• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

3. Kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Karo

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus dijalankan sesuai yang tercantum dalam Peraturan dan Tata Tertib Dewan. Berjalan atau tidaknya tugas dan tanggung jawab tersebut adalah salah satu indikator terhadap penilaian kinerja DPRD dalam satu periode. Kinerja DPRD bukan hanya saja dilihat dari bagaiamana anggota dewan berperan aktif dalam proses penyusunan peraturan daerah, namun bagaimana program lanjutan (pengawasan dan evaluasi) setelah peraturan tersebut ditetapkan. Misalnya saja rapat-rapat kordinasi anggota dewan dan kunjungan ke daerah pemilihan untuk melihat manfaat atau hasil dari penerapan peraturan daerah tersebut.

Proses pembahasan formulasi kebijakan daerah menjadi peraturan daerah di DPRD Kabupaten Karo masih memiliki kekurangan-kekurangan bila berkaca dari konsep good governance. Dari hasil pengamatan penulis dan data yang didapat dari hasil wawancara, pihak DPRD Kabupaten Karo belum menjelaskan secara rinci bagaimana masyarakat dilibatkan dalam proses perumusan kebijakan tersebut. Produk kebijakan yang dibuat pun masih sebatas inisiatif atau usulan dari pemerintah daerah dalam hal ini Kepala Daerah/Bupati Karo. Dari peraturan yang dihasilkan DPRD Kabupaten Karo, sebagian besar masih mengatur tentang bagaimana menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD), seperti pajak daerah, retribusi daerah, pajak iklan dan sebagainya. Artinya adalah DPRD Kabupaten Karo belum memahami permasalahan dan kebutuhan masyarakat Karo yang ditunjukkan dengan produk peraturan daerah belum menyentuh akar

86

permasalahan masyarakat Karo. Otonomi Daerah merupakan langkah maju dari proses demokrasi di Indonesia, dimana masyarakat semakin dekat dengan pemimpinnya dan memudahkan masyarakat dan wakil rakytat untuk berinteraksi sehingga tercipta pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat yang adil dan makmur.

Namun dalam perjalanan dan penerapan otonomi daerah selama ini, masih banyak kelemahan dan kekurangan yang menjadi penghambat berjalannya konsep otonomi daerah tersebut. Pertama, legislatif daerah (DPRD), sebagian besar anggota dewan yang mencalonkan diri pada saat pemilihan legislatif masih berorientasi pada kebutuhan material pribadi dan kelompok. Kondisi ini akan menjadi kendala besar nantinya ketika mereka telah duduk di lembaga legislatif dimana kepentingan pribadi atau kelompok lebih diutamakan daripada kepentingan publik. Kedua, tingkat kesadaran dan rasa tanggungjawab anggota dewan sebagai wakil rakyat masih rendah. Kondisi juga terjadi di DPRD Kabupaten Karo, dimana dapat dilihat dari tingkat intensitas atau jumlah rapat- rapat komisi, rapat dengar pendapat, fraksi dan rapat paripurna yang masih sangat rendah. Ketiga, hal yang sangat penting adalah kwalitas Sumber Daya Manusia (SDM) anggota DPRD Kabupaten Karo .

Ketika kwalitas SDM menjadi kendala, maka dibutuhkan langkah konkret dan cerdas dari pihak DPRD melalui pimpinan di dewan dengan mendatangkan tim ahli yang berkompeten guna memberikan masukan dan mendamping anggota dewan DPRD Kabupaten Karo dalam proses penyusunan rancangan peraturan daerah (Ranperda). Dengan mendatangkan tim ahli diharapkan mampu

87

memberikan motivasi dan analisis akademis dalam memahami berbagai permasalahan yang dihadapi dewan sehingga konsep good governance yang diharapkan dengan perlahan dapat berjalan. Berkaitan dengan konsep good

governance, beberapa pihak DPRD Kabupaten Karo memeberikan tanggapannya

tentang konsep tersebut melalui wawancara yang dilakukan peneliti kepada tiga narasumber yaitu, Onasis Sitepu, ST Wakil Ketua DPRD Kabupaten Karo, Frans Dante Ginting Ketua Komisi A, dan Harrison Ginting dari fraksi PAN DPRD menyatakan,

Onasis Sitepu:

“Secara konseptual good governance mengandung dua pemahaman yaitu pertama nilai yang menjunjung tinggi keinginan dan kehendak rakyat dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pencapaian tujuan nasional, kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial. Yang kedua adalah aspek fungsional dari pemerintah yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut”37

“Prinsip-prinsip good governance adalah, keterbukaan, akuntabel, profesional, pemberdayaan masyarakat, dan terstruktur/memiliki indikator. Dalam formulasi kebijakan daerah maka good governance sangat diutamakan dalam pembahasan ranperda karena jika tidak dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance, maka pembangunan menjadi terhambat, demikian juga masyarakat akan terabaikan serta dapat menyebabkan persoalan hukum dalam penerapannya”.

Frans Dante Ginting:

38

37

Wawancara dengan Onasis Sitepu, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Karo pada tanggal 25 Agustus 2014.

38

88 Harrison Ginting:

“Prinsip good governance sangat penting supaya ranperda yang ditetapkan menjadi perda yang tidak dibarengi oleh kepentingan kelompok tertentu, tetapi untuk masyarakat secara luas.”39

1. Peraturan Bupati Karo No 4 Tahun 2012 Tentang Pajak Daerah Dari pemaparan beberapa narasumber di atas, penulis berpendapat bahwa pemahaman narasumber mengenai konsep good governance cukup jelas. Namun narasumber yang sekaligus juga menjadi anggotan dewan DPRD Kabupaten Karo tidak menjelaskan secara teknis bagaimana penerapan konsep tersebut. Sebagai sebuah lembaga perwakilan rakyat di daerah, DPRD Kabupaten Karo menjadi harapan bagi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan mereka melalui produk-produk kebijakan yang telah dikeluarkan.

Berikut Peraturan Daerah Kabupaten Karo yang telah dibahas dan disahkan oleh DPRD Kabupaten Karo selama periode 2009-2014:

2. Peraturan Bupati Karo No 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Daerah 3. Peraturan Bupati Karo No 6 Tahun 2012 Tentang Retribusi Jasa

Usaha

4. Peraturan Bupati Karo No 29 Tahun 2012 Tentang Pajak Daerah 5. Peraturan Bupati Karo No 30 Tahun 2012 Tentang Retribusi

Daerah

6. Peraturan Bupati Karo No 8 Tahun 2012 Tentang Pembetukan Unit Layanan Pengadaan Secara Elektronik

39

89

7. Peraturan Daerah Kabpaten Karo Nomor 02 Tahun 2011 Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan

8. Peraturan Daerah Kabupaten Karo Nomor 03 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan

9. Peraturan Daerah Kabupaten Karo Nomor 03 Tahun 2012 Tentang Pajak Daerah

10.Peraturan Daerah Kabupaten Karonomor 04 Tahun 2012 Tentang Retribusi Jasa Umum

11. Peraturan Daerah Kabupaten Karo Nomor 06 Tahun 2012Tentang Retribusi Perizinan Tertentu

12.Peraturan Daerah Kabupaten Karo Nomor 03 Tahun 2013 Tentang Pajak Air Tanah

13.Peraturan Daerah Kabupaten Karo Nomor 04 Tahun 2013 Tentang Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan

14.Peraturan Daerah Kabupaten Karo Nomor 05 Tahun 2013 Tentang Pajak Reklame

Dari sekian banyak peraturan daerah (Perda) yang telah dihasilkan DPRD Kabupaten Karo dapat dilihat bahwa lebih banyak Perda yang mengatur tentang pajak dan retribusi daerah. Perda ini tentunya hanya untuk kepentingan keuangan pemerintah daerah semata dan bukan untuk kepentingan publik atau kesejahteraan masyarakat. Kondisi ini bertolak belakang dengan konsep good governance yaitu prinsip consensus oriented yang diartikan sebagai perantara kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan yang terbaik bagi kepentingan publik. Secara

90

keseluruhan, Perda yang dihasilkan DPRD Kabupaten Karo masih berorientasi kepada pemenuhan keuangan daerah. Penulis tidak menemukan data yang menunjukkan adanya Perda Kabupaten Karo yang menyangkut kepentingan masyarakat luas.

Menanggapi hal ini, pihak DPRD memberikan penjelasan sebagai berikut:

“Berkaitan dengan Peraturan Daerah tentang Pajak dan Retribusi tentunya ini berasal dari inisiatif pemerintah, hal ini terjadi karena adanya penyesuain peraturan daerah sehingga harus dilakukan perubahan terhadap peraturan daerah tentang pajak dan retribusi daerah yang telah ada, muncul peraturan daerah tentang pajak dan retribusu pada dasarnya untuk mengoptimalkan pendapatan daeerah dari sektor pajak dan retrbusi”40

“Peraturan daerah didominasi oleh perda tentang pajak dan retribusi daerah. Hal ini merupakan amanat dari undang-undang No.28 tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerah, dimana pemerintah telah membagi kewenangan dan pengaturan pajak dan retribusi daerah dengan memutuskan batas waktu selambat-lambatnya untuk 1 Januari 2013 telah diundangkan dan diberlakukan.41

Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh pihak DPRD Kabupaten Karo terkait konsep good governance, penulis berpendapat bahwa anggota dewan belum memahami betul mengenai konsep tersebut yang terkait dengan banyaknya produk kebijakan yang mengatur tentang keuangan daerah. DPRD Kabupaten Karo memiliki alasan yang normatif dan tidak begitu saja mudah untuk diterima. Penulis berpendapat bahwa penjelasan ini hanya sebatas menyembunyikan kekurangan dan kelemahan di internal DPRD Kabupaten Karo. Seharusnya produk kebijakan di daerah yang telah dibuat lebih terfokus kepada bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pajak daerah dan retribusi daerah

40

Ibid. Hal 21. 41

91

memang juga penting bagi sebuah daerah untuk dana operasioanal daerah tersebut, dengan catatan dana dari hasil pajak dan retribusi tersebut tepat guna dan tepat sasaran, melalui anggaran yang ditujukan untuk pengembangan masyarakat sehingga tidak juga melupakan esensi dan tujuan dari otonomi daerah yang telah digagas dan dijalankan sejak pasca reformasi yaitu pemerataan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Apabila DPRD Kabupaten Karo hanya berfokus pada pemenuhan keuangan daerah, maka aspirasi dan kebutuhan masyarakat akan dikesampingkan.

4. Kunjungan Kerja dan Pengaduan di DPRD Kabupaten Karo Periode

Dokumen terkait