• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prototype suatu perjanjian kredit/ pengakuan utang pada dasarnya harus memenuhi minimal 6 (enam) syarat, yaitu: jumlah utang, besarnya bunga, waktu pelunasan, cara-cara pembayaran, klausul opeisbaarheid, dan barang jaminan.”58

Pembayaran bunga, administrasi, provisi dan denda (bila ada), kecuali pembayaran bunga, maka pembayaran biaya administrasi dan provisi harus dibayar di muka oleh pihak debitur. Sedangkan denda harus dibayar oleh pihak debitur bila

57

Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, (Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), hal. 273.

58 Hasanuddin Rahman, Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan Di Indonesia, (Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 1995), hal. 159.

terdapat tunggakan angsuran atupun bunga, klausul opeisbaarheid, yaitu klausul yang memuat hal-hal mengenai hilangnya kewenangan bertindak atau kehilangan hak-haknya pihak debitur untuk mengurus harta kekayaannya, barang jaminan serta kelalaian debitur untuk memenuhi ketentuan-ketentuan dalam perjanjian kredit atau pengakuan utang, sehingga pihak debitur harus membayar secara seketika dan sekaligus lunas. Klausul tersebut antara lain : debitur tidak membayar kewajibannya sebagaimana mestinya, debitur/ atau pemilik jaminan pailit, debitur/ atau pemilik jaminan meninggal dunia, harta kekayaan debitur/ atau pemilik jaminan dilakukan sitaan atau surcance Van Betaling, dan debitur/atau pemiik jaminan ditaruh di bawah pengampuan (Onder Cuaratele Gesteld). Jaminan yang diserahkan oleh pihak debitur beserta kuasa yang menyertainya dan persyaratan penilaian jaminan, pembayaran pajak dan asuransi atas barang jaminan tersebut, syarat-syarat lain yang harus dipenuhi oleh debitur dan termasuk hak untuk pengawasan atau pembinaan kredit oleh bank, dan biaya akta dan biaya penagihan utang yang juga harus dibayar oleh pihak debitur.”59

Dalam praktiknya, bentuk dan isi perjanjian kredit /pengakuan utang yang ada saat ini berbeda-beda antara satu bank dengan bank lainnya. Setelah klausul perjanjian kredit tersebut diperbandingkan dengan teori dan praktek perbankan ada klausul-klausul perjanjian kredit yang tidak dicantumkan dalam perjanjian kredit bank pada PT. BPR YIS, antara lain : waktu pembayaran utang setiap bulan. Dalam perjanjian kredit yang dibuat bank hanya diuraikan dalam Pasal 2, jangka waktu kredit selama ….bulan, terhitung saat surat perjanjian kredit ini ditanda tangani. Seharusnya dalam perjanjian kredit tersebut dicantumkan waktu angsuran pembayaran pokok pinjaman dan bunga setiap bulan jika pembayaran dilakukan setiap bulan, dengan demikian dapat diketahui sejak kapan debitur wanprestasi dan tidak menimbulkan multitafsir sejak kapan debitur melakukan wanprestasi.

Mutasi keuangan debitur pembukuan oleh bank. Dari mutasi keuangan dan pembukuan bank ini dapatlah diketahui berapa besar jumlah yang terutang oleh

debitur. Untuk itu mutasi keuangan dan pembukuan bank tersebut, yang berbentuk rekening koran diberikan salinannya setiap bulan oleh bank kepada debitur yang bersangkutan. Mengenai hal ini tidak diatur dalam perjanjian kredit yang dibuat oleh bank. Pembayaran bunga, administrasi, provisi dan denda (bila ada). Kecuali pembayaran bunga, maka pembayaran biaya administrasi dan provisi debitur harus dibayar dimuka oleh debitur. Sedangkan denda harus dibayar oleh debitur bila terdapat tunggakan angsuran ataupun bunga. Dalam perjanjian kredit yang dibuat oleh bank perkreditan rakyat hanya diatur besarnya bunga perbulan/menurut/anuitet, sedangkan mengenai provisi dan biaya administrasi tidak diatur sama sekali.

Klausul opeisbaarheid, yaitu klausul yang memuat hal-hal mengenai hilangnya

kewenangan bertindak atau kehilangan hak bagi debitur untuk mengurus harta kekayaannya, barang jaminan serta kelalaian debitur untuk memenuhi ketentuan-ketentuan dalam perjanjian kredit/pengakuan utang, sehingga debitur harus membayar secara seketika dan sekaligus lunas. Klausul tersebut, antara lain : debitur tidak membayar kewajiban secara sebagaimana mestinya; debitur/pemilik jaminan pailit, atau debitur/pemilik jaminan dilakukan penyitaan; harta kekayaan debitur/pemilik jaminan meninggal dunia; surcance van betalling; atau debitur/pemilik jaminan ditaruh di bawah pengampuan (order curatrele gestald). Dalam praktek hal ini tidak ada diatur dalam perjanjian kredit yang dibuat oleh bank. Jaminan yang diserahkan oleh debitur beserta kuasa-kuasa yang menyertainya dan prsyaratan penilaian jaminan, pembayaran pajak dan asuransi atas barang jaminan tersebut.

Biaya akta dan biaya penagihan utang yang juga harus dibayar oleh debitur. Dalam praktek hal ini tidak ada diatur dalam perjanjian kredit yang dibuat oleh bank. Klausul Representation and Warranties, yaitu klausul-klausul yang berisi pernyataan-pernyataan hal-hal tertentu nasabah debitur mengenai fakta-fakta yang menyangkut status hukum, keadaan keuangan dan harta kekayaan nasabah debitur pada waktu kredit diberikan, yaitu yang menjadi asumsi-asumsi bagi bank dalam mengambil keputusan untuk memberikan kredit tersebut. Klausul ini tidak diatur sama sekali dalam perjanjian kredit. Klausul tentang Condition Precedent, yaitu klausul tentang syarat-syarat tangguh yang harus dipenuhi terlebih dahulu oleh nasabah debitur sebelum bank berkewajiban untuk menyediakan dana bagi kredit tersebut. Klausul ini tidak diatur sama sekali dalam perjanjian kredit.

Klausul tentang Affirmatif Covenants, yaitu klausul yang berisi janji-janji nasabah

debitur untuk melakukan hal-hal tertentu selama perjanjian kredit berlaku. Klausul ini juga tidak diatur sama sekali dalam perjanjian kredit. Klausul tentang Financial

Covenants, yaitu klausul yang berisi janji-janji nasabah debitur umtuk

menyampaikan laporan keuangannya kepada bank dan memelihara posisi keuangannya pada minimal taraf tertentu. Hal ini tidak ada diatur dalam praktek. Klausul tentang tindakan yang dapat diambil oleh bank dalam rangka pengawasan, pengamanan, penyelamatan dan penyelesaian kredit. Mengenai hal ini hanya diatur dalam Pasal 8 perjanjian kredit yang dibuat bank dengan rumusan, jika peminjam/debitur dari sebab apapun juga tidak dapat memenuhi salah satu ataupun lebih dari kewajibannya yang timbul perjanjian kredit ini, maka pihak bank dapat

melakukan tindakan yang dianggap perlu diantaranya menjual dengan perantaraan kantor lelang atau barang-barang yang diserahkan sebagai agunan/jaminan seperti tersebut dalam angka 5 dalam perjanjian kredit ini dan apabila ternyata hasil dari penjualan barang-barang tersebut tidak mencukupi, maka peminjam/debitur berkewajiban menyerahkan barang-barang lain yang menjadi miliknya kepada pihak bank sampai pihak peminjam/debitur memenuhi seluruh kewajibannya.

Surat permintaan/permohonan kredit tersebut harus mencantumkan tentang alasan mengajukan permohonan kredit, jumlah kredit yang diperlukan, kesanggupan untuk membayar kembali utangnya sesuai dengan rencana yang ditetapkan, jaminan yang disediakan dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu. Walaupun semua keterangan sudah dipenuhi, akan tetapi hal itu masih dianggap kurang lengkap, sehingga pihak bank biasanya menyediakan formulir permohonan kredit yang harus diisi oleh pihak yang membutuhkan kredit. Biasanya daftar isian ini memuat hal-hal yang menyangkut tentang kondisi si pemohon, untuk dijadikan bahan pertimbangan oleh bank, umumnya daftar isian tersebut memuat pertanyaan-pertanyaan, sebagai berikut status hukum si pemohon kredit, kedudukan dan kekuasaan si pemohon kredit, apabila ia mewakili badan hukum, bergerak dalam bidang apa usahanya, berapa omzet penjualannya, berapa modal yang tertanam, berapa jumlah kredit yang akan diminta, berapa jangka waktu kredit yang akan direncanakan, dan bagaimana bentuk dan nilai pengikatan jaminan.”60

60

Surat permohonan kredit atau daftar isian merupakan dokumen/data pertama bagi bank untuk melangkah lebih jauh lagi, maka pihak bank meminta kepada pemohon kredit agar melengkapi lampiran-lampiran yang diperlukan, seperti akta otentik, surat jaminan, referensi, neraca laba rugi perusahaan yang bersangkutan, feasibility study dan sebagainya. Sehingga lampiran-lampiran tersebut merupakan bagian mutlak dan tidak dapat dipisahkan dari perumusan permohonan kredit. Apabila semua keterangan/datanya telah lengkap, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut dan melakukan penilaian secara umum yang kemudian dilanjutkan dengan acara memeriksa langsung (insection on the spot) ke perusahaan debitur, sesudah semua acara dapat diselesaikan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan pemberian kredit serta pengaturan administrasi. Hal tersebut diperlukan karena di dalam setiap pemberian kredit harus dibuat suatu perjanjian tertulis antar pihak bank dengan si pemohon kredit, perjanjian kredit itu biasanya disebut dengan “perjanjian kredit”/akad kredit.” 61

Blanko/formulir perjanjian kredit bank di bawah tangan yang dibuat oleh PT. BPR YIS tidak ada membedakan peminjam/debitur dengan suami/isteri sebagai pihak yang memberi persetujuan atas pinjaman. Demikan juga tidak ada dicantumkan pihak penjamin, semuanya sebagai pihak peminjam/debitur. Padahal peranan dan tanggung jawab serta kewajiban antara peminjam dengan suami/isteri yang memberi persetujuan atas pinjaman tersebut dan penjamin sangatlah berbeda. Kewajiban dari debitur adalah membayar utang pokok, bunga dan denda atau kewajiban-kewajiban lainnya, sedangkan peranan dan tanggung jawab serta kewajiban suami/isteri yang memberi persetujuan adalah tidak adanya keberatan dari suami/isteri atas pinjaman yang dilakukan debitur dan apabila dikemudian hari ada penyitaan atas harta gono-gini yang dilelang atau disita untuk membayar utang debitur yang wanprestasi, suami/isteri yang memberi persetujuan atas pinjaman itu tidak boleh mengajukan keberatan.

61

Penjamin tidak berkewajiban untuk membayar utang, bunga dan denda dari debitur. Penjamin tidak dapat menuntut pihak perbankan atas barang jaminan yang diserahkannya apabila debitur yang dijaminnya tidak membayar utang, bunga dan denda serta jika kreditur menjual barang jaminan yang diserahkannya melalui lelang. Pihak penjamin hanya dapat menuntut debitur yang dijaminnya untuk mengganti barang jaminan utang yang dijual kreditur melalui lelang di kemudian hari. Harta-harta penjamin yang lain tidak dapat disita atau dilelang kreditur untuk melunasi utang debitur yang dijaminnya kecuali yang secara tegas diperjanjikan sebagai jaminan utang debitur.

Dalam perjanjian kredit dicantumkan segala hak dan kewajiban masing-masing pihak, misalnya hal yang menyangkut tentang syarat-syarat pelaksanaan kredit, syarat pembayaran kembali, pengikatan jaminan, jumlah dan lamanya kredit itu, seperti yang telah dikemukakan di atas, bahwa setiap pemberian kredit harus dituangkan dalam perjanjian kredit bank secara tertulis. Perjanjian kredit yang memenuhi keabsahan dan persyaratan hukum bertujuan melindungi kepentingan bank dan sekaligus pihak debitur.

Perjanjian kredit yang memenuhi keabsahan dan persyaratan hukum memuat jumlah kredit, jangka waktu pembayaran, tata cara pembayaran termasuk besarnya bunga dan waktu penyetoran utang setiap bulannya. Sebaliknya jika perjanjian kredit tersebut tidak memiliki keabsahan hukum dan persyaratan hukum walaupun dibuat secara tertulis bahkan berupa akta otentik akan dapat merugikan bank itu sendiri. Misalnya suatu perjanjian kredit yang dibuat di bawah tangan, tidak ditanda tangani oleh saksi-saksi, akan dapat disangkal pihak debitur keberadaan dari perjanjian kredit tersebut. Adanya klausul perjanjian kredit yang mengandung ketidak adilan yang dapat merugikan debitur dapat juga menjadi alasan dari pengadilan untuk membatalkan suatu perjanjian kredit.

Dengan demikian isi perjanjian kredit bank yang telah disepakati dan disetujui oleh pihak debitur dan pihak bank harus dituangkan dalam bentuk perjanjian kredit yang dibuat oleh bank secara tertulis di bawah tangan yang dituangkan dalam bentuk formulir/blanko. Filosofi suatu perjanjian harus dibuat dalam bentuk tertulis untuk memberikan kepastian hukum bagi para pihak apabila dikemudian hari terjadi permasalahan di antara para pihak, sebagai alat bukti yang kuat dan kepastian administrasi. Perjanjian kredit yang telah dibuat tersebut menjadi dasar untuk menuntut pihak yang telah mengingkari perjanjian kredit tersebut.

III. HUBUNGAN JAMINAN KREDIT BANK DENGAN HAK DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK DI BAWAH TANGAN