• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5. Deskripsi Perataan Laba

4.1.4 Analisis Regresi Berganda

4.1.5.3 Koefisiean Determinan (R 2 )

Koefisien Determinasi (R2 atau R Square) dilakukan untuk mendeteksi seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas dan sebaliknya.Apabila nilai R2 suatu regresi (mendekati satu), maka semakin baik regresi tersebut dan semakin mendekati nol, maka variabel independen secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan variabel dependen.

Tabel 4.14

Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit)

Model Summaryb Model

R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

dimension0 1 .522a .273 .194 1.09872 a. Predictors: (Constant), FinancialLeverage, Profitabilitas, UkuranPerusahaan, NPM

b. Dependent Variable: PerataanLaba

Berdasarkan Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa nilai R Square sebesar 0,194 atau 19,4 % yang berarti bahwa hubungan antara Perataan Laba dengan variabel bebas Ukuran Perusahaan, NPM, Profitabilitas, dan Financial Leverage adalah tidak erat. Pada Tabel 4.14 juga menunjukkan nilai Adjusted R Square dalam penelitian ini yaitu sebesar 0,273 yang berarti 27,3% variasi dari Perataan Laba dapat dijelaskan oleh ketiga variabel bebas yaitu Ukuran Perusahaan, NPM, Profitabilitas, dan FinancialLeverage sedangkan sisanya 72,7 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Standard Error of Estimated artinya mengukur variabel dari nilai yang diprediksi. Standard Error of Estimated disebut juga standar deviasi. Standard Error of Estimated dalam penelitian ini adalah 1.09872, semakin kecil standar deviasi berarti model semakin baik.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil uji-F yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa secara simultan (serempak) variabel Ukuran Perusahaan, NPM, Profitabilitas, dan

Financial Leverage secara simultan (serentak) berpengaruh signifikan terhadap Perataan Laba Pada Perusahaan Properti, Real Estate, Dan Konstruksi Bangunan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013. Hasil ini mengindikasikan bahwa Ukuran Perusahaan, NPM, Profitabilitas, dan Financial Leverage merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh perusahaan dalam melakukan tindakan perataan laba pada perusahaan-perusahaan Properti, Real Estate, Dan Konstruksi Bangunan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitan yang dilakukan oleh Sumtaky (2007) yang mengatakan semua varibel

independen yang diuji dalam penelitian ini (ukuran perusahaan,net profit margin, profitabilitas, dan financial leverage), terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya perataan laba.

Berdasarkan hasil uji-t menunjukkan bahwa Ukuran Perusahaan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Perataan Laba pada Perusahaan Properti, Real Estate, Dan Konstruksi Bangunan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013. Ukuran perusahaan diduga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya tindakan perataan laba. Namun, hasil pengujian pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinyanya tindakan perataan laba. Hasil tersebut konsisten dengan penelitan-penelitian sebelumnya, yaitu : Juniarti danCorolina(2005) yang mengatakan “Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap perataan laba(Income Smoothing) pada Perusahaan-Perusahaan Go Public” serta penelitian yang dilakukan oleh Novita (2009) yang mengatakan “Variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan labapada perusahaan manufaktur yang terdaftar Di BEI (Periode Tahun 2005-2007)”.

Berdasarkan hasil uji-t menunjukkan bahwa Net Profit Margin (NPM)

secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Perataan Laba pada Perusahaan Properti, Real Estate, Dan Konstruksi Bangunan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013. Hal ini mungkin disebabkan karena rata-rata perusahaan properti, real estate, dan konstruksi menggunakan pendanaan utang yang cukup besar, sehingga struktur modalnya optimal dan menghasilkan laba yang relatif

rendah. Marjin laba yang relatif rendah menunjukkan bahwa tidak ada masalah dalam operasi perusahaan sehingga perusahaan memiliki tingkat pengembalian yang tinggi bagi para pemegang saham. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumtaky (2007) yang mengatakan “variabel Net Profit Margin terbuktisecara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap terjadinya perataan laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Dan penelitian ini diperkuat oleh Novita (2009) yang mengatakan “Variabel Net Profit Margin tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan labapada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (Periode Tahun 2005-2007)”.

Berdasarkan hasil uji-t menunjukkan bahwa Profitabilitas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Perataan Laba pada Perusahaan Properti, Real Estate, Dan Konstruksi Bangunan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013. Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba dan mempunyai koefisien regresi yang negatif. Dapat diartikan bahwa semakin rendah profitabilitas perusahaan, maka semakin besar kemungkinan terjadinya tindakan perataan laba. Perusahaan melakukan perataan laba dengan tujuan untuk meningkatkan pasar perusahaannya. Dengan meningkatnya nilai pasar saham maka semakin besar pula kesempatan untuk memperoleh modal untuk pengembangan perusahaan. Dengan profitabilitas yang tinggi manajemen perusahaan dengan mudah dapat mengatur labanya (Assih dkk., 2007). Tingkat profitabilitas yang stabil memiliki keuntungan bagi manajemen, yaitu mengamankan posisi atau jabatan dalam perusahaan. Manajemen terlihat memiliki

kinerja baik apabila dinilai dari tingkat laba yang mampu dihasilkan. Tingkat profitabilitas yang stabil juga memberikan keyakinan pada investor atas investasi yang dilakukan karena perusahaan dinilai baik dalam menghasilkan laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Ashariet al.(1994), Tjung Seng (2007), dan Budiasih (2009) yang mengemukakan profitabilitas berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Namun, tidak sesuai dengan penelitian Sumtaky (2007) yang mengatakan profitabilitas terbuktisecara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap terjadinya perataan laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta.

Berdasarkan hasil uji-t menunjukkan bahwa Financial Leverage secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Perataan Laba pada Perusahaan Properti, Real Estate, Dan Konstruksi Bangunan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013. Hal ini dikarenakan kemungkinan perusahaan Properti, Real Estate, Dan Konstruksi Bangunan memiliki financial leverage yang rendah sehingga resiko perusahaan menggunakan proporsi penggunaaan utang untuk membiayai investasinya tidak terlalu tinggi. Selain itu, financial leverage dapat merugikan jika perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut sebanyak beban tetap yang harus dibayar, akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung untuk tidak melakukan tindakan perataan laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Budiasih (2009) yang mengatakan Financial Leveragetidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba (income smoothing). Dan penelitian ini diperkuat oleh Dewi dan Zulaikha (2011) yang mengatakan “Variabel Financial Leveragetidak berpengaruh

signifikan terhadap perataan labapada perusahaan manufaktur dan keuangan yang terdaftar di BEI”.

Berdasarkan uji Determinasi dihasilkan bahwa, nilai R Square sebesar 0,194 atau 19,4 % yang berarti bahwa hubungan antara Perataan Laba dengan variabel bebas Ukuran Perusahaan, NPM, Profitabilitas, dan Financial Leverage

adalah tidak erat. Nilai Adjusted R Square dalam penelitian ini yaitu sebesar 0,273 yang berarti 27,3 % variasi dari Perataan Laba dapat dijelaskan oleh ketiga variabel bebas yaitu Ukuran Perusahaan, NPM, Profitabilitas, dan Financial Leverage sedangkan sisanya 72,7 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

BAB V

Dokumen terkait