan ciptaan-Nya ini.
Eksistensi-Nya wajib, karena itu Dia disebut wajibul wujud. Pernyataan ini mempunyai makna bahwa hanya Allahlah yang abadi dan wajib
eksistensi atau wujud-Nya. Selain dari Dia, semuanya mumkinul wujud. Artinya boleh (mungkin) ada, boleh (mungkin) tiada seperti eksistensi manusia dan seluruh alam semesta ini yang pada
waktunya pasti akan mati atau hancur binasa.
e. Allah Maha Esa dalam Menerima Ibadah
Ini berarti bahwa hanya Allah sajalah yang berhak
27
patut dan harus disembah dan hanya kepada-Nya pula kita meminta
pertolongan. Yang dimaksud dengan ibadah adalah segala
perbuatan manusia yang disukai Allah, baik dalam kata-kata
terucapkan maupun dalam bentuk perbuatan-perbuatan lain, yang
kelihatan dan yang tidak kelihatan.
f. Allah Maha Esa dalam Menerima Hajat dan Hasrat Manusia
Artinya, bila seorang manusia hendak menyampaikan
maksud, permohonan atau keinginannya langsunglah sampaikan
kepada-Nya, kepada Allah sendiri tanpa perantara atau media apa
pun namanya. Tidak ada system rahbaniyah atau kependetaan dalam Islam. Semua manusia, kecuali para Nabi dan Rasul,
mempunyai kedudukan yang sama dalam berhubungan langsung
dengan Tuhan Yang Maha Esa.
g. Allah Maha Esa dalam Memberi Hukum
Allah adalah satu-satunya pemberi hukum tertinggi. Dia
memberi hukum kepada alam dan juga kepada umat manusia
bagaimana mereka harus hidup di bumi-Nya ini sesuai dengan
ajaran-ajaran dan kehendak-Nya yang dengan sendirinya sesuai
pula dengan hukum-hukum yang berlaku di alam semesta dan
watak manusia, yang semuanya itu adalah ciptaan Allah.
2. Keyakinan kepada Malaikat Allah
Allah yang Mahakuasa itu menciptakan jenis makhluk yang
28
dengan kita (manusia) baik sifat, bentuk dan pekerjaannya. Mereka
bukan laki-laki dan bukan perempuan, tidak makan dan tidak minum,
tidak tidur dan tidak mampu terlihat oleh mata biasa.
Kita wajib percaya, bahwa Allah SWT. mempunyai banyak
Malaikat sebagai makhluk-Nya yang lain. Mereka itu adalah
pesuruh-pesuruh Allah, yang mengurus segala pekerjaan yang diperintahkan
oleh-Nya, tanpa pernah membantah sedikitpun. Malaikat adalah
hamba-hamba Allah yang dimuliakan (Munir dan Sudarsono, 2001:
23).
Adapun Malaikat yang wajib kita ketahui ada 10 berikut
tugasnya, yaitu:
a. Malaikat Jibril, tugasnya menyampaikan wahyu kepada para Rasul.
b. Malaikat Mikail, tugasnya menurunkan hujan dan membagi rezeki.
c. Malaikat Israif, tugasnya meniup sangkakala (terompet) pada hari
kiamat.
d. Malaikat Izrafil, tugasnya mencabut nyawa sekalian makhluk.
e. Malaikat Raqib, tugasnya mencatat amal baik manusia.
f. Malaikat Atid, tugasnya mencatat amal buruk manusia.
g. Malaikat Munkar dan Nakir, tugasnya memeriksa manusia di alam
kubur.
h. Malaikat Ridwan, tugasnya menjaga surga.
i. Malaikat Malik, tugasnya menjaga neraka.
29
Keyakinan kepada kitab-kitab suci merupakan Rukun Iman
ketiga. Kitab-kitab suci itu memuat wahyu Allah. Wahyu adalah
firman Allah yang disampaikan malaikat Jibril kepada para Rasul-Nya.
Firman itu mengandung ajaran, petunjuk, pedoman yang diperlukan
oleh manusia dalam perjalanan hidupnya di dunia ini menuju akhirat
(Ali, 1998: 213).
Adapun kitab-kitab tersebut (Munir dan Sudarsono, 2001: 24)
perinciannya sebagai berikut:
a. 60 shuhuf diturunkan kepada Nabi Tsits (Sis) as.
b. 30 shuhuf diturunkan kepada Nabi Ibrahim as.
c. 10 shuhuf diturunkan kepada Nabi Musa as.
d. Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa as.
e. Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud as.
f. Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa as.
g. Kitab al-Qur‟an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. 4. Keyakinan kepada Nabi dan Rasul
Yakin kepada para Nabi dan Rasul merupakan Rukun Iman
keempat. Di dalam buku-buku Ilmu Tauhid disebutkan bahwa antara
Nabi dan Rasul ada perbedaan tugas utama. Para Nabi menerima
tuntunan berupa wahyu, akan tetapi tidak mempunyai kewajiban
menyampaikan wahyu itu kepada umat manusia. Rasul adalah utusan
Tuhan yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang diterimanya
30
Para Nabi dan Rasul tersebut pada hakikatnya adalah sama
seperti manusia pada umumnya. Mereka makan, minum, beristri,
beranak, berniaga, dan sebagainya. Hanya bedanya mereka adalah
manusia-manusia pilihan Allah yang menerima wahyu dari-Nya
(Munir dan Sudarsono, 2001: 27).
Sepanjang sejarah manusia, selalu saja ada orang yang
memberi peringatan kepada mereka agar manusia senantiasa berada di
jalan yang benar. Yang memberi peringatan itu adalah Nabi dan Rasul.
Jumlah mereka ada banyak. Namun, berapa jumlahnya yang pasti
tidaklah diketahui. Menurut Hasbi Ash Shiddieqy jumlah para Rasul
yang pernah diutus Allah untuk memimpin manusia 313 orang, sedang
jumlah para Nabi 124.000 orang. Di dalam al-Qur‟an disebutkan bahwa jumlah Nabi adalah 25 orang (Ali, 1998: 221). 25 Nabi tersebut
yaitu: Nabi Adam as, Nabi Idris as, Nabi Nuh as, Nabi Hud as, Nabi
Shalih as, Nabi Ibrahim as, Nabi Luth as, Nabi Isma‟il as, Nabi Ishaq
as, Nabi Ya‟qub as, Nabi Yusuf as, Nabi Ayyub as, Nabi Syu‟aib as, Nabi Musa as, Nabi Harun as, Nabi Ilyasa‟ as, Nabi Zulkifli as, Nabi
Daud as, Nabi Sulaiman as, Nabi Ilyas as, Nabi Yunus as, Nabi
Zakariya as, Nabi Yahya as, Nabi Isa as, dan Nabi Muhammad Saw.
5. Keyakinan kepada Hari Kiamat
Rukun Iman yang kelima adalah keyakinan kepada hari kiamat.
31
tidak ada lagi siang dan malam setelah itu. Pada saat itu, sekalian
makhluk Allah akan binasa, kemudian seluruh manusia akan
dibangkitkan kembali untuk diperiksa semua amal masing-masing,
yang baik dan yang buruk (Munir dan Sudarsono, 2001: 28).
Kita wajib percaya akan datangnya hari itu dan segala yang
bakal terjadi di dalamnya, seperti kehancuran segala sesuatu. Begitu
juga segala yang telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW. kepada kita,
seperti adanya alam kubur, mahsyar, hisab (perhitungan) amal,
pembalasan, neraka, surga, dan sebagainya (Munir dan Sudarsono,
2001:29).
Keyakinan kepada hari kiamat ini membuat manusia terbagi
kedalam tiga kategori. Kategori pertama adalah manusia yang tidak percaya kepada hari akhirat dan memandang kehidupan di dunia ini
sebagai satu-satunya kehidupan. Kategori kedua adalah manusia yang tidak menyangkal hari akhirat, tetapi bergantung kepada campur
tangan atau bantuan pihak lain untuk mensucikan diri atau menebus
dosa-dosanya. Kategori ketiga adalah manusia-manusia yang yakin pada hari akhirat sebagaimana diterangkan dalam ajaran Islam. Orang
yang yakin akan adanya hari akhirat dan yakin pula bahwa ia
bertanggung jawab terhadap segala perbuatan yang dilakukannya,
memperoleh pengawasan dalam dirinya setiap saat ia menyimpang dari
32
Kesadaran akan adanya pengawasan di dalam dirinya itu
membuat manusia menjadi takwa dan takut kepada Allah walaupun
tidak ada orang lain yang menyaksikan perbuatannya. Ia akan
melaksanakan kewajibannya dengan jujur dan tidak suka melakukan
perbuatan-perbuatan terlarang. Seandainya pun ia tergelincir pada
suatu waktu dan melanggar ketentuan Allah, ia senantiasa siap untuk
bertobat dan bertekad tidak akan mengulangi kesalahan itu lagi (Munir
dan Sudarsono, 2001: 229).
6. Keyakinan kepada Qadha‟ dan Qadar (Takdir)
Segala yang telah terjadi, sedang terjadi, dan yang akan terjadi,
semua telah ditentukan oleh Allah Swt baik maupun buruk. Kita waib
percaya bahwasanya Allah menjadikan segala sesuatu dengan
rencananya. Perintah-Nya pasti dan tentu. Segala sesuatu ditentukan
sebelum terjadinya menurut kehendaknya.
Dengan demikian, segala amalan hamba Allah itu sebenarnya
terlaksana menurut qadha‟ dan qadar dari Allah. Namun demikian,
manusia diberi hak untuk berikhtiar sekuat tenaga, meskipun ketentuan
akhir berada di tangan-Nya. Dengan kata lain, manusialah yang
berusaha, tetapi Allah yang menentukan (Munir dan Sudarsono, 2001:
37).
C. Tingkatan Akidah
Akidah atau iman yang dimiliki seseorang tidak selalu sama
33
tergantung pada upaya orang itu. Pada dasarnya, iman itu berkembang. Ia
bisa tumbuh subur atau sebaliknya, kalau tidak dipelihara akan berkurang,
mengecil atau bahkan hilang sama sekali.
Tingkatan-tingkatan akidah tersebut
(http://www.lentera-kita.com/2015/05/tingkatan-tingkatan-aqidah-islam.html) adalah:
1. Tingkat taqlid, yaitu tingkat di mana keyakinan didasarkan atas
pendapat orang yang diikutinya tanpa difikirkan lagi.
2. Tingkat yakin, yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas bukti dan
dalil yang jelas, tetapi belum sampai menemukan hubungan yang kuat
antara objek keyakinan dengan dalil yang diperolehnya, sehingga
memungkinkan orang terkecoh oleh sanggahan-sanggahan atau
dalil-dalil lain yang lebih rasional dan mendalam.
3. Tingkat ainul yakin, yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas
dalil-dalil rasional, ilmiah dan mendalam, sehingga mampu
membuktikan hubungan antara objek keyakinan dengan dalil-dalil
serta mampu memberikan argumentasi yang rasional terhadap
sanggahan-sanggahan yang datang, sehingga tidak mungkin terkecoh
oleh argumentasi lain yang dihadapkan kepadanya.
4. Tingkat haqul yakin, yaitu tingkat keyakinan yang di samping
didasarkan atas dalil-dalil rasional, ilmiah dan mendalam, dan mampu
membuktikan hubungan antara objek keyakinan dengan dalil-dalil
34
dapat menemukan dan merasakan keyakinan tersebut melalui
pengalaman agamanya.
D. Pengertian Novel
Karya sastra merupakan wujud ungkapan perasaan pengarang.
Seperti juga karangan lain, karya sastra dibuat pengarang dengan maksud
untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada pembacanya. Hanya karena
sifat dasarnya yang berbeda dengan karangan lain, maka sesuatu yang
dikomunikasikan tersebut juga berbeda. Dunia kesusastraan secara garis
besar mengenal tiga jenis teks sastra, yaitu teks naratif (prosa), teks
monolog (puisi), dan teks dialog (drama). Salah satu ragam prosa adalah
novel.
Novel berasal dari bahasa Italia yaitu novella yang dalam bahasa Jerman novelle. Secara harfiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil (Nurgiyantoro, 2005: 10). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), novel adalah karangan prosa yang panjang, mengandung
rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya
dengan menonjolkan watak dan sifat setiap perilaku.
Novel merupakan bentuk pengungkapan dengan cara langsung,
tanpa meter atau rima dan irama yang teratur (Aziez dan Hasim, 2010: 1).
Bahasa yang digunakan dalam novel adalah bahasa sehari-hari, sehingga
tidak ada kesulitan yang berarti dalam membacanya.
Novel bersifat naratif, artinya ia lebih bersifat bercerita daripada
35
novel memiliki apa yang disebut dengan tokoh, perilaku, dan plot. Dengan
kata lain, novel melibatkan sejumlah orang yang melakukan sesuatu dalam
suatu konteks total yang diatur atau dirangkai dalam urutan logis (Aziez
dan Hasim, 2010: 3).
Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu
unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik (intrinsic) adalah
unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah
yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra. Unsur intinsik
sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta
membangun cerita. Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah yang
membuat sebuah novel berwujud. Unsur-unsur ini terdiri dari: peristiwa,
cerita, plot, penokohan, tema, alur, sudut pandang, gaya bahasa, dan
amanat
Unsur ekstrinsik (extrinsic) adalah unsur-unsur yang berada diluar
karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau
sistem organisme karya sastra. Atau, secara lebih khusus ia dapat
dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah
karya sastra, namun sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Walau
demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap totalitas bangun
cerita yang dihasilkan. Oleh karena itu, unsur ekstrinsik sebuah novel
haruslah tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting. Unsur ekstrinsik
novel meliputi: biografi pengarang, situasi dan kondisi, serta nilai-nilai
36
E. Unsur-unsur Pembangun Novel
Beberapa struktur novel dibentuk oleh unsur-unsur (Nurgiyantoro,
2012: 68) sebagai berikut:
1. Tema
Tema (theme) menurut Stanton (1965:20) dan Kenny (1966:88), adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita.Tema
merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra
dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantik dan yang
menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan. Tema
disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan
yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi
tertentu. Untuk menemukan tema sebuah karya fiksi, ia haruslah
disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan
bagian-bagian tertentu cerita.
2. Alur (Plot)
Alur (plot) adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun
tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa
yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang
lain. Penampilan peristiwa demi peristiwa yang hanya mendasarkan
diri pada urutan waktu saja belum merupakan plot. Agar menjadi
sebuah plot, peristiwa-peristiwa itu haruslah diolah dan disiasati secara
37
merupakan sesuatu yang indah dan menarik, khususnya dalam
kaitannya dengan karya fiksi yang bersangkutan secara keseluruhan.
3. Latar / Setting
Latar / Setting bisa diartikan sebagai landas tumpu, menyaran
pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial
tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar
memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting
untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan
suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi.
4. Penokohan
Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang
seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Sedangkan istilah
“tokoh” menunjuk pada orangnya, pelaku cerita.
Dalam novel tersebut, kita dapat mengamati karakter setiap
tokoh. Ada beberapa cara yang dapat dipergunakan oleh pengarang
untuk melukiskan watak, rupa, atau pribadi para tokoh tersebut
(Kosasih, 2012: 66) antara lain:
a. Physical description (melukiskan bentuk lahir dari pelakon) b. Portrayal of thought stream or of conscious thought (melukiskan
jalan pikiran pelakon atau apa yang melintas dalam pikirannya)
38
5. Point of View atau Sudut Pandang
Point of View atau Sudut Pandang, menyaran pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara dan atau pandangan yang
dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh,
tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam
sebuah karya fiksi kepada pembaca. Dengan demikian, sudut pandang
pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja
dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya.
Secara garis besar, sudut pandang dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu sudut pandang persona pertama “aku” dan sudut pandang
persona ketiga “dia”. Namun dewasa ini dapat kita jumpai adanya
beberapa novel Indonesia yang mempergunakan dua sudut pandang
“aku” dan “dia” secara bergantian. Yang demikian itu dinamakan
dengan sudut pandang campuran.
6. Amanat
Amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang
hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu
(Kosasih, 2012: 70). Secara umum moral menyaran pada pengertian
(ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan,
sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak, budi pekerti, susila.
7. Gaya Bahasa
Gaya Bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau
39
memperlihatkan hubungan dan interaksi antara sesama tokoh (Kosasih,
2012: 71).
F. Macam-macam Novel
Menurut Muchtar Lubis cerita novel ada bermacam-macam
(Tarigan, 2008: 165) antara lain:
1. Novel avonuter adalah bentuk novel yang dipusatkan pada seorang
lakon atau tokoh utama. Ceritanya dimulai dari awal sampai akhir para
tokoh mengalami rintangan-rintangan dalam mencapai maksudnya.
2. Novel psikologi adalah novel yang penuh dengan peristiwa-peristiwa
kejiwaan para tokoh.
3. Novel detektif adalah novel yang merupakan cerita pembongkaran
rekayasa kejahatan untuk menangkap pelakunya dengan cara
penyelidikan secara tepat dan cermat.
4. Novel politik atau sosial adalah bentuk cerita tentang kehidupan
golongan dalam masyarakat dengan segala permasalahannya.
5. Novel kolektif adalah novel yang menceritakan pelaku secara komplek
40
BAB III
GAMBARAN UMUM NOVEL BUMI CINTA
A. Sinopsis Novel Bumi Cinta
Bumi Cinta adalah sebuah novel pembangun jiwa karya novelis
nomor satu di Indonesia, Habiburrahman El-Shirazy. Novel yang terdiri
dari empat puluh bab ini mengambil setting di Moskwa Rusia. Secara
keseluruhan, novel ini menegaskan bahwa hidup di negara bebas dan
penduduknya sangat minim memeluk agama memerlukan perjuangan yang
kuat dalam mempertahankan iman dan kesucian tubuh.
Novel ini bercerita tentang kehidupan seorang santri salaf yang
bernama Muhammad Ayyas, mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di
Madinah dan mempunyai tugas riset S2 tentang sejarah Islam di Rusia
yang fokus pada kehidupan umat Islam Rusia pada masa pemerintahan
Stalin.
Moskwa saat itu sedang dalam keadaan musim dingin.
Butiran-butiran salju berjatuhan dari langit Moskwa. Salju yang turun perlahan dan
dingin tidak menghalangi arus lalu lalang orang-orang di bandara
Sheremetyevo. Tampak dua orang pemuda berwajah Asia Tenggara saling
bercengkrama satu sama lain, mereka adalah Ayyas dan Devid. Ayyas
dijemput oleh Devid, sahabat SMP nya dulu. Mereka sudah hampir
Sembilan tahun tidak bertemu. Tidak lama kemudian mereka bergegas
41
Devid untuk Ayyas selama melakukan penelitian dalam beberapa bulan
kedepan.
Tanpa Ayyas duga sebelumnya, ternyata ia satu apartemen dengan
dua orang nonik Rusia yang sangat cantik. Mereka adalah Yelena dan Linor. Padahal sejak dari kecil Ayyas tidak terbiasa dengan hal semacam
itu, ia lemah terhadap perempuan cantik. Ia sangat taat beragama dan ia
takut imannya akan runtuh apabila tinggal bersama mereka. Namun
menurut Devid, itulah yang terbaik untuk Ayyas. Devid menjelaskan
secara detail alasan mengapa ia memilih apartemen tersebut. Setelah
mendengar penjelasan Devid, Ayyas pun mengerti dan mengikuti apa yang
dikatakan Devid. Sejak saat itulah perjalanan hidup Ayyas dipenuhi
dengan banyak godaan. Mulai dari cara berpakaian mereka, sikap, sampai
perkataan Linor yang sering kali mengejak agama Islam. Belum lagi
Anastasia Palazzo asisten professor Tomski berparas menawan yang
membimbingnya dalam membuat tesis. Ayyas merasa ujian ini sangat
berat baginya.
Setelah cukup lama tinggal satu apartemen dengan dua orang nonik
Rusia, Ayyas sangat terkejut karena ternyata kedua orang itu bukanlah
orang baik-baik. Suatu hari Ayyas memergoki Linor sedang melakukan
perzinaan di ruang tamu apartemen bersama seorang anggota mafia Rusia.
Mahkan mafia itu terang-terangan mengajak Ayyas untuk berzina bersama
mereka. Namun Ayyas meninggalkan ruang tamu menuju kamarnya tanpa