• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kolaborasi Pendidikan Salaf dan Modern di Pondok Pesantren

BAB IV HASIL PENELITIAN

E. Kolaborasi Pendidikan Salaf dan Modern di Pondok Pesantren

Keberadaan pesantren yang tetap survive sampai sekarang tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi umat Islam, ditengah arus globalisasi, individualisme, dan pola hidup materialistik yang kian mengental, pesantren masih konsisten menyuguhkan pengajaran kitab-kitab klasik dan sistem pendidikan yang oleh sebagian orang dianggap telah ketinggalan zaman. Hal ini justru membuktikan bahwa pesantren lahir dan berkembang seiring dengan derap langkah perubahan di dalam masyarakat.

Sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang muncul dan berkembang dari, oleh dan untuk masyarakat, pesantren pada hakikatnya merupakan bagian dari bentuk kultur keagamaan yang ada dimasyarakat. Karena bagaimanapun, proses alih pengetahuan nilai-nilai budaya suatu masyarakat pada hakikatnya merupakan bagian dari budaya mereka. Perkembangan pemahaman ajaran agama serta proses sosialisasi nilai-nilai agama menghadirkanpola budaya yang sangat beragam. Karena mudah dipahami bila muncul sejumlah model pendidikan Islam yang orientasi, metode dan sistemnya beraneka ragam. Dunia pesantren kini nampaknya ikut mengalami perubahan katergorisasi sistem pesantren tradisional dan modern atau kategorisasi sistem pembelajaran pesantren salfi dan khalafi tentunya tetap bertahan dan terus mengalami perkembangan dalam mengkolaborasikan pendidikan salafi dan modern. Diantara banyak pesantren yang melakukan kolaborasi dua sistem tersebut Pondok Pesantren Qotrun Nada merupakan salah satu contoh dari banyak pesantren

Pondok Pesantren Qotrun Nada sudah menginjak 17 tahun ini memberikan pembinaan dan pengembangan pendidikan agama, dan telah melahirkan banyak alumni yang tersebar diberbagai daerah,terutama diwilayah Depok bahkan ada juga yang ada diluar wilayah. Semua itu dapat dijadikan bahwa kajian historis yang mengembangkan bahwa pesantren Qotrun Nada telah berperan penting dalam pengembangan pendidikan agama Islam.

Pondok Pesantren Qotrun Nada seperti telah disebutan diawal, berdiri pada tahun 1997 didirikan oleh santri yang yang baru menyelesaikan pendidikan agamanya di pesantren dan gelar sarjana yaitu K.H Burhanudin Marzuki.

Berjalannya Pondok Pesantren Qotrun Nada tidak hanya mengembangkan pengajaran sistem pendidikan salafi, yaitu metode pengajaran secara tradisional dengan metode sorogan dan bandongannya, tetapi juga sekaligus mengembangkan sistem pendidikan atau pengajaran khalaf yaitu metode pengajaran dengan sistem klasikal.

Dalam sistem salaf tidak ada pembagian kedalam kelas-kelas dan tidak ada tingkatan. Dan dalam sistem klasikal yang sudah dikenal sejak tahun 1907 di Sumatera Barat dan baru kemudian di pesantren-pesantren Jawa, didasarkan pada pembagian kelas dan tingkatan-tingkatan pendidikan dan belajar di dalam kelas, setiap tingkatan kelas dapat ditempuh dalam waktu satu tahun dengan pembagian dua semester pada kurikulum sekarang,dan untuk menaiki tingkatan berikutnya harus ditempuh melalui proses evaluasi dengan bentuk ujian selam 1 tahun belajar.

Pesantren Qotrun Nada sama hal dengan pesantren lainnya, pada tahap awal berdinya pesantren hanya menerapkan system salafi (metodologi pendidikan tradisional), yang melestarikan pesantren dahulu. Namun seiring berjalannya setelah santri atau siswa yang belajar setiap tahunnya mengalami peningkatan, pesantren Qotrun Nada dalam waktu singkat sudah mulai menerapkan sistem modernisasi atau klasikal. para santri belajar di kelas-kelas menurut tingkatan pendidikannya.

Adapun faktor-faktor yang mendorong K.H Burhanudin Marzuki mengembangkan pesantren dengan mengkolaborasikan pendidikan salafi dan modern:

1. Seperti telah diungkapkan yaitu disamping didorong oleh rasa kewajiban menanamkan nilai-nilai Islam kedalam kehidupan masyarakat juga didorong oleh rasa kewajiban untuk melestarikan dan menyebarkan

ajaran-ajaran Islam sekaligus didorong oleh rasa keyakinan atau keimanan pengabdian (ibadah) kepada Allah.

2. Merespon keinginan orang tua yang ingin lebih mendalami pendidikan Islam untuk putra putrinya

3. K.H Burhanudin Marzuki, pengasuh Pondok Pesantren Qotrun Nada bukan hanya sebagai seorang ulama yang berlatar belakang pendidikan pesantren yang terfokus pada kitab kuning saja, tetapi juga beliau pernah mengikuti dan lulus berijazah madrash dan perguruan tinggi. oleh karena itu dengan mudah beliau merespon dan cepat beradaptasi dalam mengembangkan pondok pesantren dan juga terdorong oleh motivasi untuk memperahankan tradisi Ahlussunnah wal Jamaah.

Sedangkan K.H Burhanudin selain sebagai seorang ulama beliau juga sudah dua periode dari tahun 2005 sampai sekarang beliau adalah ketua PCNU kota Depok, sebagaimana kita ketahui ulama-ulama di kalangan Nahdlatul Ulama, dikenal sangat kuat berpegang kepada para imam mazhab, khususnya mazhab Imam Syafi’i. hal ini disadari bahwa tama jika ijtihad tidak dilakukan olehorang -orang yang memenuhi syarat justru akan merusak ajaran Islam itu sendiri. Kedua pra Imam Mazhab lebih dekat denga Rsulullah SAW. Bagaimanapun mereka lebih tahu dan lebih mengerti maksud dari ayat-ayat dan hadits. Dan ketiga kejujuran, keikhlasan dan ketaqwaan para imam mazhab itu tidak diragukan lagi.

Jadi pesantren Qotrun Nada mengembangkan kolaborasi pendidikan salafi dan modern disatu sisi sebagai respon terhadap perkembangan zaman dan juga mempunyai tujuan untuk dapat mempertahankan dan mengembangkan ide-ide ulama terdahulu. Tradisi kajian kitab-kitab kuning, karya para ulama adalah satu sisi yang harus dipertahankan.

Dari apa yang telah dipaparkan diatas mengenai respon Pesantren Qotrun Nada, jelas bahwa apa yang dilakukannya adalah menjaga generasi bangsa dengan paham agama yang benar, tidak membiarkan mereka terjerumus oleh

paham-paham agama yang tanpa disadari pemahaman itu merusak dan menggoyahkan aqidah.

Didalam Pesantren, K.H Burhanudin Marzuki merintis sebuah lembaga pendidikan madrasah, madrash inilah yang merupakan sistem dari modernnya. Dengan mengikuti system dari Pesantren beliau yaitu Darurrahman Jakarta dan juga pada awal perintisannya ditompang oleh para sahabat satu alumni bahkan sampai saat ini. Akan tetapi status pesantren yang didirikan bukan sebagai cabang dari pesantren Daruurahman Jakarta.

Setelah berjalan 3 tahun yakni tahun 2000 setelah beliau selalu mendapatkan bimbingan dari guru-gurunya maka dengn keyakinan yang kuat. Dari yang tadinya sama sistem pesantren dengan Darurrahman, kemudian melaksanakan dan mengelola pendidikan madrasah secara mandiri.

Mata pelajaran yang diberikan umumnya pelajaran agama seperti tafsi, hadits, iman tauhid, ilmu fiqih, praktek ibadah, bahasa arab dengan segala alatnya (Nahwu shorof) dan lain-lainnya.. Disamping itu diberikan pula ilmu yang tidak ada dibangku sekolah dengan harapan para santri dapat menerapkannya dimasyarakat ketika lulus nanti.85

Tingkatan kelas yang ada dimulai dari kelas 1 sampai kelas 6 dengan tingkatan Mts dan MA. Dan juga program Takhasus, kelas takhsus ini merupakan tingkatan kelas bagi mereka yang lulusan dari SMP kemudian masuk pesantren selama 3 tahun. Tahun ajaran dimulai pada bulan sy’ban sebagaimana kebiasaan sekolah agama. Setiap kelas diasuh oleh seorang guru dan dibantu oleh beberapa guru pembantu. Guru yang menjadi guru kelas tersebut sifatnya permanen dan berkesinambungan, artinya seorang guru mengasuh dari kelas satu terus melanjutkan asuhannya ke kelas 2 dan seterusnya. Sistem ini diterapkan dimaksudkan untuk menjaga kesinambungan materi yang disampaikan serta untuk memudahkan pengawasan dan pembinaan para santri atau siswa secara lebih baik. Dan sekaligus untuk memudahkan pengontrolan tingkat kemajuan santri.

85

Para santri untuk melanjutkan ke tingkatan berikutnya atau kenaikan kelas dilaksanakan melalui ujian, istilah pesantren dikenal dengan imtihan yang diambil dari bahasa arab. Ujian di pesantren dilaksanakan kurang lebih selama tiga minggu, diawali dengan pemeriksaan buku, dengan tujuan mengetahui kelengkapan catatan santri dan kitab yang dipelajari. Dilanjutkan dengan ujian lisan selama 1 minggu, pertama santri diwajibkan menjawab beberapa pertanyaan yang diberikan oleh guru, materi ujian lisan adalah, bahasa arab, bahasa inggris dan alqur’an. Konon untuk menjaga objektivitas penilaian hasil ujian, maka ujian dilakukan dengan cara santri maju untuk ujian maksimal 2 orang.

Diantara materi yang diuji lisankan:

MATERI AL-QUR’AN

1.Al-Qur’an

a. Tajwid

b. Qira’atul Kutub

1. Kelas I : Bab Whudu(Safinah)

2. Kelas II : Bab Whudu (Taqrib)

3. Kelas III : Bab Whudu (Fathul Qarib)

4. Kelas IV : Bab Whudu (Fathul Qarib)

5. Kelas V : Bab Shalat (Fathul Mu’in) 6. Kelas VI : Bab Haji (I’anatutthalibin)

7. Kelas THS I : Bab Whudu (Taqrib)

8. Kelas THS II : Bab Whudu (FathulQarib) 9. Kelas THS III : Bab Haji (I’anatutthalibin)

c. HafalanDo’a-Do’a

1. Kelas I : Do’a Harian, Qunut

2. Kelas II : Do’a Harian, AnggotaWudhu

3. Kelas III : Do’a Harian, Duha, Tahajud, dll 4. Kelas IV : Do’a SholatDuha, Tahajud, dll

5. Kelas V : Do’a SholatDuha, Tahajud, Ma`had

7. Kelas THS I : Do’a Harian, Qunut, Setelahbaca Al Qur`an 8. Kelas THS II : Do’a SholatDuha, Tahajud, Ma`had

9. Kelas THS III : Do’a Ma`had, Tahlil, Kamilin

d. HafalanJuz’Amma

1. Kelas I : An-Naas Al-Humazah

2. Kelas II : Al-Lail Al-Fajr

3. Kelas III : Al-Buruj Al-Muthofifin

4. Kelas IV : An NajiyatAl-Insan

5. Kelas V : Al Muzammil Al Ma`arij

6. Kelas VI : Al Muzammil Al Ma`arij

7. Kelas THS I : An-Naas Al-Humazah

8. Kelas THS II : Al-LailAl-Fajr 9. Kelas THS III : Juz 30

e. Praktek Ibadah

a. Kelas I : WudhudanDo`anya

b. Kelas II : Thaharah (MandiWajib&Tayamum) c. Kelas III : Sholat Lima Waktu & Bacaannya d. Kelas IV : Sholat Ghaib & Bacaannya

e. Kelas V : Mengurusi Mayit

f. Kelas VI : Praktek Haji &MengurusiMayit g. Kelas THS I : Thaharah (MandiWajib&Tayamum)

h. Kelas THS II : MengurusiMayit

i. Kelas THS III : Praktek Haji & Mengurusi Mayit

2. BAHASA ARAB

a. Muhawarah(Percakapan) b. Mahfudzot

1. Kelas I : Man Jaddawa Jada s/d KhoirulUmuri

2. Kelas II : Al-HassuAlatta`allumi s/d Attawaddo`u

3. Kelas III : ImtihazulFursoti

4. Kelas IV : Fimadi Safar s/d FilHikami

6. Kelas VI :-

7. Kelas THS I : Man JaddaWa Jada s/d Latu`akhirAmalaka 8. Kelas THS II : Al AdabulMujalasati s/d Al-Hikamu 9. Kelas THS III :-

c. Muthola’ah

1. Kelas I : AyamulUsbu`I s/d Manafi`ulA`doi

2. Kelas II : Al-Hariku s/d Al-AsadduWalFa`ru

3. Kelas III : Al HammatuAnnamlatu

4. Kelas IV :AnniatuTiflin s/d Al-Tu`ahiduni

5. Kelas V : Ayulwafa s/d NukronulJamilu

6. Kelas VI : -

7. Kelas THS I : Al- Adabu s/d MalabisulJismi 8. Kelas THS II : Al-Harikuywa Al-Asaddu 9. Kelas THS III : -

d. Nahwu

1. Kelas II : Jumlah Mufidah s/d Fail

2. Kelas III : Isim Mu`tal Akhir

3. Kelas IV : MubtdaKhobar s/d FiilMudhore

4. Kelas V : Mubtada wa Khobar s/d Jumlah Fi`liyah

5. Kelas VI : Materi dari kelas dua

6. Kelas THS I : Jumlah Mufidah s/d Isim, Fiil, Huruf 7. Kelas THS II : MubtadaKhobar s/d FiilMudore 8. Kelas THS III : materi dari kelas Ths 1

e. Shorof

1. Kelas II : IlmuShorof s/d Sigot

2. Kelas III : FiiTasrifil Af``alulMadi

3. Kelas IV : -

4. Kelas V :-

5. Kelas VI : materi dari kelas 2

6. Kelas THS I : IlmuShorof s/d Al-Fi`lu 7. Kelas THS II : ShohihWaMu`tal

8. Kelas THS III : materi dari keals 1

f. Mufrodat (Kosa Kata)

Kosakata yang telah diberikan pada waktu pemberian kosakata di pagi hari dan kosa kata yang biasa diucapkan.86

Qotrun Nada hanya ada tingkatan Mts dan MA, karena materi pelajaran hampir seluruhnya keagamaan dan system pengajaran yang menekankan metode menghafal seperti telah dijelaskan, pada dasarnya sulit untuk membedakannya. Pelaksanaan waktu belajar yang dimulai dari santri setelah shalat subuh sampai malam hari adalah jelas merupakan cikal bakal pelembagaan madrasah dan pesantren seperti yang ada sekarang ini. Madrasah dilakukan pada pagi hari dan pesantren sore dan malam hari.

Dengan demikian apa yang dipaparkan di atas, bahwa meskipun pesantren Qotrun Nada telah menyesuaikan diri dengan perubahan zaman pendidikan madrasah namun masih terbatas pada klasika, sedangkan dari segi materi pelajaran maupun system pengajaran pada tahap awal ini masih bersifat traqdisional. Dari segi materi belum memasukkan pengetahuan umum secara maksimal ke dalmnya kecuali sedikit mengenai ilmu pengetahuan social yang diberikan guna melengkapi pengetahuan ssosial yang diberikan guna melengkapi pengetahuan santri dalam bermasyarakat, dan itupun masih dalam bentuk yang sederhana. Dan dari system pengajaran masih menekankan pada metode tradisional, yakni menekankan metode hafalan.

Dari masa ke masa pesantren Qotrun Nada terus mengalami perkembangan kearah yang lebih maju dan lebih modern, baik dari sarana dan prasarana. Maupun dari segi sistem pendidikan dan pengajarannya. Terbukti minat masyarakat untuk menitip putra putrinya di pesantren semakin meningkat.

Dengan dikembangkannya pelaaksanaan kolaborasi pendidikan salafi dan moderan yaitu perpaduan antara system persekolahan dan system pesantren, terjadi perubahan orientasi yaitu diarahkan kepada pemahaman dan penguasaan disiplin ilmu secara menyeluruh yaitu ilmu agama dan ilmu umum.

86

Dengan dikembangkannya kolaborasi pendidikan ini, telah menjadikan pesantren Qotrun Nada tetap istiqomah. Pendidikan di sekolah terus berkembang dan lembaga pesantren dengan kajian kitab-kitab kuningnya tetap berjalan. Dan pesantren tetap mampu bertahan. Para santripun dengan dengan bebas dan mempunyai hak sama dengan sekolah-sekolah umum yang lain untuk memasuki perguruan-perguruan tinggi umum maupun perguruan tinggi keagamaan, negeri ataupun swasta.

Dengan dikembangkannya kolaborasi ini jumlah santri dari tahun ke tahun terus meningkat. Minat masyarakat menyekolahkan anak-anak mereka di lingkungan pesantren yang terus meningkat ini membuktikan bahwa perhatian dan respon masyarakat tetap tinggi. Masyarakat masih mengharapkan bahwa dengan sekolah di lingkungan pesantren, anak-anak mereka dapat dibina dengan lebih baik, baik dari segi ibadah ataupun akhlaknya.

F. Sistem Pengajaran, Kurikulum, Evaluasi dan Managemen

Dokumen terkait