• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Koefisien Determinas

Ketepatan fungsi regresi dalam menaksir nilai aktual dapat diukur berdasarkan koefisien determinasi yang mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Koefisien korelasi dikatakan kuat apabila nilai R berada di atas 0,5 dan mendekati 1. Semakin mendekati 1, berarti variabel-variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen.

Tabel 4.15

Model Variables Entered Variables Removed Method 1 CAR, Inflasi, ROA, Nilai_Tukar, LDR, Suku_Bungaa . Enter

a. All requested variables entered.

Sumber : Hasil pengolahan data (SPSS Versi 17.00, 2012) Pada Tabel 4.15 dinyatakan bahwa variabel inflasi (X1), suku bunga (X2), nilai tukar (X3), Loan to Deposit Ratio (LDR) (X4), Return On Assets (ROA) (X5), dan Capital Adequacy Ratio (CAR) (X6) tidak ada yang dikeluarkan dari persamaan yang ditunjukkan oleh kolom Variables Removed yang kosong. Metode yang dipilih adalah metode Enter.

Setelah mengetahui bahwa seluruh variabel dimasukkan dalam analisis persamaan maka dilakukan pengujian hipotesis koefisien korelasi dan koefisien determinasi. Tipe hubungan anatara variabel dapat dilihat berikut ini :

1. 0,0 – 0.19 maka hubungan sangat tidak erat

2. 0,2 – 0,39 maka

hubungan tidak erat

3. 0,4 – 0,59 maka hubungan cukup erat

4. 0,6 – 0,79 maka hubungan erat

5. 0,8 – 0,99 maka hubungan sangat erat

Tabel 4.16 Hasil Uji Determinan Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .694a .482 .406 .05058

a. Predictors: (Constant), CAR, Inflasi, ROA, Nilai_Tukar, LDR, Suku_Bunga

Sumber : Hasil pengolahan data (SPSS Versi 17.00, 2012)

Berdasarkan Tabel 4.16 dapat dilihat bahwa nilai Radalah 0,694 atau 69,4% yang berarti bahwa hubungan antara risiko investasi saham dengan variabel independennya inflasi (X1), suku bunga (X2), nilai tukar (X3), Loan to Deposit Ratio (LDR) (X4), Return on Assets (ROA) (X5), dan Capital Adequacy Ratio CAR (X6) erat. Nilai Adjusted R Square dari

output Tabel 4.15 adalah sebesar 0, 406. Hal ini berarti bahwa variasi dari variabel dependen inflasi (X1), suku bunga (X2), nilai tukar (X3), Loan to

Deposit Ratio (LDR) (X4), Return on Assets (ROA) (X5), dan Capital Adequacy Ratio (CAR) (X6) mampu menjelaskan variasi variabel dependen (risiko investasi) sebesar 40,6%. Selebihnya 59,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti oleh penelitian ini.

4.3 Pembahasan

Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa secara simultan atau secara serempak variabel inflasi, suku bunga, nilai tukar,

Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Assets (ROA), dan Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap risiko investasi saham perbankan BUMN.

Berdasarkan pengujian secara parsial menunjukkan inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap risiko investasi saham. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yohanes (2008) yang juga berkesimpulan

investasi saham. Hasil penelitian ini berlawanan dengan teori Tandelilin (2001:212), bahwa inflasi yang terjadi di suatu negara mempengaruhi risiko investasi saham. Ketika inflasi naik maka akan menyebabkan harga saham perusahaan akan mengalami penurunan, sehingga berdampak pada tingkat return

yang diperoleh investor dan peningkatan risiko yang harus ditanggung investor. Dalam penelitian ini, variabel inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi saham, dikarenakan fluktuasi inflasi yang terjadi tahun 2007-2010 masih berada dalam batas toleransi investor walaupun terjadi kenaikan inflasi sebesar 12.4% pada bulan September tahun 2008

Berdasarkan pengujian secara parsial menunjukkan suku bunga berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap risiko investasi saham. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Derita (2002) yang juga berkesimpulan bahwa suku bunga berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap risiko investasi saham. Hasil penelitian berlawanan dengan teori Samsul (2006:201), bahwa naiknya suku bunga akan mendorong investor untuk menjual sahamnya dan kemudian menabung hasil penjualan itu dalam bentuk deposito, karena suku bunga deposito memberikan keutungan yang lebih besar dan risiko yang relatif rendah. Penjualan saham secara besar-besaran akan menjatuhkan harga saham di pasar yang diakibatkan oleh rendahnya permintaan saham perusahaan, sehingga berdampak pada pada peningkatan risiko yang harus ditanggung investor. Dalam penelitian ini, variabel suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi saham, dikarenakan fluktuasi suku bunga pada

tahun 2007-2010 tidak tinggi walaupun terjadi kenaikan suku bunga sebesar 9,42% pada triwulan 4 tahun 2008.

Berdasarkan pengujian secara parsial menunjukkan nilai tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap risiko investasi saham. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Santosa (2008) yang juga berkesimpulan bahwa nilai tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap risiko investasi saham. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Tandelilin (2001:48), perubahan nilai tukar bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi yang berdampak pada naik turunnya risiko dalam melakukan investasi. Ketika nilai tukar naik, investor cenderung maka akan menyebabkan penurunan harga saham perusahaan di pasar dan peningkatan risiko yang harus ditanggung investor. Dalam penelitian ini, hanya variabel nilai tukar yang berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi saham. Hal ini terjadi karena gejolak nilai tukar pada periode penelitian yang sangat fluktuatif dengan terdepresiasinya nilai rupiah terhadap USD dimana pada November 2008 mencapai Rp 12.400 per USD. Berdasarkan pengujian secara parsial menunjukkan Loan to Deposit Ratio

(LDR) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap risiko investasi saham. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Derita (2002) yang juga berkesimpulan bahwa LDR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap risiko investasi saham. Hasil penelitian ini berlawana dengan teori Dendawijaya (2005:114), bahwa rendahnya tingkat likuiditas suatu perbankan akan mengurangi tingkat kepercayaan investor untuk menginvetasikan sahamnya ke dalam perusahaan tersebut. Berkurangnya kepercayaan investor menyebabkan penurunan

harga saham perusaahan dan peningkatan risiko yang harus ditanggung investor. Semakin tinggi rasio ini memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank atau pemenuhan kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Dalam penelitian ini, variabel LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi saham, hal ini dikarenakan tingkat likuiditas perbankan BUMN selama periode penelitian memiliki kinerja yang cukup baik walaupun terjadi penurunan kinerja pada tahun 2008.

Berdasarkan pengujian secara parsial menunjukkan Return on Assets

(ROA) berpengaruh positif dan tidak siginfikan terhadap risiko investasi saham. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Simorangkir (2002) yang juga berkesimpulan bahwa ROA berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap risiko investasi saham. Hasil penelitian ini berlawanan dengan teori Dendawijaya (2005:114), bahwa rendahnya tingkat profitabilitas suatu perbankan akan mengurangi kepercayaan investor untuk menginvestasikan sahamnya ke dalam perusahaan tersebut. Berkurangnya kepercayaan investor menyebabkan penurunan harga saham perusaahan yang diakibatkan semakin berkurangnya permintaan akan saham perusahaan tersebut. Penurunan harga saham mengakibatkan peningkatan risiko yang harus ditanggung investor. Semakin rendah rasio ini memberikan indikasi semakin kecilnya tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank melalui penggunaan aset. Dalam penelitian ini, variabel ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi saham, hal ini dikarenakan tingkat profitabilitas atau perolehan laba yang dihasilkan oleh perbankan BUMN selama

periode penelitian memiliki kinerja yang cukup baik walaupun terjadi penurunan kinerja pada tahun 2008.

Berdasarkan pengujian secara parsial menununjukkan Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif dan tidak signifikan antara dengan risiko investasi saham. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Derita (2002) yang berkesimpulan bahwa CAR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap risiko investasi saham. Hasil penelitian ini berlawanan dengan teori Dendawijaya (2005:115), bahwa rendahnya kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya dapat mengurangi kepercayaan investor untuk menginvestasikan sahamnya ke dalam perusahaan tersebut. Berkurangnya kepercayaan investor menyebabkan penurunan harga saham perusahaan di pasar yang disebabkan oleh rendahnya permintaan terhadap saham perusahaan tersebut. Penurunan harga saham perusahaan tersebut mengakibatkan peningkatan risiko yang harus ditanggung investor. Semakin rendah rasio ini memberikan indikasi semakin kecil kecukupan dana (modal) yang dimiliki oleh bank. Dalam penelitian ini, variabel CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi saham, hal ini dikarenakan kemampuan perbankan BUMN selama periode penelitian dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya masih cukup baik walaupun terjadi penurunan kinerja pada tahun 2008.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait