5. Sedimen Cosmogenous
2.4. Klasifikasi dasar perairan (Bottom classification)
Informasi mengenai tipe dasar, sedimen dan vegetasi perairan secara umum dapat digambarkan pada sinyal echo dimana sinyal ini dapat disimpan dan diperoleh secara bersamaan dengan menggunakan data GPS. Sinyal echo ini dapat diuraikan sehingga informasi mengenai dasar perairan dapat diproyeksikan ke suatu tabel digital. Untuk verifikasi hasil, sampel fisik dasar perairan harus diobservasi melalui penyelaman atau dengan menggunakan kamera bawah air (underwater camera) yang harus direkam sebagai salah satu data akustik yang diperoleh sehingga pada saat verifikasi kembali data yang ada dapat digunakan untuk membandingkan tipe dasar perairan yang belum diketahui (Burczynski, 2002).
Nilai dari sinyal echo selain tergantung dari tipe dasar perairan (khususnya kekasaran dan kekerasan) tetapi tergantung juga dari parameter alat (misalnya frekuensi dan transducer beamwidth) (Burczynski, 2002). Oleh karena itu, verifikasi hasil akan sah hanya untuk sistem akustik yang telah digunakan untuk verifikasi.
Penggolongan dasar perairan tentunya akan selalu berkaitan dengan bagaimana cara menentukan fraksi sedimen dari dasar perairan. Perbandingan nilai E1 dan E2 dalam metode akustik tentunya akan memberikan gambaran yang jelas dari dasar perairan seperti digambarkan pada Gambar 2.
Kloser et al. (2001) dan Schlagintweit (1993) mengamati klasifikasi dasar laut dari frekuensi akustik. Dasar perairan yang memiliki ciri-ciri yang sama, perbedaan indeks kekasaran diamati berdasarkan perbedaan dua frekuensi yang mereka gunakan. Selanjutnya, Schlagintweit (1993) menemukan bahwa
perbedaan timbul dari frekuensi 40 dan 208 kHz yang disebabkan oleh perbedaan penetrasi dasar laut berdasarkan frekuensi kedalaman pada berbagai tipe dasar perairan.
Pada frekuensi rendah dimana panjang gelombang akustik lebih besar dari skala kekasaran dasar laut, dasar laut secara akustik akan tampak lembut. Dalam hal ini, pemantulan dasar laut akan didominasi oleh penyebaran dasar laut. Di sisi lain, pada frekuensi tinggi dimana panjang gelombang akustik lebih kecil dari skala penyebaran kekasaran dasar laut, penyebaran kekasaran dapat mendominasi sinyal yang dikembalikan dan dasar laut mungkin secara akustik dianggap kasar. Sebagai tambahan, ketika dasar laut menyerap lebih sedikit energi pada frekuensi rendah dibanding frekuensi tinggi, lapisan dibawah dasar laut permukaan boleh jadi tampak secara akustik . Oleh karena itu, backscatter dasar laut dan
pemantulan dasar perairan pada frekuensi rendah dapat sampai pada waktu yang bersamaan dari berbagai sudut (Penrose et al., 2005).
E1(Kekasaran)
E2(Kekerasan)
Sumber : Siwabessy, 2000
Klasifikasi habitat dasar perairan meliputi penggolongan dari semua organisme yang hidup pada dasar perairan dimana memiliki hubungan yang erat dengan karateristik dari sedimen. Tentunya habitat yang hidup pada dasar perairan akan memilih daerah yang sesuai dengan karateristiknya.
Parameter echo dasar perairan bervariasi secara luas dari ping ke ping. Oleh karena variabilitas ini, perlu dilakukan penyaringan data dan mengambil suatu nilai rata-rata parameter echo dasar perairan di atas sejumlah ping. Penganalisaan data digunakan dengan menggunakan perangkat lunak Echoview 3,5 dimana perangkat lunak ini akan menghasilkan dua variabel yang
menggambarkan karateristik dari sinyal dasar perairan yaitu (Ostrand et al., 2005):
1. Energy of the 1st bottom echo (E1) 2. Energy of the 2nd bottom echo (E2)
Ostrand et al., (2005) menerangkan hubungan antara E1 (Roughness) dan E2 (Hardness) dapat memperlihatkan jenis / tipe sedimen yang terdapat di suatu perairan dimana semakin besar kedua nilai tersebut maka jenis sedimen pada suatu perairan sebagian besar berupa substrat keras dan sebagian besar memiliki kenampakan megaskopis (Gambar 3).
Sumber : www.BioSonics.com
Gambar 3. Klasifikasi berbagai jenis substrat dasar berdasarkan nilai E1 dan E2
2.5. Makrozoobenthos
Bentos adalah organisme yang hidup di atas atau di dalam dasar perairan dan terdiri dari organisme nabati (fitobenthos) dan organisme hewani
(zoobenthos) (Odum (1971)). Secara umum bentos dikelompokkan dalam tiga bagian besar berdasarkan ukurannya yaitu makrobenthos dimana ukurannya lebih dari 1.0 mm, meiobenthos berukuran antara 0,10 mm – 1.00 mm dan
mikrobenthos yang berukuran lebih kecil dari 0,10 mm.
Awal pekerjaan di alam organisme yang hidup di dasar perairan dikenali berdasarkan komunitas dan karateristik asosiasi spesies makrofauna. Thorson (1957) dalam Barnes (1988) mengelompokkan komunitas dalam tujuh mayor tipe. Dominasi komunitas Macoma berada hingga kedalaman 60 m, komunitas Tellina pada perairan dangkal yang berpasir, komunitas Venus di kedalaman lebih dalam dimana masih terdapat substrat pasir sekitar 7 – 40 m, komunitas Abra terdapat pada daerah berlumpur seperti estuari, komunitas Amphiura ditandai dengan karateristiknya yang hidup pada sedimen yang halus pada kedalaman 15 – 150 m,
komunitas Maldane / Ophiura terdapat pada lumpur yang halus pada wilayah continental shelf pada kedalaman 300 m, dan dominasi komunitas grup amphipod ditemukan pada daerah berlumpur dan perairan keruh.
Jenis hewan yang paling banyak ditemukan pada bentos sebagian besar berupa hewan invertebrata (Tabel 3). Jenis hewan ini mempunyai kisaran ukuran yang sangat luas yaitu dari berukuran sebesar protozoa sampai kepada yang berukuran sebesar crustacea dan moluska. Ukuran ini kadang-kadang dipakai sebagai salah satu dasar untuk mengklasifikasikan mereka.
2.6. SIMRAD EY 60
Split beam SIMRAD EY 60 scientific echo sounder system merupakan instrumen hidroakustik yang paling baru dan merupakan generasi keenam yang dibuat oleh Simrad. SIMRAD EY 60 disebut sebagai alat hidroakustik pertama yang serba bisa, yang mampu menyediakan sounder tiga frekuensi, target strength analyzer dan echo integrator lanjutan. Sinyal echo diproses secara on-line dan hasilnya ditampilkan dengan echogram.
SIMRAD EY 60 disebut sebagai scientific echo sounder karena konsep baru yang digunakan pada receiver memungkinkan alat ini mencapai rentang dinamis sampai dengan 160 dB. Sounder dapat beroperasi pada tiga frekuensi sebesar 12, 38 dan 120 kHz. Keunikan lain dari alat ini adalah kemampuannya untuk mengamati posisi horizontal dari ikan yang berada pada beam, hal ini memungkinkan peneliti untuk mempelajari tingkah laku ikan (www.simrad.com).
Tabel 3. Beberapa jenis-jenis hewan utama yang terdapat di dasar lautan.
Phylum Subgrup dan nama umum
Cnidaria Hydrooa (hydroid coelenterates) Anthozoa (anemones, corals) Plathyhelminthes Turbellaria (flatworms) Aschelminthes Nematoda (roundworms)
Annelida Polychaeta (bristle worms, lugworms) Mollusca Gastropoda (snails and sea-slugs)
Lamellibranchiata (bivalves)
Chephalophoda (cuttlefish and squids) Anthropoda Crustacea (especially ostracods, copepods,
cirripedes, malacostracans) Echinodermata Crinoidea (sea-lilies)
Holothuroidea (sea-cucumbers) Echinoidea (sea-urchins) Asteroidea (starfish) Ophiuroidea (brittle stars) Hemichordata Enteropneusta (acorn-worms) Chordata Urochordata (sea-squirts)
Chephalochordata (Amphioxus) Sumber : Hutabarat dan Stewart, 2000