• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kurnia Jayanto. F24080108. Teknik Granulasi Dalam Pemanfataan Debu Teh Pada

Produksi Teh Celup di PT Unilever Tbk Pabrik Tea Based Beverages Cikarang -

Bekasi. Di bawah bimbingan Moehammad Aman Wirakartakusumah dan Henni Rizki

Septiana. 2012

RINGKASAN

Minuman teh merupakan salah satu komoditi pangan yang paling digemari di Indonesia dan banyak produk minuman teh yang beredar di pasar adalah teh dalam bentuk kantong atau biasa disebut teh celup. Teh celup merupakan produk olahan teh yang dikemas di dalam kantung yang terbuat dari filter paper dan dapat disajikan cepat dengan cara dicelup ke dalam air. Teh yang digunakan dalam pembuatan teh celup adalah jenis teh hitam. Dalam proses produksi teh celup, terdapat limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik teh tersebut, yaitu berupa debu teh. Pada pengolahan teh celup di pabrik Tea Based Beverages, PT Unilever Indonesia, debu teh ini menyebabkan kerugian hingga 300 juta rupiah per tahun bagi pihak Unilever. Kerugian tersebut dapat dikurangi atau dihilangkan apabila debu teh yang dihasilkan tersebut dapat digunakan kembali pada proses produksi. Permasalahan yang timbul pada pemakaian kembali debu teh ini adalah debu teh yang dimasukkan kedalam proses produki akan terhisap kembali oleh mesin pengumpul debu yang terpasang di setiap proses produksi. Kegiatan magang ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan tersebut, melalui proses granulasi yang diperlakukan pada debu teh, debu teh akan memiliki massa dan ukuran yang sama dengan bubuk teh standar sehingga debu teh tersebut tidak akan terhisap oleh mesin pengumpul debu.

Kegiatan magang ini secara garis besar dibagi dalam empat tahap, yaitu pengembangan formulasi rasio antara debu teh dan air sebagai bahan pengikat yang digunakan pada proses granulasi, kemudian simulasi penggunaan mesin untuk memproduksi granula debu teh. Mesin yang digunakan untuk simulasi pembuatan granula debu teh yaitu mesin dengan basis ekstruder dingindan fluidized bed dryer. Tahap selanjutnya yaitu melakukan ujicoba granula debu teh yang dihasilkan menggunakan mesin produksi teh celup di pabrik, tahap terakhir yaitu melakukan uji kualitas terhadapa hasil teh celup di tahap ketiga untuk melihat kualitas teh celup dengan isi campuran antara granula debu teh dan bubuk teh. Pengujian kualitas teh celup termasuk diantaranya adalah uji kadar air, uji kadar debu, uji mikrobiologis, dan uji organoleptik.

Penentuan formulasi untuk pembuatan granula didasarkan pada kehomogenitasan campuran antara air dan debu teh, kekuatan granula, dan jumlah kadar air akhir yang dihasilkan setelah proses pengeringan. Dilakukan dua tahap uji coba, pertama pengujian menggunakan rasio air dan debu teh 1:2 dan 1:1 dengan dua variabel waktu pengeringan, yaitu 30 menit dan 60 menit. Uji coba tahap kedua menggunakan lima rasio air dan debu teh ; 1:1.5, 1:1.6. 1:1.7, 1:1.8, 1:1.9 dan tiga variabel pengeringan yaitu 30 menit, 40 menit, dan 50 menit. Hasilnya adalah rasio yang paling efektif dalam pembuatan granula debu teh adalah penggunaan rasio 1:2 untuk air dan debu teh dan waktu pengeringan 60 menit, karena dengan rasio ini kehomogenitasan campuran paling optimal didapatkan dengan kadar air kurang dari standar maksimum yang ditetapkan dan kekuatan granula yang paling kuat dibandingkan dengan rasio lainnya.

Tahap selanjutnya adalah simulasi pembuatan granula dengan skala besar menggunakan mesin ekstruder dingin dan fluidized bed dryer, mesin yang dapat mengaplikasikan proses

eksturder dingin yang digunakan dalam penelitian ini adalah meat grinder, dan pemilihan fluidized bed dryer didasarkan pada kemampuan pengeringan yang lebih efektif dan kecocokan untuk produk granula. Pembuatan granula debu teh berjalan lancar dan hasil pada tahap kedua ini digunakan untuk tahap ketiga yaitu uji coba granula debu teh di mesin produksi di pabrik TBB. Pada tahap ini granula yang dihasilkan dicampurkan dengan bubuk teh standar kemudian dimasukkan kedalam kantung teh celup sesuai proses produksi di pabrik TBB. Rasio yang dugunakan adalah 0.5% granula debu teh dan 99.5% untuk bubuk teh. Tahap tiga ini dilakukan untuk mengamati apakah mesin – mesin produksi dapat berjalan lancar dengan adanya tambahan bahan baku selain bubuk teh, selain itu hasil dari tahap ini akan digunakan untuk tahap selanjutnya yaitu tahap uji kualitas. Hasil dari tahap tiga adalah tidak adanya permasalahan yang dialami mesin

– mesin produksi dengan adanya bahan baku tambahan berupa granula debu teh.

Tahap keempat yaitu uji kualitas dilakukan untuk mengamati apakah adanya penyimpangan kualitas teh celup akibat adanya tambahan bahan baku berupa granula debu teh, Uji kualitas dilakukan berdasarkan standar uji kualitas teh celup yang diterapkan di pabrik TBB. Uji kualitas termasuk di dalamnya adalah uji kadar air, uji kadar debu, uji mikrobiologis, dan uji organoleptik. Berdasarkan uji kualitas yang dilakukan, tidak ada penyimpangan atau ketidaksesuaian yang ditemukan untuk teh celup dengan isi campuran antara granula debu teh dan bubuk teh standar, artinya penambahan granula debu teh tidak mempengaruhi kualitas teh celup berdasarkan standar – standar yang ditetapkan oleh pabrik TBB.

Permasalahan yang masih dihadapi pada penelitian kali ini adalah ketidakefektifan penggunaan kombinasi mesin ekstruder dingin dan fluidized bed dryer untuk pembuatan granula, diperlukan alternatif penggunaan mesin lain untuk mengatasi kelemahan – kelemahan pada kedua mesin diatas. Berdasarkan studi, alat yang dapat digunakan untuk menghasilkan granula debu teh secara efektif adalah fluidized bed granulator. Namun perlu dilakukan percobaan dan penelitian lebih lanjut untuk menggunakan fluidized bed granulator.

1

A. PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Minuman teh merupakan salah satu komoditi pangan yang paling digemari di Indonesia dan banyak produk minuman teh yang beredar di pasar adalah teh dalam bentuk kantong atau biasa disebut teh celup. Teh celup merupakan produk olahan teh yang dikemas di dalam kantung yang terbuat dari

filter paper dan dapat disajikan cepat dengan cara dicelup ke dalam air (Lin, J. K. et al 2008). Teh yang digunakan dalam pembuatan teh celup adalah jenis teh hitam. Teh hitam adalah teh kering hasil pengolahan pucuk dan daun muda termasuk tangkainya dari tanaman teh melalui proses fermentasi (SNI 1902 – 2002). Menurut Chakraverty (2003) teh adalah pucuk dan daun muda yang berasal dari tanaman teh (camellia sinensis var sinensis). Teh celup diperuntukkan bagi konsumsi manusia sehingga termasuk dalam kategori pangan. Oleh karena itu teh celup harus memiliki jaminan keamanan pangan agar tidak menimbulkan masalah kesehatan ketika dikonsumsi oleh konsumen.

Dalam proses produksinya, daun teh mengalami beberapa perlakuan sebelum menghasilkan teh yang siap kemas. Daun teh segar yang telah dipetik diproses melalui tahap pelayuan. Pada tahap ini, daun teh dilayukan dengan menggunakan udara panas agar kadar air yang terkandung berkurang 65-70%. Hal ini dilakukan agar tekstur daun teh menjadi lembek sehingga memudahkan untuk digiling dengan baik. Selanjutnya, daun teh yang sudah dilayukan masuk pada tahap penggilingan, pada tahap ini, daun teh digiling untuk memecah sel – sel daun. Pemecahan daun teh disesuaikan dengan kebutuhan atau permintaan pasar. Daun teh ada yang digiling kasar membentuk gulungan besar dan ada yang digiling hingga menjadi ukuran yang lebih kecil. Kemudian daun – daun teh ini disimpan di dalam tempat yang bersih dan dibiarkan mengalami proses fermentasi dan oksidasi. Enzim dalam teh akan bekerja dan membentuk warna, rasa, dan aroma teh. Daun teh selanjutnya dikeringkan. Pengeringan daun teh menggunakan mesin agar suhu yang dihasilkan stabil dan menghasilkan kualitas teh yang baik. Daun teh dikeringkan sampai kadar air dalam daun teh mencapai 2-3%. Teh yang sudah dikeringkan kemudian dikemas(Chakraverty et al 2003).

Selama proses pembuatan teh tersebut, tahap penggilingan dan pengeringan daun teh akan menghasilkan serbuk – serbuk berbentuk debu teh yang apabila terlalu banyak tidak diinginkan dalam proses produksi teh celup. Pihak Unilever hanya menerima teh dengan kandungan debu teh maksimum 10% dalam tiap satu karung daun teh kiriman dari perkebunan yang memproduksi serbuk teh kering tersebut. Debu teh ini dalam proses pembuatan teh celup akan menjadi limbah karena terhisap oleh pengumpul debu yang terdapat dibagian tertentu pada mesin-mesin produksi. Dalam satu minggu produksi teh celup berbagai varian, debu yang mampu dikumpulkan oleh mesin pengumpul debu mencapai rata – rata 500 kg dan semua limbah padat ini kemudian akan langsung dibuang.

Seiring dengan program Unilever untuk meningkatkan efisiensi di berbagai lini produksi pabriknya, sebuah penelitian diadakan untuk menemukan cara memanfaatkan kembali debu teh yang telah terkumpul tersebut. Salah satu metode yang akan dicoba adalah penggunaaan tehnik granulasi bagi debu teh yang halus untuk memperbesar ukuran partikel dan massa debu teh agar tidak terhisap kembali oleh mesin pengumpul debu sehingga dapat digunakan kembali sebagai bahan produksi teh celup.

Dokumen terkait