• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKIDAH DALAM NOVEL BUMI CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL- SHIRAZY - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKIDAH DALAM NOVEL BUMI CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL- SHIRAZY - Test Repository"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKIDAH

DALAM NOVEL BUMI CINTA

KARYA HABIBURRAHMAN EL- SHIRAZY

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan (S. Pd)

Oleh:

ELFA RAFIKA

NIM: 111-12-107

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

v

MOTTO

ِئَٚ ُُۡۖۡىٌَ ٌٍَُّٗٱ ِحَغۡفَ٠ ْاُٛحَغۡفٱَف ِظٍََِٰدٌَّۡٱ ِٟف ْاُٛحَّغَفَر ُُۡىٌَ ًَ١ِل اَرِئ ْإََُِٰٓٛاَء َٓ٠ِزٌَّٱ بَُّٙ٠َأَََٰٰٓ٠

ًَ١ِل اَر

ذََٰخَسَد ٍَُِۡؼٌۡٱ ْاُٛرُٚأ َٓ٠ِزٌَّٱَٚ ُُۡىِِٕ ْإَُِٛاَء َٓ٠ِزٌَّٱ ٌٍَُّٗٱ ِغَفۡشَ٠ ْاُٚضُشٔٱَف ْاُٚضُشٔٱ

ٌٍَُّٗٱَٚ ۚ

بَِّث

ش١ِجَخ ٍََُّْٛۡؼَر

ٔٔ

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis",

maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila

dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang

yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S. Al-Mujadilah: 11)

َشَُّػ ِْٓث ٌٍََِّٗا ِذْجَػ َْٓػَٚ

-بََُّْٕٙػ ٌٍََُّٗا َِٟضَس

-َػ ,

:َيبَل ٍُعٚ ٗ١ٍػ للها ٍٝص ِِّٟجٌََّٕا ْٓ

) ِْٓ٠َذٌِاٌََْٛا ِطَخَع ِٟف ٌٍََِّٗا ُطَخَعَٚ ,ِْٓ٠َذٌِاٌََْٛا بَضِس ِٟف ٌٍََِّٗا بَضِس

ُِّٞزِِْشِّزٌَا َُٗخَشْخَأ

)

Dari Abdullah Ibnu Amar al-'Ash Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa

Sallam bersabda: "Keridloan Allah tergantung kepada keridloan orang tua dan kemurkaan

(7)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibu yang tulus memberikan cinta sucinya kepadaku, dengan tetesan

air mata, keringat dan doa yang tidak hentinya diberikan kepadaku, serta

membekaliku dengan pendidikan dunia dan pendidikan akhirat demi

tercapainya cita-citaku.

2. Bapak Ibu Mertua yang senantiasa memberikan doa serta petuah-petuah untuk

bekal kehidupan di dunia ini.

3. Suamiku tercinta (Widi Mahfukin) yang telah mencurahkan kasih sayang dan

perhatiannya serta selalu mendampingi dalam segala keadaan baik suka

maupun duka.

4. Adikku tersayang (Aida Ainur Masroh) yang selalu menghadirkan keceriaan

di dalam penatnya pembuatan skripsi.

5. Mbah Kakung Mbah Putri yang tidak pernah lelah memberikan

nasihat-nasihat kepada para cucunya supaya menjadi manusia yang berguna dan

bermartabat.

6. Rekan-rekan guru SD Negeri Mendongan yang selalu memberikan dukungan

serta masukan untuk kesuksesanku di masa mendatang.

7. Sahabat-sahabatku senasib seperjuangan di PAI 2012 mbak faid, mbak afif,

luluk, sari, latifah, lia terimakasih atas dukungannya. Aku bersyukur karena

(8)

vii

8. Sahabatku dari SD yang masih setia sampai sekarang (Nurul Agia Minta Sari)

yang selalu menemaniku kemanapun saya pergi, terimakasih selama ini sudah

sabar mendengarkan setiap curhatan-curhatanku. Semoga Allah mengizinkan

untuk kita meraih kesuksesan bersama-sama. Amin.

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

yang Maha Rahman dan Rahim dengan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya skripsi

dengan judul Nilai-nilai Pendidikan Akidah dalam Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy dapat diselesaikan.

Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan baginda

Rasulullah Muhammad SAW, manusia inspirasi penuh keteladanan yang

senantiasa dinantikan syafa‟atnya dihari kiamat. Tidak lupa shalawat serta salam

juga disampaikan kepada keluarga sahabat dan orang-orang yang senantiasa

Istiqomah di jalan kebaikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa

motivasi, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

menyelessaikan skripsi ini. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

(10)

ix

4. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd., selaku pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu, pikiran, serta tenaganya untuk memberikan bimbingan

dalam menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kesabaran.

5. Ibu Peni Susapti, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan pengarahan kepada penulis mulai dari awal semester I sampai

dengan terselesainya skripsi ini dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.

6. Bapak dan Ibu dosen karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu,

semangat, dan inspirasinya kepada penulis.

7. Bapak Habiburrahman El-Shirazy selaku pengarang novel Bumi Cinta yang telah menciptakan sebuah karya sastra pembangun jiwa serta meluangkan

waktunya untuk penulis dalam melakukan wawancara.

8. Bapak dan Ibu Penulis (Bapak Sakori dan Ibu Mursiyah), Aida Ainur Masroh

(adik penulis) yang senantiasa memberikan dukungan berupa moril, materil,

dan spiritual kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

9. Suami penulis (Widi Mahfukin) yang tak henti-hentinya memberikan

semangat untuk terselesainya skripsi ini.

10.Sarifah, Lia, Faid, Afif. Kalian adalah sahabat dan saudara terbaik yang

pernah kumiliki. Jazakumullah ahsanul jaza‟ atas dukungan, motivasi, serta

inspirasinya.

11.Teman-teman senasib seperjuangan tahun 2012, khususnya kelas PAI C.

Terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih

(11)

x

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik secara subtantif ataupun teknis.

Oleh karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak

agar bisa menjadi evaluasi dan perbaikan untuk kedepannya. Semoga skripsi ini

bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Amin.

Salatiga, 08 September 2016

Penulis

(12)

xi

ABSTRAK

Rafika, Elfa. 2016. Nilai-nilai Pendidikan Akidah dalam Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum M. Pd.

Kata kunci: Pendidikan, Akidah, Novel Bumi Cinta.

Pendidikan akidah merupakan asas kepada pembinaan Islam pada diri seseorang. Ada banyak cara untuk menyampaikan pendidikan akidah, salah satunya yang digunakan oleh Habiburrahman El-Shirazy lewat karya sastranya yang berupa novel berjudul Bumi Cinta. Permasalahan yang diambil dalam penelitian ini yaitu: (1) Apa saja bentuk pendidikan akidah yang terdapat dalam novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy (2) Bagaimana karakter tokoh yang ditampilkan dalam Novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research). Adapun sumber data yang diperoleh melalui wawancara serta menelaah buku primer karya Habiburrahman El-Shirazy.

Penelitian ini menemukan 6 bentuk pendidikan akidah dalam novel Bumi Cinta yaitu: keyakinan kepada Allah, keyakinan terhadap Malaikat, keyakinan terhadap Kitab-kitab Allah, keyakinan terhadap Rasulullah, keyakinan terhadap Hari Akhir, keyakinan terhadap Qadha‟ dan Qadar. Keenam keyakinan di atas diperoleh dengan 3 tingkatan yaitu tingkat taqlid, yakin, dan ainul yakin.

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN LOGO……….i

NOTA PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... Error! Bookmark not defined. MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Penegasan Istilah ... 10

F. Kajian Pustaka ... 12

G. Metode Penelitian... 15

H. Sistematika Penulisan ... 17

BAB IIKAJIAN TEORI A. Pengertian Pendidikan Akidah ... 19

B. Ruang Lingkup Akidah ... 24

C. Tingkatan Akidah ... 32

(14)

xiii

E. Unsur-unsur Pembangun Novel ... 36

1. Tema ... 36

2. Alur (Plot) ... 36

3. Latar / Setting ... 37

4. Penokohan ... 37

5. Point of View atau Sudut Pandang ... 38

6. Amanat ... 38

7. Gaya Bahasa ... 38

F. Macam-macam Novel ... 39

BAB IIIGAMBARAN UMUM NOVEL BUMI CINTA A. Sinopsis Novel Bumi Cinta ... 40

B. Unsur Intrinsik ... 46

C. Biografi Pengarang... 55

BAB IVANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKIDAH A. Keyakinan kepada Allah ... 59

B. Keyakinan kepada Malaikat Allah ... 71

C. Keyakinan kepada Kitab Allah ... 72

D. Keyakinan kepada Rasulullah ... 82

E. Keyakinan kepada Hari Akhir ... 84

F. Keyakinan kepada Qadha‟ dan Qadar ... 85

BAB VPENUTUP A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 90

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia beberapa tahun terakhir ini banyak menghadapi

masalah kekerasan, baik yang bersifat masal maupun yang dilakukan

secara individual. Kondisi seperti ini membuat perempuan dan anak-anak

menjadi lebih rentan untuk menjadi korban kekerasan. Bentuk kekerasan

yang dilakukan bukan hanya kekerasan secara fisik, akan tetapi juga

kekerasan terhadap perasaan, kekerasan ekonomi, kekerasan seksual dan

yang lainnya. Pelaku kekerasan tidak hanya berasal dari kalangan dewasa,

akan tetapi banyak melibatkan kaum remaja dan anak di bawah umur.

Dewasa ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang

cukup mendapat perhatian di kalangan masyarakat. Banyak ditemui di

koran atau majalah maupun saluran televisi berita tentang tindak pidana

perkosaan. Kasus perkosaan yang marak terjadi di Indonesia menunjukkan

bahwa pelaku tidak hanya menyangkut pelanggaran hukum, namun terkait

pula dengan akibat yang akan dialami oleh korban dan timbulnya rasa

takut dalam masyarakat.

Tindak kejahatan perkosaan akhir-akhir ini disertai dengan

pembunuhan. Seperti kasus yang sedang hangat diperbincangkan yaitu

pada bulan Maret 2016 siswi SMP di Bengkulu bernama Yuyun

(16)

2

minuman keras. Dalam perjalanannya pulang sekolah, dia dihadang oleh

belasan remaja tersebut. Setelah diperkosa ramai-ramai, Yuyun kemudian

dibunuh dan mayatnya dibuang ke jurang. Pelakunya kebanyakan masih

remaja dan masih berstatus pelajar.

Menurut Catatan Tahunan (CATAHU) 2016 Komnas Perempuan,

dari kasus kekerasan terhadap perempuan, kekerasan seksual berada di

peringkat kedua, dengan jumlah mencapai 2.399 kasus dengan persentase

72 %, pencabulan mencapai 601 kasus dengan persentase 18 %, dan

pelecehan seksual mencapai 166 kasus dengan persentase 5 %

(http://www.komnasperempuan.go.id/wp-

content/uploads/2016/03/Lembar-Fakta-Catatan-Tahunan-_CATAHU_-Komnas-Perempuan-2016.pdf).

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa angka kriminal bangsa

Indonesia masih sangat tinggi. Hal tersebut perlu mendapatkan perhatian

serius dari pemerintah dan masyarakat pada umumnya. Krisis moral yang

dialami bangsa Indonesia harus dibenahi supaya kasus Yuyun tidak

terulang di kemudian hari.

Permasalahan tersebut tidak hanya menjadi tanggung jawab

pemerintah saja, akan tetapi membutuhkan peran serta aktif orang tua

dalam mengawasi dan membimbing anak-anaknya. Para orang tua harus

memberikan pendidikan yang layak untuk pemenuhan hak bagi anak.

Selain daripada itu pendidikan juga dimaksudkan untuk pembentukan

(17)

3

berlaku dalam masyarakat serta sesuai dengan nilai-nilai Islami. Untuk

mewujudkan hal yang demikian, maka selain pendidikan formal yang

diberikan di sekolah-sekolah, seorang anak juga membutuhkan pendidikan

akidah yang dapat diajarkan dimana saja, baik dilingkungan sekolah

maupun dilingkungan keluarga.

Pendidikan akidah adalah pendidikan yang sangat vital dalam

dunia pendidikan Islam, karena pendidikan akidah sangat berarti bagi

seluruh umat. Pendidikan adalah faktor yang menyiapkan suatu bangsa

dalam menghadapi masa mendatang. Maka pendidikan yang berkembang

dalam suatu masyarakat mencerminkan bagi masa mendatangnya. Apabila

pendidikan dalam suatu bangsa baik, maka baiklah bekasannya.

Sebaliknya apabila pendidikan itu tidak berkeadaan baik, maka binasalah

umat itu dan kehancuranlah yang akan dihadapinya (Ash Shiddieqy, 2001:

42). Pendidikan yang baik tersebut dapat dicapai salah satunya melalui

pendidikan akidah.

Arti penting pendidikan akidah yaitu memberi didikan yang baik

dalam menempuh jalan kehidupan, menyucikan jiwa lalu mengarahkannya

kejurusan yang tertentu untuk mencapai puncak dari sifat-sifat yang tinggi

dan luhur agar sampai tingkatan ma‟rifat yang tertinggi (Sabiq, 1991: 19).

Akidah adalah masalah fundamental dalam Islam, ia menjadi titik

tolak permulaan muslim. Sebaliknya, tegaknya aktivitas keislaman dalam

(18)

4

orang itu memiliki akidah atau menunjukkan kwalitas iman yang ia miliki

(Razak, 1993: 120).

Manusia hidup atas dasar kepercayaannya. Tinggi rendahnya nilai

kepercayaan memberikan corak kepada kehidupan. Atau dengan kata lain,

tinggi rendahnya nilai kehidupan manusia tergantung kepada kepercayaan

yang dimilikinya. Sebab itulah kehidupan pertama dalam Islam dimulai

dengan iman (Razak, 1993: 120).

Tuhan telah menetapkan seluruh perkara dan menuntut manusia

untuk beriman kepada-Nya. Sedangkan iman adalah akidah yang pasti dan

sesuai dengan kenyataan berdasarkan keterangan-keterangan. Akidah tidak

akan bisa dicapai oleh setiap keterangan. Ia hanya bisa dicapai oleh

keterangan pasti yang tidak dicampuri keraguan pada-Nya (Syaltut, 1986:

83).

Islam telah menjadikan tanda bukti akidah pada manusia dengan

pengakuan, bahwa Allah itu Esa dan bahwa Muhammad adalah Rasul-Nya

(Syaltut, 1986: 17).

(19)

5

Ayat di atas dan yang senada jumlahnya banyak, menunjukkan

bahwa iman yang diterima dan yang benar adalah keyakinan yang tidak

dicampuri dengan keraguan dan amalan yang diantaranya berupa jihad

dengan harta dan jiwa di jalan Allah SWT.

Firman Allah SWT:

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang-orang yang merugi”. (QS. Az-Zumar: 65).

Ayat di atas menunjukkan bahwa segala amal tidak diterima jika

tidak bersih dari syirik. Karena itulah perhatian Nabi Muhammad SAW

yang pertama kali adalah pelurusan akidah. Hal pertama yang

didakwahkan para rasul kepada umatnya adalah menyembah Allah SWT

semata dan meninggalkan segala yang dituhankan selain Dia.

Akidah yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW dapat dilakukan

dengan cara pendidikan dan pengajaran yang sistematik agar dapat

mencapai akidah yang kokoh, kuat dan tidak mungkin terobohkan dan

dengan akidah yang benar kita dapat menjadi pemimpin dan penuntun

umat manusia sedunia dan mendapatkan kebahagiaan di akhirat (Sabiq,

(20)

6

Ada banyak cara untuk menyampaikan pendidikan Akidah, salah

satu cara yang digunakan oleh Habiburrahman El-Shirazy lewat karya

sastranya yang berupa novel yang berjudul Bumi Cinta.

Novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy ini adalah sebuah novel tentang perjuangan seorang pemuda Indonesia bernama

Muhammad Ayyas yang selalu menjaga teguh aqidah keimanannya. Dia

adalah mahasiswa pasca sarjana di Delhi, India yang juga seorang santri

salaf. Muhammad Ayyas mendapatkan tugas dari dosen pembimbingnya

yaitu Professor Najmuddin untuk melakukan penelitian tentang sejarah

Islam di Rusia.

Tibalah ia di Rusia dengan disambut oleh teman lamanya yang

bernama David. David inilah yang mencarikan apartemen untuk tempat

tinggal Ayyas. Dengan alasan keterbatasan budget dan lokasi apartemen

yang strategis David hanya bisa mendapatkan sebuah apartmen yang

berbagi dengan orang lain. Ternyata teman seapartmennya itu adalah dua

orang wanita Rusia yang sangat cantik jelita. Serangkaian masalah bagi

Ayyas pun bermula dari sini.

Yelena seorang pelacur kelas atas dan Linor seorang pemain biola

yang akhirnya diketahui sebagai agen rahasia Mossad adalah dua wanita

yang menjadi teman seapartemen Ayyas. Apartmen yang memiliki tiga

kamar ini mengharuskan Ayyas harus selalu berinteraksi dengan keduanya

(21)

7

keimanan yang dahsyat bagi Ayyas yang mencoba menjaga kesucian

dirinya sebagai muslim.

Godaan bagi Ayyas tidak hanya sampai di situ, dosen pembimbing

yang ditunjuk oleh Professor Najmuddin tidak bisa melakukan bimbingan

kepada Ayyas karena sesuatu hal, dia menyerahkan bimbingan ini kepada

asistennya yang bernama Anastasia. Dia adalah seorang gadis muda yang

sangat cantik jelita penganut Kristen Ortodoks yang sangat taat. Interaksi

yang intens sang asisten dengan Ayyas menimbulkan rasa simpati yang

lebih dari hati Anastasia kepada Ayyas. Ketertarikan itu pun kian hari kian

menguat. Di lain pihak Yelena tengah dilanda konflik dengan sang

mucikari dan Linor sang agen Mossad tengah menyiapkan rencana jahat

kepada Ayyas. Linor menyiapkan rekaya fitnah sebuah pengeboman yang

diarahkan agar Ayyas sebagi pelakunya.

Nuansa romansa memang terasa sangat kental dalam novel ini.

Tiap halaman akan kita jumpai gejolak perasaan Ayyas terhadap

wanita-wanita jelita yang dijumpainya. Itulah ujian iman terbesar bagi Ayyas.

Ujian keimanan yang sangat berat bagi siapapun yang menjalani hidup di

negeri yang sangat menjunjung tinggi free sex, apalagi bagi seorang

pemuda seperti Ayyas yang belum mempunyai istri. Kemanapun kaki

melangkah, dia akan terus tergoda oleh wanita-wanita cantik dari Moskwa.

Dalam novel ini yang tak kalah menarik adalah cerita tentang

(22)

8

memang benar-benar ada. Tuhan berkuasa atas segala-galanya. Adanya

alam semesta lengkap dengan segala aksesorisnya adalah wujud

keberadaan Tuhan. Manusia yang paling anti dengan Tuhan pun ketika

dalam keadaan sangat kritis tetap mengingat adanya Tuhan. Manusia boleh

saja mengingkari adanya Tuhan, tapi hati nurani tetap mengakui bahwa

Tuhan itu ada.

Dosen Pemikiran Islam IIUM Malaysia Dr. Syamsuddin Arif,

MA., di dalam novel Bumi Cinta memberikan komentar sebagai berikut:

“Kisah Ayyas mempertahankan imannya sebagai pemuda muslim di

tengah kehidupan Moskwa, Rusia yang penuh tantangan itu disajikan

dalam novel dengan sangat memukau, indah lagi mengaharukan.”

Lili Wong, seorang pemerhati novel keturunan Tionghoa

berkomentar sebagai berikut: “Novel yang sangat humanis, cerdas,

mengharukan, dan memuat nilai universal.”

Irwan Kelana, seorang Redaktur senior harian Nasional Republika

memberikan komentar sebagai berikut: “Perpaduan romantisme Shidney

Sheldon dan suspens ala Frederick Forsyth. Mengasyikkan sejak baris

pertama sampai baris terakhir.”

Novel Bumi Cinta merupakan novel yang masih sangat segar dan patut untuk dibaca. Banyak pesan dan hikmah yang terkandung dalam

tulisan ini. Kisah keteladanan Ayyas dalam menjaga kehormatannya

(23)

9

yang sangat aplikatif. Novel ini sangat direkomendasikan khususnya pada

remaja supaya dapat membentengi dirinya dengan iman dan taqwa.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

meneliti kandungan akidah yang terdapat dalam novel tersebut, dengan

judul “Nilai-nilai Pendidikan Akidah dalam Novel Bumi Cinta karya

Habiburrahman El-Shirazy.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa saja bentuk Pendidikan Akidah yang terdapat dalam Novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy?

2. Bagaimana karakter tokoh yang ditampilkan dalam Novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalah yang ada, maka tujuan penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui bentuk pendidikan akidah yang terkandung dalam

novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy.

2. Untuk mendeskripsikan karakter tokoh yang ditampilkan dalam novel

(24)

10

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat memperluas khasanah ilmu dalam karya ilmiah terutama

dalam bentuk cerita.

b. Sebagai wahana pemikiran dalam menetapkan teori-teori yang ada

dengan realitas yang ada di masyarakat.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan kontribusi bagi pembaca dalam pengajaran

terutama memahami makna atau hikmah dalam suatu cerita.

b. Dapat memberikan masukan kepada peneliti untuk penelitian

selanjutnya.

c. Sebagai transformasi nilai pendidikan yang terimplementasi dalam

kehidupan sehari-hari.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian dalam memahami

judul skripsi ini, maka penulis menegaskan istilah sebagai berikut:

1. Nilai Pendidikan Akidah

Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, disukai, dan paling

benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga

preferensinya tercermin dalam perilaku, sikap dan

perbuatan-perbuatannya (Maslikhah, 2009: 106). Pengertian yang lain

(25)

11

panduan dalam hal mempertimbangkan keputusan yang akan diambil

kemudian

(http://www.pengertianpakar.com/2015/03/pengertian-nilai-dan-macam-macam-nilai.html).

Pendidikan berasal dari kata “didik” yang berarti ajaran,

pimpinan, sedangkan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang

diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Suwarno,

2006: 22). Dalam pembahasan ini, yang dimaksud pendidikan yaitu

suatu proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang

dipelajari dalam rangka pembentukan sikap dan kepercayaan agar

nantinya menjadi individu yang bermoral.

Akidah menurut bahasa berasal dari kata „aqada ya‟qidu

„aqdan‟aqidatan yang berarti ikatan, janji dan keyakinan yang mantap

(Busyra, 2010: 10). Sedangkan secara istilah terdapat beberapa definisi

Akidah, antara lain:

a. Menurut Hasan al-Banna (tanpa tahun: 465) adalah beberapa

perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati mendatangkan

ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur

(26)

12

b. Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy (1978: 21) adalah sejumlah

kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia

berdasarkan akal, wahyu, dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh

manusia di dalam hati serta diyakini kesahihannya dan

keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang

bertentangan dengan kebenaran itu.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, nilai

pendidikan akidah adalah proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang maupun sekelompok orang melalui pengajaran dan latihan

berdasarkan akidah yang benar sehingga terbentuk manusia yang taat

kepada sang khaliq.

2. Novel Bumi Cinta

Novel merupakan karya fiksi yang berbentuk teks naratif

(Nurgiyantoro, 2005: 9). Jadi, Novel Bumi Cinta adalah sebuah karya

sastra Habiburrahman El-Shirazy berisi tentang perjuangan seorang

pemuda yang selalu menjaga teguh keimanannya di tengah kehidupan

bebas Negara Rusia.

F. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah kegiatan yang meliputi mencari, membaca,

dan menelaah laporan-laporan penelitian dan bahan pustaka yang memuat

teori-teori yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Kajian

pustaka merupakan daftar referensi dari semua jenis referensi seperti buku,

(27)

13

Kajian pustaka digunakan sebagai perbandingan terhadap

penelitian yang sudah ada baik dari segi kekurangan maupun kelebihan

yang telah ada sebelumnya. Dengan kajian pustaka ini diharapkan dapat

mempunyai andil yang besar dalam mendapatkan suatu informasi tentang

teori yang ada kaitannya dengan judul dalam penelitian ini. Sebelum

penulis memperlebar pembahasan tentang nilai-nilai pendidikan aqidah

dalam novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy, maka penulis mencoba menelaah buku yang ada untuk dijadikan sebagai perbandingan

dan acuan dalam penulisannya. Sebagai acuan dalam penelitian ini, penulis

menggunakan beberapa kajian pustaka sebagai rumusan berfikir. Beberapa

kajian pustaka tersebut diantaranya adalah:

Skripsi Siti Zulaicha (STAIN Salatiga) tahun 2012 yang berjudul

“Nilai-nilai Pendidikan Akhlak pada Novel Hapalan Shalat Delisa Karya

Tere Liye”. Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam skripsi tersebut meliputi nilai pendidikan akhlak terhadap Allah (shalat, dzikir,

dan berdoa kepada Allah, ikhlas menerima takdir Allah, tajut akan siksaan

Allah dan takut akan kehilangan rahmat Allah); nilai pendidikan akhlak

pada diri sendiri yang terdiri dari akhlak mahmudah (sabar, ikhlas, syukur,

optimis, tolong menolong, kerja keras dan disiplin) dan akhlak

madzmumah (jahil, bandel, berdusta dan pencemburu); akhlak terhadap

keluarga (hak kasih sayang suami istri, hak-hak bersama suami istri, birul

walidain); serta nilai pendidikan akhlak pada lingkungan (memelihara

(28)

14

yang sering terjadi sebenarnya adalah disebabkan oleh ulah manusia itu

sendiri).

Skripsi Khusnul Ariefah Budiarti (STAIN Salatiga) tahun 2014

yang berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Serial Anak-anak Mamak Karya Tere Liye”. Nilai-nilai yang terdapat dalam skripsi tersebut meliputi: nilai pendidikan akidah/keimanan (iman kepada Allah,

iman kepada malaikat, iman kepada kitab, iman kepada rasul, iman kepada

hari akhir dan iman kepada qadha‟ dan qadar); nilai pendidikan

syari‟ah/ibadah (shalat, wudhu, adzan, zakat, khitan, berdoa, menuntut

ilmu); nilai pendidikan akhlak yang terdiri dari akhlak kepada Allah

(tawakal, ikhlas, khauf, bertaubat, bersyukur), akhlak terhadap diri sendiri

(shidiq/jujur, amanah, sabar, khusnudzon, optimis, disiplin, qana‟ah, tanggung jawab, menutup aurat, syaja‟ah, tawadhu‟), akhlak terhadap orang tua (birrul walidain, sopan santun), akhlak terhadap sesama

(menjaga silaturrahmi, berbuat adil, menjaga aib, gotong royong, saling

memaafkan, peduli), akhlak terhadap lingkungan (menjaga dan tidak

merusak, memanfaatkan dengan baik).

Skripsi Nurhidayah (IAIN Salatiga) tahun 2015 yang berjudul

“Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel 99 Cahaya di Langit Eropa

(Telaah Kajian dari Aspek Unsur-unsur Pendidikan)”. Nilai-nilai yang terdapat dalam skripsi tersebut antara lain: nilai akidah yang terdiri dari

nilai ubudiyah (ajaran untuk selalu beriman kepada Allah dan meyakini

(29)

15

ikhlas); nilai ibadah (ajaran untuk mendirikan shalat dan perintah untuk

puasa ramadhan); nilai pendidikan akhlak (akhlak berbicara yang baik,

akhlak berhubungan dengan beda agama, akhlak untuk saling memaafkan,

dan akhlak untuk saling tolong menolong).

Berdasarkan beberapa kajian pustaka yang telah ada, peneliti

belum menemukan judul yang sama dengan yang akan peneliti ajukan

yaitu Nilai-nilai Pendidikan Akidah dalam Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy. Dengan demikian masalah yang diangkat

dalam penelitian ini memiliki unsur pembaharuan.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini digolongkan dalam penelitian kepustakaan

(library research) karena data yang diteliti berupa naskah-naskah, atau

majalah-majalah yang bersumber dari khasanah kepustakaan

(Arikunto, 2010: 54).

2. Objek Penelitian

Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah pesan

nilai-nilai aqidah dalam novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

metode dokumentasi dan wawancara. Metode dokumentasi yaitu

(30)

16

transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,

agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274).

Sedangkan metode wawancara adalah teknik pengumpulan data

dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada responden, dan

jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam. Dalam hal ini

peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada Habiburrahman

El-Shirazy seputar novel Bumi Cinta.

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer dan

data sekunder.

a. Data Primer

Sumber data primer adalah data yang langsung

dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya (Suryabrata,

2009: 39). Sumber data primer dari penelitian ini adalah novel

Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy. b. Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang didapat tidak secara

langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang

sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara

atau metode baik secara komersial maupun non komersial

(Saraswati, 2011: 65). Data sekunder dalam penelitian ini adalah

buku-buku yang mempunyai relevansi untuk memperkuat

argumentasi dan melengkapi hasil penelitian ini diantaranya adalah

(31)

17

Syari‟ah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, dan lain sebagainya serta

hasil wawancara yang telah dilakukan dengan penulis.

4. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,

catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara pengorganisasian data

kategori dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

sendiri dan orang lain (Sugiono, 2007: 89). Untuk menganalisis Novel

Bumi Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy, penulis menggunakan content analysis, yaitu teknik penelitian untuk membuat referensi data yang valid dan dapat diulang ke konteks aslinya (Sarosa, 2012: 70).

Langkah-langkah dalam content analysis dimulai dengan peneliti menyusun satu set kategori (juga disebut kode) untuk

mengelompokkan kata dan frase. Kode tersebut kemudian

diaplikasikan ke teks. Setelah keseluruhan teks diklasifikasikan ke

kode atau criteria tadi, berbagai alat statistic dapat digunakan. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa content analysis adalah metode kuantitatif untuk menganalisis data kualitatif (Sarosa, 2012: 70).

H. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini disusun dengan menggunakan uraian yang

sistematis untuk memudahkan pengkajian dan pemahaman terhadap

persoalan yang ada. Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini

(32)

18

Bab I Pendahuluan, terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Rumusan

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, Kajian

Pustaka, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.

Bab II Tinjauan Teoritik tentang Novel dan Pendidikan Aqidah,

terdiri dari: Pengertian Pendidikan Akidah, Ruang Lingkup Akidah,

Tingkatan Akidah, Pengertian Novel, Unsur-unsur Pembangun Novel,

Macam-macam Novel.

Bab III Gambaran Umum Novel Bumi Cinta, terdiri dari: Sinopsis

Novel Bumi Cinta, Unsur Intrinsik Novel Bumi Cinta dan Unsur Ekstrinsik

Novel Bumi Cinta.

Bab IV Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Akidah Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy.

(33)

19

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pendidikan Akidah

Pendidikan akidah berasal dari dua suku kata, yaitu pendidikan dan

akidah. Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani Paedagogy, yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar

seorang pelayan. Dalam bahasa Romawi, pendidikan diistilahkan dengan

educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam. Dalam bahasa Inggris, pendidikan diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual (Suwarno, 2006: 19).

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, tercantum pengertian pendidikan yaitu: “Pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara.”

Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha

manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun

(34)

20

berlangsung suatu proses pendidikan. Karena itulah sering dinyatakan

pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia. Pendidikan pada

hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya (Syam dkk,

1981: 2).

Beberapa definisi pendidikan menurut para ahli (Suwarno, 2006:

20) adalah sebagai berikut:

1. George F. Kneller, pendidikan memiliki arti luas dan sempit. Dalam

arti luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang

mempengaruhi perkembangan jiwa, watak, ataupun kemauan fisik

individu. Dalam arti sempit, pendidikan adalah suatu proses

mentransformasikan pengetahuan, nilai-nilai, dan ketrampilan dari

generasi ke generasi, yang dilakukan oleh masyarakat melalui

lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah, pendidikan tinggi, atau

lembaga-lembaga lain.

2. John Dewey, memandang pendidikan sebagai sebuah rekonstruksi atau

reorganisasi pengalaman agar lebih bermakna, sehingga pengalaman

tersebut dapat mengarahkan pengalaman yang akan didapat

berikutnya.

3. John S. Brubacher, pendidikan adalah proses pengembangan potensi,

kemauan, dan kapasitas manusia yang mudah dipengaruhi oleh

kebiasaan, kemudian disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang

(35)

21

sehingga pendidikan dapat digunakan untuk menolong orang lain atau

dirinya sendiri dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

4. Carter V. Good, pendidikan adalah: pertama, keseluruhan proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan

bentuk-bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai positif dalam masyarakat di

tempat hidupnya; kedua, proses sosial dimana seseorang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khusus yang

datang dari sekolah), sehingga orang tersebut bisa mendapat atau

mengalami perkembangan kemampuan sosial maupun kemampuan

individual secara optimal.

5. Driyarkara, inti pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda. Pada

dasarnya pendidikan adalah pengembangan manusia muda ke taraf

insani.

6. Ki Hajar Dewantara, pendidikan merupakan tuntutan bagi

pertumbuhan anak-anak. Artinya, pendidikan menuntut segala

kekuatan kodrat yang ada pada diri anak-anak, agar mereka sebagai

manusia sekaligus sebagai anggota masyarakat dapat mencapai

keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Dari beberapa definisi tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan

adalah usaha atau proses untuk membina kualitas sumber daya manusia

seutuhnya serta memberikan nilai-nilai dalam rangka pembentukan sikap

dan kepercayaan seseorang dalam keberlangsungan hidup bermasyarakat,

(36)

22

Sedangkan akidah (

ُحَذْ١ِمَؼٌَْا

) menurut bahasa Arab (etimologi)

berasal dari „aqada-ya‟qidu-uqdatan wa „aqidatan artinya ikatan atau

perjanjian. Kata al-„aqdu (ُذْمَؼٌَْا) yang berarti ikatan, at-tautsiqu (

ُكْ١ِثَّْٛزٌَا

)

yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkamu (

َُبَىْحِلإَا

)

yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabtu bi quwwah (

ُطْثَّشٌا

ِحَُّٛمِث

) yang berarti mengikat dengan kuat (Yazid, 2006: 27).

Ahli bahasa memberi definisi tentang akidah (Anshari, 1992: 90)

ialah:

ُشْ١َِّّضٌاَٚ ُتٍَْمٌْا ِْٗ١ٍََػ َذِمَػ بَِ

“Yang dengan dia diikatkan hati dan perasaan halus manusia.”

َُٖذَمَزْػاَٚ ُْ بَغِْٔءبٌْا ِِٗث ََّٓ٠َذَر بَِ

“Yang dijadikan agama oleh manusia dan dijadikannya pegangan”

Definisi akidah yang lainnya yaitu:

1. Menurut Hasan al-Banna (tanpa tahun: 465)

ْٛىرٚ هغفٔبٙ١ٌا ٓئّطرٚ هجٍلبٙث قذص٠ ْأ تد٠ ٝزٌاسِٛلأا ٟ٘ذئبمؼٌا

هش ٗطٌبخ٠لاٚ ت٠س ٗخصبّ٠لا نذٕػبٕ١م٠

Akidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini keberadaannya

oleh hatimu, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang

tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.

(37)

23

ٍغٌّا ذ١٘ذجٌا كحٌاب٠بضل ِٓخػّٛدِ ٟ٘حذ١مؼٌا

حشطفٌاٚ غّغٌاٚ ًمؼٌبثخّ

بؼطبل بٙزحصثبِصبخ ٖسذصبٙ١ٍػ ٕٝث٠ٚ ٗجٍل ْبغٔلإا بٙ١ٍػذمؼ٠

ب٘دٛخٛث

ٛجثٚ

بٙر

اذثأ ْٛى٠ٚأ حص٠ ٗٔأبٙفلاخ ٜش٠لا

Akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum

(axioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu, dan fitrah. Kebenaran

itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dan

kebenarannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang

bertentangan dengan kebenaran itu.

Sedangkan ulama‟ fiqh mendefinisikan akidah sebagai sesuatu

yang diyakini dan dipegang teguh, sukar sekali untuk diubah. Ia beriman

berdasarkan dalil-dalil yang sesuai dengan kenyataan, seperti beriman

kepada Allah Swt, para Malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, dan Rasul-rasul

Allah, adanya kadar baik dan buruk, dan adanya hari akhir (Ahmad, 2008:

116).

Berdasarkan pengertian pendidikan dan akidah di atas dapat

penulis simpulkan bahwa pendidikan akidah adalah suatu proses usaha

yang berupa bimbingan, pengarahan, pembinaan kepada manusia agar

nantinya dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan akidah Islam

yang telah diyakini secara menyeluruh, mengembangkan dan

memantapkan kemampuannya dalam mengenal Allah, serta menjadikan

akidah Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya dalam berbagai

kehidupan baik pribadi, keluarga, maupun kehidupan masyarakat demi

kemaslahatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat dengan

(38)

24

B. Ruang Lingkup Akidah

Akidah dalam pembahasan ini ditautkan dengan rukun iman yang

menjadi asas seluruh ajaran Islam. Kedudukannya sangat sentral dan

fundamental, oleh karena itu menjadi asas dan sekaligus sangkutan atau

gantungan segala sesuatu dalam Islam (Ali, 1998: 199). Asas seluruh

ajaran Islam tersebut jumlahnya ada enam, yaitu:

1. Keyakinan Kepada Allah

Pokok utama agama Islam ialah bahwa kita harus mengenal

Allah, yakni kita wajib percaya bahwasanya Dialah Tuhan yang

sesungguhnya, dan tidak ada Tuhan lain yang patut disembah kecuali

Dia, Allah Yang Maha Pencipta Dialah yang mesti Ada, Yang awal

dan tiada bermula dan yang akhir tiada berkesudahan, tiada sesuatupun

yang menyerupai-Nya, Maha Esa dalam Ketuhanan-Nya, sifat-Nya

maupun af‟al (pekerjaan) Nya, Yang Maha Hidup lagi berdiri sendiri,

Maha Mendengar dan Maha Melihat, Maha Kuasa atas segala sesuatu

(Munir dan Sudarsono, 2001: 1).

Menurut Osman Raliby ajaran Islam tentang Kemaha Esaan

Tuhan (Ali, 1998: 202) adalah sebagai berikut:

a. Allah Maha Esa dalam Zat-Nya

Kemaha Esaan Allah dalam Zat-Nya dapat dirumuskan

(39)

25

dibandingkan dengan apapun juga. Dia berbeda dalam

segala-galanya. Keyakinan kepada Zat Allah Yang Maha Esa seperti itu

mempunyai konsekuensi. Konsekuensinya adalah bagi umat Islam

yang mempunyai akidah demikian, setiap atau segala sesuatu yang

dapat ditangkap oleh pancaindera mempunyai bentuk tertentu,

tunduk pada ruang dan waktu, hidup memerlukan makanan dan

minuman seperti manusia biasa, mengalami sakit dan mati, lenyap

dan musnah, bagi seorang muslim bukanlah Allah, Tuhan Yang

Maha Esa.

b. Allah Maha Esa dalam Sifat-sifat-Nya

Kemahaesaan Allah dalam sifat-sifat-Nya ini mempunyai

arti bahwa sifat-sifat Allah penuh kesempurnaan dan keutamaan,

tidak ada yang menyamai-Nya. Sifat-sifat Allah itu banyak dan

tidak dapat diperkirakan. Namun demikian, dari al-Qur‟an dapat diketahui sembilan puluh sembilan (99) nama sifat Tuhan yang

biasanya disebut al-Asma‟ul Husna. Di dalam Ilmu Tauhid, dijelaskan dua puluh sifat Tuhan, yang disebut dengan Sifat Dua Puluh, yaitu: Ada, Awal (tidak ada permulaan-Nya), Kekal (Abadi tidak berkesudahan), Berbeda dengan segala ciptaan-Nya (yang

baru), Berdiri sendiri, Maha Esa, Maha Kuasa, Berkehendak, Maha

Mengetahui, Hidup, Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha

Berkata-kata, Dalam Keadaan Berkuasa, Dalam Keadaan

(40)

26

Hidup, Dalam Keadaan Mendengar, Dalam Keadaan Melihat, dan

Dalam Keadaan Berkata-kata.

c. Allah Maha Esa dalam Perbuatan-perbuatan-Nya

Allah Maha Esa dalam perbuatan-perbuatan-Nya

mengandung arti bahwa kita meyakini Tuhan Yang Maha Esa tiada

tara dalam melakukan sesuatu, sehingga hanya Dialah yang dapat

berbuat menciptakan alam semesta ini. Perbuatan-Nya itu unik,

lain dari yang lain, tiada taranya dan tidak sanggup pula manusia

menirunya.

d. Allah Maha Esa dalam Wujud-Nya

Menurut keyakinan Islam, Allah Maha Esa. Demikian

Esa-Nya sehingga wujudnya tidak dapat disamakan dengan alam atau

bagian-bagian alam yang merupakan ciptaan-Nya ini.

Eksistensi-Nya wajib, karena itu Dia disebut wajibul wujud. Pernyataan ini mempunyai makna bahwa hanya Allahlah yang abadi dan wajib

eksistensi atau wujud-Nya. Selain dari Dia, semuanya mumkinul wujud. Artinya boleh (mungkin) ada, boleh (mungkin) tiada seperti eksistensi manusia dan seluruh alam semesta ini yang pada

waktunya pasti akan mati atau hancur binasa.

e. Allah Maha Esa dalam Menerima Ibadah

Ini berarti bahwa hanya Allah sajalah yang berhak

(41)

27

patut dan harus disembah dan hanya kepada-Nya pula kita meminta

pertolongan. Yang dimaksud dengan ibadah adalah segala

perbuatan manusia yang disukai Allah, baik dalam kata-kata

terucapkan maupun dalam bentuk perbuatan-perbuatan lain, yang

kelihatan dan yang tidak kelihatan.

f. Allah Maha Esa dalam Menerima Hajat dan Hasrat Manusia

Artinya, bila seorang manusia hendak menyampaikan

maksud, permohonan atau keinginannya langsunglah sampaikan

kepada-Nya, kepada Allah sendiri tanpa perantara atau media apa

pun namanya. Tidak ada system rahbaniyah atau kependetaan dalam Islam. Semua manusia, kecuali para Nabi dan Rasul,

mempunyai kedudukan yang sama dalam berhubungan langsung

dengan Tuhan Yang Maha Esa.

g. Allah Maha Esa dalam Memberi Hukum

Allah adalah satu-satunya pemberi hukum tertinggi. Dia

memberi hukum kepada alam dan juga kepada umat manusia

bagaimana mereka harus hidup di bumi-Nya ini sesuai dengan

ajaran-ajaran dan kehendak-Nya yang dengan sendirinya sesuai

pula dengan hukum-hukum yang berlaku di alam semesta dan

watak manusia, yang semuanya itu adalah ciptaan Allah.

2. Keyakinan kepada Malaikat Allah

Allah yang Mahakuasa itu menciptakan jenis makhluk yang

(42)

28

dengan kita (manusia) baik sifat, bentuk dan pekerjaannya. Mereka

bukan laki-laki dan bukan perempuan, tidak makan dan tidak minum,

tidak tidur dan tidak mampu terlihat oleh mata biasa.

Kita wajib percaya, bahwa Allah SWT. mempunyai banyak

Malaikat sebagai makhluk-Nya yang lain. Mereka itu adalah

pesuruh-pesuruh Allah, yang mengurus segala pekerjaan yang diperintahkan

oleh-Nya, tanpa pernah membantah sedikitpun. Malaikat adalah

hamba-hamba Allah yang dimuliakan (Munir dan Sudarsono, 2001:

23).

Adapun Malaikat yang wajib kita ketahui ada 10 berikut

tugasnya, yaitu:

a. Malaikat Jibril, tugasnya menyampaikan wahyu kepada para Rasul.

b. Malaikat Mikail, tugasnya menurunkan hujan dan membagi rezeki.

c. Malaikat Israif, tugasnya meniup sangkakala (terompet) pada hari

kiamat.

d. Malaikat Izrafil, tugasnya mencabut nyawa sekalian makhluk.

e. Malaikat Raqib, tugasnya mencatat amal baik manusia.

f. Malaikat Atid, tugasnya mencatat amal buruk manusia.

g. Malaikat Munkar dan Nakir, tugasnya memeriksa manusia di alam

kubur.

h. Malaikat Ridwan, tugasnya menjaga surga.

i. Malaikat Malik, tugasnya menjaga neraka.

(43)

29

Keyakinan kepada kitab-kitab suci merupakan Rukun Iman

ketiga. Kitab-kitab suci itu memuat wahyu Allah. Wahyu adalah

firman Allah yang disampaikan malaikat Jibril kepada para Rasul-Nya.

Firman itu mengandung ajaran, petunjuk, pedoman yang diperlukan

oleh manusia dalam perjalanan hidupnya di dunia ini menuju akhirat

(Ali, 1998: 213).

Adapun kitab-kitab tersebut (Munir dan Sudarsono, 2001: 24)

perinciannya sebagai berikut:

a. 60 shuhuf diturunkan kepada Nabi Tsits (Sis) as.

b. 30 shuhuf diturunkan kepada Nabi Ibrahim as.

c. 10 shuhuf diturunkan kepada Nabi Musa as.

d. Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa as.

e. Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud as.

f. Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa as.

g. Kitab al-Qur‟an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. 4. Keyakinan kepada Nabi dan Rasul

Yakin kepada para Nabi dan Rasul merupakan Rukun Iman

keempat. Di dalam buku-buku Ilmu Tauhid disebutkan bahwa antara

Nabi dan Rasul ada perbedaan tugas utama. Para Nabi menerima

tuntunan berupa wahyu, akan tetapi tidak mempunyai kewajiban

menyampaikan wahyu itu kepada umat manusia. Rasul adalah utusan

Tuhan yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang diterimanya

(44)

30

Para Nabi dan Rasul tersebut pada hakikatnya adalah sama

seperti manusia pada umumnya. Mereka makan, minum, beristri,

beranak, berniaga, dan sebagainya. Hanya bedanya mereka adalah

manusia-manusia pilihan Allah yang menerima wahyu dari-Nya

(Munir dan Sudarsono, 2001: 27).

Sepanjang sejarah manusia, selalu saja ada orang yang

memberi peringatan kepada mereka agar manusia senantiasa berada di

jalan yang benar. Yang memberi peringatan itu adalah Nabi dan Rasul.

Jumlah mereka ada banyak. Namun, berapa jumlahnya yang pasti

tidaklah diketahui. Menurut Hasbi Ash Shiddieqy jumlah para Rasul

yang pernah diutus Allah untuk memimpin manusia 313 orang, sedang

jumlah para Nabi 124.000 orang. Di dalam al-Qur‟an disebutkan bahwa jumlah Nabi adalah 25 orang (Ali, 1998: 221). 25 Nabi tersebut

yaitu: Nabi Adam as, Nabi Idris as, Nabi Nuh as, Nabi Hud as, Nabi

Shalih as, Nabi Ibrahim as, Nabi Luth as, Nabi Isma‟il as, Nabi Ishaq

as, Nabi Ya‟qub as, Nabi Yusuf as, Nabi Ayyub as, Nabi Syu‟aib as, Nabi Musa as, Nabi Harun as, Nabi Ilyasa‟ as, Nabi Zulkifli as, Nabi

Daud as, Nabi Sulaiman as, Nabi Ilyas as, Nabi Yunus as, Nabi

Zakariya as, Nabi Yahya as, Nabi Isa as, dan Nabi Muhammad Saw.

5. Keyakinan kepada Hari Kiamat

Rukun Iman yang kelima adalah keyakinan kepada hari kiamat.

(45)

31

tidak ada lagi siang dan malam setelah itu. Pada saat itu, sekalian

makhluk Allah akan binasa, kemudian seluruh manusia akan

dibangkitkan kembali untuk diperiksa semua amal masing-masing,

yang baik dan yang buruk (Munir dan Sudarsono, 2001: 28).

Kita wajib percaya akan datangnya hari itu dan segala yang

bakal terjadi di dalamnya, seperti kehancuran segala sesuatu. Begitu

juga segala yang telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW. kepada kita,

seperti adanya alam kubur, mahsyar, hisab (perhitungan) amal,

pembalasan, neraka, surga, dan sebagainya (Munir dan Sudarsono,

2001:29).

Keyakinan kepada hari kiamat ini membuat manusia terbagi

kedalam tiga kategori. Kategori pertama adalah manusia yang tidak percaya kepada hari akhirat dan memandang kehidupan di dunia ini

sebagai satu-satunya kehidupan. Kategori kedua adalah manusia yang tidak menyangkal hari akhirat, tetapi bergantung kepada campur

tangan atau bantuan pihak lain untuk mensucikan diri atau menebus

dosa-dosanya. Kategori ketiga adalah manusia-manusia yang yakin pada hari akhirat sebagaimana diterangkan dalam ajaran Islam. Orang

yang yakin akan adanya hari akhirat dan yakin pula bahwa ia

bertanggung jawab terhadap segala perbuatan yang dilakukannya,

memperoleh pengawasan dalam dirinya setiap saat ia menyimpang dari

(46)

32

Kesadaran akan adanya pengawasan di dalam dirinya itu

membuat manusia menjadi takwa dan takut kepada Allah walaupun

tidak ada orang lain yang menyaksikan perbuatannya. Ia akan

melaksanakan kewajibannya dengan jujur dan tidak suka melakukan

perbuatan-perbuatan terlarang. Seandainya pun ia tergelincir pada

suatu waktu dan melanggar ketentuan Allah, ia senantiasa siap untuk

bertobat dan bertekad tidak akan mengulangi kesalahan itu lagi (Munir

dan Sudarsono, 2001: 229).

6. Keyakinan kepada Qadha‟ dan Qadar (Takdir)

Segala yang telah terjadi, sedang terjadi, dan yang akan terjadi,

semua telah ditentukan oleh Allah Swt baik maupun buruk. Kita waib

percaya bahwasanya Allah menjadikan segala sesuatu dengan

rencananya. Perintah-Nya pasti dan tentu. Segala sesuatu ditentukan

sebelum terjadinya menurut kehendaknya.

Dengan demikian, segala amalan hamba Allah itu sebenarnya

terlaksana menurut qadha‟ dan qadar dari Allah. Namun demikian,

manusia diberi hak untuk berikhtiar sekuat tenaga, meskipun ketentuan

akhir berada di tangan-Nya. Dengan kata lain, manusialah yang

berusaha, tetapi Allah yang menentukan (Munir dan Sudarsono, 2001:

37).

C. Tingkatan Akidah

Akidah atau iman yang dimiliki seseorang tidak selalu sama

(47)

33

tergantung pada upaya orang itu. Pada dasarnya, iman itu berkembang. Ia

bisa tumbuh subur atau sebaliknya, kalau tidak dipelihara akan berkurang,

mengecil atau bahkan hilang sama sekali.

Tingkatan-tingkatan akidah tersebut

(http://www.lentera-kita.com/2015/05/tingkatan-tingkatan-aqidah-islam.html) adalah:

1. Tingkat taqlid, yaitu tingkat di mana keyakinan didasarkan atas

pendapat orang yang diikutinya tanpa difikirkan lagi.

2. Tingkat yakin, yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas bukti dan

dalil yang jelas, tetapi belum sampai menemukan hubungan yang kuat

antara objek keyakinan dengan dalil yang diperolehnya, sehingga

memungkinkan orang terkecoh oleh sanggahan-sanggahan atau

dalil-dalil lain yang lebih rasional dan mendalam.

3. Tingkat ainul yakin, yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas

dalil-dalil rasional, ilmiah dan mendalam, sehingga mampu

membuktikan hubungan antara objek keyakinan dengan dalil-dalil

serta mampu memberikan argumentasi yang rasional terhadap

sanggahan-sanggahan yang datang, sehingga tidak mungkin terkecoh

oleh argumentasi lain yang dihadapkan kepadanya.

4. Tingkat haqul yakin, yaitu tingkat keyakinan yang di samping

didasarkan atas dalil-dalil rasional, ilmiah dan mendalam, dan mampu

membuktikan hubungan antara objek keyakinan dengan dalil-dalil

(48)

34

dapat menemukan dan merasakan keyakinan tersebut melalui

pengalaman agamanya.

D. Pengertian Novel

Karya sastra merupakan wujud ungkapan perasaan pengarang.

Seperti juga karangan lain, karya sastra dibuat pengarang dengan maksud

untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada pembacanya. Hanya karena

sifat dasarnya yang berbeda dengan karangan lain, maka sesuatu yang

dikomunikasikan tersebut juga berbeda. Dunia kesusastraan secara garis

besar mengenal tiga jenis teks sastra, yaitu teks naratif (prosa), teks

monolog (puisi), dan teks dialog (drama). Salah satu ragam prosa adalah

novel.

Novel berasal dari bahasa Italia yaitu novella yang dalam bahasa Jerman novelle. Secara harfiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil (Nurgiyantoro, 2005: 10). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI), novel adalah karangan prosa yang panjang, mengandung

rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya

dengan menonjolkan watak dan sifat setiap perilaku.

Novel merupakan bentuk pengungkapan dengan cara langsung,

tanpa meter atau rima dan irama yang teratur (Aziez dan Hasim, 2010: 1).

Bahasa yang digunakan dalam novel adalah bahasa sehari-hari, sehingga

tidak ada kesulitan yang berarti dalam membacanya.

Novel bersifat naratif, artinya ia lebih bersifat bercerita daripada

(49)

35

novel memiliki apa yang disebut dengan tokoh, perilaku, dan plot. Dengan

kata lain, novel melibatkan sejumlah orang yang melakukan sesuatu dalam

suatu konteks total yang diatur atau dirangkai dalam urutan logis (Aziez

dan Hasim, 2010: 3).

Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu

unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik (intrinsic) adalah

unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah

yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra. Unsur intinsik

sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta

membangun cerita. Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah yang

membuat sebuah novel berwujud. Unsur-unsur ini terdiri dari: peristiwa,

cerita, plot, penokohan, tema, alur, sudut pandang, gaya bahasa, dan

amanat

Unsur ekstrinsik (extrinsic) adalah unsur-unsur yang berada diluar

karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau

sistem organisme karya sastra. Atau, secara lebih khusus ia dapat

dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah

karya sastra, namun sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Walau

demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap totalitas bangun

cerita yang dihasilkan. Oleh karena itu, unsur ekstrinsik sebuah novel

haruslah tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting. Unsur ekstrinsik

novel meliputi: biografi pengarang, situasi dan kondisi, serta nilai-nilai

(50)

36

E. Unsur-unsur Pembangun Novel

Beberapa struktur novel dibentuk oleh unsur-unsur (Nurgiyantoro,

2012: 68) sebagai berikut:

1. Tema

Tema (theme) menurut Stanton (1965:20) dan Kenny (1966:88), adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita.Tema

merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra

dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantik dan yang

menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan. Tema

disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan

yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi

tertentu. Untuk menemukan tema sebuah karya fiksi, ia haruslah

disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan

bagian-bagian tertentu cerita.

2. Alur (Plot)

Alur (plot) adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun

tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa

yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang

lain. Penampilan peristiwa demi peristiwa yang hanya mendasarkan

diri pada urutan waktu saja belum merupakan plot. Agar menjadi

sebuah plot, peristiwa-peristiwa itu haruslah diolah dan disiasati secara

(51)

37

merupakan sesuatu yang indah dan menarik, khususnya dalam

kaitannya dengan karya fiksi yang bersangkutan secara keseluruhan.

3. Latar / Setting

Latar / Setting bisa diartikan sebagai landas tumpu, menyaran

pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial

tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar

memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting

untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan

suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi.

4. Penokohan

Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang

seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Sedangkan istilah

“tokoh” menunjuk pada orangnya, pelaku cerita.

Dalam novel tersebut, kita dapat mengamati karakter setiap

tokoh. Ada beberapa cara yang dapat dipergunakan oleh pengarang

untuk melukiskan watak, rupa, atau pribadi para tokoh tersebut

(Kosasih, 2012: 66) antara lain:

a. Physical description (melukiskan bentuk lahir dari pelakon) b. Portrayal of thought stream or of conscious thought (melukiskan

jalan pikiran pelakon atau apa yang melintas dalam pikirannya)

(52)

38

5. Point of View atau Sudut Pandang

Point of View atau Sudut Pandang, menyaran pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara dan atau pandangan yang

dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh,

tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam

sebuah karya fiksi kepada pembaca. Dengan demikian, sudut pandang

pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja

dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya.

Secara garis besar, sudut pandang dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu sudut pandang persona pertama “aku” dan sudut pandang

persona ketiga “dia”. Namun dewasa ini dapat kita jumpai adanya

beberapa novel Indonesia yang mempergunakan dua sudut pandang

“aku” dan “dia” secara bergantian. Yang demikian itu dinamakan

dengan sudut pandang campuran.

6. Amanat

Amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang

hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu

(Kosasih, 2012: 70). Secara umum moral menyaran pada pengertian

(ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan,

sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak, budi pekerti, susila.

7. Gaya Bahasa

Gaya Bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau

(53)

39

memperlihatkan hubungan dan interaksi antara sesama tokoh (Kosasih,

2012: 71).

F. Macam-macam Novel

Menurut Muchtar Lubis cerita novel ada bermacam-macam

(Tarigan, 2008: 165) antara lain:

1. Novel avonuter adalah bentuk novel yang dipusatkan pada seorang

lakon atau tokoh utama. Ceritanya dimulai dari awal sampai akhir para

tokoh mengalami rintangan-rintangan dalam mencapai maksudnya.

2. Novel psikologi adalah novel yang penuh dengan peristiwa-peristiwa

kejiwaan para tokoh.

3. Novel detektif adalah novel yang merupakan cerita pembongkaran

rekayasa kejahatan untuk menangkap pelakunya dengan cara

penyelidikan secara tepat dan cermat.

4. Novel politik atau sosial adalah bentuk cerita tentang kehidupan

golongan dalam masyarakat dengan segala permasalahannya.

5. Novel kolektif adalah novel yang menceritakan pelaku secara komplek

(54)

40

BAB III

GAMBARAN UMUM NOVEL BUMI CINTA

A. Sinopsis Novel Bumi Cinta

Bumi Cinta adalah sebuah novel pembangun jiwa karya novelis

nomor satu di Indonesia, Habiburrahman El-Shirazy. Novel yang terdiri

dari empat puluh bab ini mengambil setting di Moskwa Rusia. Secara

keseluruhan, novel ini menegaskan bahwa hidup di negara bebas dan

penduduknya sangat minim memeluk agama memerlukan perjuangan yang

kuat dalam mempertahankan iman dan kesucian tubuh.

Novel ini bercerita tentang kehidupan seorang santri salaf yang

bernama Muhammad Ayyas, mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di

Madinah dan mempunyai tugas riset S2 tentang sejarah Islam di Rusia

yang fokus pada kehidupan umat Islam Rusia pada masa pemerintahan

Stalin.

Moskwa saat itu sedang dalam keadaan musim dingin.

Butiran-butiran salju berjatuhan dari langit Moskwa. Salju yang turun perlahan dan

dingin tidak menghalangi arus lalu lalang orang-orang di bandara

Sheremetyevo. Tampak dua orang pemuda berwajah Asia Tenggara saling

bercengkrama satu sama lain, mereka adalah Ayyas dan Devid. Ayyas

dijemput oleh Devid, sahabat SMP nya dulu. Mereka sudah hampir

Sembilan tahun tidak bertemu. Tidak lama kemudian mereka bergegas

(55)

41

Devid untuk Ayyas selama melakukan penelitian dalam beberapa bulan

kedepan.

Tanpa Ayyas duga sebelumnya, ternyata ia satu apartemen dengan

dua orang nonik Rusia yang sangat cantik. Mereka adalah Yelena dan Linor. Padahal sejak dari kecil Ayyas tidak terbiasa dengan hal semacam

itu, ia lemah terhadap perempuan cantik. Ia sangat taat beragama dan ia

takut imannya akan runtuh apabila tinggal bersama mereka. Namun

menurut Devid, itulah yang terbaik untuk Ayyas. Devid menjelaskan

secara detail alasan mengapa ia memilih apartemen tersebut. Setelah

mendengar penjelasan Devid, Ayyas pun mengerti dan mengikuti apa yang

dikatakan Devid. Sejak saat itulah perjalanan hidup Ayyas dipenuhi

dengan banyak godaan. Mulai dari cara berpakaian mereka, sikap, sampai

perkataan Linor yang sering kali mengejak agama Islam. Belum lagi

Anastasia Palazzo asisten professor Tomski berparas menawan yang

membimbingnya dalam membuat tesis. Ayyas merasa ujian ini sangat

berat baginya.

Setelah cukup lama tinggal satu apartemen dengan dua orang nonik

Rusia, Ayyas sangat terkejut karena ternyata kedua orang itu bukanlah

orang baik-baik. Suatu hari Ayyas memergoki Linor sedang melakukan

perzinaan di ruang tamu apartemen bersama seorang anggota mafia Rusia.

Mahkan mafia itu terang-terangan mengajak Ayyas untuk berzina bersama

mereka. Namun Ayyas meninggalkan ruang tamu menuju kamarnya tanpa

Referensi

Dokumen terkait

Pada kondisi eritrosit abnormal atau terjadi perubahan komposisi plasma karena adanya kelainan maka akan terjadi penurunan muatan negatif yang mengakibatkan eritrosit

My observation was in Satria Tunas Bangsa Kindergarten,

Five different digital cameras were used in the study in order to estimate the limits related to the camera type and to establish the minimum camera requirements to

- Sifat pekerjaan apakah bersifot monoton atau tidak.. Tindakan pemimpin untuk dapat menghilangkan kekecewaan karyawan tersebut adalah dengan memperbaiki faktor – faktor

sebelumnya bahwa pada susu bubuk cokelat, komposisi lemak yang terkandung. dalam bubuk cokelat adalah penyebab utama buruknya nilai

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN. SERANG-BANTEN

KONSEP GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PT ASURANSI JASA INDONESIA dalam rangka memenuhi syarat untuk menyelesaikan program sarjana (S1) dan memerlukan

- Respirometer adalah alat yang digunakan untuk mengetahui laju konsumsi oksigen dan. DO kritis