• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

DISUSUN OLEH :

NIM : 040 – 200 – 282

FENDI RIFINTA BARUS

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

DISETUJUI OLEH :

KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

NIP. 131 764 556

Prof. Dr. Tan Kamello, SH.MS

Dosen Pembimbing I

NIP. 131 764 556

Prof. Dr. Tan Kamello, SH.MS

Dosen Pembimbing II

NIP. 131 764 556 M. Hayat, SH

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ABSTRAK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 6

D. Keaslian Penulisan... 7

E. Tinjaun Kepustakaan ... 8

F. Metode Penelitian ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI ARBITRASE BERDASARKAN UU NO. 30 TAHUN 1999 A. Pengertian Arbitrase dan Jenis-jenis Arbitrase ... 16

B. Perjanjian dan Bentuk Klausula Arbitrase ... 23

C. Kebaikan dan Kelemahan Arbitrase ... 29

D. Tata Cara Pengangkatan Arbitrase ... 34

BAB 111 ARBITRASE SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS NASIONAL DAN INTERNASIONAL A. Eksistensi Lembaga Arbitrase dalam Penyelesaian Sengket Bisnis Nasional dan Internasional ... 43

1. Penyelesaian Sengketa Bisnis Nasional ... 43

2. Penyelesaian Sengketa Bisnis Internasional ... 52

B. Perkembangan Penggunaan Lembaga Arbitrase Untuk Penyelesaian Sengketa Bisnis ... 60

BAB IV KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI MENYELESAIKAN SENGKETA BISNIS DALAM ADANYA KLAUSUL ARBITRASE A. Proses Pemeriksaan Melalui Arbitrase ... 66

B. Pelaksanaan Putusan Arbitrase Intemasional Berdasarkan UU No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa ... 73

C. Keterkaitan Arbitrase dan Pengadilan ... 80

D. Kewenangan Pengadilan Memeriksa Perkara yang sudah Dijatuhkan Putusan Arbitrasenya ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA

OUTLINE SKRIPSI

KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI MENYELESAIKAN SENGKETA BISNIS DALAM HAL ADANYA KLAUSUL ARBITRASE

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang B. Perumusan Masalah

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan D. Keaslian Penulisan

E. Tinjaun Kepustakaan F. Metode Penelitian G. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI ARBITRASE BERDASARKAN UU NO.

30 TAHUN 1999

E. Pengertian Arbitrase dan Jenis-jenis Arbitrase

F. Perjanjian dan Bentuk Klausula Arbitrase

G. Kebaikan dan Kelemahan Arbitrase

H. Tata Cara Pengangkatan Arbitrase

BAB III ARBITRASE SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF

PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS NASIONAL DAN INTERNASIONAL

C. Eksistensi Lembaga Arbitrase dalam Penyelesaian Sengket Bisnis Nasional dan Internasional

1. Penyelesaian Sengketa Bisnis Nasional 2. Penyelesaian Sengketa Bisnis Internasional

D. Perkembangan Penggunaan Lembaga Arbitrase Untuk Penyelesaian Sengketa Bisnis

BAB IV KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI

MENYELESAIKAN SENGKETA BISNIS DALAM ADANYA KLAUSUL ARBITRASE

E. Proses Pemeriksaan Melalui Arbitrase

F. Pelaksanaan Putusan Arbitrase Intemasional Berdasarkan UU No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

G. Keterkaitan Arbitrase dan Pengadilan

H. Kewenangan Pengadilan Memeriksa Perkara yang sudah Dijatuhkan Putusan Arbitrasenya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

C. Kesimpulan D. Saran

DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK

Dunia perniagaan modern berpaling kepada Alternatif Dispute Resolution (ADR) sebagai penyelesaian sengketa alternatif karena keperluan perniagaan modern menghendaki penyelesaian sengketa yang cepat dan tidak menghambat iklim perniagaan sedangkan lembaga penyelesaian sengketa yang tersedia (yaitu Pengadilan) dirasa tidak dapat mengakomodasikan harapan demikian. Keberadaan arbitrase sebagai salah satu alternatif penyelesaian sengketa sebenarnya sudah lama dikenal meskipun jarang dipergunakan. Hal ini ditandai dengan adanya UU No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Dalam UU No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman Keberadaan Arbitrase dapat dilihat dalam penjelasan Pasal 3 ayat(1)yang antara lain menyebutkan bahwa penyelesaian perkara di luar pengadilan atas dasar perdamaian atau melalui arbitrase tetap diperbolehkan. akan tetapi putusan arbiter hanya mempunyai kekuatan eksekutorial setelah memperoleh izin atau perintah untuk dieksekusi dari Pengadilan.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan (Library Research), yaitu mempelajari dan menganalisa secara sistematis buku-buku, majalah-majalah, surat kabar, peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas.

Lembaga Peradilan diharuskan menghormati lembaga arbitrase sebagaimana yang termuat dalam Pasal 11 ayat (2) UU No. 30 tahun 1999 yang menyatakan bahwa pengadilan negeri tidak berwenang mengadili sengketa para pihak yang telah terikat dalam perjanjian arbitrase. Pengadilan Negeri wajib menolak dan tidak ikut campur tangan dalam suatu penyelesaian sengketa yang telah ditetapkan melalui arbitrase. Hal tersebut merupakan prinsip limited court involment. Dilarangnya carnpur tangan pengadilan hanya untuk menegaskan bahwa arbitrase adalah sebuah lembaga yang mandiri (independen), dan menjadi kewajiban pengadilan untuk menghormati lembaga arbitrase. Meskipun arbitrase merupakan suatu lembaga independen yang terpisah dari pengadilan, tidak berarti bahwa tidak ada kaitan yang erat antara keduanya. Seperti dua sisi dari sekeping mata uang yang sama, meskipun dapat dibebankan, arbitrase tidak dapat dipisahkan dari lembaga pengadilan.Lembaga arbitrase membutuhkan dan masih tergantung pada pengadilan, misalnya dalam pelaksanaan putusan arbitrase. Adanya keharusan putusan arbitrase untuk didaftarkan di pengadilan negeri menunjukkan bahwa lembaga arbitrase tidak mempunyai upaya pemaksa terhadap para pihak untuk menaati putusannya. Dalam UU No. 30 tahun 1999 banyak diatur peranan pengadilan dalam penyelenggaraan arbitrase, yaitu sejak dimulainya proses arbitrase sampai dilaksanakannya putusan arbitrase. Berikut ini adalah beberapa contoh dalam hal apa dan bagaimana peran pengadilan terhadap pelaksanaan arbitrase.Pada intinya terhadap perkara yang sudah memiliki klausul arbitrase tidak bisa diajukan ke pengadilan negeri, dan untuk perkara yang sudah dijatuhkan putusan arbitrasenya tidak bisa diajukan lagi ke pengadilan, kecuali apabila ada perbuatan melawan hukum, sehingga pihak yang

dirugikan bisa menggugat ke pengadilan negeri atas dasar perbuatan melawan hukum dalam hal pengambilan putusan arbitrase yang tidak berdasar itikad baik.

KATA PENGANTAR

Syukur Penulis ucapkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah mengkarunia kesehatan dan kelapangan berpikir kepada Penulis sehingga akhirnya tulisan dalam bentuk skipsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi ini berjudul “KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI MENYELESAIKAN SENGKETA BISNIS DALAM HAL ADANYA KLAUSUL ARBITRASE”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam rangka mencapai gelar Sarjana Hukum di Fakultas Universitas Sumatera Utara Departemen Hukum Keperdataan.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH.M. Huk selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatara Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH.MH selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum USU.

3. Bapak Syafruddin, SH.MH selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum USU.

4. Bapak M. Husni, SH.M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum USU.

5. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello. SH.MS selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I 6. Bapak M. Hayat, SH sebagai dosen Pembimbing II yang juga telah banyak