• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA A. Sekolah dalam Sistem Pendidikan

D. Komite Sekolah

1. Kedudukan dan Sifat Komite Sekolah

Menurut Keputusan Menteri Nomor 044/U/2002 tanggal 2 April 2002, komite sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada jalur pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekola h (dunia guru/index html#forum, 2 September 2006). Nama komite sekolah disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing- masing satuan pendidikan, seperti komite sekolah, dewan sekolah, majelis sekolah,

majelis madrasah, komite sekolah TK atau nama lain yang disepakati. BP3, komite sekolah, dan atau majelis sekolah yang sudah ada dapat memperluas fungsi, peran, dan keanggotaan.

Komite sekolah berkedudukan di satuan pendidikan, baik sekolah maupun luar sekolah. Satuan pendidikan dalam berbagai jenjang, jenis, dan jalur pendidikan, mempunyai penyebaran lokasi yang sangat beragam. Ada sekolah tunggal dan ada sekolah swasta yang didirikan oleh yayasan penyelenggara pendidikan. Oleh karena itu, menurut (www.waspada.co.id/serba_serbi/pendidikan/artikel.php?article id=66947, 17 November 2006) komite sekolah dapat dibentuk dengan beberapa alternatif, yaitu, a) komite sekolah yang dibentuk di satu satuan pendidikan, satuan pendidikan sekolah yang siswanya dalam jumlah banyak atau sekolah khusus seperti sekolah luar biasa, termasuk dalam kategori yang dapat membentuk komite sekolah sendiri, b) komite sekolah yang dibentuk untuk beberapa satuan pendidikan sekolah yang sejenis, misalnya beberapa sekolah dasar yang terletak di dalam satu kompleks atau kawasan yang berdekatan dapat membentuk satu komite sekolah,

c) komite sekolah yang dibentuk untuk beberapa satuan pendidikan yang berbeda jenis dan jenjang pendidikan dan terletak di dalam satu kompleks atau kawasan yang berdekatan, sebagai contoh, ada satu kompleks pendidikan yang terdiri dari satuan pendidikan TK, SD, SLB, dan SMU dan bahkan SMK dapat membentuk satu komite sekolah, dan d) komite sekolah yang dibentuk untuk beberapa jenis dan jenjang

pendidikan milik atau dalam pemb inaan atau yayasan penyelenggaraan pendidikan, misalnya, sekolah-sekolah di bawah lembaga pendidikan Muhammadiyah, Al azhar, sekolah Katholik, sekolah Kristen dan sebagainya.

Komite sekolah merupakan badan yang bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan sekolah maupun lembaga pemerintah lainnya. Komite sekolah dan sekolah memiliki kemandirian masing- masing, tetapi tetap sebagai mitra yang harus saling bekerja sama sejalan dengan konsep manajemen berbasis sekolah (MBS). Menurut Satori dan Fatah (2001: 99) pembentukan komite sekolah dimaksudkan agar adanya suatu organisasi masyarakat sekolah yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap peningkatan kualitas sekolah. Komite sekolah yang dibentuk dapat dikembangkan secara khas dan berakar dari budaya, demografis, ekologis, nilai kesepakatan, serta kepercayaan yang dibangun sesuai potensi masyarakat setempat. Oleh karena itu, komite sekolah ya ng dibangun harus merupakan pengembangan kekayaan filosofis masyarakat secara kolektif. Hal itu berarti bahwa sekolah mengembangkan konsep yang berorientasi kepada pengguna berbagai kewenangan dan kemitraan yang difokuskan pada peningkatan mutu pelayanan pendidikan.

2. Tujuan Pembentukan Komite Sekolah

Tujuan dibentuknya komite sekolah sebagai suatu organisasi masyarakat sekolah yaitu, a) mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan

prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan, b) meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan, dan c) menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan (www.smkn 1.cms.sch.id/ind/profil4.html, 17 November 2006).

3. Peran dan Fungsi Komite Sekolah

Keberadaan komite sekolah harus bertumpu pada landasan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan hasil pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, pembentukannya harus memperhatikan pembagian peran sesuai pasisi dan otonomi yang ada. Adapun peran yang dijalankan komite sekolah menurut Maryati (2006: 38) adalah, a) pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan di satuan pendidikan, b) pendukung, baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan, c) pengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan, dan d) mediator antara pemerintah dengan masyarakat di satuan pendidikan. Untuk menjalankan perannya, komite sekolah memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Fungsi ini dimulai dengan

mengadakan kegiatan inovatif untuk meningkatkan kesadaran dan komitmen masyarakat. Komite sekolah membantu sekolah dalam menciptakan hubungan dan kerjasama antara sekolah, orang tua, dan masyarakat.

b. Melakukan kerjasama dengan masyarakat dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Dalam kaitannya dengan fungsi manajemen pendidikan, koordinasi, keterlibatan serta partisipasi merupakan kegiatan yang penting dalam perencanaan. Untuk itu, komite sekolah melakukan kerjasama dengan masyarakat, orang tua murid, dan pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan peran serta aktif dan tanggung jawab masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan. Pemerintah berfungsi sebagai penyeimbang melalui pemberian subsidi bantuan bagi sekolah-sekolah pada masyarakat yang benar-benar kurang mampu, memberikan kewenangan kepada sekolah untuk mengatur dan mengelola sekolah.

c. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat. Komite sekolah sebagai jembatan antara sekolah dan masyarakat akan terbantu jika dibuka kesempatan bagi masyarakat luas untuk ikut memikirkan pendidikan di sekolah. Masyarakat dapat menyampaikan ketidakpuasannya kepada komite sekolah sehingga komite sekolah dapat menyampaikannya kepada sekolah untuk mendapaptkan tindaklanjut dan perbaikan.

d. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai kebijakan dan program pendidikan, Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS), kriteria kinerja satuan pendidikan, kriteria tenaga kependidikan, kriteria fasilitas pendidikan dan hal- hal lain yang terkait dengan pendidikan sehingga menjadi perhatian bagi pengambil kebijakan yang selanjutnya akan dilakukan perbaikan bagi kebijakan dan program pendidikan.

e. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan. Partisipasi orang tua murid dan masyarakat sangat tergantung pada pendekatan dan metodenya. Memberikan kesempatan berdiskusi secara luas, mengikutsertakan sebanyak-banyaknya dalam semangat kesetaraan, dan memperbanyak frekuensi perjumpaan personal dengan anggota masyarakat dapat menjadi jalan yang baik untuk meningkatkan partisipasi dalam pendidikan.

f. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Sekolah yang terbuka bagi sumbangan pemikiran dari masyarakat akan merasa dan menikmati, sehingga mereka akan bertanggung jawab untuk keberhasilan pendidikan. Dengan demikian, segala sesuatu yang mereka miliki baik dalam bentuk uang, barang, tenaga, dan pikiran akan mereka sumbangkan untuk kepentingan pendidikan.

g. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satua n pendidikan. Komite sekolah melakukan fungsi kontrol terhadap proses perencanaan pendidikan serta terhadap proses pengambilan keputusan dan perencanaan pendidikan di sekolah, termasuk kualitas kebijakan yang ada. Yang juga penting yaitu melihat keberhasilan keluaran pendidikan antara lain terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, peningkatan angka tenaga kerja, dan situasi dan kondisi yang kondusif (Depdiknas, 2005: 32-35)

Komite sekolah sesuai dengan peran dan fungsinya, melakukan akuntabilitas dengan menyampaikan hasil kajian pelaksanaan program sekolah kepada pelaku secara periodik, baik yang berupa keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran program sekolah dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban bantuan masyarakat baik berupa materi (dana, barang tak bergerak maupun barang bergerak), maupun non materi (tenaga dan pikiran) kepada masyarakat dan pemerintah setempat (Maryati, 2006: 39).

4. Organisasi Komite Sekolah

Menurut Depdiknas (2002: 24) keanggotaan komite sekolah berasal dari unsur-unsur yang ada dalam masyarakat. Di samping itu, unsur dewan guru, yayasan/lembaga penyelenggara pendidikan, Badan Pertimbangan Desa dapat pula dilibatkan sebagai anggota. Anggota komite sekolah dari

a) perwakilan orang tua/wakil peserta didik berdasarkan jenjang kelas yang dipilih secara demokratis, b) tokoh masyarakat (ketua RT/RW, kepala dusun, ulama, budayawan, dan pemuka adat), c) anggota masyarakat yang mempunyai perhatian atau dijadikan figur dan mempunyai perhatian untuk meningkatkan mutu pendidikan, d) pejabat pemerintah setempat (kepala desa/lurah, kepolisian, koramil, depnaker, kadin, dan instansi lain), e) dunia usaha/industri (pengusaha industri, jasa, dan asosiasi), f) organisasi profesi tenaga pendidikan (PGRI dan ISPI (Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia)), g) perwakilan forum alumni SD/SLTP/SMU/SMK yang telah dewasa dan mandiri, dan h) perwakilan siswa bagi tingkat SLTP/SMU/SMK yang dipilih secara demokratis berdasarkan jenjang kelas. Anggota komite sekolah yang berasal dari unsur dewan guru, yayasan/lembaga penyelenggara pendidikan, Badan Pertimbangan Desa sebanyak-banyaknya berjumlah tiga orang. Jumlah anggota komite sekurang-kurangnya sembilan orang dan jumlahnya gasal. Syarat-syarat, hak, dan kewajiban, serta masa keanggotaan komite sekolah ditetapkan di dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga.

Pengurus komite sekolah ditetapkan berdasarkan AD/ART yang sekurang-kurangnya terdiri atas seorang ketua, sekretaris, bendahara, dan bidang-bidang tertentu sesuai dengan kebutuhan. Pengurus komite dipilih dari dan oleh anggota secara demokratis. Khusus jabatan ketua komite bukan berasal dari kepala satuan pendidikan. Jika diperlukan, dapat diangkat petugas khusus yang menangani urusan administrasi komite

sekolah dan bukan pegawai sekolah, berdasarkan kesepakatan rapat komite sekolah. Pengurus komite sekolah adalah personal yang ditetapkan berdasarkan kriteria, a) dipilih dari dan oleh anggota secara demokratis dan terbuka dalam musyawarah komite sekolah, b) masa kerja ditetapkan oleh musyawarah anggota komite sekolah, dan c) jika diperlukan pengurus komite sekolah dapat menunjuk atau dibantu oleh tim ahli sebagai konsultasi sesuai dengan bidang keahlian.

Mekanisme kerja pengurus komite sekolah dapat diidentifikasikan dengan, a) pengurus komite sekolah terpilih bertanggung jawab kepada

musyawarah anggota sebagai forum tertinggi sesuai AD dan ART, b) pengurus komite sekolah menyusun program kerja yang disetujui

melalui musyawarah anggota yang berfokus pada peningkatan mutu pelayanan pendidikan peserta didik, c) apabila pengurus komite sekolah terpilih dinilai tidak produktif dalam masa jabatannya, maka musyawarah anggota dapat menghentikan dan mengganti dengan kepengurusan baru, dan d) pembiayaan pengurus komite sekolah diambil dari anggaran komite sekolah yang ditetapkan melalui musyawarah.

Komite sekolah wajib memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang memuat, a) nama dan tempat kedudukan, b) dasar, tujuan, dan kegiatan, c) keanggotaan dan kepengurusan, d) hak dan kewajiban anggota dan pengurus, e) keuangan, f) mekanisme kerja dan rapat-rapat, dan g) perubahan AD dan ART, serta pembubaran organisasi. Anggaran Rumah Tangga sekurang-kurangnya memua t, a) mekanisme

pemilihan dan penetapan anggota dan pengurus, b) rincian tugas komite

sekolah, c) mekanisme rapat, d) kerjasama denagn pihak lain, dan e) ketentuan penutup.

Dokumen terkait