• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

4. Income Smoothing

2.8 Perataan Laba

2.8.1 Definisi Perataan Laba

Perataan laba adalah merupakan salah satu pola dari manajemen laba. Tindakan ini dilakukan dengan sengaja dengan kepentingan manajemen perusahaan dalam mengelola laba perusahaannya. Para peneliti terdahulu masing-masing memiliki definisi yang berbeda-beda. Menurut Copeland (1968 dalam Belkaoui, 2006:73) perataan laba (income smoothing) adalah pengurangan fluktuasi laba dari tahun ke tahun dengan memindahkan pendapatan dari tahun-tahun yang tinggi pendapatannya ke periode-periode yang kurang menguntungkan.

Eckel (1981 dalam Belkaoui, 2006:73-74) memberikan klasifikasi yang lebih detail mengenai berbagai jenis arus perataan laba. Pembedaan pertama dinyatakan antara perataan yang dibuat atau disengahja dan perataan alami. Pembedaan kedua adalah untuk mengklasifikasikan perataan yang dibuat atau disengaja tadi menjadi suatu perataan artifisial atau perataan nyata. Perataan yang direncanakan atau disengaja mengacu secara spesifik kepada keputusan atau pilihan yang disengaja untuk meredam fluktuasi pendapatan ke suatu tingkat tertentu. oleh sebab itu, perataan yang dibuat atau disengaja ini padadasarnya adalah suatu perataan akuntansi yang menggunakan fleksibilitas yang ada dalam prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum dan pilihan-pilihan serta kombinasi-kombinasi yang tersedia untuk meratakan laba. Karenanya dan pada dasarnya perataan laba adalah suatu bentuk akuntansi yang dirancang. Perataan alami berbeda dengan perataan buatan, adalah produk alamiah dari proses penghasilan

laba,dan bukannya hasil dari tindakan yang diambil oleh manajemen. Perataan yang dibuat dapat dicapai baik melalui perataan artifisial ataupun perataan nyata. Perataan artifisial adalah hasil yang diperoleh dari penggunaan manipulasi akuntansi untuk meratakan laba.

Menurut Belkaoui (2007:192) perataan laba dapat dipandang sebagai proses normalisasi laba yang disengaja guna meraih suatu tren ataupun tingkat yang diinginkan. Beidleman (1973 dalam Belkaoui, 2007:192) mengatakan bahwa perataan dari laba yang dilaporkan dapat didefinisikan sebagai pengurangan atau fluktuasi yang disengaja terhadap beberapa tingkatan laba yang saat ini dianggap normal oleh perusahaan. Dengan pegertian ini, perataan mencerminkan suatu usaha dari manajemen perusahaan untuk menurunkan variasi yang abnormal dalam laba sejauh yang diizinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dan manajemen yang baik.

Dari berbagai definisi perataan laba diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa perataan laba secara keseluruhan merupakan suatu tindakan akuntansi yang dirancang dan dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan untuk mengatur dan mengurangi fluktuasi atau perubahan laba perusahaan agar sesuai dengan tingkat laba yang diinginkan oleh manajemen perusahaan yang masih dalam aturan dan prinsip-prinsip akuntansi yang baik.

2.8.2 Klasifikasi dan Jenis-Jenis Perataan Laba

Dimensi perataan laba pada dasarnya adalah alat yang digunakan untuk menyelesaikan perataan angka pendapatan. Dascher dan Malcolm (1970 dalam Belkaoui, 2007:195) membedakan antara perataan riil dan perataan artifisial.

Perataan riil mengacu pada transaksi aktual yang terjadi maupun tidak terjadi dalam hal pengaruh perataannya terhadap pendapatan, di mana perataan artifisial mengacu pada prosedur akuntansi yang diimplementasikan terhadap pergeseran biaya dan/atau pendapatan dari satu periode ke periode yang lain.

Menurut penelitian Eckel (1981 dalam Dewi dan Zulaikha, 2011) perataan laba digolongkan ke dalam dua tipe yaitu perataan alami (naturally smoothing) dan perataan yang disengaja (intentionally smoothing). Perataan laba berdasarkan tipe disengaja (intentionally smooth) terbagi atas artificial smoothing dan real smoothing. Berikut ini adalah gambar yang digunakan untuk memperjelas tipe perataan laba tersebut.

Gambar 2.1 Tipe Perataan Laba

Sumber: Norm Eckel, 1981, The Income Smoothing Hypothesis Revisited, Abacus Vol 17, No 1 (dalam Dewi dan Zulaikha, 2011)

Pada gambar 1 di atas dapat dijelaskan bahwa perataan laba digolongkan ke dalam 2 tipe, yaitu Naturally Smooth dan Intentionally Being Smoothed by Management. Naturally Smooth (Perataan secara alami), perataan ini mempunyai

SMOOTH INCOME STREAM

Intentionally Being Smoothed by Management

Naturally Smooth

Artificial Smoothing Real Smoothing

implikasi bahwa sifat proses perataan laba itu sendiri menghasilkan suatu aliran laba yang rata. Hal ini dapat kita dapati pada perolehan penghasilan dari keperluan/pelayanan umum, dimana aliran laba yang ada akan rata dengan sendirinya tanpa ada campur tangan dari pihak lain.

Intentionally Being Smoothed by Management (Perataan yang disengaja) dikenal juga dengan designed smoothing, perataan ini berbeda dengan naturally smoothing yang terjadi secara alami. Pada designed smoothing, perataan yang terjadi diakibatkan adanya intervensi atau campur tangan dari pihak lain, dalam hal ini adalah manajemen. Designed smoothing dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu

Artificial smoothing (accounting smoothing) dan Real smoothing (transactional

atau economic smoothing)

Artificial smoothing muncul ketika manajemen memanipulasi waktu pencatatan akuntansi untuk menghasilkan perataan laba. Artificial smoothing

merupakan implementasi prosedur-prosedur akuntansi untuk memindahkan beban dan/atau pendapatan dari satu periode ke periode yang lain. Real smoothing

muncul ketika manajemen melakukan tindakan untuk mengendalikan kejadian ekonomi tertentu yang mempengaruhi laba yang akan datang (Dwiatmini dan Nurkholis, 2001:29).

2.8.3 Tujuan Perataan Laba

Para ahli memberikan beberapa definisi mengenai tujuan perataan laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Scott (1997 dalam Widyaningdyah, 2001:90) mendefinisikan earnings management sebagai tindakan manajemen

untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu dengan tujuan memaksimalkan kesejahteraan dan atau nilai pasar perusahaan.

Menurut Hepworth (1953 dalam Sumtaky, 2007) tindakan perataan laba yang dilakukan oleh manajemen pada dasarnya untuk mendapat berbagai keuntungan ekonomis dan psikologis yaitu: (a). mengurangi total pajak, (b). meningkatkan kepercayaan diri manajer, (c). meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan, (d). siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat ditandingi dan gelombang optimisme dan pesimisme dapat diperlunak.

Adapun tujuan perataan laba menurut Foster (1986 dalam Dwiatmini dan Nurkholis, 2001:29) adalah sebagai berikut :

1. Memperbaiki citra perusahaan di mata pihak luar, bahwa perusahaan tesebut memiliki risiko yang rendah.

2. Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba di masa mendatang.

3. Meningkatkan kepuasan relasi bisnis.

4. Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen.

5. Meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen.

2.8.4Motivasi dan Alasan Perusahaan Melakukan Perataan Laba

Pada dasarnya setiap manajemen dari berbagai perusahaan yang melakukan perataan laba memiliki motivasi dan alasan yang sama untuk melakukan perataan laba. Beidleman (1973) dalam Belkaoui, (2007:193-194) mempertimbangkan dua alasan manajemen meratakan laporan laba. Pendapat

pertama berdasar pada asumsi bahwa suatu aliran laba yang stabil dapat mendukung dividen dengan tingkat yang lebih tinggi daripada suatu aliran laba yang lebih variabel, yang memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham perusahaan seiring dengan turunnya tingkat risiko perusahaan secra keseluruhan. Ia menyatakan sejauh pengamatan atas keanekaragaman variabilitas suatu tren laporan keuangan memengaruhi harapan subjektif investor akan hasil laba dan dividen yang mungkin akan terjadi, manajemen mungkin dapat secara menguntungkan memengaruhi nilai saham perusahaan dengan meratakan laba. Argumen kedua berkenaan pada perataan kemampuan untuk melawan hakikat laporan laba yang bersifat siklus dan kemungkinan juga akan menurunkan korelasi antara ekspektasi pengembalian perusahaan dengan portofolio pasar. Ia menyatakan pada tingkat di mana proses normalisasi suatu laba berhasil, dan bahwa kovarians pengembalian yang mengalami penurunan terhadap pasar diakui oleh para investor dan perusahaan untuk proses evaluasi mereka, perataan laba akan memberikan pengaruh tambahan yang menguntungkan dalam nilai saham.

Manajer yang berada di bawah tekanan untuk berkinerja baik mungkin tergoda untuk mengambil keuntungan dari celah dalam pengukuran laba dan nilai buku untuk menampilkan laporan keuangan dalam bentuk yang sebaik mungkin. Dan dalam kasus yang lebih ekstrem, beberapa perusahaan praktis melanggar aturan (Brealey, Myers, dan Marcus, 2008:66).

Menurut Dye (1988 dalam Suwito dan Herawaty, 2005:138) menyatakan bahwa perataan laba dilakukan karena adanya motivasi internal dan motivasi ekstemal, dengan tujuan :

1. Menjelaskan kondisi yang diperlukan untuk melakukan manajemen laba 2. Mengidentifikasikan pengaruh atas permintaan internal dan eksternal

atas manajemen laba pada kebijakan pengumuman laba perusahaan yang optimal

3. Menjelaskan manfaat dan kerugian bagi pemegang saham akibat dilakukannya manipulasi laba

Brayshaw dan Eldin (1989 dalam Subekti, 2005:225) menyatakan bahwa terdapat dua hal yang memotivasi manajer dalam mengambil keputusan untuk melakukan perataan laba yaitu :

1. Rencana kompensasi manajemen yang biasanya dihubungkan dengan kinerja perusahaan yang ditunjukkan dalam laba yang dilaporkan, sehingga setiap fluktuasi dalam laba akan mempengaruhi langsung terhadap kompensasinya.

2. Fluktuasi dalam kinerja manajemen mungkin mengakibatkan intervensi pemilik untuk mengganti manajemen dengan cara pengambilalihan atau penggantian manajemen secara langsung, dan ancaman penggantian manajemen ini mendorong manajemen untuk membuat laporan kinerja yang sesuai dengan keinginan pemilik.

Dokumen terkait