• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN INDONESIA MENGHADAPI

3. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP) pada Bab XXIX mengenai Kejahatan Pelayaran, Pasal 438-451. Beberapa pasal penting yang menjelaskan definisi pembajakan di laut berdasarkan hukum Indonesia adalah Pasal 438 ayat (1) angka 1 dan Pasal 439 ayat (1) yang disertai dengan sanksi pidananya.120

Pidana penjara paling lama lima belas tahun, untuk nahkoda atau yang menjalankan pekerjaan di sebuah kapal dan telah mengetahui penggunaan kapal untuk tujuan perompakan. Pidana penjara paling lama dua belas tahun, untuk anak buah kapal atau kelasi kapal tersebut yang secara sukarela

119

https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Keamanan_Laut_Republik_Indonesia 120

Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, Cetakan ke-12, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hlm. 171.

menjalankan pekerjaannya dan telah mengetahui tentang tujuan atau penggunaan kapal itu.121

Ancaman penjara lima belas tahun diperuntukan apabila pembajakan dilakukan :

a. di tepi laut, dengan memakai kapal melakukan perbuatan kekerasan terhadap kapal lain atau terhadap orang atau barang di atasnya, di perairan Indonesia.122

b. di pantai Indonesia baik di darat maupun di air sekitar pantai atau muara sungai, dengan melakukan perbuatan kekerasan terhadap orang atau barang di situ, setelah lebih dahulu menyeberangi lautan seluruhnya atau sebagiannya untuk tujuan tersebut.123

c. di sungai, dengan memakai kapal melakukan perbuatan kekerasan di sungai terhadap kapal lain atau terhadap orang atau barang di atasnya, setelah datang ke tempat dan untuk tujuan tersebut dengan kapal dari tempat lain.

Jika perbuatan kekerasan yang dilakukan mengakibatkan seseorang di kapal yang diserang atau seseorang yang diserang itu mati maka nakoda, komandan atau pemimpin kapal dan mereka yang turut serta melakukan perbuatan kekerasan, diancam dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun.124

Bagi yang melengkapi kapal atas biaya sendiri atau orang lain, dengan

121

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 438

122 Ibid., Pasal 439

123

Ibid., Pasal 440

124

maksud untuk digunakan dalam perompakan diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.125 Dan bagi yang membiayai, baik biaya sendiri atau orang lain, secara langsung maupun tidak langsung turut melaksanakan penyewaan, pemuatan atau pertanggungan sebuah kapal, padahal diketahuinya bahwa kapal itu akan digunakan untuk perompakan diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun dalam126

Jika ada pihak yang dengan sengaja menyerahkan sebuah kapal Indonesia dalam kekuasaan bajak laut, bajak tepi laut, bajak pantai, da n bajak sungai, diancam127:

a. dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. jika ia adalah nakoda kapal itu.

b. dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, dalam hal-hal lain. Bagi penumpang kapal Indonesia yang merampas kekuasaan atas kapal secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. 128 Apabila nakoda sebuah hapal Indonesia yang menarik kapal dari pemiliknya atau dari pengusahanya dan memakainya untul keuntungan sendiri, diancam dengan pidana penjara paling lama delapan tahun enam bulan.129

Bagi warga negara Indonesia yang tanpa izin Pemerintah Indonesia menerima surat, bajak, maupun menerima atau menjalankan pekerjaan sebagai nakoda sebuah kapal, padahal diketahui bahwa kapal itu diperuntukkan atau digunakan untuk pelayaran pembajakan tanpa izin Pemerintah Indonesia,

125 Ibid., Pasal 445 126 Ibid., Pasal 446 127 Ibid., Pasal 447 128 Ibid., Pasal 448 129 Ibid., Pasal 449

diancam dengan pidana penjara paling lima tahun.130

Bagi warga negara Indonesia yang menerima pekerjaan sebagai kelasi di sebuah kapal. padahal diketahuinya bahwa kapal itu diperuntukkan atau digunakan untuk pelayaran pembajakan tanpa izin Pemerintah Indonesia, ataupun secara suka rela tetap bekerja sebagai kelasi sesudah diketahuinya tujuan atau pengguaan kapal itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.131

Apabila nakoda dari suatu kapal asing memakai bendera Indonesia tanpa izin dari pemerintahan Indonesiadiancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.132

B. Pengaturan Hukum Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI)

Penetapan lebar Laut Teritorial maksimal 12 mil laut membawa akibat bahwa perairan dalam Selat yang semula merupakan bagian dari Laut Lepas berubah menjadi bagian dari Laut Teritorial negara -negara selat yang mengelilinginya.133

Berhubungan dengan itu, tetap terjaminnya fungsi Selat sebagai jalur pelayaran internasional merupakan syarat bagi diterimanya penetapan lebar Laut Teritorial maksimal 12 mil laut. Dengan tidak mengurangi pelaksanaan kedaulatan dan yurisdiksi negara-negara pantai dibidang lain daripada lintas laut 130 Ibid., Pasal 450 131 Ibid., Pasal 451 132 Ibid., Pasal 473 133

Undang-Undang No. 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention on the Law

dan lintas udara, kendaraan air asing dan pesawat udara asing mempunyai hak lintas laut/udara melalui suatu selat yang digunakan untuk pelayaran internasional. Negara-negara selat, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan Konvensi, dapat membuat peraturan perundang-undangan mengenai lintas laut transit melalui selat tersebut yang bertalian dengan:

a. Keselamatan pelayaran dan pengaturan lintas laut.

b. Pencegahan, pengurangan dan pengendalian pencemaran.

c. Pencegahan penangkapan ikan, termasuk penyimpanan alat penangkapan ikan dalam palka

d. Memuat atau membongkar komoditi, mata uang atau orang-orang, bertentangan dengan peraturan perundang-undangan bea cukai, fiskal, imigrasi dan kesehatan.

Peta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mengilustrasikan Negara Kesatuan Republik Indonesia beserta batas-batasnya yang menggambarkan pencapaian hasil berbagai perundingan bilateral, trilateral maupun multilateral sejak Deklarasi Djuanda sampai sekarang. Dalam peta NKRI juga dicantumkan nama-nama geografis pulau-pulau terluar milik Indonesia yang berada di sebelah dalam garis pangkal kepulauan Indonesia, serta digambarkan letak alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) dan proyeksi batas menurut hukum Indonesia. Atas dasar tersebut, dapat dinyatakan bahwa peta NKRI bersifat dinamis dan akan selalu di-update sesuai dengan perkembangan.134

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) adalah Alur laut yang ditetapkan

134

https://saripedia.wordpress.com/tag/letak-alur-laut-kepulauan-indonesia/ diakses pada 03 Juni 2015

sebagai alur untuk pelaksanaan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan berdasarkan konvensi hukum laut internasional. Alur ini merupakan alur untuk pelayaran dan penerbangan yang dapat dimanfaatkan oleh kapal atau pesawat udara asing diatas laut tersebut untuk dilaksanakan pelayaran dan penerbangan damai dengan cara normal. ALKI ditetapkan untuk menghubungkan dua perairan bebas, yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.135

Pemerintah Indonesia telah mengajukan 3 jalur ALKI yang diajukan dan diteritma oleh IMO (International Maritim Organization) melalui sidang Maritime Safety Committee ke-69 (MSC-69) pada tanggal 19 Mei 1998. Implementasinya ditetapkan dalam Peraturan pemerintah no 37 tahun 2002, yang isinya memberikan kepastian hukum penetapan ALKI terbagi menjadi136 :

a. ALKI I melintasi Laut Cina Selatan, Selat Karimata, Laut Jawa, Selat Sunda. b. ALKI II melintasi Laut Sulawesi, Selat Makassar, Laut Flores, Selat Lombok. c. ALKI III Melintas Samudera Pasifik, Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda,

Selat Ombai dan Laut Sawu.

Meskipun Indonesia telah menyediakan 3 jalur lintas damai yang menghubungkan samudera Hindia dan samudera Pasifik serta laut Cina Selatan,tetapi negara-negara barat yang diprakarsai Amerika Serikat menginginkan tambahan ALKI IV yang menghubungkan dari timur ke barat melalui laut Jawa. Keinginan ini disampaikan menteri pertahanan Amerika Serikat pada forum The 7th IISS Asia Security Summit Shangri-La Dialogue di Singapura

135

https://id.wikipedia.org/wiki/Alur_Laut_Kepulauan_Indonesia_(ALKI) diakses 03 Juni 2015 136

https://www.scribd.com/doc/40390219/Kajian-Alur-Laut-Kepulauan-Indonesia-ALKI-timur- barat diakses pada 30 Juni 2015

tahun 2008.137

Kapal dan Pesawat Udara Asing yang ingin melintasi ALKI baik melalui laut ataupun udara memiliki hak dan kewajiban sebagai berikut138 :

a. Kapal dan pesawat udara asing yang melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan harus melintas secepatnya melalui atau terbang di atas alur laut kepulauan dengan cara normal, semata-mata untuk melakukan transit yang terus-menerus, langsung, cepat, dan tidak terhalang.

b. Kapal atau pesawat udara asing yang melaksanakan lintas alur laut kepulauan, selama melintas tidak boleh menyimpang lebih dari 25 (dua puluh lima) mil laut ke kedua sisi dari garis sumbu alur laut kepulauan, dengan ketentuan bahwa kapal dan pesawat udara tersebut tidak boleh berlayar atau terbang dekat ke pantai kurang dari 10 % (sepuluh per seratus) jarak antara titik-titik yang terdekat pada pulau-pulau yang berbatasan dengan alur laut kepulauan tersebut.

c. Kapal dan pesawat udara asing sewaktu melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan tidak boleh melakukan ancaman atau menggunakan kekerasan terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, atau kemerdekaan politik Republik Indonesia, atau dengan cara lain apapun yang melanggar asas-asas Hukum Internasional yang terdapat dalam Piagam Perserikatan Bangsa -Bangsa.

d. Kapal perang dan pesawat udara militer asing, sewaktu melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan, tidak boleh melakukan latihan perang-perangan 137

https://groups.yahoo.com/neo/groups/Aliz-Forum/conversations/topics/1400?var=1 diakses 30 Juni 2015

138

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2002 tentang Hak dan Kewajiban Kapal dan Pesawat Udara Asing dalam Melaksanakan Hak Lintas Alur laut Kepulauan Melalui Alur Laut Kepulauan

atau latihan menggunakan senjata macam apapun dengan mempergunakan amunisi.

e. Kecuali dalam keadaan force majure atau dalam hal musibah, pesawat udara yang melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan tidak boleh melakukan pendaratan di wilayah Indonesia.

f. Semua kapal asing sewaktu melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan tidak boleh berhenti atau berlabuh jangkar atau mondar-mandir, kecuali dalam hal force majeure atau dalam hal keadaan musibah atau memberikan pertolongan kepada orang atau kapal yang sedang dalam keadaan musibah. g. Kapal atau pesawat udara asing yang melaksanakan Hak Lintas Alur Laut

Kepulauan tidak boleh melakukan siaran gelap atau melakukan gangguan terhadap sistem telekomunikasi dan tidak boleh melakukan komunikasi langsung dengan orang atau kelompok orang yang tidak berwenang dalam wilayah Indonesia.

C. Hak dan Kewajiban Indonesia sebagai Negara Kepulauan

Negara Indonesia sebagai negara kepulauan dirumuskan sebagai sebuah negara yang terbentuk dari gabungan pulau-pulau dan bisa mencakup pulau-pulau lainnya. Dan didefiniskan sebagai sekelompok pulau yang termasuk bagian dari pulau-pulau tersebut, perairan yang menghubungkannya dan segi alamnya sehingga membentuk segi geografis yang ekonomis dan politis.139

Kewajiban Indonesia sebagai Negara Kepulauan sudah diatur oleh Pasal 47- 53 Konvensi Hukum Laut 1982. Pasal 47 menyatakan bahwa Negara kepulauan

139

dapat menarik garis pangkal lurus kepulauan (arhipelagic baselines) dan aturan ini sudah ditransformasikan atau diimplementasikan ke dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia dan PP Nomor 37 Tahun 2002 tentang Hak dan Kewajiban Kapal dan Pesawat Udara Asing dalam Melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan melalui Alur Laut Kepulauan yang Ditetapkan, dan PP Nomor 38 Tahun 2002 tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia.

Kewajiban Indonesia sebagai negara kepulauan yang terikat oleh Konvensi Hukum Laut 1982 sudah terlaksana dengan baik, seperti pengukuran lebar laut teritorial, zona tambahan, zona ekonomi eksklusif, dan landasan kontinen seperti yang dikehendaki oleh Pasal 48 Konvensi walaupun belum semua ditetapkan . Penetapan batas zona-zona maritime tersebut harus dengan kesepakatan dengan negara-negara tetangga baik dengan Negara yang saling berhadapan maupun negara berdampingan. Kewajiban Indonesia lainnya adalah menghormati persetujuan-persetujuan yang sudah ada, hak-hak penangkapan ikan tradisional, dan pemasangan kabel-kabel bawah laut yang dilakukan oleh negara-negara tetangga, menghormati hak lintas damai (right of innocent passage), dan hak lintas alur laut kepulauan (right of archipelagic sea lanes passage).

Hak berdaulat Indonesia tidak dapat disamakan dengan kedaulatan penuh yang dimiliki dan dilaksanakan oleh Indonesia atas laut wilayah, perairan Nusantara dan perairan pedalaman Indonesia begitu pula sanksinya. Hak-hak Republik Indonesia untuk melaksanakan penegakan hukum dan pengejaran seketika (hot pursuit) terhadap kapal-kapal asing yang melakukan pelanggaran

atas ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan Indonesia. Kewajibannya berdasarkan hukum internasional adalah untuk menghormati hak-hak negara lain, misalnya kebebasan pelayaran dan penerbangan (freedom of navigation and overflight).140

Perlu dicatat bahwa Indonesia dan Singapura sudah menyepakati batas maritim internasional di Selat Singapura. Kedua negara ini telah menandatangani perjanjian batas laut territorial pada tanggal 25 Mei 1973 yang menetapkan enam titik batas sebagai titik belok garis batas. Indonesia meratifikasi perjanjian tersebut pada tanggal 3 Desember 1973.141

Indonesia sebagai negara kepuluan juga memunculkan pemberlakuan hak lintas damai (right of innocent passage) bagi kapal-kapal negara lain. Namun demikian Negara Kepulauan dapat menangguhkan untuk sementara waktu hak lintas damai tersebut pada bagian-bagian tertentu dari "perairan kepulauannya" apabila di anggap perlu untuk melindungi kepentingan keamanannya. Negara Kepulauan dapat menetapkan alur laut kepulauan dan rute penerbangan di atas alur laut tersebut. Sekalipun kapal dan pesawat udara asing menikmati hak lintas alur laut kepulauan melalui alur laut dan rute penerbangan tersebut, namun hal ini di bidang lain daripada pelayaran dan penerbangan tidak boleh mengurangi kedaulatan Negara Kepulauan atas air serta ruang udara di atasnya, dasar laut dan tanah di bawahnya dan sumber kekayaan di dalamnya.

Kendaraan air asing yang menyelenggarakan lintas laut damai di wilayah

140

Pasal 4 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia 141

http://karyatulisilmiah.com/hak-dan-kewajiban-negara-indonesia-sebagai-negara-kepulauan/ diakses 05 Juli 2015

jurisdiksi Indonesia , tidak boleh melakukan142 :

a. Ancaman atau penggunaan kekerasan terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik negara pantai.

b. Melakukan kegiatan survey atau penelitian, mengganggu sistem komunikasi.

c. Kegiatan pencemaran dan kegiatan lain yang tidak ada hubungan langsung dengan lintas laut damai.

Pelayaran lintas laut damai tersebut harus dilakukan secara terus menerus, langsung serta secepatnya, sedangkan berhenti dan membuang jangkar hanya dapat dilakukan bagi keperluan navigasi yang normal atau karena keadaan memaksa (force majeure) atau dalam keadaan bahaya atau untuk tujuan memberikan bantuan pada orang, kapal atau pesawat udara yang berada dalam keadaan bahaya.143

Hak lintas damai diakui bagi kapal-kapal asing yang melintas, dengan syarat :144

a. Tidak mengancam atau menggunakan kekerasan yang melanggar integritas wilayah, kemerdekaan dan politik negara pantai.

b. Tidak melakukan latihan militer atau sejenisnya tanpa seizing negara pantai.

c. Tidak melakukan kegiatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tertentu yang melanggar keamanan ketertiban negara pantai.

142

Undang-Undang No. 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention on the Law

of the Sea (Konvensi PBB tentang Hukum Laut)

143

http://sasmini.staff.uns.ac.id/2009/07/14/teori-hak-lintas-damai-dan-pengaturannya-di- indonesia/ diakses 18 April 2015

144

d. Tidak melakukan tindakan propaganda yang melanggar keamanan ketertiban negara pantai.

e. Tidak melakukan peluncuran, pendarata dari atas kapal apa pun termasuk kapal militer.

f. Tidak melakukan bongkar muat komoditas, penumpang, mata uang yang melanggar aturan costums, fiscal, immigration or sanitary laws negara pantai.

g. Tidak melakukan aktifitas yang menimbulkan pencemaran. h. Tidak melakukan kegiatan penangkapan ikan.

i. Tidak melakukan kegiatan penelitian.

j. Tidak melakukan kegiatan yang mengganggu ke system komunikasi negara pantai.

k. Kapal-kapal selam harus menampakkan dirinya di permukaan serta menunjukkan bendera negaranya.

Kegiatan lintas tidak lagi dipandang sebagai aktivitas damai apabila dinila i membahayakan ketertiban, ketentraman atau keamana negara pantai. 145 Maka, negara pantai bisa mengambil langkah untuk mencegah kegiatan tersebut di dalam laut teritorialnya dan apabila kapal bersangkutan terus melaju ke perairan pedalaman, negara bersangkutan bisa bertindak mencegah pelanggaran atas ketentuan yang terkait dengan masuknya kapal tersebut ke perairan internal.

Negara pantai memiliki wewenang untuk menangguhkan sementara waktu kegiatan lintas damai kapal asing dengan alasan keamanan sepanjang

145

penangguhan tersebut dipublikasikan dan tidak menutup selat Internasional.146 Negara pantai berhak membuat peraturan tentang lintas laut damai yang berkenaan dengan keselamatan pelayaran dan pengaturan lintas laut, perlindungan alat bantuan serta fasilitas navigasi, perlindungan kabel dan pipa bawah laut, konservasi kekayaan alam hayati, pencegahan terhadap pelanggaran atas peraturan perikanan, pelestarian lingkungan hidup dan pencegahan, pengurangan dan pengendalian pencemaran, penelitian ilmiah kelautan dan survei hidrografi dan pencegahan pelanggaran peraturan bea cukai, fiskal, imigrasi dan kesehatan.

Dalam menghadapi pembajakan, Indonesia melakukan suatu kebijakan dengan bekerja sama dengan negara lain untuk mengurangi pembajakan dengan cara :

a. Operasi MALSINDO

Indonesia sebagai negara yang memiliki wilayah perairan yang luas melakukan perjanjian dengan negara-negara tetangga untuk mengamankan wilayah lautnya dari ancaman perompakan. Seperti pengamanan Selat Malaka yang dilakukan oleh tiga negara selat (the litoral states), yakni Indonesia, Malaysia, dan Singapura yang dikenal dengan operasi Malsindo yang melibatkan 17 kapal perang dari masing-masing negara yang berpatroli dalam perairan teritorial dan zona eksklusif ekonomi (ZEE) masing-masing.147

Terdapat pembagian area patroli pengamanan laut di wilayah perairan Selat Malaka menjadi :

146

Berger, Artur Asa. Op.Cit., hlm 67 147

http://www.antaranews.com/berita/259072/indonesia-dan-isu-perompakan diakses pada 01 Juli 2015

a. TNI Angkatan Laut Indonesia telah mereformasi pola operasi dan memodernisasi peralatannya sehingga patroli mereka sangat efektif dalam menangkal kegiatan illegal dan mendirikan berbagai pusat komando yang beranggotakan pasukan khusus untuk merespon perompakan sehingga dapat memberikan bantuan secara langsung. Amerika Serikat memberikan bantuan kepada TNI AL Indonesia berupa pembangunan radar pantai di sepanjang Selat Malaka dan Selat Makassar.

b. Angkatan Laut Malaysia (Royal Malaysian Navy/RMN) membangun beberapa stasiun radar di sepanjang Selat Malaka untuk memonitor pergerakan kapal. Mereka juga membeli kapal-kapal patroli baru dan membentuk unit-unit pasukan khusus untuk mengawal kapal yang rawan upaya perompakan. Selain itu Malaysia telah mendirikan Malaysian Maritime Enforcement Agency (MMEA) pada tahun 2005.

c. Dalam upaya mengamankan Selat Malaka, Singapura menerapkan pengawasan dan informasi terpadu terhadap pergerakan kapal-kapal yang mencurigakan; meningkatkan patroli AL-nya (Republic of Singapore Navy/RSN), pengawalan selektif terhadap kapal-kapal yang mengangkut muatan berharga, dan menaiki secara selektif kapal-kapal kargo. Perubahan rute pelayaran juga dilakukan oleh Singapure terhadap kapal-kapal pengangkut komoditas berharga untuk mengurangi ancaman terhadap kapal- kapal itu dari berbagai kapal-kapal kecil yang berlalulalang di perairan Singapura.

Pada 2008, operasi MALSINDO berubah nama menjadi Malacca Straits Patrol (MSP) dengan masuknya Thailand dalam berbagai operasi pengamanan selat. Beberapa Komponen dari MSP, yaitu :

a. Malacca Straits Identification System (MSIS), terdiri dari Sektor 1 di

Stasiun Pelaporan di Phuket (Thailand), Sektor 2 di Stasiun Pelaporan di Sabang, (Indonesia), Sektor 3 di Stasiun Pelaporan di Lumut (Malaysia), Sektor 4 di Stasiun Pelaporan di Dumai, (Indonesia), dan Sektor 5 di Stasiun Pelaporan di Changi (Singapura).

b. Joint Maritime Security Operations (JMSO), pada operasi ini

pelaksanaannya dilakukan oleh Commander Task Group (CTG) negara pantai dan hanya bertanggung jawab atas wilayah patrolinya masing- masing.

c. Joint Maritime Air Patrol Operations (JMAP), operasi kemanan maritim

yang dibangun di antara negara pantai meliputi wilayah laut dan juga udara yang bersifat individual di wilayah masing-masing tanpa ada koordinasi dengan negara pantai lainnya.

d. Integrated Maritime Surveillance System (IMSS), merupakan sistem

penempatan radar pantai dan kamera pengawas di beberapa lokasi sepanjang pantai timur pulau Sumatera. Dampak positif lainnya adalah membantu TNI AL dalam melaksanakan pengamanan dan pengawasan di perairan Aceh dan sepanjang Selat Malaka.

e. Margin of Allowable Hot Pursuit, dimana pada perkembangannya beberapa

pengejaran seketika ini negara-negara berpegang pada perjanjian bilateral antara mereka mengenai izin apakah diperbolehkan mengejar kapal sampai perairan territorial.148

f. Intellegence and Information Exchange149 atau MSP Intellegence Exchange

untuk mendukung patroli laut dan udara, mengarah pada perkembangan pertukaran informasi sebagai bagian dari kerja sama keamanan di Selat Malaka dan Selat Singapura. Pertukaran yang dilakukan adalah mengenai informasi yang terjadi di daratan atau pelabuhan awal, agar dapat membatasi peningkatan penyelundupan baik barang dan orang melalui pintu-pintu pelabuhan kecil antar negara.

g. Public Informations Campaign, mengenai pelaksanaan akan kampanye

publik mengenai langkah-langkah yang telah diambil, proses operasi yang berjalan, serta hasil yang dicapai dari operasi tersebut.

h. Combinated Maritime Air Patrol Operation, salah satu bentuk kerja sama

patroli laut dan udara untuk mengamankan perairan laut atau selat. Informasi awal yang digunakan berdasarkan pantauan radar ataupun patroli udara di atas perairan. Dengan mengetahui adanya pergerakan kapal yang di duga melakukan tindak kejahatan ataupun menjadi korban perompakan, maka laporan tersebut segera dikirimkan ke Center of Information dan dikirim langsung ke negara-negara pantai, kemudian kekuatan armada laut akan melakukan pengejaran atau penangkapan atas kapal tersebut.

148

Massey, Anthony S. “Maritime Security Cooperation in the Strait of Malacca” (Tesis Master Naval Post Graduate School, Monterey, 2008), hlm 47

149

http://www.mindef.gov.sg/imindef/news_and_events/nr/2001/oct/09oct01_nr2.html diakses 03 Juli 2015

c. Eyes in the Sky (EiS)

EiS adalah penerbangan maritime patrol aircraft (MPA) setiap minggunya diatas perairan keempat negara. Dalam perkembangannya, operasi

Dokumen terkait