• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja merupakan tugas-tugas yang menyangkut pada program SPP yang seharusnya dikerjakan. Pada bab ini, kinerja dalam program SPP yang akan dibahas meliputi kinerja rumah tangga dan kinerja apabila dilihat dari administrasinya. Kinerja rumah tangga dan kinerja administrasi ini kemudian akan dilihat juga perbandingannya dari jenis usaha yaitu jenis usaha dagang, jenis usaha home industry dan jenis usaha jasa. Jenis usaha dagang merupakan usaha yang bergerak dalam bidang perdagangan, meliputi kredit pakaian, usaha warung sembako dan toko. Jenis usaha home industry merupakan usaha yang dalam bidang berdagang makanan-makanan kecil hasil karya sendiri seperi kue, gorengan dan makanan lainnya. Jenis usaha jasa merupakan usaha yang bergerak dalam bidang seperti salon keliling, rias dan bengkel motor.

Kinerja Rumahtangga

Kinerja rumahtangga adalah kinerja yang cara kerjanya termasuk ke dalam tugas-tugas rumah tangga yaing meliputi banyaknya jumlah simpanan, banyaknya jumlah pinjaman, pemanfaatan dana serta tingkat pengembalian pinjaman atau cicilan. Kinerja dalam hal ini merupakan sesuatu yang harus dilakukan dalam rumahtangga menyangkut tugas-tugas kelompok SPP. Berikut adalah jumlah dan persentase responden tentang kinerja rumah tangga pogram SPP.

Tabel 8 Jumlah dan persentase responden menurut kinerja rumahtangga program SPP Desa Wargajaya tahun 2014

Tabel 8 menunjukkan bahwa kinerja rumahtangga digolongkan ke dalam kategori rendah, sedang dan tinggi. Kinerja rumah tangga rendah dengan jumlah sebanyak empat belas responden, kategori sedang dengan jumlah sebanyak enam belas responden, namun kategori tinggi dengan skor 0. Kinerja rumah tangga dalam program termasuk ke dalam kategori sedang. Responden menyatakan bahwa dalam pemanfaatan dana digunakan tidak untuk keperluan usaha, namun untuk keperluan konsumsi. Responden menggunakan keperluan konsumsi karena kebutuhan akan biaya hidup yaitu untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Berikut adalah penjabaran masing-masing kinerja yang termasuk dalam kinerja rumah tangga.

Jumlah Simpanan

Jumlah simpanan merupakan besarnya dana yang disimpan pada tabungan kelompok yang dihitung tiap peserta. Besarnya jumlah simpanan tergantung pada

Kinerja rumahtangga Jumlah (n) Persentase (%)

Rendah 14 46,66

Sedang 16 53,34

Tinggi 0 0,00

jangka waktu mengikuti program SPP. Simpanan dalam kelompok ini dapat digunakan sebagai tabungan yang nanti bisa dimanfaatkan apabila ada anggota yang tidak bisa membayar pada waktu yang tepat.

Pada responden dengan jenis usaha dagang besarnya simpanan rata-rata menyatakan sebesar Rp. 250.00,00 setiap tahun. Responden tersebut sudah bergabung selama satu sampai empat tahun. Responden terbanyak dengan lama waktu bergabung yaitu selama tiga tahun. Pada responden dengan jenis usaha

home industry besarnya simpanan rata-rata menyatakan sebesar Rp. 240.000,00 setiap tahun. Responden terbanyak dengan lama waktu bergabung yaitu satu dan tiga tahun. Pada responden dengan usaha jasa, besarnya simpanan rata- rata menyatakan sebesar Rp. 250.000,00 setiap tahun. Responden terbanyak dengan lama waktu bergabung yaitu selama satu tahun dan empat tahun. jumlah simpanan dari keseluruhan jenis usaha dagang, home industry dan jasa rata-rata diatas Rp. 200.000,00. Dana simpanan sebesar Rp. 200.000,00 merupakan simpanan bagi peminjam yang sudah berada pada kelompok SPP selama dua tahun.

Jumlah Pinjaman

Jumlah pinjaman merupakan sisa dari hasil simpanan tiap anggota SPP yang dihitung selama satu kali pinjaman yaitu setiap satu tahun. Semakin lama waktu bergabung, maka semakin banyak dana yang dipinjamkan kepada anggota, misalnya dalam tahun pertama mendapatkan pinjaman sebesar satu juta, maka tahun berikutnya akan meningkat pinjamannya sebesar dua juta. Apabila dalam suatu kelompok tidak mengalami kredit macet, maka pinjaman akan terus meningkat dan semakin menguntungkan kelompoknya.

Pada responden dengan jenis usaha dagang, mempunyai rata-rata jumlah pinjaman sebesar Rp. 2.250.000,00 tiap peserta selama satu tahun, responden dengan jenis usaha home industry mempunyai rata-rata jumlah dalam meminjam dana sebesar Rp. 2.160.000,00 tiap peserta dalam satu tahun, sedangkan responden dengan jenis usaha jasa mempunyai jumlah pinjaman sebesar Rp. 2.250.000,00 setiap peserta dalam satu tahun. jumlah pinjaman dari semua jenis usaha yang dikelompokkan tersebut, rata-rata setiap peserta telah mengalami perguliran dana sebanyak dua kali berturut-turut tanpa mengalami kredit macet. Penggunaan atau Pemanfaatan Dana

Penggunaan atau pemanfaatan dana adalah cara responden mengalokasikan dana SPP yang digunakan untuk berbagai keperluan. Keperluan tersebut dapat digunakan untuk modal usaha, untuk keperluan pendidikan, untuk keperluan kesehatan dan digunakan untuk keperluan sehari-hari atau konsumsi. Dana SPP tersebut sebenarnya telah dijelaskan kegunaannya pada saat sosialiasi yaitu untuk penambahan modal usaha. Akan tetapi, karena berbagai kebutuhan yang semakin banyak dan jumlah anggota keluarga semakin banyak, maka responden banyak yang menyatakan bahwa dana tersebut digunakan sebagian besar untuk keperluan konsumsi atau agar dapat mencukupi kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Berikut adalah rincian penggunaan dana SPP.

Tabel 9 Persentase penggunaan dana SPP menurut jenis usaha SPP Desa Wargajaya tahun 2014

Penggunaan dana Jenis usaha

Dagang (%) Home industry (%) Jasa (%)

Modal Usaha 20,00 10,00 45,50

Pendidikan 10,00 40,00 0

Kesehatan 0 0 0

Konsumsi 70,00 50,00 54,50

Total 100,00 100,00 100,00

Tabel 9 menunjukkan bahwa penggunaan dana tidak sepenuhnya digunakan untuk modal usaha, melainkan juga digunakan untuk keperluan pendidikan anak, kesehatan dan konsumsi. Pada jenis usaha dagang, responden menggunakan dana untuk modal usaha sebanyak sepuluh responden, namun tidak seluruhnya. Rata-rata penggunaan modal usaha sebesar Rp.1.560.000,00. Dana tersebut merupakan 20 % dari total jumlah pinjaman responden. Keperluan untuk biaya pendidikan juga digunakan yaitu sebesar Rp.400.000,00, dana tersebut juga merupakan 10 % dari sisa penggunaan usaha. Data di lapang menemukan satu rumahtangga yang memanfaatkan dananya untuk keperluan pendidikan. Keperluan konsumsi juga digunakan yaitu dengan rata-rata sebesar Rp.1.600.00,00, dana tersebut merupakan 70 % dari total jumlah pinjaman. Data di lapang menemukan tiga rumahtangga yang memanfaatkan dananya untuk keperluan konsumsi.

Pada jenis usaha home industry, responden juga menggunakan dananya untuk keperluan modal usaha, pendidikan dan konsumsi. Keperluan modal usaha dengan rata-rata sebesar Rp. 912.000,00, data di lapang menemukan sembilan orang yang memanfaatkan dananya untuk keperluan modal usaha. Keperluan untuk pendidikan rata-rata sebesar Rp. 200.000,00, di lapangan menemukan satu rumahtangga yang memanfaatkan dana untuk keperluan pendidikan. Keperluan konsumsi digunakan rata-rata sebesar Rp. 1.885.714,00, data di lapang menemukan tujuh rumahtangga menggunakan dananya untuk keperluan konsumsi sehari-hari.

Pada jenis usaha jasa, responden hanya menggunakan untuk keperluan modal usaha dan konsumsi. Keperluan modal usaha digunakan dengan rata-rata sebesar Rp. 2.100.000,00, data di lapang menemukan enam rumahtangga menggunakan dananya untuk keperluan modal usaha. Keperluan konsumsi digunakan dengan rata-rata sebesar Rp. 2.250.000,00, data di lapang menemukan sebannyak empat rumahtangga menggunakan dananya untuk keperluan konsumsi.

Seluruh dana yang dipinjam sebagian besar sudah digunakan untuk keperluan usaha, namun hanya sekitar 30 % dari totalnya. Dana tersebut sebagian besar masih dialokasikan untuk keperluan konsumsi sehari-hari. Berbagai responden mengaku bahwa pemanfaatan dana tidak dilakukan semestinya untuk kegiatan usaha tapi untuk keperluan sehari-hari, seperti yang diungkapkan oleh responden (AH, 40 tahun)

“Saya tidak mempunyai usaha, buat makan aja pas-pasan. Dananya buat tambahan makan saja, cucu juga masih banyak yang tinggal disini jadi kebutuhan juga banyak, yang penting kalau tanggalnya bayar ya saya bayar”.

Berdasarkan penuturan responden di atas, hal tersebut membuktikan bahwa penggunaan dana SPP lebih besar digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup daripada menggunakan untuk modal usaha, karena banyaknya kebutuhan yang semakin meningkat.

Tingkat Pengembalian Pinjaman

Pengembalian pinjaman pada peserta program SPP dilakukan selama satu bulan sekali sebesar Rp.104.000,00 dengan angsuran dibayar selama dua belas bulan. Jumlah cicilan tersebut sudah termasuk bunga pinjaman. Tingkat pengembalian pinjaman pada peserta SPP diukur dengan melihat kendala-kendala dalam pembayaran cicilan, tanggung jawab peserta dalam membayar cicilan, terjadinya kredit macet dalam kelompok, ketepatan waktu dalam melakukan pembayaran dan seringnya petugas menagih angsuran tersebut. Berikut pemaparan hasil tingkat pengembalian pinjaman.

Tabel 10 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pengembalian pinjaman dana program SPP Desa Wargajaya tahun 2014

.

Tingkat pengembalian pinjaman Jumlah (n) Persentase (%)

Rendah 2 6,70

Sedang 23 76,70

Tinggi 5 16,60

Total 30 100,00

Tabel 10 menunjukkan bahwa tingkat pengembalian pinjaman yang dikategorikan menjadi rendah, sedang dan tinggi. Hasil tersebut menyatakan bahwa tingkat pengembalian pinjaman masih dikatakan cukup baik yaitu berada pada kategori sedang. Responden menyatakan bahwa kendala yang dihadapi saat membayar cicilan adalah tidak bisa menyisihkan uangnya untuk membayar cicilan, dikarenakan banyaknya kebutuhan, namun hal tersebut bisa diatasi dengan iuran dari anggota kelompoknya untuk menutup kekurangan dana tersebut sehingga tidak terjadi kredit macet yang akan menghambat kinerja dalam kelompok tersebut, kemudian berdampak pada anggota yang lain. Oleh karena itu, petugas KPMD di desa Wargajaya sering mengunjungi tiap kelompok untuk memantau perkembangan usaha anggotanya serta menagih cicilan. Rasa tanggung jawab responden untuk membayar cicilan masih terdapatnya peserta yang tidak menepati janjinya untuk membayar. Hal ini diungkapkan oleh salah satu ketua kelompok yang menyatakan bahwa selama tiga bulan berturut-urut dia selalu menutup kekurangan cicilan dari salah satu anggota. Pengalaman ini membuat ketua kelompok tidak sanggup lagi untuk menjadi ketua, karena merasa rugi sedangkan yang dibantu kurang peduli dengan hutang-hutangnya. Ketepatan waktu dalam membayar dilakukan setiap tanggal sepuluh, namun seringnya

petugas memberikan batas waktu dua sampai tiga hari sejak tanggal waktu pembayaran untuk melunasinya. Pengembalian pinjaman dilakukan dengan sistem anggota membayar secara langsung kepada ketua, selanjutnya ketua menyetorkan kepada KPMD kemudian KPMD menyetorkan kepada pihak UPK. Akan tetapi agar pengembalian bisa berlangsung tepat waktu, seringnya pihak KPMD bergerak untuk menagih angsuran ke tiap kelompok dalam satu desa.

Pengembalian pinjaman terkadang masih terdapat kelompok yang susah untuk membayar sehingga dari pihak ketua kelompok langsung turun tangan untuk memberikan solusi. Kesulitan tersebut akan berdampak pada suatu kasus yang dinamakan kredit macet dalam kelompok sehingga akan mengakibatkan anggota kelompok yang lain tidak akan menerima dana perguliran selanjutnya. Kasus demikian biasanya ketua secara langsung mengeluarkan anggota yang tidak bertanggungjawab dalam pembayaran cicilan akan dikeluarkan dari kelompok, seperti yang dinyatakan oleh salah satu ketua kelompok adalah sebagai berikut (SS, 37 tahun):

“anggota kelompok saya yang susah sekali membayar cicilan tiap bulan. Tapi lama-kelamaan terus mengandalkan saya, kebutuhan keluarga saya jadi semakin kekurangan karena sering meminjamkan uang kepada anggota lain untuk membayar cicilan, tetapi orangnya tidak tanggung jawab dan tidak mau tau. Akhirnya dengan terpaksa saya sudah tidak mau meminjamkan uang perguliran selanjutnya kepada dia yang artinya saya mengeluarkan anggota tersebut dari kelompok daripada menghambat jalannya perguliran dan

makan ati terus jadi ribut”

Berdasarkan penuturan responden di atas, hal tersebut dapat membuktikan bahwa pada saat mengalami kendala dalam pembayaran cicilan, maka ketua kelompok akan bertindak untuk mencari solusi agar dapat menutupi kekurangan cicilan. Tetapi apabila anggota sudah tidak mampu untuk membayar maka ketua kelompok akan mengeluarkan anggota dari kelompok SPP tersebut.

Perbandingan Jenis Usaha dalam Kinerja Rumahtangga

Jenis usaha yang ada di kelompok SPP Desa Wargajaya dibagi menjadi tiga yaitu usaha dagang, home industry, dan jasa. Masing-masing jenis usaha tersebut akan dilihat perbandingannya berdasarkan kinerja rumahtangga.

Tabel 11 Jumlah dan persentase responden menurut jenis usaha dan kinerja rumahtangga program SPP Desa Wargajaya tahun 2014

Kinerja rumahtangga

Dagang Home industry Jasa

n % n % n %

Rendah 3 30,00 4 40,00 3 30,00

Sedang 6 60,00 6 60,00 7 70,00

Tinggi 1 10,00 0 0 0 0

Tabel 11 menunjukkan bahwa kinerja rumahtangga dapat dilihat dari jumlah simpanan, jumlah yang dipinjam dan penggunaan pinjaman. Perbandingan berdasarkan jenis usaha, apabila usaha dagang memiliki frekuensi terbanyak yaitu dengan kategori sedang sebanyak enam atau 60,00%, kemudian usaha home industry memiliki frekuensi terbanyak dengan kategori sedang sebanyak enam atau 60,00% dan jenis usaha jasa memiliki frekuensi terbanyak dengan kategori sedang yaitu sebanyak tujuh atau 70,00%, Ketiga jenis usaha tersebut memiliki kinerja yang sama-sama berada pada tingkat yang sedang.

Kinerja rumahtangga pada jenis usaha dagang adalah peserta yang mempunyai usaha kredit pakaian, mendirikan toko dengan skala besar, serta dagang di pasar. Peserta mempunyai jumlah simpanan pada tingkat rendah karena peserta masih mengikuti program SPP kurang dari empat tahun, sehingga jumlah simpanan yang mereka punya rata-rata diatas Rp.200.000,00, sedangkan jumlah pinjaman peserta merupakan sisa dari jumlah simpanan yaitu dana yang ada di tangan peserta diatas Rp. 2.000.000,00. Rumahtangga pada jenis usaha dagang menggunakan uangnya untuk modal usaha rata-rata sebesar 50,00% saja. Salah satu responden juga mengaku bahwa pada daftar tercatat jenis usaha yang digarap adalah berdagang, namun sepenuhnya tidak benar karena pada kenyataannya mereka menggunakan dana mereka untuk keperluan konsumsi sehari- hari untuk menutupi pembayaran hutang, namun terdapat peserta yang sangat menekuni usahanya artinya dana yang SPP hanya digunakan untuk keperluan modal usahanya yang sebagian besar sudah menjalani usaha sejak sebelum bergabung dengan program SPP. Oleh karena itu, dana tersebut menjadi modal tambahan bagi usahanya. Pada tingkat pengembalian peserta usaha dagang, responden mengaku selalu tepat waktu dalam membayar dan bisa menyisahkan uang hasil keuntungan untuk ditabung.

Kinerja rumahtangga pada jenis usaha home industry adalah peserta yang mempunyai jenis usaha makanan-makanan kecil yang dibuat secara pribadi misalnya gorengan, kue-kue, dan dagang es keliling. Peserta mempunyai jumlah simpanan sama seperti dengan jenis usaha dagang diatas Rp. 200.000,00, sedangkan jumlah pinjaman mereka kurang lebih diatas dua tahun dan kurang dari tiga tahun, terdapat perbedaan dari jenis usaha dagang. Usaha home industry ini merupakan usaha baru, karena peserta terpaksa menekuni usahanya dengan cara berdagang keliling karena tuntutan menggunakan uangnya sebagai modal usaha. Sebagai contohnya pedangan gorengan, pada saat belum mengikuti SPP peserta belum mempunyai usaha apapun sehingga saat mendapatkan dana SPP peserta mempunyai inisiatif untuk berjualan gorengan keliling setiap siang hari. Sebagian besar dari peserta jenis usaha home industry ini menggunakan uang untuk modal usaha, disini mereka berusaha menekuni usahanya dan hanya sedikit dana mereka untuk keperluan konsumsi dibandingkan dengan jenis usaha dagang. Tingkat pengembalian pinjaman sering dibantu oleh anggota keluarga yang lain mislanya dari pihak suami, karena sebagian besar dari mereka kurang bisa menyisihkan keuntungan untuk membayar cicilan dan sering melampaui batas waktu pembayaran ke pihak ketua SPP.

Jenis usaha jasa adalah peserta yang menekuni usaha seperti mengaplikasikan keahlian mereka yaitu salon keliling, merias, membuka usaha bengkel dan usaha penyewaan ojek motor. Jumlah simpan rata-rata diatas Rp. 200.000,00 begitupun dengan jumlah yang dipinjam sebesar lama waktu hanya

dua tahun sekitar Rp.2.000.000,00. Usaha jenis jasa menggunakan uangnya untuk menambah modal usaha seperti jasa penyewaan ojek motor, sering menyisihkan uangnya untuk kebutuhan perbaikan dan service motor. Tingkat pengembalian pinjaman mereka dapat menyisahkan uang keuntungan mereka untuk membayar cicilan dan melakukan pembayaran secara tepat waktu. Ketiga jenis usaha yang ada pada program SPP desa Wargajaya mempunyai tingkat kinerja rumahtangga masih dikatakan sedang artinya cukup baik.

Hubungan Sumberdaya Keluarga dengan Kinerja Rumahtangga SPP Sumberdaya keluarga merupakan faktor internal dari peserta SPP. Sumberdaya keluaraga tersebut terdiri dari jumlah anggota keluarga, jumlah usia produktif, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Hubungan sumberdaya keluarga dengan kinerja rumahtangga dapat dijelaskan menggunakan analisis tabulasi silang yang dinyatakan sebagai berikut.

Tabel 12 Jumlah dan persentase responden menurut sumberdaya keluarga dengan kinerja rumah tangga program SPP di Desa Wargajaya tahun 2014

Tingkat kinerja rumahtangga SPP

Sumberdaya keluarga

Rendah Sedang Tinggi

n % n % n %

Rendah 6 42,85 2 38,89 2 66,67

Sedang 7 50,00 10 55,56 1 33,33

Tinggi 1 7,15 1 5,55 0 0

Total 14 100,00 13 100,00 3 100

Tabel 12 menunjukkan bahwa variabel bebas adalah sumberdaya keluarga yang terdiri dari jumlah anggota keluarga, jumlah usia produktif, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan. Variabel terikat adalah tingkat kinerja rumahtangga yang terdiri dari jumlah simpan, jumlah pinjam, penggunaan pinjaman dan tingkat pengembalian pinjaman. Sumberdaya keluarga dan tingkat kienrja rumahtangga mempunyai hubungan yaitu pada saat bernilai sedang, karena apabila dilihat dari kinerja rumahtangga, program SPP belum mencapai kinerja yang tinggi. Variabel yang berhubungan dengan tingkat kinerja rumahtangga yaitu jumlah anggota pada keluarga, karena pada saat jumlah anggotanya sedikit maka akan berpengaruh pada penggunaan dananya. Semakin sedikit jumlah anggota keluarga maka pemanfaatan dana yang digunakan untuk konsumsi juga akan semakin kecil, sehingga peserta tidak mempunyai alasan untuk menggunakan dana sebagai kebutuhan sehari-hari dengan alasan banyaknya anggota keluarga. Variabel yang berhubungan selanjutnya yaitu jumlah pinjaman yang diberikan. Apabila jumlah pinjaman kecil maka akan berdampak pada kinerja dalam tingkat pengembaliannya. Peserta mengaku bahwa dana yang digunakan untuk modal secara keseluruhan maka mereka tidak bisa menyisihkan uangnya untuk membayar cicilan. Variabel tingkat pendapatan tidak terlalu berhubungan dengan kinerja, karena bergantung pada rumahtangga dalam cara mengelola uang.

Hubungan Penilaian terhadap Pendamping dengan Kinerja Rumahtangga SPP

Kemampuan pendamping mencakup kemampuan memfasilitasi, kemampuan memotivasi dan kemampuan menjadi sumber informasi. Berikut adalah tabel jumlah dan persentase responden tentang penilaian terhadap pendamping dengan kinerja rumahtangga SPP.

Tabel 13 Jumlah dan persentase responden menurut penilaian pendamping dengan kinerja rumahtangga program SPP Desa Wargajaya tahun 2014

Tingkat kinerja rumahtangga SPP

Tingkat penilaian pendamping

Rendah Sedang Tinggi

n % n % n %

Rendah 4 80,00 1 11,11 5 31,25

Sedang 1 20,00 7 77,78 10 62,50

Tinggi 0 0 1 11,11 1 6,25

Total 10 100,00 18 100,00 2 100,00

Tabel 13 menunjukkan bahwa tingkat penilaian pendampingan merupakan variabel bebas dan tingkat kinerja rumahtangga merupakan variabel terikat. Tingkat penilaian pendampingan sendiri terdiri dari beberapa sub variabel yaitu penilaian terhadap pendamping dalam kemampuan memfasilitasi, penilaian terhadap pendamping dalam kemampuan memotivasi dan penilaian terhadap pendamping dalam menjadi sumber informasi. Tingkat kinerja rumahtangga mempunyai komponen yaitu jumlah simpan, jumlah pinjam, pemanfaatan dana serta tingkat pengembalian pinjaman. Tingkat penilaian terhadap pendamping dengan tingkat kinerja rumahtangga mempunyai hubungan pada saat berada dalam kategori sedang karena berdasarkan temuan di lapangan bahwa tingkat penilaian pendamping belum mencapai pada kategori penilaian yang tinggi. apabila pendampingan sudah mencapai dalam kategori tinggi, kinerja tetap rendah karena kinerja peserta tersebut tidak dipengaruhi oleh pendamping, melainkan dipengaruhi oleh sumberdaya keluarganya.

Kinerja Administrasi

Kinerja administrasi yang akan dibahas dalam bab ini adalah kinerja yang berhubungan dengan hal-hal yang menyangkut administrasi antara lain mutu pembukuan atau tingkat ketransparan pembukuan dan mutu managerial keuangan pada program SPP. Berikut adalah data hasil kinerja administrasi pada program SPP.

Tabel 14 Jumlah dan persentase responden menurut penilaian terhadap kinerja administrasi program SPP Desa Wargajaya tahun 2014

Tabel 14 menunjukkan bahwa diperoleh hasil bahwa kinerja administrasi digolongkan dalam kategori rendah, sedang dan tinggi. Kategori rendah mendapatkan jumlah sebanyak lima dan sebesar 16,67%, kategori sedang dengan jumlah sebanyak 24 dan sebesar 80,00%, sedangkan kategori tinggi diperoleh jumlah sebanyak satu responden dan sebesar 3,33%. Hal ini berarti kinerja tergolong dalam kategori sedang. Responden menyatakan bahwa secara administrasi dari mulai pendaftaran nama-nama kelompok sudah cukup transparan dan anggota dapat memahami maksud dari pembukuan program SPP. Berikut adalah penjabaran masing-masing yang termasuk dalam kinerja administrasi. Mutu Pembukuan

Mutu pembukuan yang dimaksud dalam program SPP adalah kriteria pembukuan pada program SPP, mencakup pencatatan jumlah simpanan dan pinjaman. Jumlah simpanan dan jumlah pinjaman harus ada dokumen baik dari pihak UPK maupun peserta SPP. Tabel jumlah dan persentase responden menurut mutu pembukuan dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 15 Jumlah dan persentase responden menurut penilaian terhadap mutu pembukuan program SPP Desa Wargajaya tahun 2014

Mutu pembukuan Jumlah (n) Persentase (%)

Rendah 12 40,00

Sedang 16 53,33

Tinggi 2 6,67

Total 30 100,00

Tabel 15 menunjukkan bahwa mutu pembukuan dikategorikan menjadi rendah, sedang dan tinggi. Mutu pembukuan pada program SPP masih dikategorikan cukup baik karena berada pada kategori sedang. Setiap kelompok SPP mempunyai buku kendali dalam bentuk kartu yang dipegang oleh masing- masing anggota SPP. Kartu tersebut berisikan catatan jumlah cicilan dan tanggal saat melakukan pembayaran angsuran. Pencatatan mengenai pembukuan tidak hanya terdapat pada anggota, namun ketua kelompok juga memiliki buku catatan tersendiri mengenai pembukuan anggotanya, sehingga apabila kartu yang dipegang oleh anggota hilang, maka masih ada buki catatan pembayaran yang dipegang oleh ketua kelompok. Kegunaan dari pembukuannya juga sebagai bukti yang akan dilaporkan kepada pihak UPK, sehingga tidak bisa melakukan kecurangan. Pencatatan jumlah pengeluaran merupakan catatan mengenai jumlah

Kinerja administrasi Jumlah (n) Persentase (%)

Rendah 5 16,67

Sedang 24 80,00

Tinggi 1 3,33

yang dipinjam oleh masing-masing peserta. Pencatatan jumlah pemasukan merupakan catatan mengenai jumlah simpanan yang diperoleh dari masing- masing peserta, kemudian terdapat pencatatan jumlah cicilan yang ditulis secara rutin tiap bulan besarnya pembayaran setiap peserta, serta pembukuan juga tertulis

Dokumen terkait