• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3 Nilai Penting (Importance) dan Pengaruh Stakeholders .1 Nilai penting (importance) stakeholders .1 Nilai penting (importance) stakeholders

5.3.3 Klasifikasi stakeholders

Klasifikasi stakeholders dalam pengelolaan CB-GSK-BB dilakukan dengan penafsiran matriks nilai penting (importance) dan tingkat pengaruh stakeholders. Hasil dari perhitungan nilai penting dan tingkat pengaruh selanjutnya dipetakan ke dalam empat kategori stakeholders yang disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8 Matriks kategori stakeholders CB-GSK-BB.

Keterangan : 1: Kepala Desa Tasik Betung; 2: Kepala Desa Tasik Serai Timur; 3: Kepala Desa Tasik Serai; 4: Kepala Desa Temiang; 5: Kepala Desa Tanjung Leban; 6: Badan Penyuluhan & Ketahanan Pangan Bengkalis, 7: Badan Lingkungan Hidup Bengkalis; 8: Dinas Kehutanan & Perkebunan Bengkalis; 9: Dinas Kebudayaan & Pariwisata Bengkalis; 10: Dinas Kehutanan & Perkebunan Siak; 11: Dinas Kebudayaan & Pariwisata Siak; 12: Badan Lingkungan Hidup Siak; 13: Badan Penyuluhan & Ketahanan Pangan Siak; 14: Yayasan Penyelamatan Harimau Sumatera; 15: Siak Cerdas; 16: Dinas Kehutanan Provinsi Riau; 17: Dinas Perkebunan Provinsi Riau; 18: Dinas Perikanan & Kelautan Provinsi Riau; 19: Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Riau; 20: BAPPEDA Provinsi Riau; 21: Badan Lingkungan Hidup Provinsi Riau;

22: Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau; 23: Universitas Lancang Kuning; 24: Universitas Islam Riau; 25: Universitas Riau; 26: Balai Besar KSDA Riau; 27: Majelis Ilmiah; 28: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia; 29: Sinar

Mas Forestry; 30: Ditjen PHKA Kementerian Kehutanan; 31: Komite Nasional MAB-Indonesia.

Kategori pada matriks di atas dapat menggambarkan posisi dan peranan yang dimainkan masing-masing stakeholders dalam pengelolaan CB-GSK-BB: (I) Subjects yaitu memiliki tingkat kepentingan tinggi tetapi pengaruh rendah; (II) Key players yaitu memiliki tingkat kepentingan dan pengaruh tinggi; (III) Context setters yaitu memiliki kepentingan rendah tetapi pengaruhnya tinggi dan (IV) Crowd yaitu memiliki kepentingan dan pengaruh rendah.

a. Subjects

Kategori I (subjects) ditempati oleh Kepala Desa Tasik Betung, Kepala Desa Tasik Serai Timur, Kepala Desa Tasik Serai, Kepala Desa Temiang dan Kepala Desa Tanjung Leban. Menurut Groenendijk (2003), pihak yang masuk dalam kategori I (subjects) merupakan pihak dengan kepentingan yang tinggi tetapi memiliki pengaruh yang rendah. Kategori ini menunjukkan bahwa kelima

stakeholders tersebut memiliki nilai penting (importance) yang tinggi terhadap

keberhasilan pelestarian fungsi ekositem CB-GSK-BB, namun memiliki pengaruh yang rendah terhadap pengelolaan CB-GSK-BB. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelimanya merupakan stakeholders yang penting dan memerlukan pelibatan agar dapat berpartisipasi dalam pengelolaan CB-GSK-BB.

Pelibatan stakeholders tersebut dapat dilakukan dengan pemberdayaan dan mengikutsertakannya di setiap tahapan pengelolaan. Pemberdayaan stakeholders ini dilakukan karena mereka memiliki kapasitas yang kurang memadai dalam pengelolaan. Kelima Kepala Desa tersebut memiliki pengaruh yang rendah terhadap kebijakan pengelolaan karena tidak pernah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, sehingga stakeholders ini perlu melakukan kerjasama dengan stakeholders pada kategori key players atau context setters agar dapat meningkatkan kapasitas sumberdaya yang dimiliki.

b. Key players

Hasil pemetaan stakeholders menunjukkan bahwa pada posisi kategori II (key players) ditempati oleh 7 stakeholders, yaitu BBKSDA Riau, Komite Nasional MAB-Indonesia, Dinas Kehutanan Provinsi Riau, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Riau, Sinar Mas Forestry, BAPPEDA Provinsi Riau dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Stakeholders yang berada pada posisi kategori II (key players) ini merupakan kelompok yang paling kritis karena memiliki nilai penting (importance) dan pengaruh yang tinggi. Menurut Groenendijk (2003), pihak yang masuk ke dalam kategori II (key players) merupakan pihak dengan tingkat pengaruh yang tinggi dan juga kepentingan yang tinggi terhadap keberhasilan suatu pengelolaan.

Stakeholders di atas telah menjalin kerjasama sejak tahapan pembentukan

memiliki kepentingan yang sama dalam pengelolaan, yaitu keseimbangan fungsi-fungsi ekosistem CB-GSK-BB. Keefektifan dan dukungan koalisi pihak-pihak terhadap pengelolaan dapat diketahui dengan membangun hubungan kerja yang baik atau bermitra satu sama lain, karena stakeholders pada kuadran ini memiliki kapasitas sumberdaya yang besar dalam hal partisipasi dan kontribusi, sumberdaya manusia dan sumberdaya yang disediakan (fasilitas, dana dan informasi) dalam melaksanakan pengelolaan, sehingga stakeholders harus berperan aktif dan saling mendukung (support) demi keberhasilan pengelolaan CB-GSK-BB.

c. Context setters

Hasil pemetaan stakeholders menunjukkan bahwa pada posisi kategori III (context setters) ditempati oleh 15 stakeholders, yaitu Ditjen PHKA Kementerian Kehutanan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Riau, Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Bengkalis, Badan Lingkungan Hidup Bengkalis, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bengkalis, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Siak, Badan Lingkungan Hidup Siak, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Siak, Majelis Ilmiah, Universitas Lancang Kuning, Universitas Islam Riau, Universitas Riau, Yayasan Penyelamatan Harimau Sumatera dan Siak Cerdas. Menurut Groenendijk (2003), pihak pada kategori III (context setters) merupakan pihak dengan pengaruh yang tinggi, dapat mempengaruhi pengelolaan tetapi tidak memiliki kepentingan terhadap pengelolaan. Stakeholders ini perlu diperhatikan dan dibutuhkan monitoring dan manajemen yang hati-hati dalam pengelolaan.

Stakeholders pemerintah (pusat, provinsi, kabupaten) memiliki otoritas yang

tinggi sehubungan dengan perumusan kebijakan pengelolaan. LSM dan Perguruan Tinggi berperan sehubungan dengan kemampuannya dalam memainkan peran intermediasi, penyebaran informasi dan pemberdayaan masyarakat. Hal ini menjadi perhatian karena stakeholders yang berada dalam kategori III (context

setters) tersebut berperan dalam merumuskan kebijakan dan menjembatani

perumusan keputusan dan opini yang berkembang di sekitar CB-GSK-BB.

Stakeholders ini juga perlu dikelola untuk dimintai saran pendapat (konsultasi)

pengelolaan. Hal tersebut perlu dilakukan agar tidak menjadi sumber kendala yang dapat menghambat pelaksanaan kegiatan pengelolaan CB-GSK-BB.

d. Crowd

Posisi kategori IV (crowd) ditempati oleh 4 stakeholders, yaitu Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Bengkalis, Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Siak, Dinas Perkebunan Provinsi Riau dan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau. Menurut Groenendijk (2003), pihak pada kategori IV (crowd) merupakan pihak dengan pengaruh yang rendah dan kepentingan yang rendah pula terhadap pengelolaan, mungkin membutuhkan monitoring atau evaluasi namun dengan prioritas rendah. Keberadaan stakeholders ini sebenarnya bisa diabaikan karena bukan merupakan subjects dalam pengelolaan. Namun, mengingat bahwa kegiatan pengelolaan CB-GSK-BB ini melibatkan banyak pihak (multistakeholder management), maka stakeholders ini bisa dilibatkan untuk mendukung setiap pelaksanaan kegiatan pengelolaan CB-GSK-BB .

Matriks nilai penting (importance) dan pengaruh stakeholders dapat berubah tipenya sepanjang waktu dan dampak perubahan tersebut perlu dipertimbangkan (Reed et al. 2009). Disamping itu, dimungkinkan juga munculnya stakeholders baru yang belum teridentifikasi pada penelitian ini, terkait dengan dinamika sosial yang terus berkembang di lokasi penelitian. Berdasarkan analisis nilai penting (importance) dan pengaruh tersebut ada beberapa hal yang dapat direkomendasikan dalam pengelolaan CB-GSK-BB yaitu diperlukan koordinasi dan kerjasama yang solid antar stakeholders sesuai dengan peran dan fungsinya serta pendekatan yang dapat mengakomodasi kepentingan stakeholders lainnya tanpa mengurangi tingkat pengaruhnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Asikin (2001) dalam pembangungan perlu diberdayakannya bentuk-bentuk partisipasi stakeholders.

5.4 Bentuk dan Tingkat Partisipasi Stakeholders

Dokumen terkait