• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI JENIS TANAH DI LOKASI SURVEI

4.2 Klasifikasi Tanah

Diduga rezim suhu tanah yang ditemukan pada daerah Jatikerto termasuk Isohiperthermik, karena suhu tanah yang kami gali dengan suhu lingkungan terasa tidak berbeda jauh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kuswanto (2012) di tempat yang sama, suhu rata-rata tahunan di Jatikerto mencapai 27o C. Kami tidak bisa memastikan rezim suhu tanah sesuai prosedur karena keterbatasan alat yang kami miliki, dimana seharusnya rezim suhu didapatkan dari suhu tanah yang berada pada kedalaman kurang lebih 50 cm, namun hanya dari sini kami dapat menduga rezim suhu tanah pada titik pengamatan. Menurut Soil Survei Staff (1998), tanah dengan rezim suhu isohiperthermik memiliki suhu

35 tanah tahunan rata-rata (diukur pada kedalaman 50 cm dari permukaan tanah) 22o C atau lebih tinggi, namun perbedaan antara rata-rata suhu tanah pada musim panas (musim kemarau) dan musim dingin (musim hujan) tidak mencapai 6oC.

Dari 7 titik pengamatan dimana kami melakukan survei, kami mengklasifikasikan tanah-tanah itu ke sub-grup Typic Hapludalf (semua, tanpa terkecuali), dengan Horizon penciri utama Argilik, dengan alasan ditemukannya horizon akumulasi liat pada semua titik. Hal ini terbukti dengan bertambahnya fraksi liat seiring bertambahnya kedalaman tanah pada semua titik.

Titik 1

 Epipedon

Epipedon pada titik ke 1, kita klasifikasikan ke dalam epipedon Umbrik. Hal tersebut dibuktikan dengan warna tanah 10 YR 3/1, struktur gumpal membulat berukuran < 5 mm, dan memiliki pH tanah 6 sehingga Kejenuhan Basanya < 50%. Kejenuhan basa erat hubungannya dengan pH tanah, dimana tanah-tanah dengan pH rendah umumnya mempunyai kejenuhan basa rendah, sedang tanah-tanah dengan pH yang tinggi mempunyai kejenuhan basa yang tinggi pula (Hardjowigeno, 1989). Sesuai dengan pernyataaan Soil Survei Staff (1998) bahwa sifat – sifat tanah Umbrik adalah memiliki unit struktur dengan diameter 30 cm atau kurang, warna dengan value warna 3 atau kurang jika lembab, warna dengan kroma 3 atau kurang.

 Endopedon

Endopedon pada titik ke 1, kita klasifikasikan ke dalam endopedon Argilik. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya adanya horizon Bt pada kedalaman 42-90 cm. horizon Bt adalah menunjukkan suatu akumulasi liat silikat, yaitu yang terbentuk di dalam suatu Horizon dan selanjutnya mengalami translokasi di dalam Horizon tersebut, ataupun yang telah dipindahan ke dalam Horizon tersebut oleh proses iluviasi, atau terbentuk oleh kedua proses tersebut (Badan Penelitian Tanah, 2004). Hal tersebut terbukti dengan pada horizon B memiliki tekstur tanah lempung berpasir dan pada horizon di bawahnya memiliki tekstur tanah lempung liat berpasir. Jadi, itu tandanya terdapat translokasi liat diantara dua horizon tersebut. Menurut Soil Survey Staff (1998) menyatakan bahwa salah satu syarat horizon argilik adalah terdapat bukti adanya iluviasi liat salah satunya adanya liat yang terorietasi menghubungkan butir-butir pasir.

36  Ordo

Untuk pengklasifikasian ordo pada titik 1, kami klasifikasikan kedalam ordo Alfisol. Hal ini dikarenakan terdapat horizon argilik dimana horizon argilik merupakan horizon dengan ciri-ciri terdapat akumulasi liat. Menurut Soil Survei Staff (1998) tanah dengan ordo alfisol merupakan tanah yangh tidak mempunyai plagen yang memiliki salah satu sifat berikut yaitu horizon argilik, kandik, atau natrik

 Sub ordo

Untuk pengklasifikasian subordo pada titik 1, kami klasifikasikan kedalam sub ordo Udalf. Hal ini dikarenakan memiliki rezim lengas udik dan rezim suhu isohipertermik. Seperti yang kita ketahui, curah hujan per tahun yang kita dapat dari BMKG Karang Ploso dari bulan April 2013 – April 2014 untuk daerah Kecamatan Kromengan adalah > 2200 mm/tahun. Hal itu mengindikasikan bahwa kemungkinan besar daerah tersebut tidak kering selama 90 hari kumulatif. Menurut Soil Survei Staff (1998) menyatakan bahwa rezim kelembaban udik memiliki ciri penampang control kelembaban tanah tidak kering selama 90 kumulatif hari dalam tahun-tahun normal.

 Great Group

Untuk pengklasifikasian great group pada titik 1, kami mengklasifikasikan ke dalam great group Hapludalf. Hal tersebut disebabkan karena tidak mempunyai ciri khusus seperti Udalf lain seperti Glossudalf yang memliki horizon glosik, fragiudalf yang memiliki fragipan, dan udalf-udalf yang ada pada Kunci Taksonomi Tanah lainnya  Subgroup

Untuk pengklasifikasian sub group pada titik 1, kami mengklasifikasikan ke dalam sub group Typic Hapludalf. Hal tersebut dikarenakan Hapludalf tersebut tidak memiliki penciri khusus yang ada di dalam buku Kunci Taksonomi Tanah yang membahas tentang Hapludalf beserta ciri khususnya.

Titik 2

 Epipedon

Epipedon pada titik ke 2, kita klasifikasikan ke dalam epipedon Umbrik. Hal tersebut dibuktikan dengan warna tanah 10 YR 2/1, struktur gumpal membulat berukuran 5 – 10 mm, dan memiliki pH tanah 7, namun warna pada kertas pH Universalnya condong ke

37 angka 6 sehingga Kejenuhan Basanya < 50%. Kejenuhan basa erat hubungannya denga n pH tanah. pada tanah berpH tinggi, nilai KB lebih besar daripada tanah ber pH rendah (Bailey, et al. , 1986). Sesuai dengan pernyataaan Soil Survey Staff (1998) bahwa sifat-sifat tanah Umbrik adalah memiliki unti struktur dengan diameter 30 cm atau kurang, warna dengan value warna 3 atau kurang jika lembab, warna dengan kroma 3 atau kurang.

 Endopedon

Endopedon pada titik ke 2 kita klasifikasikan ke dalam endopedon Argilik. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya adanya horizon Bt pada kedalaman 33-90 cm. Horizon Bt adalah menunjukkan suatu akumulasi liat silikat, yaitu yang terbentuk di dalam suatu Horizon dan selanjutnya mengalami translokasi di dalam horizon tersebut, ataupun yang telah dipindahan ke dalam horizon tersebut oleh proses iluviasi, atau terbentuk oleh kedua proses tersebut (Badan Penelitian Tanah, 2004). Hal tersebut terbukti dengan pada horizon A memiliki konsistensi sangat lekat dan tidak plastis dan pada horizon dibawahnya konsistensinya berubah menjadi sangat lekat dan sangat plastis. Menurut Hanafiah (2007) karateristik tekstur liat mempunyai sifat lekat yang tinggi sehingga bila sangat plastis. Jadi itu tandanya terdapat akumulasi liat diantara dua horizon tersebut yang pada awalnya horizon A tidak plastis kemudian saat horizon dibawahnya konsistensinya menjadi sangat plastis. Menurut Soil Surfey Staff (1998) menyatakan bahwa salah satu syarat horizon argilik adalah terdapat bukti adanya iluviasi liat

 Ordo

Untuk pengklasifikasian ordo pada titik 2, kami klasifikasikan kedalam ordo Alfisol. Hal ini dikarenakan terdapat horizon argilik dimana horizon argilik merupakan horizon dengan ciri-ciri terdapat akumulasi liat. Menurut Soil Survei Staff (1998) tanah dengan ordo alfisol merupakan tanah yangh tidak mempunyai plaggen yang memiliki salah satu sifat berikut yaitu horizon argilik, kandik, atau natrik

 Subordo

Untuk pengklasifikasian sub ordo pada titik 1, kami klasifikasikan kedalam sub ordo Udalf. Hal ini dikarenakan memiliki rezim lengas udik dan rezim suhu isohipertermik. Seperti yang kita ketahui, curah hujan per tahun yang kita dapat dari BMKG Karangploso

38 dari bulan April 2013 – April 2014 untuk daerah Kecamatan Kromengan adalah > 2200 mm/tahun. Hal itu mengindikasikan bahwa kemungkinan besar daerah tersebut tidak kering selama 90 hari kumulatif. Selain itu juga, didaerah Jatikerto terdapat kabut pagi hari. Menurut Soil Survei Staff (1998) menyatakan bahwa rezim kelembaban udik memiliki ciri penampang control kelembaban tanah tidak kering selama 90 kumulatif hari dalam tahun-tahun normal dan disertai musim panas yang sejuk dan berkabut.

 Great Group

Untuk pengklasifikasian great group pada titik 1, kami mengklasifikasikan ke dalam great group Hapludalf. Hal tersebut disebabkan karena tidak mempunyai ciri khusus seperti Udalf lain yang ada pada Kunci Taksonomi Tanah.

 Subgroup

Untuk pengklasifikasian sub group pada titik 2, kami mengklasifikasikan ke dalam sub group Typic Hapludalf. Hal tersebut dikarenakan Hapludalf tersebut tidak memiliki penciri khusus yang ada di dalam buku Kunci Taksonomi Tanah yang membahas tentang Hapludalf beserta ciri khususnya.

Titik 3

 Epipedon

Epipedon molik karena memiliki pH tanah 7. PH tersebut didapat dengan menggunakan indikator universal sehingga pH yang didapatkan tidak akurat. Namun warna pada pH universal cenderung berada di pH 7 dan 8. Selain itu, horizon A memiliki warna gelap (10 YR 2/2) sampai kedalaman 30 cm. Tanah ini juga memenuhi syarat molik yaitu epipedon tergolong lembab selama 90 hari atau lebih secara kumulatif.  Endopedon

Endopedon argilik karena ditemukan adanya akumulasi liat pada perkembangan horisonnya, selain pada horizon endopedonnya memiliki tekstur berlempung kasar dan berlempung halus. Struktur gumpal dengan diameter 5-20 mm, dan keadaan konsistensi yang semakin ke bawah semakin plastis.

39  Ordo

Ordo alfisol karena memiliki horison argilik. Hardjowigeno (1987) menyatakan bahwa tanah alfisol tanah-tanah yang dicirikan dengan adanya penimbunan di horison bawah. Fraksi tanah liat yang didapat berasal dari pencucian horison di atasnya.

 Subordo

Sub ordo udalf karena memiliki ordo alfisol dengan rezim kelembapan udik. Rezim kelembapan udik dicirikan dengan keadaan tanah di lapang yang tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif. Hal tersebut dibuktikan dengan keadaan tanah yang masih lembab ketika digali serta dari peta iklim mengenai sebaran curah hujan di Jawa Timur, dan juga terdapat kabut di daerah tersebut. Data curah BMKG karangploso satu tahun terakhir (2013-2014) menunjukkan tidak adanya bulan kering yang mencapai 3 bulan atau lebih (90 hari atau lebih) pada daerah Jatikerto.

 Great Group

Great-group hapludalf karena tidak terdapat penciri khusus atau merupakan udalf yang lain (tidak memiliki horison natrik untuk memenuhi syarat untuk Great Group Natrudalf, tidak memiliki horison glosik untuk memenuhi syarat klasifikasi Ferrudalf, Fraglossudalf, dan Glossudalf, tidak memenuhi syarat Kandiudalf dan Kanhapludalf karena tidak mempunyai horison kandik, tidak memenuhi syarat klasifikasi Paleudalf karena nilai hue tidak memenuhi).

 Subgroup

Sub-grup Typic Hapludalf karena tidak terdapat penciri khusus (merupakan sub-grup tanah yang lain).

Titik 4

 Epipedon

Epipedon molik karena memiliki pH tanah 7. PH tersebut didapat dengan menggunakan indikator universal sehingga pH yang didapatkan tidak akurat. Namun warna pada pH universal cenderung berada di pH 7 dan 8. Selain itu, horizon A memiliki warna coklat kegelapan (10 YR3/1) sampai kedalaman 52 cm. Tanah ini juga memenuhi syarat molik yaitu epipedon tergolong lembab selama 90 hari atau lebih secara kumulatif.

40  Endopedon

Endopedon argilik karena struktur gumpal dengan diameter 5-10 mm dan keadaan konsistensi yang sangat plastis. Menurut Hardjowigeno (1987), tanah liat memiliki sifat mudah untuk dibuat cincin dan hal tersebut berhubungan dengan plastisitas. Semakin plastis maka semakin mudah dibuat cincin dan hal tersebut menandakan pada horison yang diamati memiliki kandungan liat yang lebih tinggi.

 Ordo

Ordo alfisol karena memiliki horison argilik. Menurut Soil Survey Staff (1998), tanah alfisol adalah tanah yang tidak memiliki epipedon plagen dan memiliki horison argilik.  Subordo

Sub ordo udalf karena memiliki ordo alfisol dengan rezim kelembapan udik. Rezim kelembapan udik dicirikan dengan keadaan tanah di lapang yang tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif. Hal tersebut dibuktikan dengan keadaan tanah yang masih lembab ketika digali serta dari peta iklim mengenai sebaran curah hujan di Jawa Timur, dan juga terdapat kabut di daerah tersebut.

 Great Group

Great-group hapludalf karena tidak terdapat penciri khusus atau merupakan udalf yang lain (tidak memiliki horison natrik untuk memenuhi syarat untuk Great Group Natrudalf, tidak memiliki horison glosik untuk memenuhi syarat klasifikasi Ferrudalf, Fraglossudalf, dan Glossudalf, tidak memenuhi syarat Kandiudalf dan Kanhapludalf karena tidak mempunyai horison kandik, tidak memenuhi syarat klasifikasi Paleudalf karena nilai hue tidak memenuhi).

 Subgroup

Sub-grup Typic Hapludalf karena tidak terdapat penciri khusus (merupakan sub-grup tanah yang lain).

Titik 5  Epipedon

Horison penciri permukaan pada titik pengamatan ke-5 kami klasifikasikan ke dalam epipedon Umbrik, karena horison bagian atas profil berwarna 10YR 2/2 saat lembab. Menurut Soil Survey Staff (1998), salah satu penciri horison Umbrik ialah horizon yang memiliki value sama dengan atau kurang dari 3 saat lembab dan kroma sama dengan atau

41 kurang dari 3 saat lembab. Kami tidak menemukan horison C, jadi syarat yang selanjutnya yakni “value horison C harus 1 unit lebih tinggi dari epipedon Umbrik dan kroma horison C harus 2 unit lebih tinggi dari horison C”.

Kejenuhan basa di titik 5 kami asumsikan kurang dari 50% yang mencirikan epipedon Umbrik, karena pH tanah yang ditemukan pada titik 5 ini netral namun mengarah ke asam (mengarah ke pH 6). Hal berbeda diungkapkan oleh Hardjowigeno (1987) yang menyatakan bahwa hubungan pH dengan KB pada pH 5,5-6,5 hampir merupakan suatu garis lurus, dimana kejenuhan basa maksimum terdapat pada pH 7. Kejenuhan basa dalam hal ini penting, karena perbedaan epipedon mollik dan Mollik hanya terletak pada kejenuhan basanya .(Mollik >50%, Umbrik < 50%), namun pengetahuan kami tentang kejenuhan basa ini masih kurang dan masih banyaknya spekulasi tentang hubungan pH dan kejenuhan basa membuat kami ragu mengklasifikasikan suatu epipedon merupakan epipedon Mollik atau Umbrik.

Horison bagian atas dengan tekstur lempung berpasir memiliki kedalaman 55 cm, karena itu juga kami mengklasifikasikan epipedon ini ke dalam epipedon Umbrik, karena epipedon Umbrik memiliki kedalaman 25 cm atau lebih jika memiliki tekstur pasir halus berlempung atau lebih kasar (Soil Survei Staff, 1998).

Tanah pada titik 5 juga kami temukan dalam kondisi lembab, dan kemungkinan besar tanah di titik 5 lembab lebih dari 90 hari, karena memang daerah Jatikerto ini memiliki keadaan lembab, dan setiap pagi turun kabut. Dan bila ditinjau dari segi letak Indonesia di dunia, Indonesia merupakan negara tropis dimana seharusnya kelembaban tanah terjaga selama 90 hari karena hujan masih turun meskipun musim kemarau dan kabut serta embun yang terjadi setiap pagi. Menurut Soil Survei Staff (1998), epipedon Umbrik ialah epipedon yang sebagiannya lembab selama 90 hari atau lebih secara kumulatif dalam satu tahun normal.

 Endopedon

Horison penciri bawah pada titik pengamatan ke-5 kami klasifikasikan ke dalam endopedon argilik. Kami mengklasifikasikan horison penciri ini ke dalam endopedon argilik karena horison bagian bawah profil bertekstur lempung berpasir, dan berada pada kedalaman 55 cm – 90 cm. Salah satu ciri endopedon argilik menurut Soil Survei Staff

42 (1998) : “Apabila horison argilik termasuk kelas besar-butir berpasir, atau skeletal berpasir, maka ketebalannya minimal harus 15 cm”.

Profil yang digali pada titik ini juga menunjukkan adanya bukti iluviasi liat dibuktikan dengan ditemukannya selaput liat di horison bagian bawah. Iluviasi liat juga terasa ketika dilakukannya penggalian, penggalian semakin sulit dilakukan (tanah terasa semakin keras/alot) ketika digali semakin dalam.

 Ordo

Ordo tanah di titik pengamatan ke 5 kelas A ini kami klasifikasikan ke dalam ordo Alfisol, karena memenuhi syarat dan kriteria Alfisol. Menurut Soil Survei Staff (1998), Alfisol tidak memiliki epipedon Plaggen dan memiliki horison Argilik, Natrik, atau Kandik. Epipedon yang kami temukan adalah epipedon Mollik, sedangkan endopedonnya Argilik tanpa ditemukan adanya pan.

Menurut Hardjowigeno (1987), Alfisol ialah tanah-tanah dimana terdapat penimbunan di horison bawah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci bersama dengan gerakan air.

 Subordo

Subordo di titik pengamatan 5 yang kami amati, akhirnya kami klasifikasikan ke dalam subordo Udalf, dimana Udalf ialah Alfisol yang memiliki rezim lengas tanah Udik. Data curah BMKG Malang satu tahun terakhir (2013-2014) menunjukkan tidak adanya bulan kering yang mencapai 3 bulan atau lebih (90 hari atau lebih) pada daerah Jatikerto. Hubungan curah hujan dengan rezim kelembaban ialah jika data curah hujan menunjukkan sepanjang tahun didominasi oleh bulan basah, maka kita dapat berasumsi bahwa tanah di Jatikerto tidak pernah kering selama 90 hari. Meskipun hujan tidak turun selama 90 hari kumulatif dalam satu tahun normal, hal yang berbeda bisa saja terjadi di dalam tanah. Karena di Jatikerto juga turun kabut setiap paginya dan terjadi pengembunan udara menjadi butir air yang menyentuh tanaman serta tutupan lahan yang akhirnya jatuh ke permukaan tanah, bisa saja kelembaban tanah bisa dapat terjaga walaupun tidak turun hujan selama 90 hari kumulatif.

Menurut Soil Survei Staff (1998), tanah dengan rezim lengas Udik memiliki ciri tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif selama satu tahun normal.

43  Great Group

Tanah di titik pengamatan ke-5 kelas A tidak memiliki horison natrik untuk memenuhi syarat untuk Great Group Natrudalf, tidak memiliki horison glosik untuk memenuhi syarat klasifikasi Ferrudalf, Fraglossudalf, dan Glossudalf, tidak memenuhi syarat Kandiudalf dan Kanhapludalf karena tidak mempunyai horison kandik, tidak memenuhi syarat klasifikasi Paleudalf karena nilai hue tidak memenuhi (Paleudalf memiliki hue 7,5 YR atau lebih merah dengan kroma 5 atau lebih atau, 5 YR dengan kroma 6 atau lebih atau 2,5 YR), dan tidak memiliki warna seperti Rhodudalf (Rhodudalf memiliki nilai hue 2,5YR atau lebih merah). Klasifikasi terakhir yang bisa dipakai ialah Hapludalf karena Hapludalf tidak mempunyai ciri khusus seperti Udalf lain.

 Subgroup

Subgroup tanah di titik pengamatan ke-5 kelas A kami putuskan untuk dimasukkan ke dalam Subgroup Typic Hapludalf karena kami tidak menemukan adanya penciri khusus dari Hapludalf yang kami analisa di titik 5 ini untuk dimasukkan ke Subgroup lain.

Titik 6

 Epipedon

Horison penciri permukaan pada titik pengamatan ke-6 kami klasifikasikan ke dalam epipedon Mollik, karena horison bagian atas (Ap dan Bt1) profil berwarna 10YR 2/2 dan 10 YR 3/2 saat lembab. Menurut Soil Survei Staff (1998), salah satu penciri horison Mollik ialah horison yang memiliki value sama dengan atau kurang dari 3 saat lembab dan kroma sama dengan atau kurang dari 3 saat lembab. Kami tidak menemukan horison C, jadi syarat yang selanjutnya yakni “value horison C harus 1 unit lebih tinggi dari epipedon Mollik dan kroma horison C harus 2 unit lebih tinggi dari horison C”.

Kejenuhan basa di titik 5 kami asumsikan lebih dari 50% yang mencirikan epipedon Mollik, karena pH tanah yang ditemukan pada titik 5 ini netral namun mengarah ke basa (mengarah ke pH 8). Menurut Hardjowigeno (1987) yang menyatakan bahwa hubungan pH dengan KB pada pH 5,5-6,5 hampir merupakan suatu garis lurus, dimana kejenuhan basa maksimum terdapat pada pH 7. Kejenuhan basa dalam hal ini penting, karena perbedaan epipedon mollik dan Mollik hanya terletak pada kejenuhan basanya .(Mollik >50%, Umbrik <50%), namun pengetahuan kami tentang kejenuhan basa ini masih

44 kurang dan masih banyaknya spekulasi tentang hubungan pH dan kejenuhan basa membuat kami ragu.

Horison bagian atas (Ap dan Bt1) dengan tekstur lempung berpasir dan liat berpasir memiliki kedalaman total 19,5 cm karena itu juga kami mengklasifikasikan epipedon ini ke dalam epipedon Umbrik, karena epipedon Umbrik memiliki kedalaman 18 cm atau lebih, namun dengan syarat tanah pada kedalaman 18cm tersebut semuanya harus memenuhi syarat epipedon Mollik (Soil Survei Staff, 1998).

Tanah pada titik 5 juga kami temukan dalam kondisi lembab, dan kemungkinan besar tanah di titik 5 lembab lebih dari 90 hari, karena memang daerah Jatikerto ini memiliki keadaan lembab, dan setiap pagi turun kabut. Dan bila ditinjau dari segi letak Indonesia di dunia, Indonesia merupakan negara tropis dimana seharusnya kelembaban tanah terjaga selama 90 hari karena hujan masih turun meskipun musim kemarau dan kabut serta embun yang terjadi setiap pagi. Menurut Soil Survei Staff (1998), epipedon Mollik ialah epipedon yang sebagiannya lembab selama 90 hari atau lebih secara kumulatif dalam satu tahun normal.

 Endopedon

Horison penciri bawah pada titik pengamatan ke-6 kami klasifikasikan ke dalam endopedon argilik. Kami mengklasifikasikan horison penciri ini ke dalam endopedon argilik karena terdapat horison Bt2 dengan tekstur lampung berliat, yang berada pada 19,5-55 cm dari permukaan tanah (tebal 36,5 cm). Salah satu ciri endopedon argilik menurut Soil Survei Staff (1998) : “Apabila horison argilik termasuk berlempung atau berliat, maka ketebalannya minimal harus 7,5 cm”.

Profil yang digali pada titik ini juga menunjukkan adanya bukti iluviasi liat dibuktikan dengan ditemukannya selaput liat di horison bagian bawah pada horison Bt2.  Ordo

Ordo tanah di titik pengamatan ke 6 kelas A ini kami klasifikasikan ke dalam ordo Alfisol, karena memenuhi syarat dan kriteria Alfisol. Menurut Soil Survei Staff (1998), Alfisol tidak memiliki epipedon Plaggen dan memiliki horison Argilik, Natrik, atau Kandik. Epipedon yang kami temukan adalah epipedon Mollik, sedangkan endopedonnya Argilik tanpa ditemukan adanya pan. Menurut Hardjowigeno (1987), Alfisol ialah

tanah-45 tanah dimana terdapat penimbunan di horison bawah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci bersama dengan gerakan air.

 Subordo

Subordo di titik pengamatan 6 yang kami amati, akhirnya kami klasifikasikan ke dalam subordo Udalf, dimana Udalf ialah Alfisol yang memiliki rezim lengas tanah Udik. Data curah BMKG Malang satu tahun terakhir (2013-2014) menunjukkan tidak adanya bulan kering yang mencapai 3 bulan atau lebih (90 hari atau lebih) pada daerah Jatikerto.

Hubungan curah hujan dengan rezim kelembaban ialah jika data curah hujan menunjukkan sepanjang tahun didominasi oleh bulan basah, maka kita dapat berasumsi bahwa tanah di Jatikerto tidak pernah kering selama 90 hari. Meskipun hujan tidak turun selama 90 hari kumulatif dalam satu tahun normal, hal yang berbeda bisa saja terjadi di dalam tanah. Karena di Jatikerto juga turun kabut setiap paginya dan terjadi pengembunan udara menjadi butir air yang menyentuh tanaman serta tutupan lahan yang akhirnya jatuh ke permukaan tanah, bisa saja kelembaban tanah bisa dapat terjaga walaupun tidak turun hujan selama 90 hari kumulatif.

Menurut Soil Survei Staff (1998), tanah dengan rezim lengas Udik memiliki ciri tidak

Dokumen terkait