• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendirian BAPMI ( Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia)

KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI MENYELESAIKAN BISNIS YANG MENGANDUNG KLASUL ARBITRASE

C. Keterkaitan Arbitrase dan Pengadilan

1. Pendirian BAPMI ( Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia)

77

Subekti, R, Kumpulan Karangan Hukum Perikanan, Arbitrase dan Peradilan, Alumni Bandung, 1980, hal. 31.

78

Penandatanganan akta disaksikan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia dalam suatu upacara di Departemen Keuangan Republik Indonesia. Selanjutnya BAPMI memperoleh pengesahan sebagai badan hukum melalui Keputusan Menteri kehakiman & HAM Republik Indonesia No. C-2620 HT.01.03.TH 2002, tanggal 29 Agustus 2002. Pengesahan itu telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 18 Oktober 2002, No. 84/2002, Tambahan Berita Negara No. 5/PN/2002.

Pendirian BAPMI tidak terlepas dari konteks di Pasar Modal Indonesia pada saat itu yakni upaya perbaikanipenyempurnaan kelembagaan di Pasar Modal keberadaan BAPMI diharapkan dapat menambah rasa nyaman dan proteksi kepada investor dan masyarakat melalui penyediaan layanan jasa alternatif penyelesaian sengketa yang dari segi waktu dan biaya jauh lebih efisien dibandingkan dengan pengadilan serta ditangani oleh orang-orang (Mediator/Arbiter) yang sungguhsungguh memahami seluk beluk Pasar Modal. Penyelesaian sengketa yang berlarutlarut hanya akan menimbulkan kerugian dan mengikat risiko bisnis.79

a. Layanan Jasa BAPMI 2. Kegiatan Jasa BAPMI

BAPMI menyediakan tiga mekanisme penyelesaian sengketa di luar pengadilan, yakni Mediasi, Arbitrase dan Pendapat Mengikat. Di dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga APS (Alternatif Penyelesaian

79

Zen, Achmad Umar Purba, BAPMI Dan Penyelesaian Sengketa Pasar Modal, Diakses dari

Sengketa), BAPMI menjalin profesionalitas, netralitas dan independensinya.

b. Kewenangan BAPMI

BAPMI menangani sengketa hanya apbila diminta oleh pihak-pihak yang bersengketa. Namun tidak semua persengketaan dapat diselesaikan melalui BAPMI, syaratnya adalah :80

1. perdata par pihak sehubungan dengan kegiatan di bidang Pasar Modal, bukan merupakan perdata pidana dan administrasi, seperti manipulasi pasar, insider trading, dan pembekuan/pencabutan izin usaha;

2. terdapat kesepakatan di antara para pihak yang bersengketa bahwa persengketaan akan diselesaikan melalui BAPMI;

3. Terdapat permohonan tertulis dari pihak-pihak yang bersengketa kepada BAPMI;

4. Membayar biaya yang terdiri dari biaya pendaftaran, biaya pemeriksaan dan komisi (fee).

c. Kelengkapan Organisasi BAPMI

BAPMI telah siap beroperasi secara penuh dengan kelengkapan organisasi yang terdiri dari. 81

1. Anggota, berjumlah 22 organisasi/asosiasi di lingkungan Pasar Modal Indonesia, sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas

80

Ibid.

81

Bacelius Ruru, Dispute Management, diakses dari situs : http:/www.bapmi.org, tanggal 5 Agustus 2007.

jalannya organisasi melalui mekanisme Rapat Umum Anggota.

2. Pengurus, diangkat untuk masa jabatan 3 tahun dan dapat dipilih kembali oleh Rapat Umum Anggota. Pengurus melaksanakan kegiatan operasional BAPMI sehari- hari dengan kewenangan antara lain ; menetapkan peraturan beracara BAPMI, mengangkat dan memberhentikan Arbiter/Mediator BAPMI.

3. Dewan Kehormatan, diangkat untuk masa jabatan 3 tahun dan dapat dipilih kembali oleh Rapat Umum Anggota. Dewan Kehormatan mempunyai tugas antara lain : memberikan pendapat mengenai penafsiran ketentuan peraturan dan Anggaran Dasar BAPMI, menyelenggarakan sidang atas pengaduan pelanggaran Etika Perilaku (Code of Conduct).

4. Artiber/Mediator, diseleksi dan diangkat berdasrkan integritas dan kompetensi di bidang Pasar Modal menurut latar belakang keahliannya masing-masing, sebagian berlatar belakang praktisi, ahli hukum, akuntan dan

Fakta lain di Pasar Modal Indonesia adalah banyaknya kasus yang nilainya material yang menjadi permberitaan di media massa seperti perhitungan NAB Reksadana, penyalahgunaan portofolio nasabah oleh Manajer Investasi, penawaran Reksadana tanpr Pernyataan Pendaftaran, dan penyimpangan pengguanan dana obligasi oleh emiten. Kasus-kasus tersebut manurut kami tidak hanya mengandung unsur pelanggaran pidana clan administrasi umum juga mempunyai aspek perdata yang juga perlu diselesaikan oleh para pihak yang

terlibat. Namun tidak/belum ada satupun yang diajukan kepada BAPMI, pengadilan atau lembaga APS (Alternatif Penyelesaian Sengketa) lainnya.82

Berdasarkan uraian mengenai pengalaman BAPMI, potensi kasus di Pasar Modal Indonesia menimbulkan pertanyaan, jika persengketaan di Pasar Modal Indonesia itu ada, lantas kemana dan bagaimana pelaku pasar menyelesaikan persengketaannya? Pertanyaan ini sulit di jawab karena tidak ada data yang reliable mengenai hal ini, tapi ada beberapa kemungkinan dan komentar :

Akhir-akhir ini transaksi yang juga berpotensi menimbulkan persengketaan perdata adalah masalah pelaksanaan obligasi konvensi dan sejenisnya yang dilakukan oleh Perusahaan Publik, baik dalam posisi sebagai debitur araupun kreditur. Kehadiran pemegang saham baru sebagai akibat obligasi konversi tidak selalu dapat berjalan dengan sederhana clan mudah, khususnya bagi pemegang saham lama. Ada prosedur atau hak yang harus dilakukan, misalnya pre-emptive rights dan tender offer, ada pula kepentingan (interest) yang harus dijaga seperti kasus yang dialami perusahaan retail nasional (akhirnya bisa diselesaikan dengan damai).

83

a. Pelaku Pasar Modal dapat menyelesaikan sendiri persengketaannya secara amicable, baik dengan musyawarah atau bantuan pihak ketiga. Komentar : Hal itu sangat positif karena jika demikian pelaku pasar sudah memehami keuntungan menggunakan Negoisasi/Mediasi dan penerapannya. Kemungkinan Mediasi yang digunakan adalah ad hoc, bukan melalui lembaga resmi. Fenomena ini, jika benar ada, tidak bisa dianggap sebagai suatu yang

82

Ibid.

83

keliru, namun tidak memberikan perkembangan bagi Mediasi sebagai suatu sistem karena proses yang dijalankan tidak terstruktur dan tidak ada standard profesi bagi orang yang ditunjuk sebagai Mediator ad hoc tersebut.

b. Pelaku pasar enggan mempermasalahkan lebih jauh karena khawatir akan risiko reputasi (menjadi tanda-tanya bagi nasabah maupun investor yang mengira ada yang tidak beres dalam internal kontrol mereka). Hal itu bukan sikap dan preseden yang baik karena membiasakan orang untuk membiarkan masalah, padahal mekanisme alternatif penyelesaian sengketa memungkinkan para pihak menjaga kerahasiaan perkara dari pihak ketiga.

c. Pelaku pasar enggan mempermasalahkan karena nominalnya tidak sebanding dengan upaya alternatif penyelesaian sengketa jauh lebih murah dibandingkan dengan pengadilan. Namun apabila biaya alternatif penyelesaian sengketa sendiri terasa memberatkan pencari keadian, maka hal ini perlu dicarikan jalan keluarnya oleh pemerintah dan pelaku usaha yang terlibat di dalam industri yang bersangkutan.

BAB V