• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2. Klasifikasi Bahan Pustaka

a. Arti dan Tujuan Klasifikasi

Sumber informasi tercetak, atau jumlah buku yang terdapat di perpustakaan, tidak bisa dibilang dengan jari, dengan kata lain jumlahnya tidak sedikit. Perpustakaan adalah organisasi yang bersifat melayani pengunjung menyediakan bahan bacaan. Buku yang begitu banyak jumlahnya akan sulit terkontrol karena klasifikasi tipe buku yang begitu banyak. Klasifikasi buku lama dan buku baru, jenis buku, tahun terbit, penulis dan lain sebagainya.

Klasifikasi bahan pustaka di perpustakaan dijelaskan oleh Dian Sinaga (2011: 63) adalah suatu proses pengelompokan buku-buku serta bahan pustaka lainnya berdasarkan suatu sistem tententu secara sistematis dan logis dengan tujuan untuk membantu para pemakai perpustakaan dalam penelusuran informasi secara cepat, tepat dan mudah. Selain itu penting juga bagi user perpustakaan peran dari adanya katalog buku perpustakaan. Sedangkan Ibrahim Bafadal (2008: 51) menjelaskan klasifikasi buku adalah

suatu proses memilih dan mengelompokkan buku-buku perpustakaan sekolah atau bahan pustakalainnya atas dasar tertentuserta diletakkanya secara bersama-sama di suatu tempat.

Kedua pengertian diatas dapat disimpulkan klasifikasi bahan pustaka adalah pengelompokan buku berdasarkan aturan tertentu serta diletakkan di satu tempat yang sama. Klasifikasi bahan pustaka adalah pengelompokan buku berdasarkan kategorinya Buku di perpustakaan harus diklasifikasi karena jumlah buku banyak dan berbeda-beda. Tujuan klasifikasi adalah untuk mempermudah penggunaan koleksi perpustakaan, baik pengunjung maupun pustakawan. Ibrahim Bafadal (2008: 52) secara rinci tujuan dari mengklasifikasi buku di perpustakaan adalah sebagai berikut:

1) Untuk mempermudah siswa mencari buku yang diinginkan, 2) Untuk mempermudah pustakawan dalam mengecek buku,

3) Mempermudah pustakawan dalam mengembalikan buku pada tempatnya, 4) Mempermudah pustakawan mengetahui pertimbangan bahan pustaka, dan 5) Untuk mempermudah pustakawan dalam menyusun suatu daftar bahan

pustaka yang berdasarkan sistem klasifikasi.

Pustakawan menentukan sendiri bagaimana sistem klasifikasi yang akan diterapkan berdasarkan keadaan di perpustakaan. Pada dasarnya, sistem klasifikasi untuk mempermudah siswa dan pustakawan dalam mencari buku, karena buku telah dikelmpokkan menurut kategorinya. Ketika siswa akan mencari buku cerita rakyat, maka siswa akan diarahkan di buku tersebut

sehingga tidak perlu mencari satu per satu dari seluruh buku yang ada di perpustakaan.

b. Sistem Klasifikasi

Bahan pustaka yang ada di perpustakaan dikelompokkan menjadi beberapa bagian dengan berbagai cara. Secara konsep, klasifikasi bahan pustaka dikelompokkan dengan ciri yang sama Andi Prastowo (2013: 184) menjelaskan ada dua cara dalam mengklasifikasi bahan pustaka, yaitu klasifikasi artifisial dan klasifikasi fundamental. Klasifikasi artifisial adalah klasifikasi bahan pustaka berdasarkan sifat-sifat yang secara kebetulan ada pada bahan pustaka tersebut. Misalnya tinggu buku yang sama. Klasifikasi fundamental adalah klasifikasi bahan pustaka berdasarkan pada isi atau subjek buku. Maksudnya sifat yang ada pada bahan pustaka tersebut sama. Klasifikasi ini berdasarkan subjek buku yang ditinjau dari isi buku dan maksud buku. Klasifikasi fundamental inilah yang sering digunakan di perpustakaan era sekarang, karena berhubungan dengan penomoran buku.

Ibrahim Bafadal (2008: 55) menyebutkan macam-macam sistem klasifikasi, yaitu sistem abjad, judul buku, sistem kegunaan buku, sistem penerbit, sistem bentuk fisik, sistem bahasa dan sistem subjek buku. Perpustakaan di Indonesia mayoritas menggunakan klasifikasi berdasarkan subjek buku dan penomoran. Klasifikasi sistem subjek buku didasarkan pada isi yang terkandung dalam buku. Contohnya buku yang membahas tentang kedokteran dijadikan satu, buku yang membahas tentang pendidikan dijadikan satu, dan sebagainya. Kelebihan dari sistem ini antara lain adalah

buku dengan subjek yang sama ditempatkan berdekatan sehingga pustakawan dengan dapat dengan mudah mengetahui subjek-subjek buku mana yang masih kurang, cukup atau kelebihan.

Cara pustakawan menemukan subjek buku adalah dengan membaca secara teknis dan berurutan. Artinya pustakawan harus membaca secara cepat dan memahami di bagian tertentu agar mengetahui bahasan pokok tanpa membaca seluruh buku. Pawit M Yusup dan Yaya Suhendar (2013: 42) menjelaskan tahapan untuk menentukan subjek buku. Pertama adalah dengan membaca judul buku. Langkah selanjutnya membaca anak judul dengan melihat daftar isi. Jika kedua hal diatas tidak meyakinkan maka yang harus dilakukan adalah membaca pengantar buku. Namun ada beberapa buku yang sangat komplek bahasannya, sehingga pustakawan harus terus menggali isi buku untuk menemukan bahasan pokok dari buku tersebut.

Sistem klasifikasi ditentukan berdasarkan kebijakan pustakawan atau petugas perpustakaan dengan mempertimbangkan jumlah buku, jumlah anggota perpustakaan dan keadaan perpustakaan. Semua dari sistem ini memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. Pada umumnya, perpustakaan sekolah dasar menggunakan sistem subjek buku, karena memudahkan siswa mencari buku yang dimaksud. Siswa mencari buku dalam kategori dan pengelompokan yang sama, misalnya mencari buku komik edukasi. Maka komik edukasi tersebut berada di tempat yang sama.

c. Penomoran Buku

Setiap bahan pustaka yang ada di perpustakaan mempunyai pelabelan buku yang berisi tentang informasi buku dan nomor panggil buku. Perpustakaan di Indonesia, bahkan dunia banyak yang menggunakan klasifikasi dewey biasa dikenal dengan DDC (Dewey Decimal Classification). Sumantri (2006: 44) menjelaskan DDC adalah suatu bagan pengelompokan bahan pustaka atas dasar subjek atau isi, berfungsi sebagai alat untuk mengelompokkan dan menyusun koleksi di rak buku secara baik dan menentukan tata letak buku. Sehingga buku koleksi tertata secara teratur tidak terpencar dimana-mana. Pawit M. Yusup (2013: 210) di dalam sistem klasifikasi dewey sumber ilmu pengetahuan manusia dibagi menjadi sepuluh golongan besar. Masing-masing dari golongan ini bisa dikembangkan menjadi sepuluh bagian lagi shingga menjadi seratus golongan. Andi Prastowo (2013: 211) menambahkan bahwa dalam penulisan notasi angka klasifikasi dewey, minimal adalah tiga angka. Nomor utama menempati posisi pertama, nomor divisi menempat posisi kedua, dan nomor seksi menempati posisi ketiga. Nomor pertama mempunya 10 pengelompokan, nomor kedua adalah divisi, mempunyai 100 klasifikasi, dan nomor ketiga mempunya 100 seksi. Kemudian noor seksi bisa dikembangkan lagi menjadi bagian yang lebih sempit sesuai dengan bahasan subjek buku. Dari sub golongan bisa dikembangkan menjadi sub-sub golongan lagi hingga cakupan yang sempit. Pawit M Yusup (2013: 212), contoh dari sepuluh golongan

utama dari sistem klasifikasi dewey, beserta contoh pengembangannya untuk golongan 600 terbatas adalah sebagai berikut.

000 : karya-karya umum, termasuk ilmu perpustakaan dan informasi 100 : filsafat dan psikologi

200 : agama umum 300 : ilmu-ilmu sosial 400 : bahasa

500 : ilmu-ilmu murni

600 : ilmu-ilmu terapan, teknologi 700 : kesenian

800 : kesusastraan

900 : geografi, biografi, sejarah

Kode diatas menunjukkan pengkodean buku secara luas. Setiap kode pertama diatas dapat dikembangkan lagi menjadi lebih spesifik. Semakin ke kanan, digit yang paling kanan menunjukkan klasifikasi buku yang paling sempit. Klasifikasi dewey banyak digunakan di perpustakaan seluruh dunia karena mudah digunakan dan klasifikasi dari sepuluh jenis kategori yang jelas. Pengembangan dari klasifikasi ini disesuaikan dengan nominal angka yang ada di depannya. Masing-masing klasifikasi utama tersebut dikembangkan lagi menjadi golongan-golongan yang lebih spesifik. Berikut ini contoh bagan klasifikasi model hubungan hierakis panjang yang menunjukkan pembagian nomor utama, nomor divisi dan nomor seksi akan di gambarkan dalam bentuk bagan.

Dari bagan DCC diatas, dapat dituliskan susunan bagan yang bersusun ke bawah berupa susunan pendek, yaitu sebagai berikut:

Keterangan:

Model Hierakis Pendek 600 Ilmu Ilmu terapan ... ... 620 Teknik mesin

621.3 Elektromagnetik dan cabang-cabang sejenisnya 621.38 Elektronika dan teknologi komunikasi

621.384 Radio dan teknik rasar 621.384 1 Radio

Sesuai informasi diatas, nomor terakhir dari notasi bilangan dengan sub kategori dibawahnya tampak jelas hubungan antara nomor-nomor atau notasi. Semakin panjang notasinya, maka semakin sempit informasi yang

500 Ilmu Murni 610 Kedokteran

600 Ilmu terapan 620 Teknik Mesin 621 Fisika terapan

700 Kesenian 630 Pertanian 622 dst. 640 Industri rumah 623 dst. 621.1 621.36 621.2 621.37 621.3 Elektromagnet 621.38 Elektronika 631.4 621.39 dst. Dst 621.383

621.384 Radio dan teknik radar 621. 384 1 Radio

621.385 621. 384 1

dst 621. 384 1

dst

dicakupnya atau semakin spesifik. Itulah klasifikasi dewey yang banyak digunakan di perpustakaan seluruh Indonesia bahkan dunia.

3. Katalogisasi

Tujuan siswa datang ke perpustakaan untuk mencari ilmu atau sekedar rekreasi dengan membaca buku hiburan. Ketika siswa membutuhkan ilmu tertentu, maka harus mengecek keberadaan buku tersebut. Apabila buku tersebut tersedia di perpustakaan, maka akan timbul pertanyaan dimanakah letak buku yang dimaksud. Kadang siswa seolah dasar bertanya kepada pustakawan tentang keberadaan dan letak buku. Jika pustakawan hafal dengan jumlah dan letak buku bukan menjadi sebuah masalah. Oleh karena itu harus ada petunjuk setiap buku yang ada di perpustakaan.

a. Katalog dan Fungsinya

Katalog penting bagi perpustakaan untuk mempermudah pustakawan menemukan dari buku yang telah dikelompokkan (klasifikasi). Pengertian katalog menurut Yaya Suhendar (2010: 1) adalah istilah umum yang sering diartikan sebagai suatu daftar barang atau benda yang terdapat pada tempat tertentu. Katalog tersebut memuat informasi buku yang perlu diketahui oleh masyarakat umum. Yaya Suhendar membagi fungsi katalog dapat dibagi menjadi 2 bagian. Pertama katalog berfungsi sebagai daftar inventaris bahan pustaka. Kedua, katalog berfungsi untuk memudahkan kepada seseorang untuk menemukan buku/bahan pustaka yang dimaksud. Jumlah katalog sama dengan jumlah bahan pustaka dimana keberadaannya menunjukkan informasi tentang buku koleksi yang dimiliki perpustakaan. Katalog perpustakaan

tecantum informasi penting dari suatu bahan pustaka yang biasanya dipakai pengunjung sebagai bahan informasi yang menyangkut fisik bahan pustaka. Sehingga peran dari katalog perpustakaan begitu penting dari pustakawan maupun pengunjung perpustakaan.

Ibrahim Bafadal (2008: 89) menjelaskan katalog adalah daftar yang berisi keterangan lengkap dari buku koleksi. Ada lima kelompok keterangan yang harus tertera pada katalog, yaitu :

1) nama pengarang utama, 2) judul buku,

3) keterang tentang kota terbit, nama penerbit dan tahun terbit,

4) keterangan jumlah halaman, ukuran buku, ilustrasi, tabel, dan letak buku, dan

5) keterangan singkat mengenai seri penerbitan, judul asli dan pengarang asli (apabila terjemahan)

Ibrahim Bafadal (2008: 91) menambahkan fungsi katalog. Yang pertama katalog berfungsi sebagai alat komunikasi. Perantara siswa dan bahan pustaka yang akan dicari. Memudahkan siswa dalam mencari buku yang dimaksud. Yang kedua katalog berfungsi sebagai wakil buku. Katalog memberikan keterangn lengkap tentang bahasan buku dan ciri-ciri buku. Dengan membaca katalog, pengunjung perpustakaan dapat secara langsung memperoleh gambaran mengenai bukunya.

b. Jenis-jenis Katalog

Jenis-jenis katalog di perpustakaan ada berbagai macam yaitu katalog buku, katalog berkas, katalog kartu dan katalog digital (komputer) Andi Prastowo, 2013: 189). Bagian pertama adalah katalog berkas adalah jenis katalog yang bisa dibuat dari kertas manila yang terdiri dari beberapa lembar.

Antar kertas diikat dengan tali atau dijilid, sehingga cara membuka katalog dengan cara disisir perlembar. Yang kedua adalah katalog buku. Katalog ini biasa disebut katalog tercetak. Setiap lembar berisi uraian beberapa judul buku dan tersedia kolom keterangan buku yang menunjukkan informasi buku.. Yang ketiga adalah katalog kartu, katalog ini banyak digunakan di perpustakaan sekolah dan perguruan tinggi. Kelebihannya adalah mudah diperbaiki, tidak membutuhkan ruang penyimpanan yang besar, mudah diakses, dan pembuatan yang mudah. Katalog kartu dibuat berdasakan sistem klasifikasi. Apabila sistem klasifikasi yang digunakan adalah subjek buku, maka katalog yang digunakan adalah katalog subjek. Katalog kartu disusun berdasarkan subjeknya.

Terakhir adalah katalog online atau biasa disebut online public access catalogues. Kelebihan dari katalog ini adalah semua orang bisa mengakses katalog dari manapun secara cepat, ringkas, dan tepat. Informasi buku didapatkan secata akurat, seperti ketersediaan, peminjaman dan informasi buku. Inilah peran teknologi bagi perpustakaan. Dengan katalog komputer, pengunjung perpustakaan tidak perlu berlama-lama mencari cukup ketik kalimat/kata sesuai dengan keyword / kalimat/kata yang dimaksud. Katalog komputer (OPAC) dapat mempermudah pekerjaan, mempersingkat waktu dan tepat.

4. Kartu dan Label Buku

Kartu buku terletak di belakang buku yang menjelaskan tentang data peminjaman dan pengembalian buku. Pawit M Yusup dan Yaya Suhendar

(2013: 57) menjelaskan kartu buku dibuat dengan kertas manila karton supaya kuat. Ukurannya 9 x 6 cm. Kartu buku biasa ditempelkan dengan perekat atau dibuatkan kantong buku. Di dalam kartu buku terdapat tanggal peminjaman dan tanggal pengembalian. Kartu buku sebagai kontrol buku bagi peminjam juga bagi pustakawan untuk menentukan denda keterlambatan.

Pawit M Yusup dan Yaya Suhendar (2013: 58) menjelaskan label buku adalah nomor buku yang ditulis pada kertas dengan ukuran 3,5 x 2,5 cm dan ditempelkan pada punggung buku berfungsi untuk nomor panggil yang terdapat di katalog perpustakaan. Pada label buku terdapat penyandian buku yang terdiri dari nomor klasifikasi, tiga huruf pertama nama pengarang dan satu huruf pertama judul buku.

5. Penyusunan Buku dalam Rak

Langkah terakhir yang dilakukan dalam proses pepengolahan bahan pustaka adalah penyususnan buku di dalam rak. Buku yang beratribut lengkap mempunyai label, nomor klasifikasi, kartu buku, dan sudah diinventariskan. Buku sudah siap untuk disusun dalam rak. Pawit M Yusup dan Yaya Suhendar (2013: 62) menjelaskan cara menyusun buku di perpustakaan adalah sebagai berikut.

a. Buku-buku fiksi sebaiknya disimpan dalam rak tersendiri.

b. Buku nonfiksi dikelompokkan ke dalam buku yang bisa dipinjam dan tidak bisa dipinjam. Buku yang tidak bisa dipinjam harus terpisah dari buku yang lain.

c. Penyusunan buku harus berdiri dengan punggung buku menghadap ke depan, sehingga label buku terlihat pengguna perpustakaan. Diperlukan siku-siku standar agar buku bisa tegak apabila kolom rak tidak terisi penuh.

Ibrahim Bafadal (2008: 117) menjelaskan bahwa penyusunan buku-buku di perpustakaan sekolah merupakan kegiatan yang tidak kalah penting dengan kegiatan lain. Apabila buku disusun dengan baik akan mempermudah siswa mencari buku tertentu yang dibutuhkan. Buku perpustakaan sekolah sebaiknya disusun di rak buku khusus. Jumlah rak dan kapasitas harus menyesuaikan dengan jumlah buku. Penyusunan bahan pustaka harus sesuai dengan klasifikasi yang telah ditentukan. Untuk mempermudah pencarian buku, seharusnya rak buku diberikan petunjuk. Fungsi dari pelabelan rak adalah menginformasikan kepada siswa tentang letak buku.

Khusus buku referensi harus terpisah dari buku lain, misalnya ensiklopedia, skripsi, tesis, atlas, dan kamus. Sebab buku referensi tidak diperkenankan dibawa pulang. Apabila ingin dipinjam buku tersebut harus difotokopi.

6. Peran Teknologi Perpustakaan dalam Pengolahan Bahan Pustaka

Teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan oleh pustakawan untuk mempermudah pekerjaan mereka. Piranti komputer dengan kemampuan mengolah dan menyimpan data secara akurat melebihi kemampuan manusia yang menjadi alasan pemanfaatan teknologi bagi perpustakaan. Komputer banyak digunakan untuk jasa pelayanan dan pengolahan informasi. Pawit M. Yusup dan Priyo Subekti (2010: 234-235) menjelaskan kemampuan komputer bagi perpustakaan. Banyak sekali tujuan dari penggunaan komputer bagi perpustakaan. Baik digunakan surat menyurat, administrasi perpustakaan, dan pengolahan bahan dalam mengolah

informasi melalui program pengolahan data. Komputer mampu mengolah, menyimpan, merekam dan mengeluarkan kembali sejumlah informasi yang direkam. Pelayanan perpustakaan kepada pengunjungpun semakin cepat dan tepat. Berapapun jumlah pengunjung yang hadir di perpustakaan tidak lagi merepotkan bagi pustakawan dalam proses pelayanan. Sehingga pengunjung perputakaan merasa nyaman dengan kemudahan berkat teknologi informatika. Kemudahan inilah yang menjadi pertimbangan penggunaan sistem ICT bagi perpustakaan sekolah.

Syihabuddin Qalyubi, dkk (2007: 365) memaparkan pengembangan sistem komputer di perpustakaan antara lain untuk menyediakan sistem standar yang bisa dipakai bersama di antara perpustakaan yang bekerja sama dan tugas-tugas yang diemban oleh perpustakaan (pustakawan) dapat diselesaikan lebih akurat, cepat, dan terkontrol. Dibutuhkan pustakawan yang bisa mengoperasikan komputerisasi sistem layanan. Pustakawan diharapkan mampu mengoperasikannya, tetapi tidak hanya kemampuan saja yang dibutuhkan melainkan komponen lain untuk menunjang sistem pengolahan bahan pustaka komputerisasi.

Secara khusus dalam pengolahan informasi dan sumber informasi, komputer berperan aktif dalam penggolongan atau klasifikasi buku, katalog, dan menyimpan data. Di bagian pelayanan kepada pengguna, komputer dimanfaatkan untuk catatan data pengunjung, peminjaman, pengembalian, dan denda. Tentu saja hanya beberapa perpustakaan yang relatif memadai saja yang telah menggunakan jasa dari perangkat komputer. Hal yang menjadi

pertimbangan adalah lokasi perpustakaan dan sumber daya manusia yang mampu menggunakannya.

Kemudahan pelayanan perpustakaan melalui sistem teknologi informatika tidak bisa terlepas dari jasa pustakawan. Sebagai sumber daya manusia, tidak semua pustakawan memiliki kemampuan dalam mengelola perangkat komputer menjadikan sistem pelayanan berbasis data (database). Melalui pendidikan yang ditempuh, seorang pustakawan memiliki bekal untuk menyusun sistem pelayanan yang serba otomatis dengan menggunakan perangkat komputer dan softwarenya. Wiji Suwarno (2013: 86) mengatakan jejaring ilmu pengetahuan melalui jalur perpustakaan ini memerlukan ahli pustakawan yang mampu menyusun atau membangun jejaring dengan metode yang setiap pengguna atau konsumen dapat keluar masuk jaringan ilmu pengetahuan. Betapa pentingnya pustakawan bagi perpustakaan. Inilah peran dari pustakawan yang melayani kegiatan pencarian informasi ilmu pengetahuan yang bersumber dari perpustakaan.

Dalam proses pelayanan perpustakaan terdapat aktivitas dan interaksi antara pustakawan dengan pengunjung perpustakaan. Interaksi yang terjadi yang berhubungan dengan proses pelayanan adalah sistem sirkulasi perpustakaan. Yaitu peminjaman dan pengembalian bahan pustaka koleksi perpustakaan. Dalam skala lebih luas, interaksi tersebut terjadi tidak hanya sekali atau dua kali. Oleh karena itu harus ada catatan data tentang interaksi tersebut. Pustakawan mempertanggungjawabkan jumlah koleksi buku, catatan buku, catatan peminjaman, kondisi buku, dan inventarisasi buku. Keseluruhan

proses yang berhubungan dengan data tersebut termasuk pengelolaan perpustakaan dengan cara database.

Bambang Wahyudi (2008: 33) menjelaskan pengertian database adalah segala sesuatu catatan (data file) yang diperlukan dari suatu lingkungan dibuat dan disatukan di dalam satu tempat (penyimpanan data eksternal), disebut dengan database atau sisem basis data. Sistem database akan berjalan dengan mudah dengan menggunakan bantuan komputer. C. J. Date (2004: 5) sistem basisdata pada dasarnya adalah sebuah komputerisasi sistem penyimpanan record, yaitu merupakan sebuah sistem komputerisasi yang tujuan keseluruhannya adalah menyimpan informasi dan mengijinkan pemakai untuk mengambil kembali dan memperbarui informasi tersebut atas permintaan. Dari kedua pendapat para ahli diatas, dapat dipersingkat database/basis data adalah sistem untuk menyimpan informasi berbasis komputer.

Abdul Kadir (2001: 15) menyatakan database (pangkalan data) adalah suatu pengorganisasian data dengan tujuan agar data dapat diakses dengan mudah. Data yang terekam dapat tersimpan dengan program pengolah data akan tersimpan secara aman dan tahan lama daripada data yang diolah secara manual. Selanjutnya C. J. Date (2004: 17) keuntungan mengolah data dengan menggunakan program basis data adalah: 1) ringkas, 2) kecepatan. 3) tidak membosankan, dan 4) terkini.

a. Ringkas, tidak diperlukan kemungkinan sejumlah kertas bekas.

b. Kecepatan, mesin dapat mengambil kembali dan memperbarui data jauh lebih cepat daripada kemampuan manusia.

c. Tidak membosankan, kebanyakan adanya rasa bosan dalam mempertahankan berkas secara manual telah dihilangkan.

d. Terkini, inforasi terkini tersedia atas permintaan sepanjang waktu yang bersifat akurat.

Keuntungan menggunakan basis data yang disampaikan C. J. Date diatas sejalan dengan pengembangan sistem komputer bagi perpustakaan yang disampaikan oleh Syihabuddin Qalyubi (2007: 365), dkk. Pengelolaan perpustakaan dengan memanfaatkan basis data akan memberikan keruntungan kepada semua pihak yang bersangkutan, terutama pustakawan dan pengunjung perpustakaan. Proses pelayanan perpustakaan akan berjalan secara otomatis, cepat, tepat, dan akurat.

C. Kerangka berpikir

Instansi sekolah seharusnya memiliki sarana dan prasarana yang menujang pendidikan, tidak semata-mata proses belajar mengajar siswa dengan guru yang disampaikan secara lisan di dalam kelas. Perpustakaan merupakan salah satu sarana dalam menunjang pendidikan yang diwajibkan. Keberadaan perpustakaan yang begitu vital dengan nilai dasar perpustakaan yang begitu banyak manfaatnya. Kebermanfaatan dari perpustakaan dapat dirasakan apabila perpustakaan tersebut dimanfaatkan, perlu adanya pengelolaan dan kesadaran dari pengguna perpustakaan. perpustakaan dapat dikatakan organisasi dalam sebuah instansi. Fungsi dan nilai kebermanfaatan tidak akan terasa apabila tidak ada pengelolaan di dalanya. Pengelolaan perpustakaan mencangkup keseluruhan dari pengadaan perpustakaan hingga proses pelayanan perpustakaan dalam setiap harinya.

Perpustakaan dalam instansi pendidikan berbeda dengan pepustakaan yang ada di luar instansi. Bahan pustaka yang dimiliki oleh perpustakaan dalam instansi pendidikan menyesuaikan dengan jenjang dan kebutuhan pengguna perpustakaan. Hal tersebut agar tujuan dari perpustakaan sebagai sumber informasi tercapai. Bahan pustaka tersebut diolah, diklasifikasikan hingga disajikan kepada pengunjung perpustakaan dalam kemasan yang rapi.

Layanan koleksi perpustakaan dalam setiap instansi sekolah ataupun perpustakaan umum berbeda-beda. Menimbang dari sumber daya manusia dan anggaran dana yang diperoleh. Tujuan utama dalam pengelolaan perpustakaan adalah untuk melayani kepentingan publik. Layanan yang diberikan pustakawan berupa layanan jasa. Jasa yang diberikan oleh pengelola perpustakaan atau pustakawan adalah pelayanan. Pengguna perpustakan dapat meminjam dan mengembalikan buku sesuai dengan prosedur, memilih buku yang sudah diklasifikasi, dan mendapatkan informasi dari bahan pustaka yang tersedia.

Bahasan dalam kajian teori diatas membahas cangkupan tentang bagaimana bahan pustaka dan layanan pembaca pepustakaan dikelola. Tipe pelayanan dan cara mengolah bahan pustakaada berbagai macam tergantung dari pengelola. Ada dua garis besar dalam mengolah data pengguna perpustakaan, yaitu secara otomatis dan manual. Cara otomatis dengan menggunakan perangkat komputer dan software, sedangkan cara manual dengan tulisan tangan. Bagian tersebut terdiri dari katalog, riwayat

Dokumen terkait