• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Risiko Investasi Saham Perbankan BUMN di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Risiko Investasi Saham Perbankan BUMN di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS RISIKO INVESTASI SAHAM PERBANKAN BUMN DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

JOSRI PURBA 080502202

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

ANALISIS RISIKO INVESTASI SAHAM PERBANKAN BUMN DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh risiko sistematis (inflasi, suku bunga, dan nilai tukar) dan risiko tidak sistematis (Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Assets (ROA), dan Capital Adequacy Ratio (CAR)) terhadap risiko investasi saham perbankan BUMN di Bursa Efek Indonesia.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 perbankan BUMN di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang diambil adalah sebanyak 3 perusahaan berdasarkan penarikan sampel dengan kriteria tertentu. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari websit metode kuantitatif, pengujian asumsi klasik, dan analisis statistik dengan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan inflasi, suku bunga, nilai tukar, Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Assets (ROA), dan

Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi saham. Secara parsial variabel nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi saham perbankan, sedangkan variabel inflasi, suku bunga, Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Assets (ROA), dan Capital Adequacy Ratio

(CAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi saham.

Kata Kunci : Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar, Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR),

(3)

ABSTRACT

ANALISYS OF STOCK INVESTMENT BUMN BANKING RISK IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE

The purpose of this research is to analyze influences of systematic risk (inflation, interest rate, and exchange rate) and unsystematic risk (Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Assets (ROA), and Capital Adequacy Ratio (CAR)) to stock investment BUMN banking risk in Indonesian Stock Exchange.

The population in this research is 4 BUMN banking in Indonesian Stock Exchange. The samples are 3 companies based on sampling with certain criteria. The datas that used is secondary data obtained from method, classical assumption test, and statistic analysis with multiple linier regression analysis.

The result of this research shows that the inflation, interest rate, exchange rate, Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Assets (ROA), and Capital Adequacy Ratio (CAR) simultaneously has significant influence to stock investment risk. Partially, exchange rate have significant influence to stock investment risk, but inflation, interest rate, Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Assets (ROA), and Capital Adequacy Ratio (CAR) don’t influence significantly to stock investment risk.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan berkat dan anugerah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Risiko Investasi Saham Perbankan BUMN di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini pula peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE., M.Ec., selaku Ketua Departemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembaca Penilai yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Marhayanie, MSi., selaku Sekretaris Departemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE., MSi., selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan masukan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

(5)

7. Skripsi ini merupakan persembahan terindah buat orang tuaku tercinta Ayahanda I. Purba dan Ibunda M. Sihite serta kakak/lae (Kak Bernadetta/Lae Pasaribu, Kak Lusi, Kak Justina/Lae Batubara, Kak Morisa/Lae Sianturi) dan adik-adikku (Martina, Mersi, Alex) yang senantiasa menyayangi dan memberikan dukungan terbaik kepada peneliti. 8. Kepada Pak Uda A.H Simamora dan Inanguda M. Sinambela yang selalu

memberikan doa dan dukungan kepada peneliti.

9. Kepada teman-teman seperjuangan di GMKI FE USU, terkhusus buat pengurus masa bakti 2010-2011 dan anggota GMKI FE USU, terkhusus untuk Kak Maslin, Kak Nova, Kak Rina, Kak Karina, Kak Febri, Bang Monang, Bang Bernad, Bang Agustinov, Bang Manumpan, Bang Patar, Agnes Tondang, Elgina, Maruli, Robin, dan Valentino.

10.Kepada teman-teman Manajemen Stambuk 2008 terkhusus buat Sotardodo, Ferry, Widanny, Gustyna, Tetty, Desi, Eva, Lewildy, Marthin, Thomson, Sumandi, Arga, Moza, Rizky dan teman-teman lain. Terima kasih atas dukungannya dan suka duka dalam melewati perkuliahan dan pergumulan dalam penyusunan skripsi selama ini.

Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Ut Omnes Unum Sint, Syalom.

Medan, Agustus 2012 Peneliti

(6)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Harga Penutupan Saham Perbankan BUMN ... 4

1.2 Kinerja Perbankan BUMN ... 5

3.1 Sampel Penelitian ... 42

3.2 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ... 47

3.3 Hubungan Antar Variabel ... 51

4.1 Inflasi Tahun 2007-2010 ... 57

4.2 Suku Bunga Tahun 2007-2010 ... 58

4.3 Nilai Tukar Tahun 2007-2010 ... 58

4.4 Loan to Deposit Ratio (LDR) Perbankan BUMN Tahun 2007-2010 ... 59

4.5 Return on Assets (ROA) Perbankan BUMN Tahun 2007-2010 ... 60

4.6 Capital Adequacy Ratio (CAR) Perbankan BUMN Tahun 2007-2010 ... 61

4.7 Risiko Investasi (Standar Deviasi) Perbankan BUMN Tahun 2007-2010 ... 62

4.8 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ... 65

4.9 Hasil Uji Glejser ... 67

4.10 Hasil Uji Autokorelasi Durbin-Watson ... 68

4.11 Hasil Uji Multikolinieritas ... 69

4.12 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 71

4.13 Hasil Uji Simultan (Uji-F) ... 74

4.14 Hasil Uji Parsial (Uji-t) ... 77

4.15 Variables Entered/Removed ... 79

(7)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Investasi Langsung dan Investasi Tidak Langsung ... 14

2.2 Kerangka Konseptual ... 35

4.1 Grafik Histogram Normalitas ... 64

4.2 Normal P-P Plot of Regresion Standarized Residual... 64

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman 1 ... Tingkat

Inflasi Tahun 2006 s/d 2010 ... 91 2 ... Tingkat

Suku Bunga Tahun 2006 s/d 2010 ... 93 3 ... Nilai

Tukar Tahun 2006 s/d 2010... 95 4 ... Rasio PT

Bank Mandiri Tbk Tahun 2006 s/d 2010 ... 97 5 ... Rasio PT

Bank Negara Indonesia Tbk Tahun 2006 s/d 2010 ... 98 6 ... Rasio PT

Bank Rakyat Indonesia Tbk Tahun 2006 s/d 2010 ... 99 7 ... Perhitun

gan Standar Deviasi PT Mandiri Tbk Tahun 2006

s/d 2010 ... 100 8 ... Perhitun

gan Standar Deviasi PT Bank Negara Indonesia Tbk

Tahun 2006 s/d 2010 ... 102 9 ... Perhitun

gan Standar Deviasi PT Bank Rakyat Indonesia Tbk

Tahun 2006 s/d 2010 ... 104 10... Hasil

(9)

ABSTRAK

ANALISIS RISIKO INVESTASI SAHAM PERBANKAN BUMN DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh risiko sistematis (inflasi, suku bunga, dan nilai tukar) dan risiko tidak sistematis (Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Assets (ROA), dan Capital Adequacy Ratio (CAR)) terhadap risiko investasi saham perbankan BUMN di Bursa Efek Indonesia.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 perbankan BUMN di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang diambil adalah sebanyak 3 perusahaan berdasarkan penarikan sampel dengan kriteria tertentu. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari websit metode kuantitatif, pengujian asumsi klasik, dan analisis statistik dengan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan inflasi, suku bunga, nilai tukar, Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Assets (ROA), dan

Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi saham. Secara parsial variabel nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi saham perbankan, sedangkan variabel inflasi, suku bunga, Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Assets (ROA), dan Capital Adequacy Ratio

(CAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi saham.

Kata Kunci : Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar, Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR),

(10)

ABSTRACT

ANALISYS OF STOCK INVESTMENT BUMN BANKING RISK IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE

The purpose of this research is to analyze influences of systematic risk (inflation, interest rate, and exchange rate) and unsystematic risk (Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Assets (ROA), and Capital Adequacy Ratio (CAR)) to stock investment BUMN banking risk in Indonesian Stock Exchange.

The population in this research is 4 BUMN banking in Indonesian Stock Exchange. The samples are 3 companies based on sampling with certain criteria. The datas that used is secondary data obtained from method, classical assumption test, and statistic analysis with multiple linier regression analysis.

The result of this research shows that the inflation, interest rate, exchange rate, Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Assets (ROA), and Capital Adequacy Ratio (CAR) simultaneously has significant influence to stock investment risk. Partially, exchange rate have significant influence to stock investment risk, but inflation, interest rate, Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Assets (ROA), and Capital Adequacy Ratio (CAR) don’t influence significantly to stock investment risk.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Fungsi ekonomi dalam artian menempatkan dana secara menguntungkan dari pihak yang mempunyai dana ke pihak yang memerlukan dana, sehingga ada dua pihak yang sangat berkepentingan terhadap peranan pasar modal yaitu emiten dan investor.

Peranan pasar modal bagi emiten yaitu sebagai sarana untuk memperoleh dana yang akan digunakan untuk membiayai modal investasinya. Sedangkan bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk menanamkan kelebihan dana yang dimilikinya atau dengan kata lain untuk menginvestasikan uangnya dan suatu hal yang diharapkan dari aktifitas ini akan diperoleh berupa dividen dan

capital gain.

(12)

yang dialami investor adalah situasi perekonomian pada saat krisis. Hal ini terlihat dari kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2008.

Dinamika perekonomian Indonesia pada tahun 2008 dibayangi oleh tekanan yang cukup berat, terimbas oleh ketidakpastian pasar finansial global yang meningkat serta proses perlambatan ekonomi dunia yang signifikan. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 cenderung melambat dengan tekanan stabilitas ekonomi makro yang semakin tinggi terutama paruh kedua tahun tersebut. Meskipun dampak krisis keuangan global sangat signifikan, secara umum perekonomian Indonesia tahun 2008 mencatat perkembangan yang cukup baik di tengah terjadinya gejolak eksternal. Pertumbuhan ekonomi Indonesia (GDP) secara keseluruhan tumbuh mencapai 6,1% atau lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6,3% walaupun terjadi perlambatan pada dua triwulan terakhir tahun 2008 (www.bi.go.id).

(13)

rupiah terdepresiasi sebesar 6% dari Rp 9.140 tahun 2007 menjadi Rp 9.692 tahun 2008. Untuk mengatasi gejolak nilai tukar, pemerintah biasanya menaikkan tingkat suku bunga. Kenaikan suku bunga simpanan tersebut menyebabkan masyarakat luas akan berlomba menempatkan kelebihan dana yang dimilikinya ke deposito. Hal ini membawa dampak pada kelesuan pasar modal yang disebabkan kurang bergairahnya investor untuk berinvestasi dalam bentuk saham.

Dinamika inflasi pada tahun 2008 banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal. Lonjakan harga komoditas global, terutama harga komoditas energi dan pangan mendorong tingginya tekanan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK). Hal ini berdampak pada tingginya inflasi IHK Indonesia yang sempat mencapai 12.4% pada bulan September tahun 2008 dapat merugikan ekonomi secara keseluruhan sehingga berdampak terhadap kejatuhan harga saham.

Putaran krisis ekonomi dan keuangan global tahun 2008 menimbulkan kekacauan dan kepanikan di pasar keuangan global, termasuk mempengaruhi industri perbankan di Indonesia. Hal tersebut menimbulkan aliran dana dan kredit terhenti, transaksi dan kegiatan ekonomi sehari-hari terganggu serta aliran dana keluar (capital outflow) terjadi besar-besaran diberbagai negara. Indonesia pada saat krisis tidak memberlakukan penjaminan dana nasabah secara menyeluruh, menderita capital outflow lebih parah dibanding negara-negara tetangga yang menerapkan penjaminan dana nasabah secara penuh (blanket guarantee).

(14)

ketika itu sampai memukul bank-bank yang bersakala besar. Pada Oktober 2008, ada tiga bank besar Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk meminta bantuan likuiditas dari pemerintah Indonesia sebesar Rp 5 triliun. Pemerintah menginjeksi dana kepada tiga bank tersebut sebesar Rp 15 triliun. Bantuan likuiditas itu dipakai untuk memperkuat cadangan modal bank atau memenuhi komitmen kredit infrastruktur tanpa harus terganggu likuiditasnya. Maksud bantuan likuiditas pemerintah ini agar ketiga bank tersebut tidak perlu mencari pinjaman dari luar negeri (id.wikisource.org). Meskipun pemerintah memberikan bantuan dan mengantisipasi masalah yang terjadi, namun tetap memberikan dampak yang cukup berarti terhadap harga saham masing-masing bank apabila dibandingkan dengan masa sebelum dan sesudah terjadinya krisis.

Tabel 1.1

Harga Penutupan Saham Perbankan BUMN Tahun 2007 s/d 2010

NO EMITEN TAHUN

2007 2008 2009 2010

1 BMRI 3071 2616 3283 5671

2 BBNI 1965 1111 1426 2719

3 BBRI 3059 2761 3129 4636

Sumber :

(15)

Kondisi perekonomian yang terjadi pada saat situasi krisis, perusahaan perbankan baik yang sudah maupun yang belum go public juga mengalami kesulitan dan menghadapi situasi dilematis bila dilihat dari rasio likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitas. Kebijaksanaan peningkatan suku bunga simpanan sebagaimana dikemukakan di atas, disatu pihak memang meningkatkan likuiditas bank, namun dilain pihak akan menyebabkan tingginya beban biaya bunga yang harus dibayarkan kepada nasabah, melebihi suku bunga pinjaman yang merupakan penghasilan bank.

Tabel 1.2

Kinerja Perbankan BUMN Tahun 2007 s/d 2010

NO EMITEN TAHUN LDR (%) ROA (%) CAR (%)

Pada umumnya kinerja bank dapat dilihat melalui perkembangan likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitas. Beberapa diantaranya adalah Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Assets (ROA), dan Capital Adequacy Ratio

(16)

ekonomi global yang terjadi pada saat itu. Penurunan kinerja perusahaan perbankan secara umum sangat berpengaruh terhadap perdagangan saham perbankan di Bursa Efek Indonesia. Para investor tidak tertarik lagi melakukan investasi pada saham perbankan yang dinilai memiliki risiko tinggi dan tidak memberikan return seperti yang diharapkan.

Tekanan krisis finansial pada tahun 2008 tercermin pada kondisi makro ekonomi yang secara langsung berdampak pada melemahnya transaksi di pasar modal yang dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi yang melambat, tingkat inflasi yang tinggi, naiknya tingkat suku bunga, dan nilai tukar yang lemah. Kondisi perekonomian Indonesia pada saat ini masih dihadapkan pada beberapa tantangan utama, yaitu inflasi yang cenderung meningkat, aliran modal asing yang deras, ekses likuiditas yang besar, permasalahan disektor perbankan, serta berbagai kendala disektor riil. Pada sektor perbankan, di tengah berlangsungnya ekses likuiditas yang besar, peran perbankan dalam pertumbuhan ekonomi masih rendah.

Stabilitas perekonomian dan kesehatan perbankan merupakan dua sisi dari suatu mata uang yang tak terpisahkan. Pengalaman sejumlah negara, termasuk pula pengalaman Indonesia pada tahun 1997, menunjukkan bahwa melemahnya ketahanan sistem perbankan dapat memicu terjadinya ketidakstabilan dalam perekonomian secara timbal balik.

(17)

mencapai 15,7 miliar dolar AS, tertinggi selama dua dekade terakhir disumbang dari arus masuk obligasi, sementara arus masuk ke saham relatif stabil, sekitar 2 miliar dolar AS (www.bi.go.id).

Perusahaan perbankan merupakan salah satu sektor yang paling diminati pada tahun 2010, mengingat terus meningkatnya kinerja bank-bank BUMN. Mayoritas saham perbankan diburu oleh investor asing. Pasar meminati saham bank seiring kinerja labanya yang semakin membaik. Sektor perbankan mengungguli seluruh sektor yang diperdagangkan, yaitu naik sebesar 1,97% (www.bi.go.id).

Perbankan merupakan perusahan yang bergerak dalam bidang finansial dan menjalankan fungsi intermediasi dimana di satu pihak mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan di lain pihak dana yang berhasil dikumpulkannya, dikumpulkan kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit. Investasi saham pada perusahaan termasuk cukup berisiko karena jenis perusahaan ini rentan terhadap kondisi perekonomian pada umumnya.

(18)

mengandung risiko, namun besar kecilnya tergantung pada jenis investasinya. Oleh karena itu calon investor harus memiliki kemampuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi risiko yang akan dihadapinya, jika ia melakukan investasi melalui bursa efek.

Investasi pada saham memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan alternatif investasi lainnya seperti obligasi, deposito, dan tabungan. Hal ini disebabkan karena pendapatan yang diharapkan dari investasi saham bersifat tidak pasti. Untuk mengurangi risiko investasi, investor harus mengenal jenis risiko investasi. Jenis risiko dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu risiko sistematis atau disebut systematic risk atau undiversifiable risk, dan risiko tidak sitematis atau disebut unsystematic risk atau difersifiable risk

(Halim, 2005:43).

(19)

Risiko investasi pada saham terlihat pada variabilitas pendapatan saham

(return) baik pendapatan saham individual maupun pendapatan saham secara keseluruhan di pasar modal (market return). Pengukuran terhadap besar kecilnya risiko investasi pada suatu saham dilakukan dengan menggunakan varians atau standar deviasi dari pendapatan saham tersebut (Tendelilin, 2001:55). Risiko ini disebut risiko total yang merupakan keseluruhan dari risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Berdasarkan permasalahan ini, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Analisis Risiko Investasi Saham Perbankan BUMN Di Bursa Efek Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Apakah ada pengaruh dari risiko sistematis (tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar) dan risiko tidak sistematis (Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Assets (ROA), dan Capital Adequacy Ratio (CAR)) terhadap risiko investasi saham perbankan BUMN di Bursa Efek Indonesia?”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh risiko sistematis (tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar) dan risiko tidak sistematis (Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Assets (ROA), dan Capital Adequacy Ratio

(20)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, sebagai berikut:

a. Bagi Penulis

Memberikan manfaat pengetahuan tentang pengaruh risiko sistematis dan risiko tidak sistematis terhadap risiko investasi saham perbankan di Bursa Efek Indonesia.

b. Bagi Investor

Memberikan manfaat sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi pada saham perbankan dengan melihat risiko sistematis dan risiko tidak sistematis.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pasar Modal

Pasar modal pada hakikatnya adalah jaringan tatanan yang memungkinkan pertukaran klaim jangka panjang, penambahan financial assets (dan hutang) pada saat yang sama, memungkinkan investor untuk mengubah dan menyesuaikan portofolio investasi melalui pasar sekunder (Anoraga dan Pakarti, 2006:5).

Menurut Tandelilin (2001:13), “pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun”. Bagi emiten, pasar modal merupakan sarana untuk memperoleh dana yang akan digunakan untuk membiayai modal investasinya. Sedangkan bagi investor, pasar modal merupakan sarana untuk menanamkan kelebihan dana yang dimilikinya atau dengan kata lain untuk menginvestasikan uangnya, dan diharapkan dari suatu aktivitas ini akan diperoleh keuntungan berupa dividen dan

capital gain.

Menurut Handaru et al. (1996:3), pasar modal diartikan sebagai :

1. Pasar modal bisa berupa pasar dalam artian abstrak atau dalam artian konkrit (sesungguhnya). Dalam artian abstrak, maka perdagangan surat berharga tidak harus terjadi pada suatu tempat tertentu. Sementara itu, pasar modal dalam konkritnya ialah bursa efek atau yang lebih dikenal dengan istilah stock exchange.

2. Komoditi yang diperdagangkan di pasar modal adalah surat berharga (aktiva finansial) jangka panjang.

(22)

4. Bursa efek merupakan bentuk konkrit dari pasar modal. Bursa efek merupakan pasar yang sangat terorganisasi (a highly organized market). Disebut demikian karena terdapat serangkaian peraturan mengikat pihak-pihak yang terkait di dalamnya.

Pengertian pasar modal di Indonesia, tertuang di dalam Keputusan Presiden (Kepres) No. 52 Tahun 1976 tentang Pasar Modal Bab I Pasal 1 di mana disebutkan “Pasar Modal adalah Bursa Efek seperti yang dimaksud dalam Undang-Undang No 15 Tahun 1952 (Lembaran Negara, Tahun 1952 No. 57)”. Jadi, “pasar modal adalah bursa-bursa perdagangan di Indonesia yang didirikan untuk perdagangan uang dan efek”.

Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001:2-3), beberapa manfaat keberadaan pasar modal antara lain:

1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.

2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi.

3. Menyediakan lending indicator bagi tren ekonomi negara.

4. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah.

5. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme, menciptakan iklim berusaha yang sehat.

6. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.

7. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek.

Mekanisme perdagangan dalam pasar modal terjadi pada pasar perdana dan pasar sekunder, (Fakhruddin dan Hadianto, 2001:3). Adapun pengertian dari kedua pasar tersebut adal sebagai berikut:

1. Pasar Perdana

(23)

penawaran umum. Sebelum menawarkan saham di pasar perdana, perusahaan emiten sebelumnya akan mengeluarkan informasi mengenai informasi secara detail.

2. Pasar Sekunder

Pasar sekunder terjadi pada saat setelah sekuritas dijual perusahaan di pasar perdana, kemudian sekuritas diperjualbelikan oleh investor-investor di pasar sekunder atau dikenal juga dengan sebutan pasar regular. Transaksi yang dilakukan investor di pasar sekunder tidak akan memberikan tambahan dana lagi bagi perusahaan yang menerbitkan sekuritas (emiten), karena transaksi hanya terjadi antar investor, bukan dengan perusahaan.

2.1.2 Investasi

Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa mendatang (Tendelilin, 2001:3). Menurut Tendelilin (2001:4-5), ada beberapa tujuan seseorang melakukan investasi, antara lain adalah :

1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa mendatang. 2. Mengurangi tekanan inflasi, dimana dengan melakukan investasi

dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

(24)

Menurut Halim (2005:4), pada umumnya investasi dibedakan menjadi dua bagian yaitu:

1. Investasi pada asset-aset finansial (financial assets). Investasi pada asset-aset finansial dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito,

commercial paper dan surat berharga pasar uang. Investasi dapat juga dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, dan opsi. 2. Investasi pada asset-aset riil (real assets). Investasi pada asset-aset riil dapat

berbentuk pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya.

Dalam hal penanaman modal, maka bentuk investasi yang lazim dilakukan adalah penanaman modal pada asset-aset finansial. Menurut Jogiyanto (2003:7-11), investasi pada aset-aset finansial dapat berupa investasi langsung dan investasi tidak langsung. Pada Gambar 2.1 menunjukkan investasi langsung dan investasi tidak langsung.

Investasi tidak langsung Investasi langsung

Investasi langsung

Gambar 2.1

Investasi Langsung dan Investasi Tidak Langsung 1. Investasi Langsung

Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjualbelikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital

Investor Perusahaan

Investasi

(25)

market) atau di pasar turunan (derivative market). Investasi ini dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara yang lain.

2. Investasi Tidak Langsung

Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain.

Hal yang pokok dalam proses keputusan investasi adalah pemahaman hubungan antara tingkat pengembalian yang diharapkan dan risiko dari suatu investasi. Hubungan risiko dan tingkat pengembalian yang diharapkan dari suatu investasi merupakan hubungan yang searah. Artinya semakin besar risiko yang harus ditanggung, semakin besar pula tingkat pengembalian yang diharapkan.

Investasi pada saham mempunyai tingkat risiko yang lebih besar dibanding dengan investasi lain seperti obligasi, deposito, dan tabungan. Hal ini dikarenakan return yang diharapkan dari investasi saham bersifat tidak pasti dimana pendapatan terdiri dari dividen dan capital gain. Kemampuan suatu perusahaan untuk membayar dividen ditentukan oleh kemampuan perusahaan menghasilkan laba, sedangkan capital gain ditentukan oleh fluktuasi harga saham.

(26)

Dalam konteks Investasi, risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return). Semakin besar penyimpangannya berarti semakin besar tingkat risikonya (Halim, 2005:42).

Menurut Brigham dan Houston (2009:213), bahwa para investor menyukai pengembalian dan tidak menyukai risiko. Karenanya, investor berinvestasi pada aktiva yang berisiko hanya jika mereka mengharapkan akan menerima pengembalian yang lebih besar.

Menurut Tandelilin (2001:48-50), ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi. Sumber-sumber tersebut antara lain:

1. Risiko suku bunga yaitu risiko yang timbul karena adanya perubahan tingkat suku bunga yang berlaku.

2. Risiko pasar yaitu risiko yang terjadi karena dipengaruhi oleh banyak faktor seperti munculnya resesi ekonomi, kerusuhan, ataupun perubahan politik.

3. Risiko daya beli yaitu risiko yang muncul akibat pengaruh perubahan tingkat inflasi.

4. Risiko bisnis yaitu risiko yang timbul akibat menurunnya profitabilitas perusahaan emiten.

(27)

kemampuan perusahaan di masa yang akan datang menjadi berkurang.

6. Risiko likuiditas yaitu risiko yang berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin tidak likuid suatu sekuritas semakin besar pula risiko likuiditas yang dihadapi perusahaan.

7. Risiko nilai tukar mata uang yaitu risiko yang muncul karena adanya fluktuasi nilai tukar mata uang domestik (negara perusahaan tersebut) dengan nilai mata uang negara lainnya.

8. Risiko negara atau risiko politik yaitu risiko yang timbul karena adanya kebijakan pemerintah yang mempengaruhi variabilitas pendapatan investasi.

Di samping berbagai jenis risiko investasi di atas, dalam manajemen investasi modern, jenis-jenis risiko investasi dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu risiko sistematis (systematic risk) dan risiko tidak sistematis

(unsystematic risk) (Halim, 2005:43) : 1. Risiko Sistematis (systematic risk)

(28)

2. Risiko Tidak Sistematis (Unsystematic risk)

Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu. Fluktuasi risiko ini besarnya berbeda-beda antara satu saham dengan saham yang lain. Karena perbedaan itulah maka masing-masing saham memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar. Risiko ini muncul karena faktor-faktor mikro yang dijumpai pada perusahaan. Misalnya faktor struktur modal, struktur aset, tingkat likuiditas dan tingkat keuntungan. Dalam kaitannya dengan risiko tidak sistematis, pengukuran tingkat kinerja perbankan dapat diukur melalui tingkat likuiditas, tingkat rentabilitas dan tingkat solvabilitas. Hal ini sebagai faktor-faktor mikro yang dapat berpengaruh terhadap risiko investasi saham.

Menurut Halim (2005:42), preferensi investor terhadap risiko dibedakan menjadi tiga, yaitu:

(29)

2. Investor yang netral terhadap risiko (risk neutral) merupakan investor yang akan meminta kenaikan tingkat pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko. Investor jenis ini umumnya cukup fleksibel dan bersikap hati-hati (prudent) dalam mengambil keputusan investasi.

3. Investor yang tidak menyukai risiko atau menghindari risiko (risk averter)

adalah investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih rendah. Biasanya investor jenis ini cenderung mempertimbangkan keputusan investasinya secara matang dan terencana.

2.1.3 Penilaian Saham

Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu nilai buku, nilai pasar, dan nilai intrinsik saham. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham (emiten). Nilai pasar adalah nilai saham di pasar yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut di pasar. Sedangkan nilai intrinsik atau dikenal sebagai nilai teoritis adalah nilai saham yang sebenarnya atau seharusnya terjadi (Tandelilin, 2001:183).

Dalam hal penilaian harga saham, terdapat tiga pedoman yang dipergunakan yaitu (Fakhruddin dan Hadianto, 2001:93):

(30)

2. Apabila harga saham sama dengan nilai intrinsiknya, maka harga saham tersebut dinilai wajar dan berada dalam kondisi keseimbangan. Dalam situasi seperti ini sebaiknya investor tidak melakukan transaksi pembelian maupun penjualan saham.

3. Apabila harga saham lebih kecil dari nilai intrinsiknya maka saham tersebut dikatakan undervalued (harganya terlalu rendah). Bagi para investor, saham yang undervalued ini sebaiknya dibeli atau dipertahankan apabila saham tersebut telah dimilikinya, karena kemungkinan besar akan terjadi lonjakan saham di masa yang akan datang.

2.1.4 Pendekatan Penilaian Saham

Menurut Halim (2005:21) terdapat dua pendekatan untuk menganalisis saham. Kedua analisis ini adalah analisis teknikal dan analisis fundamental.

2.1.4.1Analisis Teknikal

Analisis ini dimulai dengan cara memperhatikan perubahan harga saham itu sendiri dari waktu kewaktu. Analisis ini beranggapan bahwa harga suatu saham akan ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap saham tersebut. Sehingga asumsi dasar yang berlaku dalam analisis ini adalah (Halim, 2005:29) :

a) Harga pasar saham ditentukan oleh interaksi penawaran dan permintaan b) Penawaran dan permintaan itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor,

baik yang rasional maupu n irasional.

c) Perubahan harga saham cenderung bergerak mengikuti tren tertentu.

d) Tren tersebut dapat berubah karena bergesernya penawaran dan permintaan.

e) Pergeseran penawaran dan permintaan dapat dideteksi dengan mempelajarai diagram dari perilaku pasar.

(31)

Para pengguna analisis teknikal disebut sebagai analis teknikal atau disebut sebgai “chartist” karena dalam aktivitasnya mereka merekam atau membuat grafik (chart) pergerakan harga saham dan volume perdagangan (Tandelilin, 2001:251). Menurut Tandelilin (2001:252), ada beberapa teknik penggunaan grafik dalam analisis teknikal, yaitu:

1. The Dow Theory

2. Chart pola pergerakan harga saham

3. Bar Chart

4. Point-and-figure Chart

5. Rata-rata bergerak

6. Relative Strength

2.1.4.2Analisis Fundamental

Menurut Halim (2005:21), bahwa analisis fundamental menyatakan bahwa saham memiliki nilai intrinsik (nilai yang seharusnya) tertentu. Analisis ini membandingkan antara nilai intrinsik suatu saham dengan harga pasarnya guna menentukan apakah harga pasar saham tersebut sudah mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum. Nilai intrinsik suatu saham ditentukan oleh faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya.

(32)

1. Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi adalah salah satu analisis yang perlu dilakukan investor dalam penentuan keputusan investasinya (Tandelilin, 2001:210). Analisis ekonomi perlu dilakukan karena kecenderungan adanya hubungan yang kuat antara apa yang terjadi pada lingkungan ekonomi makro dan kinerja suatu pasar modal. Lingkungan ekonomi makro adalah lingkungan yang mempengaruhi operasi perusahaan sehari-hari. Kemampuan investor dalam memahami dan meramalkan kondisi ekonomi makro di masa yang akan datang, akan sangat berguna dalam pembuatan keputusan investasi yang menguntungkan. Untuk itu, seorang investor harus memperhatikan beberapa indikator ekonomi makro yang bisa membantu mereka dalam memahami dan meramalkan kondisi ekonomi makro. Menurut Tandelilin (2001:212), beberapa variabel ekonomi makro yang perlu diperhatikan investor, yaitu:

a. Produk Domestik Bruto (PDB)

(33)

b. Tingkat Inflasi

Inflasi merupakan sebagai suatu proses kenaikan harga harga yang berlaku dalam suatu perekonomian (Sukirno, 2006:14). Faktor-faktor terjadinya inflasi disebabkan oleh konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.

Menurut Samsul (2006:201), tingkat inflasi dapat berpengaruh positif maupun negatif tergantung pada derajat inflasi itu sendiri. Inflasi yang tinggi dapat merugikan perekonomian secara keseluruhan, yaitu dapat membuat banyak perusahaan mengalami kebangkrutan. jadi dapat disimpulkan bahwa inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham di pasar, sementara inflasi yang sangat rendah akan berakibat pada pertumbuhan ekonomi menjadi sangat lamban, dan pada akhirnya harga saham juga bergerak dengan lamban. Informasi ini perlu diketahui oleh investor untuk mempertimbangkan jenis efek yang akan dibeli. c. Suku Bunga

(34)

Penjualan saham secara besaar-besaran akan menjatuhkan harga saham di pasar. Oleh karena itu, kenaikan suku bunga deposito akan mengakibatkan turunnya harga saham. Sebaliknya penurunan tingkat bunga deposito akan menaikkan harga saham di pasar dan laba bersih per saham, sehingga mendorong harga saham meningkat. Penurunan bunga deposito akan medorong investor megalihkan investasinya dari perbankan ke pasar modal. Investor akan memborong saham sehingga harga saham terdorong naik akibat meningkatnya permintaan saham.

d. Nilai Tukar (kurs)

Kurs valuta asing perbandingan antara harga mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Kurs valuta asing (USD) yang bergejolak terlalu tinggi sehingga rupiah mengalami depresiasi akan menyebabkan memburuknya sektor perekonomian secara menyeluruh dan perdagangan saham di pasar menjadi lesu. 2. Analisis Industri

(35)

3. Analisis Perusahaan

Tahapan analisis perusahaan dalam analisis fundamental bertujuan untuk mengetahui perusahaan yang paling berprospek dan paling menguntungkan. Prospek perusahaan yang paling menguntungkan dapat dilihat dari kinerja keuangan perusahaan dalam hal ini bank. Menurut Dendawijaya (2005:114), untuk menganalisis kinerja bank di bagi menjadi tiga bentuk analisis, yaitu:

a. Analisis Rasio Likuiditas

Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo.

Beberapa rasio likuiditas yang sering dipergunakan dalam menilai kinerja suatu bank antara lain :

1. Cash Ratio (CR)

2. Reserve Requirement (RR)

3. Loan to Deposit Ratio (LDR)

4. Loan to Assets Ratio (LAR)

5. Rasio kewajiban bersih call money

(36)

kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan kepada sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan bank untuk memberikan kredit. Dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.6/ 23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, rumus untuk menghitung rasio LDR adalah :

LDR = x100%

a) Kredit merupakan total kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada Bank lain).

b) Dana pihak ketiga mencakup giro, tabungan, dan deposito (tidak termasuk antar Bank).

Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.

(37)

b. Analisis Rasio Rentabilitas

Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.

Beberapa rasio rentabilitas yang digunakan dalam menilai kinerja bank adalah:

1. Return on assets

2. Return on equity

3. Rasio biaya operasional

4. Net profit margin

Salah satu pengukuran rasio rentabilitas adalah Return on Assets (ROA). Return on Assets (ROA) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.6/ 23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, rumus untuk menghitung ROA adalah:

ROA = x 100%

a) Laba sebelum pajak disetahunkan.

Contoh: Untuk posisi Juni = akumulasi laba per posisi Juni dibagi 6) X 12.

b) Rata-rata total aset:

(38)

Semakin besar Return on Assets (ROA) suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Hal ini akan memberikan pengharapan positif bagi para investor saham perbankan untuk mendapatkan tingkat pengembalian (return) saham yang besar.

c. Analisis Rasio Solvabilitas

Analisis rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi bank.

Beberapa rasio solvabilitas yang digunakan dalam menilai kinerja bank adalah:

1. Capital Adequacy Ratio (CAR)

2. Debt to Equity Ratio (DER)

3. Long Term Debt to Assets Ratio (LTDAR)

(39)

CAR = x 100%

a) Modal bank terdiri atas modal inti dan modal pelengkap b) ATMR = ATMR Kredit + ATMR Pasar

Rasio ini merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktivanya yang berisiko.

Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank yang sehat harus memiliki Capital Adequacy Ratio (CAR) paling sedikit sebesar 8 %. Hal ini didasarkan kepada ketentuan yang ditetapkan oleh BIS (Bank for International Settlements).

Hubungan rasio ini sebagai salah satu variabel yang berpengaruh terhadap risiko investasi saham yaitu, jika suatu perusahaan perbankan mempunyai nilai Capital Adequacy Ratio

(40)

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian tentang investasi saham telah banyak dilakukan diantaranya oleh :

1. Derita (2002) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Risiko Investasi Pada Saham Perbankan di Bursa Efek Jakarta”. Penelitian ini membahas pengaruh faktor-faktor makro (pertumbuhan ekonomi, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, nilai tukar) dan faktor-faktor mikro (CAR (Capital Adequacy Ratio), Return on Risk Assets (RORA), Net Profit Margin (NPM), Return on Assets (ROA),

Loan to Deposit Ratio (LDR)) terhadap risiko investasi pada saham perbankan di Bursa Efek Jakarta. Dalam hasil penelitiannya dengan menggunakan regresi berganda linier disimpulkan sebagai berikut:

a) Petumbuhan Ekonomi, CAR, RORA, NPM, ROA dan LDR secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap risiko investasi pada saham perbankan di Bursa Efek Jakarta.

b) Tingkat Suku Bunga, CAR, RORA, NPM, ROA, dan LDR secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap risiko investasi pada saham perbankan di Bursa Efek Jakarta.

(41)

d) Tingkat Inflasi, CAR, RORA, NPM, ROA dan LDR secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap investasi pada saham perbankan di Bursa Efek Jakarta.

e) Tingkat Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar USD, Tingkat Inflasi, CAR, RORA, NPM, ROA dan LDR secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap risiko investasi pada saham perbankan di Bursa Efek Jakarta.

f) Variabel CAR merupakan variabel yang paling dominan diantara variabel makro dan variabel mikro yang digunakan dalam model regresi, hal ini tecermin dari tingkat signifikansi yang cukup tinggi pada setiap model.

2. Simorangkir (2002) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh CAMEL Terhadap Risiko Investasi Pada Saham Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Jakarta”. Penelitian ini membahas tentang pengaruh Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity (CAMEL) dengan variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA) Net Profit Margin

(42)

investasi pada saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta tidak terbukti. Untuk hasil uji F ditemukan bahwa CAMEL secara bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh signifikan terhadap risiko investasi pada saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta.

3. Yohanes (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisa Pengaruh Variabel-Variabel Makroekonemi dan Mikroekonomi terhadap Risiko Investasi Saham (Studi Kasus pada Saha-Saham Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2005)”. Penelitian ini membahas tentang pengaruh makroekonomi (inflasi, suku bunga BI, dan nilai tukar) dan mikroekonomi (likuiditas dan laverage) terhadap risiko investasi saham. Hasil dari penelitian ini adalah:

a) Variabel makroekonomi dan mikroekonomi secara serempak berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi saham.

b) Variabel makroekonomi (suku bunga) merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap risiko investasi saham.

c) Variabel mikroekonomi (laverage) berpengaruh dominan terhadap risiko investasi saham.

(43)

variabel suku bunga deposito, struktur modal, struktur aktiva, dan rasio likuiditas merupakan variabel yang cocok digunakan sebagai variabel

predictor dalam mengestimasi atau memprediksi besar kecilnya tingkat risiko investasi saham sektor properti. Sedangkan pada pengujian secara parsial (uji-t) ditemukan bahwa struktur aktiva tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat risiko investasi saham sektor properti, hal tersebut diyakini oleh penulis bahwa para investor cenderung lebih terkonsentrasi pada masalah gejolak suku bunga deposito, perubahan struktur modal serta kemampuan perusahaan membayar kewajibannya dalam jangka pendek (likuiditas) dimana masing-masing indikator tersebut lebih memiliki dampak yang lebih tinggi dibandingkan dengan perubahan pada struktur aktiva selama pada periode tersebut.

5. Ulum (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Likuiditas Perusahaan terhadap Risiko Investasi Saham yang Terdaftar pada Jakarta Islamic Index”. Hasil dari penelitian ini adalah :

(44)

b) Tingkat likuiditas perusahaan yang ditunjukkan oleh rasio lancar tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi. Hal ini berbeda dengan konsep yang menyebutkan bahwa risiko investasi dalam risiko tidak sistematis (faktor mikro) diukur dengan tingkat likuiditas yaitu rasio lancar.

2.3 Kerangka Konseptual

Risiko merupakan besarnya penyimpangan anatara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return). Semakin besar penyimpangannya berarti semakin besar tingkat risikonya.

Risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat memengaruhi pasar secara keseluruhan. Faktor-faktor makro tersebut antara lain adalah : pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, tingkat bunga dan nilai tukar. Risiko ini bersifat umum dan berlaku bagi semua saham dalam bursa saham yang bersangkutan.

(45)

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka model kerangka konseptual yang menegaskan pengaruh antara risiko sistematis dan risiko tidak sistematis terhadap risiko investasi saham di tunjukkan pada Gambar 2.2.

Sumber : Tandelilin (2001), Halim (2005), Derita (2002) (diolah penulis) Gambar 2.2

Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi (Kuncoro, 2009:59). Jadi, hipotesis merupakan suatu rumusan yang menyatakan hubungan tertentu atau antar dua variabel atau lebih.

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

Suku Bunga(X2)

Return on Assets (ROA) (X5)

Risiko Investasi Saham (Y)

Risiko Sistematis (Faktor-Faktor Makro)

Inflasi (X1)

Nilai Tukar (X3)

Risiko Tidak Sistematis (Faktor-Faktor Mikro)

Capital Adequacy Ratio (CAR) (X6)

(46)
(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan jenis penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2010:55). Hubungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengaruh variabel dependen yaitu inflasi, suku bunga, nilai tukar, Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Assets (ROA), dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap risiko investasi saham perbankan BUMN di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu gejala.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian a) Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan situs

b) Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Juni 2012 sampai Juli 2012.

3.3 Batasan Operasional

Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(48)

1. Variabel bebas (independent variable), yang terdiri dari inflasi, suku bunga, nilai tukar, (Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Assets

(ROA), dan Capital Adequacy Ratio (CAR).

2. Variabel terikat (dependent variable) yaitu risiko investasi saham. b. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari:

1. Data laporan keuangan publikasi triwulanan perbankan BUMN di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2010

2. Data tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar pada tahun 2007-2010 yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia.

3. Data harga saham perbankan BUMN di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2010.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : a. Variabel Bebas (X) adalah variabel yang nilainya tidak bergantung

pada variabel lain. Adapun yang menjadi variabel bebas atau

independent variable dari penelitian ini adalah : 1. Inflasi (X1)

Adalah tingkat inflasi yang diukur dengan perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Indonesia. Skala data variabel ini adalah skala rasio. Rumus perhitungan tingkat inflasi triwulanan sebagai berikut :

(49)

2. Suku Bunga (X2)

Adalah tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu BI rate. Skala data variabel ini adalah skala rasio. Rumus perhitungan suku bunga triwulanan sebagai berikut :

Suku Bunga Triwulanan

=

3. Nilai Tukar (X3)

Adalah nilai tukar USD terhadap Rupiah yang diukur melalui nilai rata-rata tengah antara kurs jual dan kurs beli . Skala data variabel ini adalah skala rasio. Rumus perhitungan nilai tukar triwulanan sebagai berikut :

Nilai Tukar Triwulanan

=

4. Loan to Deposit Ratio (LDR) (X4)

Merupakan rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima bank atau juga bisa dikatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan kepada sumber likuiditasnya. Rumus perhitungan LDR sebagai berikut:

LDR = x100%

5. Return on Assets (LDR) (X5)

(50)

keseluruhan atau rasio profitabilitas yang menunjukkan kemampuan bank untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rumus Perhitungan ROA sebagai berikut:

ROA = x 100%

6. Capital Adequacy Ratio (CAR) (X6)

Merupakan rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank atau indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi kemampuan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktivanya yang berisiko. Rumusnya perhitungan CAR sebagai berikut:

CAR = x 100%

(51)

Keterangan:

= Standar Deviasi

Xi = Nilai ke-i

= Nilai rata-rata = Jumlah Observasi 3.5 Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode non probability sampling dengan cara

purposive sampling yaitu penentuan sampel dengan menggunakan karakteristik tertentu (Sugiyono, 2006:87).

Perusahaan yang menjadi populasi dalam penelitian ini sebanyak 4 perusahaan. Adapun kriteria penarikan sampel dalam penelitian ini adalah:

1. Perusahaan Perbankan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2010

2. Perusahaan Perbankan BUMN yang mempublikasikan laporan keuangan triwulan dan dalam satuan rupiah selama periode tahun 2007-2010.

(52)

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

No Kode Emiten Nama Perusahaan Terdaftar

1 BBMRI Bank Mandiri Tbk 14 Juli 2003

2 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk 25 November 1996 3 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk 10 November 2003 Sumber :www.idx.co.id (data diolah)

3.6 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif bersumber dari data sekunder. Data sekunder merupakan data yang berasal dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia mengenai data emiten, laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia, buku-buku referensi, jurnal-jurnal, majalah, internet dan literatur ilmiah lainnya yang berhubungan dengan topik bahasan penelitian.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan mengumpulkan data pendukung literatur, jurnal, dan buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia.

3.8 Teknik Analisis

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan metode analisis statistik.

3.8.1 Metode Analisis Deskriptif

(53)

objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas.

3.8.2 Metode Analisis Statistik

Penelitian ini menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh dari tingkat inflasi, suku bunga, nilai tukar,

Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Assets (ROA), dan Capital Adequacy Ratio (CAR)terhadap risiko investasi saham.

Model yang digunakan adalah sebagai berikut :

Dimana : Y = Risiko investasi saham a = Konstanta

X1 = Tingkat Inflasi X2 = Suku bunga X3 = Nilai Tukar X4 = LDR X5 = ROA X6 = CAR

= Koefisien regresi variabel X1 - X6 e = Standar error

(54)

program Software SPSS (Statistic Package for the Social Sciens) 17.00 for windo ws. Ada beberapa kriteria persyaratan asumsi klasik yang dipenuhi, yaitu :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng kiri atau menceng kanan.

Pengujian normalitas ini dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara lain:

1. Pendekatan Histogram

Untuk menguji normalitas data dapat dilihat dengan kurva normal. Kurva normal yaitu kur va yang memiliki ciri-ciri khusus, salah satu diantaranya adalah mean, mode dan median pada tempat yang sama. Ukuran kemiringan puncak kurva ke kiri atau ke kanan dikenal dengan nama “kemiringan kurva” atau “kemencengan kurva” (skewness). Kemencengan suatu kurva distribusi data dapat bertanda positif (arah kanan) atau bertanda negatif (arah kiri). 2. Pendekatan Grafik

(55)

Bila pola-pola titik yang terletak selain di ujung-ujung plot masih berbentuk linier, meskipun ujung-ujung plot agak menyimpang dari garis lurus, dapat dikatakan bahwa sebaran data adalah menyebar normal.

3. Pendekatan Kolmogorv-Smirnov

Alat uji ini digunakan untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal. Dasar pengambilan keputusan dari uji normalitas adalah:

1) Jika hasil di atas nilai signifikan (0,05) menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika hasil di bawah nilai signifikan (0,05) tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Situmorang dan Lufti, 2011:101-106). b. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama diantara anggota grup tersebut. Jika varians sama, dan ini seharusnya yang terjadi maka dikatakan homoskedastisitas. Sedangkan jika varians tidak sama dikatakan heteroskedastisitas.

(56)

yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi keputusan berdasarkan masukan variabel independennya (Situmorang dan Lufti, 2011:107).

Uji ini juga dapat dilakukan melalui uji Glejser, yaitu dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Apabila signifikansi> dari taraf nyata 5%, maka dianggap tidak terjadi masalah heterokedastisitas, dan begitu sebaliknya.

c. Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefenisiskan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deret waktu) atau ruang (seperti dalam data cross-section). Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya (Situmorang dan Lufti, 2011:120).

(57)

Tabel 3.2

Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No decision d ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4- dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif No decision 4 – du ≤ d ≤ 4- dl Tidak ada autokorelasi, positif

atau negatif

Tidak ditolak du < d < 4 – du Sumber : Situmorang dan Lufti (2011:126)

Keterangan: du = batas atas dl = batas bawah d. Uji multikolinieritas

Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Multikolinearitas sebagai fenomena sampel terutama muncul karena data yang dikumpulkan bukan percobaan, khususnya pada ilmu ekonomi. Untuk mendeteksi ada atau tidak adanya multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan Variance Inflation Factor

(VIF) dengan membandingkan sebagai berikut (Situmorang dan Lutfi, 2011:140) :

1. VIF > 5 maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas 2. VIF < 5 maka tidak terdapat multikolinieritas

3. Tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas 4. Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolinieritas.

3.8.3 Pengujian Hipotesis

(58)

Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima. Model pengujian yang dilakukan adalah uji-F dan uji-t.

1. Uji-F (Uji Sinifikansi Simultan)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

Bentuk pengujian:

1. Ho : b1=b2=b3= b4=b5=b6=0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara inflasi, suku bunga, nilai tukar,

Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Assets (ROA), dan

Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap risiko investasi saham perbankan BUMN di BEI.

2. Ha : b1 ≠b2≠b3≠b4≠b5≠b6≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara inflasi, suku bunga, nilai tukar, (Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Assets (ROA), dan

Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap risiko investasi saham perbankan BUMN di BEI.

Pada penelitian ini nilai Fhitung akan dibandingkan dengan Ftabel pada tingkat signifikan (α) = 5%. Kriteria penilaian Hipotesis pada uji-F:

(59)

2. Uji-t (Uji Sigifikansi Parsial)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel independen terhadap variasi variabel dependen secara parsial.

Bentuk pengujiannya adalah : a. b1 = Inflasi

Ho : b1 = 0, artinya inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi saham perbankan BUMN di Bursa Efek Indonesia.

Ha : b1 ≠ 0, artinya inflasi berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi saham perbankan BUMN di Bursa Efek Indonesia.

b. b2 = Suku Bunga

Ho : b2 = 0, artinya suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi saham perbankan BUMN di Bursa Efek Indonesia.

Ha : b2 ≠ 0, artinya suku bunga berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi saham perbankan BUMN di Bursa Efek Indonesia.

c. b3 = Nilai Tukar

Ho : b3 = 0, artinya nilai tukar tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi saham perbankan BUMN di Bursa Efek Indonesia.

Ha : b3 ≠ 0, artinya nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi saham perbankan BUMN di Bursa Efek Indonesia.

d. b4 = Loan to Deposit Ratio (LDR)

(60)

Ha : b4 ≠ 0, artinya LDR berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi saham perbankan BUMN di Bursa Efek Indonesia.

e. b5 = Return on Assets (ROA)

Ho : b5 = 0, artinya ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi saham perbankan BUMN di Bursa Efek Indonesia.

Ha : b5 ≠ 0, artinya ROA berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi saham perbankan BUMN di Bursa Efek Indonesia.

f. b6 = Capital Adequacy Ratio (CAR)

Ho : b6 = 0, artinya CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi saham perbankan BUMN di Bursa Efek Indonesia.

Ha : b6 ≠ 0, artinya CAR berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi saham perbankan BUMN di Bursa Efek Indonesia.

Pada penelitian ini nilai thitung akan dibandingkan dengan nilai ttabel

pada tingkat signifikan (α) = 5%. Kriteria pengambilan keputusan pada

uji-t ini adalah:

Ha ditolak (Ho diterima) jika : ttabel > thitung Ha diterima (Ho ditolak) jika : ttabel < thitung 3. Koefisien Determinasi

(61)

memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen. Untuk memastikan tipe hubungan antar variabel dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3

Hubungan Antar Variabel

Nilai Interpretasi

0,0 - 0,19 Sangat Tidak Erat

0,2 - 0,39 Tidak Erat

0,4 - 0,59 Cukup Erat

0,6 - 0,79 Erat

0,8 - 0,99 Sangat Erat

(62)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1) PT Bank Mandiri (Persero) Tbk

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank milik Pemerintah yaitu, digabungkan ke dalam Bank Mandiri. Pada tanggal 14 Juli 2003, Bank Mandiri melakukan penawaran saham perdana pada 14 Juli 2003 sebesar 20% atau ekuivalen dengan 4 Milliar lembar saham dengan kode BMRI.

Pada akhir tahun 2011, Pemerintah Republik Indonesia memegang 70% saham bank ini, sementara 30% saham selebihnya dimiliki oleh pemegang saham publik baik individu, institusi, domestik, dan asing. Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat, pada akhir tahun 2011 Bank Mandiri mempekerjakan 27.305 karyawan dengan 1.526 kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia dan 7 kantor cabang/perwakilan/anak perusahaan di luar negeri. Layanan distribusi Bank Mandiri juga dilengkapi dengan jaringan Electronic Data Capture

sebanyak 70.616 unit, serta electronic channels yang meliputi Mandiri

(63)

a) Visi

Menjadi lembaga keuangan Indonesia yang paling dikagumi dan selalu progresif.

b) Misi:

1. Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar. 2. Mengembangkan sumber daya manusia professional. 3. Memberi keuntungan yang maksimal bagi stakeholder. 4. Melaksanakan manajemen terbuka.

5. Peduli terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan.

2) PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

Perusahaan ini berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1996. Kepemilikan BNI saat itu masih 100% di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tanggal 25 November 1996, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk melakukan penawaran saham perdana dengan kode BBNI.

(64)

Dengan total aset senilai Rp 299,1 triliun dan lebih dari 23.639 karyawan pada akhir tahun 2011, BNI mengoperasikan jaringan pelayanan yang luas mencakup 1.364 outlet domestik dan 5 cabang luar negeri di New York, London, Tokyo, Hong Kong dan Singapura, 6.227 unit ATM milik sendiri, serta fasilitas Internet banking dan SMS banking yang memberikan kemudahan akses bagi nasabah.

a) Visi

Menjadi bank yang unggul, terkemuka dan terdepan dalam layanan dan kinerja.

b) Misi

1. Memberikan layanan prima dan solusi yang bernilai tambah kepada seluruh nasabah, dan selaku mitra pillihan utama (the bank choice).

2. Meningkatkan nilai investasi yang unggul bagi investor.

3. Menciptakan kondisi terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk berkarya dan berprestasi.

4. Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan dan sosial.

(65)

3) Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 16 Desember 1895 yang awalnya didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau "Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto", suatu lembaga keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi).

Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih 100% di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tanggal 10 November 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini dengan kode BBRI, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

(66)

Kas Bayar, 6 Kantor Mobil Bank, 193 P.POINT, 3.705 BRI UNIT, 357 Pos Pelayanan Desa, serta fasilitas Internet banking dan SMS banking

yang memberikan kemudahan akses bagi nasabah. a) Visi

Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah.

b) Misi

1. Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat. 2. Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan

kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dengan melaksanakan praktek good corporate governance.

Gambar

Tabel 1.1 Harga Penutupan Saham Perbankan BUMN Tahun 2007 s/d 2010
Tabel 1.2 Kinerja Perbankan BUMN Tahun 2007 s/d 2010
Gambar 2.1 Investasi Langsung dan Investasi Tidak Langsung
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang terakhir diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012

Jenis penelitian ini adalah penelitian ex-post facto yang bersifat kausalitas. Populasi dalam penelitian seluruh Mahasiswa STAIN Watampone Jurusan Syariah Program

Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar WUS tidak pernah melakukan pemeriksan IVA, walaupun sudah ada dukungan dari petugas kesehatan karena wanita usia

Pengusaha wajib membayar Upah kepada Pekerja/Buruh yang tidak masuk kerja atau tidak melakukan pekerjaannya karena menjalankan kewajiban ibadah yang diperintahkan oleh

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya penulisan skripsi yang berjudul “ ANALISIS KINERJA KEUANGAN

Hubungan antara otonomi kerja dengan kebahagiaan kerja pada industry kreatif, jurnal psikologi industry dan organisasi Vol 3 No. diakses pada Jumat, 21 Juli 2017 dari

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dan menyusun

Dalam penulisan ilmiah ini, penulis merencanakan 4 buah lampu lalu lintas yang menyala secara bergantian (terus-menerus) dan lampu penarangan jalan yang akan menyala pada saat