2.3. Kinerja Pelayanan
2.3.1. Kinerja Pelayanan berdasarkan hasil (Output)
Tabel 2.9
Data Populasi Ternak Kabupaten Sumbawa tahun 2011-2015 Komoditi/Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 Pertum-
buhan Sapi Bali 164.505 193.907 206.923 211.677 222.153 6,37 Sapi Sumbawa 2.380 3.234 4.046 4.490 6.673 19,86 Kerbau 55.706 54.022 50.857 49.752 45.595 -3,88
Kuda 38.505 39.660 38.282 36.441 32.452 -3,25
Kambing 39.396 38.365 39.390 36.622 38.462 -0,39
Grafik 1.
Perkembangan Populasi Ternak tahun 2011-2015
0 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000
2011 2012 2013 2014 2015
sapi bali sapi sumbawa kerbau kuda kambing
27
Dari data di atas menunjukan bahwa selama kurun waktu 5 tahun (2011-2016) populasi ternak sapi (sapi bali dan sapi Sumbawa) menunjukan peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 13 persen. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2016 (222.153 ekor), dan terendah tahun 2011(164.505 ekor). Pertumbuhan tidak terjadi pada tiga komoditi: kerbau, kuda, dan kambing, bahkan cenderung terjadi trend penurunan populasi. Penurunan jumlah populasi pada ketiga jenis ternak tersebut disebabkan karena tingginya pemintaan akan daging pada tingkat konsumsi masyarakat yang belum diimbangi dengan pola sistem pemeliharaan secara intensif, peningkatan genetik (khusus kerbau) masih rendah dan faktor permintaan bibit ternak pada berbagai daerah di Indonesia.
Pada ternak sapi terutama sapi bali, terjadi peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Sapi bali merupakan sapi asli Indonesia sehingga pemerintah pusat menetapkan pulau Sumbawa sebagai daerah pemurnian sapi bali. Sapi bali adalah ternak yang mudah beradaptasi dengan lingkungan yang ada, daya reproduksi tinggi, calving interval cukup pendek. Disamping keunggulan tersebut juga adanya dukungan dari program pemerintah, baik pusat maupun provinsi melalui BSS (Bumi Sejuta Sapi) yang fokus pada perkembangan ternak sapi, sehingga mengubah persepsi masyarakat untuk menjadikan sapi sebagai primadona ternak. Khusus untuk ternak kerbau Sumbawa dan Kuda Sumbawa mengalami pertumbuhan yang menurun, hal ini terjadi karena pengeluaran dan pemotongan melebihi angka kelahiran dan tingkat kematian kerbau dan kuda menjadi faktor rendahnya pertumbuhan populasi kedua ternak tersebut.
28
Tabel 2.10
Data Pelayanan IB Kabupaten Sumbawa Tahun 2011 - 2015 Pelayanan/Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pelayanan IB 312 503 843 1266 1178
Jumlah Ternak Bunting 97 158 217 821 938 Angka kelahiran ternak 41 93 54 248 880
Grafik 2.
Pelayanan Inseminasi Buatan (IB)
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
2011 2012 2013 2014 2015
Pelayanan IB
Jmlh Ternak Bunting Karena IB
Angka Kelahiran Ternak IB
Dari data diatas menunjukan bahwa terjadi peningkatan pelayanan IB di kabupaten sumbawa rata-rata 5 tahun terakhir. Peningkatan cukup baik, yaitu sebesar 34.41%. Hal ini terjadi seiiring dengan kebutuhan masyarakat akan peningkatan kualitas ternak yang ada, mengingat salah satu tujuan IB adalah memperbaiki kualitas genetik ternak. Hanya saja pada (grafik 2). tersebut memperlihatkan bahwa angka kelahiran ternak dengan mortalitas yang tidak sebanding dengan ternak yang di IB. Hal ini dapat disebabkan oleh sistem pemeliharaan ternak di Kab. Sumbawa yang bersifat ekstensif (dilepas) sehingga
29
kontrol yang dilakukan tidak maksimal. Trend pelayanan IB sangat bagus, namun pada tahun 2016 walaupun terjadi penurunan IB tapi secara konsepsi (kebuntingan) dan kelahiran sangat bagus.
Tabel 2.11
Pelayanan Kesehatan Ternak di Kabupaten Sumbawa Tahun 2011-2015 Vaksin/tahun 2011 2012 2013 2014 2015 SE
113.904
105.341 94.984
94.984
122.136 AT
87.273
84.659
64.249
102.666 83.072
Grafik 3
Ternak Yang di Vaksin
Dari data iatas menunjukan bahwa jumlah ternak yang divaksinasi fluktuatif. Dari grafik 3 dapat disimpulkan bahwa vaksinasi yang dilakukan pada ternak setiap tahunnya tidak berbanding lurus dengan peningkatan populasi (grafik 1), Kecenderungan vaksinasi yang bersifat fluktuatif tersebut diatas disebabkan oleh jumlah anggaran daerah yang terbatas, serta distribusi vaksin dari Dinas
0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000
2011 2012 1013 2014 2015
SE AT
30
Peternakan dan Kesehatan Hewan provinsi yang tidak sesuai dengan jumlah ternak. Pelaksanaan vaksin AT dan SE diperuntukkan untuk ternak besar (seperti sapi, kerbau, dan kuda. Tujuan dari vaksinasi adalah untuk memberikan kekebalan kepada ternak terhadap serangan penyakit Anthrax dan Septicaemia Epizootica (SE).
Tabel 2.12
Kejadian Penyakit Hewan yang ditangani tahun 2011-2015 Ket/Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 Ternak sakit (menular)
1.395
1.936
1.971
1.096
1.171
Grafik 4
Kejadian Penyakit Hewan tahun 2011-2015
0 500 1000 1500 2000 2500
2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Ternak Yang Sakit (MENULAR)
Seiring dengan meningkatnya populasi ternak yang ada di kabupaten Sumbawa dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan hewan peliharaannya, sejak tahun 2011 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan melakukan penataan dan penambahan Puskeswan beserta petugas medis yang ada sehingga masyarakat semakin mudah mendapatkan pelayanan kesehatan untuk hewan peliharaannya. Semakin banyak masyarakat menggunakan jasa petugas maka semakin baik pula data kejadian penyakit yang dapat dilaporkan sehingga
31
mempermudah didalam melakukan pemetaan penyakit. Semakin baiknya infrastruktur jalan dan sarana prasarana angkutan memberikan kemudahan/kelancaran terhadap lalu lintas ternak antar wilayah, yang mengakibatkan semakin cepat kejadian penularan penyakit.
Dari Grafik 4. diatas menunjukan bahwa dalam dua tahun terakhir (2014-2015) kesadaran masyarakat untuk melaporkan kejadian penyakit pada ternak semakin baik. Tingkat kesembuhan penyakit sudah tinggi karena angka kematian akibat penyakit ternak yang dapat ditangani oleh petugas medis dan paramedis hanya sebesar 2 persen dari ternak yang ditangani.
Tabel 2.13
Pemotongan Ternak di Kabupaten Sumbawa
Komoditi/Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 Sapi
3.766
4.101
4.254
4.912
4.415 Kerbau
3.372
3.048
2.285
2.493
2.335 Kuda
717
830
282
268
311 Kambing
2.766
781
430
430
323
32
Grafik 5.
Pemotongan Ternak di RPH/TPH
0 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000
2011 2012 2013 2014 2015
Sapi Kerbau Kuda Kambing
Semakin meningkatnya jumlah penduduk kabupaten Sumbawa maka semakin meningkat pula kebutuhan daging yang akan dikonsumsi. Daging sebagai salah satu sumber protein hewani yang penting untuk masyarakat harus dapat tersedia dalam produk yang ASUH (Aman Sehat Utuh dan Halal). Daging kuda mempunyai konsumen tersendiri di kabupaten Sumbawa.
33
Tabel 2.14
Pengeluaran Ternak Keluar Kabupaten Sumbawa 2011-2015 Komoditi/Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pengeluaran Ternak Keluar Kabupaten Sumbawa 2011-2015
0
2011 2012 2013 2014 2015
Sapi
Kerbau
Kuda
kambing
Babi
34
Pada Grafik 6. menunjukan bahwa pengeluaran ternak sapi maupun kerbau mengalami kenaikan dari tahun 2011 sampai tahun 2013, sedangkan dari tahun 2013 sampai tahun 2015 mengalami penurunan. Hal ini karena perhitungan suplay-demand menjadi kewenangan provinsi, sehingga pengeluaran ternak dilakukan sebagai salah satu cara untuk mensukseskan program NTB BSS (bumi sejuta sapi), dimana pulau Sumbawa terutama kabupaten Sumbawa diharapkan menjadi gudang ternak sapi untuk stock daging nasional. Kegiatan pengiriman bahan asal hewan dari kabupaten Sumbawa masih bersifat sampingan, hal ini dilakukan apabila ada pesanan saja yang belum bersifat rutin (pasar terbatas).
Pengeluaran ternak kerbau dan kambing terbesar terjadi pada tahun 2013, sedangkan ternak kuda dan babi terjadi pada tahun 2014. Tingginya pengeluaran ternak disebabkan permintaan pasar yang cukup tinggi baik untuk bibit maupun potong. Untuk mengimbangi tingginya permintaan pasar akan kebutuhan bibit ternak maka kebijakan yang ditempuh adalah melakukan inseminasi buatan (kawin suntik) dan mengatur sistem manajemen budi daya peternakan dengan pembentukan dan pengembangan Sentra Peternakan Rakyat (SPR) berkelanjutan. Sedangkan untuk memenhi permintaan ternak potong di berbagai daerah maka langkah yang ditempuh adalah melakukan pengaturan pola pengembangan hijauan pakan ternak pada lahan masyarakat dengan gerakan lamtoronisasi, pengembangan HPT dan pengolahan pakan berupa silage, hay maupun dengan fermentasi.
35
Tabel 2.15
Produksi Daging dan Konsumsi Daging di Kabupaten Sumbawa tahun 2011-2015
Keterangan/Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Produksi daging (kg)
5.962.716
6.294.184
4.790.419
6.282.999
6.269.303 Konsumsi Daging (kg)
5.979.474
5.979.474
4.550.898
6.105.755
5.959.040 Konsumsi Daging per
kapita per tahun (kg) 13,54 14,24 10,92 13,98 13,47 Jumlah Penduduk 419.987 419.987 423.029 436.599 442.449
Grafik 7
Produksi daging dan konsumsi daging di Kabupaten Sumbawa
0 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 7000000
2011 2012 2013 2014 2015
Produksi daging Konsumsi daging
Grafik 7, menunjukan bahwa produksi daging di Kabupaten Sumbawa dalam 5 tahun terjadi kenaikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 terjadi penurunan produksi daging disebabkan karena produksi daging unggas yang mengalami penurunan. Produksi daging di kabupaten Sumbawa juga berbanding lurus dengan konsumsi daging, seperti yang terlihat di tabel 2.15 di atas.
36
Tabel 2.16
Produksi dan Konsumsi Telur di Kabupaten Sumbawa Tahun 2011-2015
Keterangan/Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 Produksi telur
8.568
8.983
360.479
340.406
331.866 Konsumsi telur
4.620
4.620
215.745
344.913
331.837 Konsumsi telur per kapita
per tahun (kg) 0,01 0,01 0,51 0,79 0,76
Jumlah Penduduk (jiwa) 419.987 419.987 423.029 436.599 442.449
Grafik 8
Produksi dan Konsumsi Telur di Kabupaten Sumbawa
0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000
2011 2012 2013 2014 2015
Produksi telur Konsumsi telur
Grafik 8, produksi telur terjadi peningkatan cukup signifikan pada tahun 2013, dan stabil pada tahun-tahun berikutnya sampai tahun 2015. Kenaikan ini disebabkan karena populasi layer (ayam petelur) di Kabupaten Sumbawa meningkat cukup bagus. Kondisi di Kabupaten Sumbawa suplay-demand cukup
37
bagus. Artinya, bahwa kebutuhan konsumsi telur di Sumbawa terpenuhi oleh produksi telur di Kabupaten Sumbawa. Walaupun demikian, jika dibandingkan dengan rata-rata konsumsi telur nasional bahwa Kabupaten Sumbawa masih dibawah konsumsi nasional.