• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

B. Gaya Belajar

2. Klasifikasi Gaya Belajar

Sejak awal tahun 1997, telah banyak upaya yang dilakukan untuk mengenali dan mengkategorikan cara manusia belajar, cara memasukkan informasi ke dalam otak. Secara garis besar, ada tujuh pendekatan yang umum dikenal dengan kerangka referensi yang berbeda dan dikembangkan juga oleh ahli yang berbeda dengan variasinya masing-masing. Adi W. Gunawan adalah seorang pakar mind technology dan transformasi diri yang dalam bukunya “Genius Learning Strategy” merangkum ketujuh cara belajar tersebut, yaitu:

a. Pendekatan berdasarkan pada pemrosesan informasi; menentukan cara yang berbeda dalam memandang dan memproses informasi yang baru.

Pendekatan ini dikembangkan oleh Kagan, Kolb, Honey dan Umford Gregorc, Butler, dan McCharty.

b. Pendekatan berdasarkan pada kepribadian; menentukan tipe karakter yang berbeda-beda. Pendekatan ini dikembangkan oleh Myer-Briggs, Lawrence, Keirsey & Bates, Simon & Byram, Singer-Loomis, Grey-Wheelright, Holland dan Geering.

c. Pendekatan berdasarkan pada modalitas sensori; menentukan tingkat ketergantungan terhadap indera tertentu. Pendekatan ini dikembangkan oleh Bandler & Grinder dan Messick.

d. Pendekatan berdasarkan pada lingkungan; menentukan respon yang berbeda terhadap kondisi fisik, psikologis, sosial, dan instruksional. Pendekatan ini dikembangkan oleh Witkin, Eison, Canfield.

e. Pendekatan berdasarkan pada interaksi sosial; menentukan cara yang berbeda dalam berhubungan dengan orang lain. Pendekatan ini dikembangkan oleh Grasha-Reichman, Perry, Mann, Furmann-Jacobs, dan Merill.

f. Pendekatan berdasarkan pada kecerdasan; menentukan bakat yang berbeda. Pendekatan ini dikembangkan oleh Gardner dan Handy. g. Pendekatan berdasarkan wilayah otak; menentukan dominasi relatif

dari berbagai bagian otak, misalnya otak kiri dan otak kanan. Pendekatan ini dikembangkan oleh Sperry, Bogen, Edwards, dan Hermann (Adi W. Gunawan, 2007: 140).

Banyaknya pendekatan dalam mengklasifikasikan atau membedakan gaya belajar disebabkan karena setiap pendekatan yang digunakan mengakses aspek yang berbeda secara kognitif. Menurut Adi W. Gunawan (2007: 142) ada tiga pendekatan gaya belajar yang populer, yaitu pendekatan berdasarkan preferensi sensori, preferensi kognitif, dan profil kecerdasan.

Pendekatan gaya belajar berdasarkan preferensi sensori (ketergantungan terhadap indera tertentu) terdiri dari tiga gaya belajar yaitu gaya belajar visual (belajar dengan cara melihat), gaya belajar auditorial (belajar dengan cara mendengar), dan gaya belajar kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan melakukan aktivitas fisik).

Pendekatan gaya belajar berdasarkan preferensi kognitif (kemampuan berpikir) dikembangkan oleh Anthony Gregorc. Gregorc membagi gaya belajar menurut kemampuan mental menjadi 4 kategori, yaitu:

1. Gaya belajar konkret-sekuensial. Merupakan gaya belajar yang membuat siswa menjadi terorganisir, dapat diandalkan, pekerja keras. Mereka mengikuti petunjuk guru dan mengajukan pertanyaan untuk klarifikasi. Pekerjaan mereka biasanya akurat, faktual, dan konsisten. Mereka lebih memilih kegiatan pembelajaran konvensional.

2. Gaya belajar abstrak-sekuensial. Merupakan gaya belajar yang membuat siswa menjadi berpikir logis dan disengaja. Mereka

belajar terbaik dalam lingkungan yang terstruktur. Mereka memiliki pengetahuan, pemikir analitik dengan pengertian yang jelas tentang objektivitas. Mereka lebih memilih proses yang sistematis dan menyeluruh dalam pekerjaan mereka.

3. Gaya belajar konkret acak. Merupakan gaya belajar yang membuat siswa menjadi kreatif, petualang, dan tentu ingin tahu tentang dunia di sekitar mereka. Mereka adalah pemikir inovatif. Mereka menggunakan naluri dan intuisi mereka ketika membuat keputusan.

4. Gaya belajar abstrak acak. Merupakan gaya belajar yang membuat siswa menjadi imajinatif dan idealis. Mereka sensitif dan merupakan siswa yang cenderung sentimental. Mereka lebih suka fleksibilitas dan cenderung spontan. Mereka adalah siswa yang sangat perseptif.

Pendekatan gaya belajar berdasarkan profil kecerdasan dikembangkan oleh Howard Gardner. Gardner (dikutip oleh Adi W. Gunawan) awalnya mengusulkan tujuh jenis kecerdasan yaitu:

1. Linguistik. Merupakan kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan.

2. Logika-matematika. Merupakan kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah.

3. Interpersonal. Merupakan kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain.

4. Intrapersonal. Merupakan kemampuan yang berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri.

5. Musikal. Merupakan kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik.

6. Visual-spasial. Merupakan kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual dan spasial secara akurat.

7. Kinestetik. Merupakan kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaan.

Namun sesuai dengan perkembangan penelitian yang dilakukannya, Gardner lalu memasukkan kecerdasan kedelapan yaitu kecerdasan naturalis. Merupakan kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang di jumpai di alam maupun lingkungan.

Konsep kecerdasan ganda dapat dilihat sebagai pengembangan model gaya belajar Visual, Auditorial, dan Kinestetik yang biasanya disingkat menjadi VAK dan membuat hubungan yang jelas antara kepribadian dan gaya belajar yang disukai (Nick Rushby, 2008: 78). Konsep, teori dan

metode VAK pertama kali dikembangkan pada tahun 1920 oleh psikolog dan spesialis mengajar seperti Fernald, Keller, Orton, Gillingham, Stillman dan Montessori (Nick Rushby, 2008: 93). Spesialis VAK mengakui bahwa seseorang belajar dengan menggunakan berbagai cara, misalnya ketika seseorang belajar untuk mengoperasikan peralatan baru dia akan memilih untuk membaca instruksi jika dia lebih dominan ke gaya belajar visual. Namun jika dia lebih dominan ke gaya belajar auditorial, maka dia akan lebih memilih untuk mendengarkan penjelasan. Model gaya belajar Visual, Auditorial, dan Kinestetik ini tidak menutup kecerdasan ganda Gardner, tetapi dengan adanya model VAK akan memberikan perspektif yang berbeda untuk memahami dan menjelaskan pilihan seseorang untuk mengetahui gaya belajar dan kekuatannya. Karena gaya belajar seseorang merupakan cerminan dari campuran kecerdasan mereka dan juga merupakan jenis refleksi otak.

Dari ketiga pendekatan diatas, yang dikenal luas di Indonesia adalah pendekatan berdasarkan preferensi sensori (Adi W. Gunawan, 2007:142). Selain itu, De Porter & Hernacki (2006) menyatakan bahwa pada tahap awal untuk mengenali gaya belajar siswa, salah satu langkah diantara langkah pertama yang sebaiknya dilakukan oleh guru adalah mengenali modalitas belajar siswa sebagai modalitas visual, auditorial, atau kinestetik. Oleh karena ketenarannya di Indonesia dan penelitian ini merupakan penelitian awal untuk mengenali gaya belajar siswa, maka penelitian ini hanya menitikberatkan pada pengklasifikasian gaya belajar

menurut preferensi sensori yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik. Selain itu, gaya belajar berdasarkan preferensi sensori menurut Flemming (dikutip oleh Suyono dan Hariyanto) juga terdiri dari tiga modalitas belajar, yaitu visual, auditorial, dan kinestetik.

Dokumen terkait