• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fungsi komite sekolah dalam pengembangan sekolah di SMU/K se-Kabupaten Sleman - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Fungsi komite sekolah dalam pengembangan sekolah di SMU/K se-Kabupaten Sleman - USD Repository"

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)

FUNGSI KOMITE SEKOLAH DALAM PENGEMBANGAN SEKOLAH DI SMU/K SE-KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh:

Monica Hendrati Saptorini NIM: 031324010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

? Allah Tritunggal Maha Kudus, Bapa, Putera, dan Roh Kudus (†)

? Bunda Maria Pelindungku

? Bapak dan Ibuku tercinta

(Joseph Kasmin Suryaharjana, BBA dan Margaretha Marsinah)

? Kedua Kakakku

(5)

v MOTTO

(6)
(7)

vii ABSTRAK

FUNGSI KOMITE SEKOLAH DALAM PENGEMBANGAN SEKOLAH DI SMU/K SE-KABUPATEN SLEMAN

Monica Hendrati Saptorini Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis fungsi komite sekolah dalam rangka mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, (2) menganalisis fungsi komite sekolah dalam rangka melakukan kerjasama dengan masyarakat dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, (3) menganalisis fungsi komite sekolah dalam rangka menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat, (4) menganalisis fungsi komite sekolah dalam rangka memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan, (5) menganalisis fungsi komite sekolah dalam rangka mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan, (6) menganalisis fungsi komite sekolah dalam rangka menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan, dan (7) menganalisis fungsi komite sekolah dalam rangka melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan.

Penelitian ini dilaksanakan di SMU/K se-Kabupaten Sleman. Teknik pengambilan sampel menggunakan Quota Sample, sampel yang diambil sebanyak 30 sekolah. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan korelasi Product Moment dengan taraf signifikansi 5%. Permasalahan dijawab menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II.

(8)

viii

ABSTRACT

THE FUNCTION OF SCHOOL COMMITTEE IN DEVELOPING SENIOR HIGH SCHOOLS AND VOCATIONAL SCHOOLS IN SLEMAN

REGENCY

Monica Hendrati Saptorini Sanata Dharma University

Yogyakarta 2007

The purposes of this research are to analyze the function of school committee in : (1) developing the awareness and society’s commitment in order to run the qualified education; (2) building cooperation between society and government in order to run the qualified education; (3) accepting and analyzing critics, ideas, and demand purposed by the society; (4) giving input, consideration, recommendation to a unit of education; (5) encouraging parents and society to take a part actively in increasing the quality of education in order to cover education spread out among society; (6) raising fund to support education; (7) evaluating and controlling the policy, programs, management, and the out of education.

This research was conducted in senior high schools and vocational high schools in Sleman Regency. The samples of this research were 30 schools. The techniq ue of samples drawing was Quota Sample. The technique of data collection was questionnaire. The technique of data analysis was product moment correlation with the level of significance 5%. Problems solved by applying the Reference of Directive Assessment Type II.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala petunjuk, kekuatan, dan kuasa kasih-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi dengan judul “FUNGSI KOMITE SEKOLAH DALAM PENGEMBANGAN SEKOLAH DI SMU/K SEKABUPATEN SLEMAN” ini, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, karena bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

2. Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma

3. Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi

(10)

x

5. Y.M.V. Mudayen, S.Pd selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar membimbing, membantu, dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

6. Pak Rubi, Pak Indra, Bu Wiga ti, Bu Catur, dan segenap dosen, “Terimakasih atas ilmu dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama perkuliahan”.

7. Pak Joko Wicoyo, “Terimakasih atas bimbingan dan bantuannya dalam pembuatan abstrak”.

8. Mbak Titin, yang sudah membantu kelancaran dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Seluruh staf dan karyawan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu kelancaran dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Pak Broto yang dengan kerelaannya membantu, membimbing, dan memotivasi penulis sehingga skripsi ini bisa selesai “terimakasih atas bantuannya menyelesaikan skripsi ini, semoga Tuhan memberkati!”. 11.Kedua orangtuaku yang selalu mengiringi langkah hidupku dengan

doa. “Terimakasih atas semua yang kalian berikan padaku, hanya ini yang bisa aku berikan pada kalian, Aku yakin kalian bangga padaku.”

12.Kedua kakak tercintaku Mas Hendro dan Mbak Erma yang tak henti-hentinya membantu dan me motivasi aku untuk terus maju.

13.Sahabatku Nining dan Urbanus yang tak terpisahkan. ”Jangan lupakan

persahabatan yang telah kita jalin selama ini, kalo nikah jangan lupa

(11)

xi

14. Teman-teman yang wisuda bareng, Mb’Sandi, Yuyun, Nining,

Urbanus, Pipit, Ningsih, Meta, Ika, Riska, “We are the Champions, my friends!!!”

15. Teman-teman Pendidikan Ekonomi ’03: R atna, I stadi, Lius, K atrin,

N anik, R ino, Gathot, Andika, Diah, W ayah, T asya, H eri, Wisnu,

Bona, R M . Fredy, H endra, Asih, Alex, I an, Asti, K oko, I snani, Y ues,

Okta, “Kalian teman-teman yang baik, aku bahagia mengenal kalian. Rasa senang, marah, emosi, bangga, dan sedih pernah menemani kita selama lebih dari 4 tahun, semoga kebersamaan ini selalu kita ingat sepanjang hidup. Ayo, kalian harus terus berjuang!!!”.

16.Temanku Huta dimanapun sekarang berada, yang telah memotivasi dan memberi semangat untuk menyelesaikan skripsiku. “Aku menepati janjiku wisuda November…!!Semoga Tuhan selalu menuntun langkah hidupmu. Amin. Sukses ya..!”

17.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang juga telah mendukung dan memberikan dorongan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan kemajuan selanjutnya. Akhir kata, semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, Juli 2007

(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HAlAMAN MOTTO... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... viii

ABSTRAK... ix

ABSTRACT... x

KATA PENGANTAR... xi

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR TABEL... xvi

BAB I Pendahuluan... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian... 7

BAB II Tinjauan Pustaka... 9

A. Sekolah Dalam Sistem Pendidikan ... 9

(13)

xiii

C. Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan... 16

D. Komite Sekolah... 18

1. Kedudukan dan Sifat Komite Sekolah... 18

2. Tujuan Dibentuk Komite Sekolah... 20

3. Peran dan Fungsi Komite Sekolah... 21

4. Organisasi Komite Sekolah... 24

E. Komite Sekolah Dalam Manajemen Berbasis Sekolah... 27

BAB III Metode Penelitian... 31

A. Jenis Penelitian... 31

B. Lokasi Penelitian... 31

C. Subjek dan Objek Penelitian... 32

D. Jenis Data ... 32

E. Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

F. Teknik Pengumpulan Data... 33

G. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 36

H. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian ... 38

1. Pengujian Validitas ... 38

2. Pengujian Reliabilitas... 40

I. Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV Gambaran Umum... 43

A. Gambaran Umum Kabupaten Sleman... 43

1. Letak Dan Luas Wilayah... 43

(14)

xiv

3. Topografi ... 46

4. Tata Guna ... 48

5. Sejarah Kabupaten Sleman... 48

B. Gambaran Umum Sekolah-Sekolah Di Kabupaten Sleman... 49

1. Sekolah Menengah Umum dan Sekolah Menengah Kejuruan Di Kabupaten Sleman... 49

2. Perkembangan Pendidikan Di Kabupaten Sleman... 53

BAB V Analisis Data dan Pembahasan... 58

A. Pengujian Instrumen... 58

1. Pengujian Validitas ... 58

2. Pengujian Reliabilitas... 63

B. Analisis Data ... 64

C. Pembahasan... 76

BAB VI Kesimpulan, Keterbatasan Penelitian, dan Saran... 89

A. Kesimpulan... 89

B. Keterbatasan Penelitian... 91

C. Saran... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94

LAMPIRAN A. Lampiran I Kuesioner... 97

B. Lampiran II Data Primer ... 105

C. Lampiran III Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 134

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel III. 1 Kisi-Kisi Item Pertanyaan untuk Memperoleh Data

Mengenai Fungsi Komite Sekolah dalam

Pengembangan Sekolah... 34

Tabel IV. 1 Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman ... 44

Tabel IV. 2 Tata Guna Tanah di Kabupaten Sleman Tahun 1995–2000 .... 48

Tabel IV. 3 Daftar Nama SMU/K Negeri dan Swasta di Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman Tahun 2005 ... 50

Tabel IV. 4 Perkembangan Jumlah Kelas untuk SD, SMP, SMU, dan SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Sleman Tahun 1999/2000-2004/2005 ... 54

Tabel IV. 5 Perkembangan Jumlah Siswa SD, SMP, SMU, dan SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Sleman Tahun 1999/2000-2004/2005 ... 54

Tabel IV. 6 Kelompok Guru Menurut Statusnya ... 55

Tabel IV. 7 Kelompok Guru Menurut Pangkat/Golongannya ... 55

Tabel IV. 8 Kelompok Guru Menurut Tingkat Pendidikannya... 56

Tabel IV. 9 Kondisi Sarana dan Prasarana Sekolah di Kabuptan Sleman Tahun 2005... 56

Tabel IV. 10 Daftar Nama-Nama Sampel Sekolah ... 57

Tabel IV. 11 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58

Tabel IV. 12 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 58

Tabel IV. 13 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 59

(17)

xvii

Tabel V. 2 Validitas Variabel Melakukan Kerjasama dengan Masyarakat dan Pemerintah Berkenaan dengan

Penyelenggaraan Pendidikan yang Bermutu... 62 Tabel V. 3 Validitas Variabel Menampung dan Menganalisis Aspirasi,

Ide, Tuntutan, dan Kebutuhan Pendidikan yang Diajukan oleh Masyarakat ... 63 Tabel V. 4 Validitas Variabel Memberikan Masukan, Pertimbangan,

dan Rekomendasi Kepada Satuan Pendidikan... 63 Tabel V. 5 Validitas Variabel Mendorong Orangtua dan Masyarakat

Berpartisipasi dalam Pendidikan Guna Mendukung

Peningkatan Mutu dan Pemerataan Pendidikan... 64 Tabel V. 6 Validitas Variabel Menggalang Dana Masyarakat dalam

Rangka Pembiayaan Penyelenggaraan Pendidikan... 64 Tabel V. 7 Validitas Variabel Melakukan Evaluasi dan Pengawasan

Terhadap Kebijakan, Program, Penyelenggaraan, dan

Keluaran Pendidikan... 65 Tabel V. 8 Reliabilitas Instrumen ... 66 Tabel V. 9 Mendorong Tumbuhnya Perhatian dan Komitmen

terhadap Penyelenggaraan Pendidikan yang Bermutu... 67 Tabel V. 10 Melakukan Kerjasama dengan Masyarakat dan Pemerintah

Berkenaan dengan Penyelenggaraan Pendidikan yang

Bermutu... 68 Tabel V. 11 Menampung dan Menganalisis Aspirasi, Ide, Tuntutan, dan

Kebutuhan Pendidikan yang Diajukan oleh Masyarakat ... 70 Tabel V. 12 Memberikan Masukan, Pertimbangan, dan Rekomendasi

Kepada Satuan Pendidikan... 71 Tabel V. 13 Mendorong Orangtua dan Masyarakat Berpartisipasi dalam

Pendidikan Guna Mendukung Peningkatan Mutu dan

Pemerataan Pendidikan... 72 Tabel V. 14 Menggalang Dana Masyarakat dalam Rangka Pembiayaan

Penyelenggaraan Pendidikan... 74 Tabel V. 15 Melakukan Evaluasi dan Pengawasan terhadap Kebijakan,

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sekolah merupakan tempat pendidikan bagi masyarakat. Di sekolah, anak-anak generasi penerus bangsa memperoleh ilmu pengetahuan, pendidikan sikap serta keterampilan untuk hidup berharkat dan bermartabat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk dapat memberikan pelayanan pendidikan yang berkualitas, sekolah harus dapat menjalin kerjasama sinergis antara keluarga dan masyarakat. Kerjasama yang sinergis diperlukan untuk menciptakan proses pembelajaran dan pengajaran yang nyaman dan menyenangkan, agar peserta didik menjadi manusia yang berpendidikan dan berkualitas. Jika seluruh komponen masyarakat dapat bekerjasama untuk menduk ung proses pembelajaran dan pengajaran yang demikian, peserta didik akan berhasil dalam menempuh pendidikannya, bukan hanya dalam mencapai jenjang pendidikan yang dicita-citakan tetapi juga berhasil dalam kehidupan yang akan dijalani.

(19)

dengan kebijakan otonomi daerah yang memberikan tempat bagi sekolah sebagai pemegang kewenangan dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan. Pelaksanaan pendidikan di daerah tidak hanya diserahkan kepada kabupaten/kota, melainkan juga dalam beberapa hal telah diberikan kepada sekolah. Dengan demikian, keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, melainkan juga pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat (Depdiknas, 2002: 2).

(20)

Pelaksanaan perubahan konsep komite sekolah memerlukan proses yang bertahap dari waktu ke waktu, yaitu dimulai dari tingkat menyadarkan perlunya fungsi komite sekolah baik kepada masyarakat maupun penyelenggara pendidikan sebagai peluang partisipasi masyarakat di bidang pendidikan. Tingkatan selanjutnya yaitu menyebarluaskan konsep pelibatan publik dalam komite sekolah kepada masya rakat dan penyelenggara pendidikan. Tingkatan terakhir yaitu penyelenggara pendidikan melakukan konsultasi kemasyarakat untuk mendapat masukan dalam proses penetapan kebijakan. Kerjasama segenap potensi yang ada dalam masyarakat secara sinergis dalam bentuk saran dengan penyelenggara pendidikan memutuskan kebijakan dan pada tingkat tertinggi adalah ketercapaian rasa saling memiliki bahwa komite sekolah sebagai tempat pemecahan masalah bersama yang dihadapi dalam penyelenggaraan pendidikan.

Namun, ada anggapan bahwa komite sekolah menjadi masalah baru bagi orang tua siswa karena komite sekolah dianggap sebagai faktor utama yang menyebabkan mahalnya biaya sekolah. Kehadiran komite sekolah tidak disambut dengan antusias oleh orang tua murid dan masyarakat karena ada anggapan bahwa komite sekolah tidak lain sebagai wujud baru dari Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan (BP3) yang me miliki stigma sebagai stempel sekolah untuk meminta dana pada wali murid (Maryati, 2006: 38).

(21)
(22)

menjadi komite sekolah atau membentuk komite sekolah dengan menunjuk orang tua yang dianggap bisa bekerjasama dengan kepala sekolah.

Komite sekolah seharusnya mencerminkan peran serta masyarakat dalam memajukan pendidikan. Oleh karena itu, komite sekolah dibentuk untuk diberdayakan sebagai pemberi pendapat dan kontrol terhadap penyelenggaraan pendidikan. Komite sekolah berfungsi sebagai alat untuk melibatkan para wali murid dalam berbagai prakarsa untuk pengembangan sekolah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah komite sekolah berfungsi mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendid ikan yang bermutu di SMU/K se-Kabupaten Sleman ?

2. Apakah komite sekolah berfungsi melakukan kerjasama dengan masyarakat dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu di SMU/K se-Kabupaten Sleman ?

3. Apakah komite sekolah berfungsi menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat di SMU/K se-Kabupaten Sleman ?

(23)

5. Apakah komite sekolah berfungsi mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan di SMU/K se-Kabupaten Sleman ?

6. Apakah komite sekolah berfungsi menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di SMU/K se-Kabupaten Sleman ?

7. Apakah komite sekolah berfungsi melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di SMU/K se-Kabupaten Sleman ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis fungsi komite sekolah dalam rangka mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

2. Untuk menganalisis fungsi komite sekolah dalam rangka melakukan kerjasama dengan masyarakat dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu

(24)

4. Untuk menganalisis fungsi komite sekolah dalam rangka memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan. 5. Untuk menganalisis fungsi komite sekolah dalam rangka mendorong orang

tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.

6. Untuk menganalisis fungsi komite sekolah dalam rangka menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan.

7. Untuk menganalisis fungsi komite sekolah dalam rangka melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Bagi Dinas Pendidikan

a. Untuk memperoleh informasi tentang fungsi komite sekolah dalam pengembangan sekolah.

b. Untuk mengetahui apakah komite sekolah dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

2. Bagi Komite Sekolah

(25)

b. Untuk memperoleh informasi dan gambaran tentang fungsi komite sekolah dalam pengembangan sekolah.

3. Bagi Penulis

a. Untuk menambah wawasan tentang fungsi komite sekolah dalam pengembangan sekolah.

b. Untuk memperoleh gambaran nyata tentang fungsi komite sekolah dalam pengembangan sekolah.

4. Bagi Universitas

a. Untuk menambah literatur yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

(26)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Sekolah dalam Sistem Pendidikan

Menurut Nawawi (1982: 25) sekolah adalah organisasi kerja sebagai wadah kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan. Sebagai organisasi, wadah tersebut merupakan alat dan bukan tujuan. Dengan kata lain, sekolah adalah salah satu bentuk ikatan kerjasama sekelompok orang yang bermaksud mencapai suatu tujuan yang disepakati bersama. Sebuah lembaga pendidikan seperti sekolah sebagai institusi, peranannya lebih luas daripada hanya tempat belajar. Oleh karena itu, peranannya sebagai lembaga pendidikan dibatasi oleh norma-norma yang terdapat di dalam kebudayaan yang mendukungnya. Peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah mengembangkan potensi manusiawi yang dimiliki anak-anak agar mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan sebagai manusia, baik secara individu maupun anggota masyarakat. Sekolah mempunyai tanggung jawab mempersiapkan anak-anak agar mampu meneruskan sejarah dan tata cara kehidupan manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Melalui sekolah, anak-anak dipersiapkan menjadi manusia yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan keahlian dalam mengolah pengetahuan, keterampilan, dan keahlian fisik maupun lingkungan sosial untuk menciptakan kondisi kehidupan yang semakin baik.

(27)

bagian bersifat kompleks atau kesatuan yang bulat. Dengan kata lain, suatu sistem merupakan suatu keterpaduan dari berbagai bagian membentuk suatu kesatuan.

Pendidikan sebagai usaha membentuk anak-anak mencapai kedewasaan masing- masing harus diselenggarakan dalam satu kesatuan cara berbuat yang diorganisasikan, sehingga antara usaha yang satu dengan usaha yang lain saling berhubungan dan saling menunjang atau saling mengisi (Nawawi, 1982: 30). Usaha untuk membantu anak-anak mencapai kedewasaan dapat dibedakan antara usaha yang bersifat informal melalui keluarga, usaha yang bersifat formal melalui kependidikan terutama dalam bentuk sekolah, dan usaha yang bersifat non formal di luar usaha tersebut. Usaha mengorganisasi ketiga cara dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan akan menghasilkan suatu sistem pendidikan.

(28)

bangsa sendiri, sehingga antara suatu negara dengan negara lain akan terdapat perbedaan dalam sistem pendidikannya.

Jenis dan penjenjangan persekolahan terdapat persamaan antara suatu negara dengan negara lain. Persamaan itu karena dasar yang digunakan adalah sudut pandang psikologi terutama psikologi perkembangan, khususnya mengenai fase perkembangan yang dipisah-pisah menurut interval umur kronologis (Nawawi, 1982: 31). Atas dasar interval itu, ditetapkan jenjang atau tingkat persekolahan sehingga jika dipergunakan sudut pandang yang sama tentang fase perkembangan anak, penjenjangan persekolahan menjadi sama antar satu negara. Dalam menetapkan jenis/bentuk sekolah yang digunakan sebagai dasar adalah tuntutan masyarakat terhadap lulusan yang akan dihasilkan oleh lembaga pendidikan formal. Dua orientasi pokok yang sering tampak adalah lembaga pendidikan formal yang mempersiapkan anak untuk menguasai pengetahuan secara umum dan yang mempersiapkan anak untuk segera memasuki lapangan pekerjaan. Dengan demikian, jelas bahwa setiap unsur pendidikan dalam menyelenggarakan pendidikan formal, pada dasarnya merupakan sub sistem yang harus terarah pada pendewasaan anak-anak yang disebut sebagai tujuan pendidikan.

B. Tanggung jawab Penyelenggaraan Pendidikan Dalam Sistem Pendidikan Indonesia

(29)

investasi itu harus dikelola sebaik-baiknya secara efektif yang benar-benar menuju kepada sasaran, dan secara efisien tanpa menghamburkan tenaga, waktu, dan budaya. Agar dapat terlaksana, diperlukan pendidikan nasional yang dapat dijadikan pedoman dan arah pendidikan nasional. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Dengan demikian, tujuan pendidikan nasiona l adalah pembangunan karakteristik manusia Indonesia yang diharapkan dapat dicapai mela lui pendidikan nasional.

(30)

sekolah tidak diberikan kesempatan untuk mengambil keputusan mereka sendiri dalam mengelola sistem pendidikan untuk memecahkan berbagai permasalahan pendidikan yang sesuai dengan kondisi sekolahnya masing-masing. Para guru juga tidak diberikan kesempatan untuk berinisiatif atau berinovasi dalam melaksanakan pengajaran atau mengelola kegiatan belajar murid secara maksimal, karena metode mengajar dan teknik evaluasi diatur secara langsung dari pusat.

Pada masa orde baru, satu-satunya pihak yang berwenang untuk meminta pertanggungjawaban pendidikan dari sekolah adalah pemerintah pusat. Pada saat itu, pemerintah pusat melalui pemeriksa, pengawas atau penilik sekolah melakukan pengawasan dan meminta pertanggungjawaban sekolah mengenai proses pendidikan yang berlangsung di sekolah-sekolah. Jika terjadi penyimpangan yang dilakukan oleh kepala sekolah atau guru- guru, maka diberikan sanksi administratif, seperti teguran resmi, penilaian melalui DPK(Daftar Penilaian Kerja), penundaan kenaikan gaji berkala, dan penundaan kenaikan pangkat.

(31)
(32)

berjalan sendiri dengan mengabaikan kebijakan dan standar yang ditetapkan oleh pemerintah yang dipilih secara demokratis. Agar kebijakan dalam penyelenggaraan pendidikan dapat terlaksana oleh sekolah dan semua aktifitas sekolah ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada peserta didik sehingga dapat belajar dengan baik, pemerintah perlu merumuskan pedoman tersebut terutama ditujukan untuk menjamin bahwa hasil pendidikan dapat terevalusi dengan baik, maka kebijakan pemerintah dilaksanakan secara efektif. Sekolah harus dioperasikan dalam kerangka yang disetujui pemerintah dan anggaran dibelanjakan sesuai tujuan.

(33)

masyarakat. Menghidupkan kembali peran dan fungsi komite sekolah adalah sebagai jalan keluar yang efektif untuk melibatkan secara efektif orang tua murid. Bukanlah masalah yang mudah untuk menyadarkan orang tua murid tentang pentingnya partisipasi orang tua murid dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Dari uraian di atas, maka jelas pula bahwa tanggung jawab dala m penyelenggaraan pendidikan harus merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

C. Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan

Masyarakat umum perlu ikut serta bersama pemerintah memberikan bantuannya untuk memperlancar, mempercepat, dan meningkatkan keberhasilan usaha pembangunan. Masyarakat seharusnya ikut serta mengikuti pemerintah dalam pembangunan yang telah direncanakan dan dilaksanakan oleh pemerintah. Masyarakat diharapkan ikut serta, karena pembangunan yang telah direncanakan dan dilaksanakan oleh pemerintah adalah untuk kesejahteraan masyarakat sendiri. Oleh karena itu, partisipasi masyarakat dalam usaha-usaha dapat diadakan dalam bentuk hubungan antara sekolah dan masyarakat.

(34)

masyarakat tentang program, kebutuhan, dan keadaannya. Sebaliknya sekolah harus mengetahui dengan jelas apa kebutuhan, harapan, dan tuntutan masyarakat terhadap sekolah. Jadi, antara sekolah dan masyarakat harus ada proses komunikasi yang dapat meningkatkan pengertian masyarakat tentang kebutuhan-kebutuhan dan praktik pendidikan di sekolah dan untuk meningkatkan pengertian sekolah terhadap kebutuhan masyarakat dan kesanggupan masyarakat dalam usaha-usaha pendidikan.

Tujuan proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat yaitu, a) mengembangkan pengertian masyarakat tentang semua aspek pelaksanaan program pendidikan di sekolah, b) untuk dapat menetapkan bagaimana harapan masyarakat terhadap sekolah dan apa harapan- harapannya mengenai tujuan pendidikan di sekolah, c) untuk mendapatkan bantuan secukupnya dari masyarakat, baik finansial, material, maupun moral, d) menimbulkan tanggung jawab yang besar pada masyarakat terhadap kualitas pendidikan yang diterima di sekolah, e) mengikut sertakan masyarakat secara kooperatif dalam usaha memecahkan berbagai persoalan pendidikan (Rifai, 1986: 22). Jika hubungan masyarakat berhasil dengan tercapainya tujuan-tujuan tersebut, maka baru dapat dibicarakan mengenai partisipasi masyarakat.

(35)

harus terlibat dalam usaha pendidikan wajib ikut memberikan pikirannya, b) bantuan yang selalu diharapkan dalam usaha mencapai tujuan pendidikan adalah berupa harta juga tenaga yang sebenarnya harus dibayar dengan uang, c) anggota masyarakat dapat memberikan bantuannya sebagai sumber-sumber keterampilan tertentu yang dimilikinya.

Sebelum bekerjasama dengan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan sekolah, diperlukan persiapan terutama usaha untuk mengenal masyarakat. Bukan hanya masyarakat yang harus mengenal sekolahnya, tetapi juga sangat perlu sekolah harus mengenal masyarakatnya. Sekolah harus mengetahui opini-opini yang ada dalam masyarakat, mengetahui sikapnya terhadap pendidikan dan mengetahui sumber-sumber pengaruh yang dapat mengubah pendapat umum terhadap sekolah.

D. Komite Sekolah

1. Kedudukan dan Sifat Komite Sekolah

(36)

majelis madrasah, komite sekolah TK atau nama lain yang disepakati. BP3, komite sekolah, dan atau majelis sekolah yang sudah ada dapat memperluas fungsi, peran, dan keanggotaan.

Komite sekolah berkedudukan di satuan pendidikan, baik sekolah maupun luar sekolah. Satuan pendidikan dalam berbagai jenjang, jenis, dan jalur pendidikan, mempunyai penyebaran lokasi yang sangat beragam. Ada sekolah tunggal dan ada sekolah swasta yang didirikan oleh yayasan penyelenggara pendidikan. Oleh karena itu, menurut (www.waspada.co.id/serba_serbi/pendidikan/artikel.php?article id=66947, 17 November 2006) komite sekolah dapat dibentuk dengan beberapa alternatif, yaitu, a) komite sekolah yang dibentuk di satu satuan pendidikan, satuan pendidikan sekolah yang siswanya dalam jumlah banyak atau sekolah khusus seperti sekolah luar biasa, termasuk dalam kategori yang dapat membentuk komite sekolah sendiri, b) komite sekolah yang dibentuk untuk beberapa satuan pendidikan sekolah yang sejenis, misalnya beberapa sekolah dasar yang terletak di dalam satu kompleks atau kawasan yang berdekatan dapat membentuk satu komite sekolah,

(37)

pendidikan milik atau dalam pemb inaan atau yayasan penyelenggaraan pendidikan, misalnya, sekolah-sekolah di bawah lembaga pendidikan Muhammadiyah, Al azhar, sekolah Katholik, sekolah Kristen dan sebagainya.

Komite sekolah merupakan badan yang bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan sekolah maupun lembaga pemerintah lainnya. Komite sekolah dan sekolah memiliki kemandirian masing- masing, tetapi tetap sebagai mitra yang harus saling bekerja sama sejalan dengan konsep manajemen berbasis sekolah (MBS). Menurut Satori dan Fatah (2001: 99) pembentukan komite sekolah dimaksudkan agar adanya suatu organisasi masyarakat sekolah yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap peningkatan kualitas sekolah. Komite sekolah yang dibentuk dapat dikembangkan secara khas dan berakar dari budaya, demografis, ekologis, nilai kesepakatan, serta kepercayaan yang dibangun sesuai potensi masyarakat setempat. Oleh karena itu, komite sekolah ya ng dibangun harus merupakan pengembangan kekayaan filosofis masyarakat secara kolektif. Hal itu berarti bahwa sekolah mengembangkan konsep yang berorientasi kepada pengguna berbagai kewenangan dan kemitraan yang difokuskan pada peningkatan mutu pelayanan pendidikan.

2. Tujuan Pembentukan Komite Sekolah

(38)

prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan, b) meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan, dan c) menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan (www.smkn 1.cms.sch.id/ind/profil4.html, 17 November 2006).

3. Peran dan Fungsi Komite Sekolah

Keberadaan komite sekolah harus bertumpu pada landasan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan hasil pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, pembentukannya harus memperhatikan pembagian peran sesuai pasisi dan otonomi yang ada. Adapun peran yang dijalankan komite sekolah menurut Maryati (2006: 38) adalah, a) pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan di satuan pendidikan, b) pendukung, baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan, c) pengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan, dan d) mediator antara pemerintah dengan masyarakat di satuan pendidikan. Untuk menjalankan perannya, komite sekolah memiliki fungsi sebagai berikut:

(39)

mengadakan kegiatan inovatif untuk meningkatkan kesadaran dan komitmen masyarakat. Komite sekolah membantu sekolah dalam menciptakan hubungan dan kerjasama antara sekolah, orang tua, dan masyarakat.

b. Melakukan kerjasama dengan masyarakat dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Dalam kaitannya dengan fungsi manajemen pendidikan, koordinasi, keterlibatan serta partisipasi merupakan kegiatan yang penting dalam perencanaan. Untuk itu, komite sekolah melakukan kerjasama dengan masyarakat, orang tua murid, dan pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan peran serta aktif dan tanggung jawab masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan. Pemerintah berfungsi sebagai penyeimbang melalui pemberian subsidi bantuan bagi sekolah-sekolah pada masyarakat yang benar-benar kurang mampu, memberikan kewenangan kepada sekolah untuk mengatur dan mengelola sekolah.

(40)

d. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai kebijakan dan program pendidikan, Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS), kriteria kinerja satuan pendidikan, kriteria tenaga kependidikan, kriteria fasilitas pendidikan dan hal- hal lain yang terkait dengan pendidikan sehingga menjadi perhatian bagi pengambil kebijakan yang selanjutnya akan dilakukan perbaikan bagi kebijakan dan program pendidikan.

e. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan. Partisipasi orang tua murid dan masyarakat sangat tergantung pada pendekatan dan metodenya. Memberikan kesempatan berdiskusi secara luas, mengikutsertakan sebanyak-banyaknya dalam semangat kesetaraan, dan memperbanyak frekuensi perjumpaan personal dengan anggota masyarakat dapat menjadi jalan yang baik untuk meningkatkan partisipasi dalam pendidikan.

(41)

g. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satua n pendidikan. Komite sekolah melakukan fungsi kontrol terhadap proses perencanaan pendidikan serta terhadap proses pengambilan keputusan dan perencanaan pendidikan di sekolah, termasuk kualitas kebijakan yang ada. Yang juga penting yaitu melihat keberhasilan keluaran pendidikan antara lain terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, peningkatan angka tenaga kerja, dan situasi dan kondisi yang kondusif (Depdiknas, 2005: 32-35)

Komite sekolah sesuai dengan peran dan fungsinya, melakukan akuntabilitas dengan menyampaikan hasil kajian pelaksanaan program sekolah kepada pelaku secara periodik, baik yang berupa keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran program sekolah dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban bantuan masyarakat baik berupa materi (dana, barang tak bergerak maupun barang bergerak), maupun non materi (tenaga dan pikiran) kepada masyarakat dan pemerintah setempat (Maryati, 2006: 39).

4. Organisasi Komite Sekolah

Menurut Depdiknas (2002: 24) keanggotaan komite sekolah berasal dari unsur-unsur yang ada dalam masyarakat. Di samping itu, unsur dewan guru, yayasan/lembaga penyelenggara pendidikan, Badan Pertimbangan Desa dapat pula dilibatkan sebagai anggota. Anggota komite sekolah dari

(42)

a) perwakilan orang tua/wakil peserta didik berdasarkan jenjang kelas yang dipilih secara demokratis, b) tokoh masyarakat (ketua RT/RW, kepala dusun, ulama, budayawan, dan pemuka adat), c) anggota masyarakat yang mempunyai perhatian atau dijadikan figur dan mempunyai perhatian untuk meningkatkan mutu pendidikan, d) pejabat pemerintah setempat (kepala desa/lurah, kepolisian, koramil, depnaker, kadin, dan instansi lain), e) dunia usaha/industri (pengusaha industri, jasa, dan asosiasi), f) organisasi profesi tenaga pendidikan (PGRI dan ISPI (Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia)), g) perwakilan forum alumni SD/SLTP/SMU/SMK yang telah dewasa dan mandiri, dan h) perwakilan siswa bagi tingkat SLTP/SMU/SMK yang dipilih secara demokratis berdasarkan jenjang kelas. Anggota komite sekolah yang berasal dari unsur dewan guru, yayasan/lembaga penyelenggara pendidikan, Badan Pertimbangan Desa sebanyak-banyaknya berjumlah tiga orang. Jumlah anggota komite sekurang-kurangnya sembilan orang dan jumlahnya gasal. Syarat-syarat, hak, dan kewajiban, serta masa keanggotaan komite sekolah ditetapkan di dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga.

(43)

sekolah dan bukan pegawai sekolah, berdasarkan kesepakatan rapat komite sekolah. Pengurus komite sekolah adalah personal yang ditetapkan berdasarkan kriteria, a) dipilih dari dan oleh anggota secara demokratis dan terbuka dalam musyawarah komite sekolah, b) masa kerja ditetapkan oleh musyawarah anggota komite sekolah, dan c) jika diperlukan pengurus komite sekolah dapat menunjuk atau dibantu oleh tim ahli sebagai konsultasi sesuai dengan bidang keahlian.

Mekanisme kerja pengurus komite sekolah dapat diidentifikasikan dengan, a) pengurus komite sekolah terpilih bertanggung jawab kepada

musyawarah anggota sebagai forum tertinggi sesuai AD dan ART, b) pengurus komite sekolah menyusun program kerja yang disetujui

melalui musyawarah anggota yang berfokus pada peningkatan mutu pelayanan pendidikan peserta didik, c) apabila pengurus komite sekolah terpilih dinilai tidak produktif dalam masa jabatannya, maka musyawarah anggota dapat menghentikan dan mengganti dengan kepengurusan baru, dan d) pembiayaan pengurus komite sekolah diambil dari anggaran komite sekolah yang ditetapkan melalui musyawarah.

(44)

pemilihan dan penetapan anggota dan pengurus, b) rincian tugas komite

sekolah, c) mekanisme rapat, d) kerjasama denagn pihak lain, dan e) ketentuan penutup.

E. Komite Sekolah Dalam Manajemen Berbasis Sekolah

Dengan konsep dan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah, komite sekolah diharapkan mampu meningkatkan kinerja pengelolaan pendidikan di sekolah, sehingga mutu pendidikan menjadi lebih berkualitas. Manajemen berbasis sekolah diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan bersama dengan mellibatkan secara langsung semua warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua siswa, dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional. Menurut Departemen Pendidikan Nasional, tujuan dari manajemen berbasis sekolah sekolah yaitu, a) meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia, b) meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama, c) meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan

pemerintah tentang mutu sekolahnya, dan d) meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.

(45)

pendukungnya cukup dibicarakan di dalam sekolah dengan komite sekolah. Manajemen berbasis sekolah merupakan salah satu jalan yang mampu meningkatkan kualitas pendidikan. Menurut Nurkholis (2003: 78) kualitas pendidikan dapat ditingkatkan melalui, a) meningkatkan ukuran prestasi akademik melalui ujian nasional/ujian daerah yang menyangk ut kompetensi dan pengetahuan, memperbaiki tes bakat, sertifikasi kompetensi dan profil potofolio, b) membentuk kelompok sebaya untuk meningkatkan gairah pembelajaran melalui belajar secara kooperatif, c) menciptakan kesempatan belajar baru di sekolah dengan mengubah jam sekolah menjadi pusat belajar

sepanjang hari dan tetap membuka sekolah pada jam-jam libur, d) meningkatkan pemahaman dan penghargaan belajar melalui kursus-kursus

yang berkaitan dengan keterampilan memperoleh pekerjaan, bertindak sebagai sumber kontak informal tenaga kerja dan membimbing siswa menilai pekerjaan-pekerjaan.

(46)

masyarakat (Educare, Agustus 2006: 3). Reorientasi dalam penyelenggaraan satuan pendidikan di sekolah adalah dari manajemen berbasis pusat menuju manajemen berbasis sekolah. Manajemen berbasis sekolah merupakan pusat menuju manajemen yang memberikan otonomi kepada sekolah, serta mendorong partisipasi warga sekolah dan masyarakat dalam peningkatan mutu sekolah. Pengelolaan sekolah dilaksanakan secara mandiri, efisien, efektif, dan akuntabel. Pengelolaan yang tidak sesuai harus mendapat persetujuan dari komite sekolah. Pengelolaan pendidikan di sekolah dipertanggungjawabkan oleh kepala sekolah kepada rapat komite sekolah. Pengawasan satuan pendidikan meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut pengawasan. Pemantauan dilakukan oleh kepala sekolah dan komite sekolah. Pelaporan dilakukan oleh pihak pendidik, tenaga kependidikan, kepala sekolah dan pengawas. Laporan oleh kepala sekolah ditujukan kepada komite sekolah dan pihak yang berkepentingan.

(47)

Gambar II. 1

Struktur Organisasi Sekolah Menengah Atas

---

Sumber: Nurhadi, Muljani A. 1983. Administrasi Pendidikan Di Sekolah. Hal 81.

Kepala Sekolah ---

Wakil Kepala Sekolah BP3

Perpustakaan Sekolah Laboratorium

IPA Laboratorium

Bahasa

Urusan Pengajaran

Urusan BP

Urusan Kesehatan

Urusan Ko-kurikuler

Urusan Pengabdian Masyarakat

Ketua Jurusan IPA Ketua Jurusan IPS

Guru Wali ---

Guru Bidang Studi

Siswa-siswa

(48)

31 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif. Menurut Nawawi (1990: 73) metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek dan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Untuk memberikan bobot yang lebih tinggi pada metode ini, maka fakta-fakta yang ditemukan diberi arti. Fakta atau data yang terkumpul harus diolah dan ditafsirkan. Dengan kata lain, metode ini tidak terbatas sampai pada mengumpulkan data dan menyusun data, namun juga meliputi analisis dan interpretasi mengenai arti data itu.

B. Lokasi Penelitian

(49)

C. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan subjek pene litian adalah komite sekolah dan kepala sekolah di SMU/K se-Kabupaten Sleman Sementara objek penelitian adalah fungsi komite sekolah dalam pengembangan sekolah.

D. Jenis Data

Jenis data dibutuhkan penulis dalam penelitian ini adalah: 1. Data primer

Data primer adalah data yang secara langsung diperoleh dari komite sekolah dan kepala sekolah mengenai fungsi komite sekolah dalam pengembangan sekolah. Data primer diperoleh melalui kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari SMU/K se-Kabupaten Sleman berupa keterangan, catatan atau dokumen dala m kaitannya dengan penelitian ini. Data tersebut meliputi gambaran umum Kabupaten Sleman dan gambaran umum Sekolah Menengah Umum dan Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Sleman

E. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

(50)

data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian. Dalam

penelitian ini, populasi yang hendak diteliti adalah komite sekolah di SMU/K se-Kabupaten Sleman. Jumlah SMU/K di Kabupaten Sleman adalah 98 sekolah (BPS DIY, 2004: 111) dengan pembagian sebagai berikut, SMU negeri berjumlah 17, SMU swasta berjumlah 34, SMK nege ri berjumlah 8, dan SMK swasta berjumlah 39.

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang hendak diteliti (Arikunto, 2002: 109). Teknik pengambilan sampel yang digunakan penulis adalah Quota Sampling. Penarikan sampel dengan teknik quota sampling dilakukan dengan menekankan pada penentuan jumlah sampel. Sampel diambil dengan memberikan jatah atau quota tertentu pada setiap kelompok (Zuriah, 2005: 124). Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah 30 sekolah dari 98 sekolah yang ada. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan kebijaksanaan peneliti, karena semua sampel dianggap sama. Setiap sekolah diambil 5 responden untuk mengisi kuesioner, sehingga dari 30 sekolah yang menjadi sampel penelitian, total jumlah responden yang mengisi kuesioner adalah 150 responden.

F. Teknik Pengumpulan Data

(51)

1 Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara tertulis dalam bentuk pertanyaan kepada responden untuk diisi sesuai dengan keadaan responden sebenarnya. Dalam penelitian ini, digunakan kuesioner untuk mencari data tentang fungsi komite sekolah dalam pengembangan sekolah. Adapun kisi-kisi butir pertanyaan berdasarkan hal- hal tersebut di atas adalah sebagai berikut:

Tabel III. 1

Kisi-Kisi Item Pertanyaan untuk Memperoleh Data Mengenai Fungsi Komite Sekolah Dalam Pengembangan Sekolah

Variabel Indikator Nomor

item Total Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu

a. Standar isi b. Standar proses

c. Standar kompetensi lulusan d. Standar pendidik dan tenaga

kependidikan

e. Standar sarana dan prasarana f. Standar pengelolaan

g. Standar pembiayaan

h. Standar penilaian pendidikan

1, 2 3, 4 5, 6 7, 8 9, 10 11, 12 13, 14, 15

16,17 17 Melakukan kerjasama dengan masyarakat dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu

a. Dunia usaha/dunia industri b. Perorangan/organisasi c. Orangtua/wali

d. Tokoh masyarakat e. Kepala desa/lurah f. Depdik nas

(52)

Variabel Indikator Nomor

item Total Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat

a. Menampung aspirasi b. Menampung ide c. Menampung tuntutan d. Menampung kebutuhan

pendidikan

e. Menganalisis aspirasi f. Menganalisis ide g. Menganalisis tuntutan h. Menganalisis kebutuhan

pendidikan 27 28 29 30 31 32 33 34 8 Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan a. Masukan b. Pertimbangan c. Rekomendasi

35, 36, 37 38, 39, 40

41, 42 8 Mendorong orangtua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan

a. Partisipasi orangtua b. Peningkatan mutu c. Pemerataan pendidikan

43, 44, 45 46 47, 48, 49

7 Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan

a. Sumber dana

b. Penyelenggaraan pendidikan

50, 51, 52, 53

54, 55 6

Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan dan keluaran pendidikan

a. Evaluasi kebijakan b. Evaluasi program

c. Evaluasi penyelenggaraan d. Evaluasi keluaran pendidikan e. Pengawasan kebijakan f. Pengawasan program

g. Pengawasan penyelenggaraan h. Pengawasan keluaran

pendidikan 56, 57 58, 59 60, 61 62, 63 64, 65 66, 67, 68

69, 70 71, 72

17

(53)

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Arikunto, 2002: 135). Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data konkret mengenai masalah yang sedang diteliti. Data yang di cari yaitu gambaran umum Kabupaten Sleman dan gambaran umum Sekolah Menengah Umum dan Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Sleman.

G. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi objek atau sasaran penelitian. Dalam penelitian ini variabel penelitiannya adalah:

a. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu

b. Melakukan kerjasama dengan masyarakat dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu

c. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat

d. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan

(54)

f. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan

g. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan

2. Definisi Operasional

Definisi Operasional dalam penelitian ini adalah:

a. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu adalah mendorong keterlibatan dan peran serta aktif masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

b. Melakukan kerjasama dengan masyarakat dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu adalah meningkatkan kerjasama dengan masyarakat dan pemerintah dalam pengambilan keput usan pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

c. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat adalah menerima pengaduan, keluhan, pendapat atau ide dari masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pendidikan sekolah, kemudian melakukan analisis dan melakukan perbaikan.

(55)

pendidikan kepada sekolah untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan.

e. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan adalah melibatkan orangtua dan masyarakat dalam pelaksanaan program sekolah dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat terhadap kebijakan pendidikan yang telah dibuat.

f. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan adalah mencari sumber dana serta memantau kondisi anggaran pendidikan di sekolah dan mengevaluasi sumbangan dana dari masyarakat.

g. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan adalah evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik dan kualitas kebijakan serta perencanaan sekolah. Disamping itu, komite sekolah mempertanggungjawabkan penggunaan dana kepada masyarakat.

H. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mempergunakan pengujian instrumen penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut:

1. Pengujian Validitas

(56)

dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang akan diinginkan, sehingga dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksudkan. Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total. Rumus korelasi yang digunakan adalah yang dikemukakan oleh Pearson yang dikenal dengan rumus korelasi product moment (Arikunto, 2002: 146). Adapun rumus korelasinya sebagai berikut:

( )( )

(

)

{

}

{

(

)

}

− =

2 2

2

2 x n y y

x n

y x xy

n rxy

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi x dan y

2

x = Jumlah skor-skor x yang dikuadratkan

x = Jumlah skor-skor atau butir

y = Jumlah skor-skor y atau skor total n = Jumlah sampel atau jumlah responden

Koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan menunjukkan tingkat validitas instrumen yang diukur. Selanjutnya harga koefisien korelasi ini dibandingkan dengan harga r korelasi product moment pada

(57)

tabel

r , maka butir tersebut dapat dikatakan valid dan sebaliknya apabila

hargarhitunglebih kecil daripada rtabel berarti soal tersebut tidak valid.

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas adalah taraf sampai dimana suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Dikatakan dapat dipercaya apabila ukuran yang diperoleh merupakan ukuran yang benar dari sesuatu yang ingin diukur. Untuk menghitung reliabilitas kuesioner, dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan taraf signifikansi 5%, yaitu sebagai berikut:

        −       −

=

2

2 1 1 t b k k rtt α α Keterangan: tt

r = Reliabilitas instrumen

k = Jumlah butir pertanyaan

2

b

α = Jumlah varian butir

2 t

α = Varian tabel

tt

r >rtabel = Reliabel/handal

tt

r <rtabel = Tidak reliabel/gugur

I. Teknik Analisis Data

(58)

pertanyaan-pertanyaan dengan memberi tanda (v ), karena jawaban-jawaban yang diperlukan bersifat tertutup dan sudah dipersiapkan sebelumnya. Untuk memperoleh data mengenai fungsi komite sekolah dalam pengembangan sekolah, maka disusun alternatif-alternatif jawaban dari item- item pertanyaan dari kuesioner dengan menggunakan skala pengukuran dari Model Likert yaitu:

Untuk pertanyaan positif jawaban tersebut diberi skor:

Jawaban/Tanggapan Skor

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Ragu-Ragu 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

Untuk pertanyaan negatif jawaban tersebut diberi skor:

Jawaban/Tanggapan Skor

Sangat Setuju 1

Setuju 2

Ragu-Ragu 3

Tidak Setuju 4

Sangat Tidak Setuju 5

(59)

Tingkat fungsi komite sekolah Kategori

81% - 100% Sangat Baik

66% - 80% Baik

56% - 65% Cukup Baik

46% - 55% Buruk

(60)

43 BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Kabupaten Sleman 1. Letak dan Luas Wilayah

a. Letak Wilayah

Secara geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 107015'03"

dan 107029'30" bujur timur, 7034'5" dan 7047'30" lintang selatan batas-batas wilayah Kabupaten Sleman adalah sebagai berikut:

1) Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah 2) Sebelah Timur : Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah

3) Sebela h Barat : Kabupaten Kulonprogo, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Magelang Propinsi Jawa Tengah

4) Sebelah Selatan : Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta

b. Luas Wilayah

(61)

Tabel IV. 1

Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman Banyaknya

No Kecamatan

Desa Dusun

Luas (Ha)

Jumlah

Penduduk Kepadatan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. Moyudan Godean Minggir Gamping Seyegan Sleman Ngaglik Mlati Tempel Turi Prambanan Kalasan Berbah Ngemplak Pakem Depok Cangkringan 4 7 5 5 5 5 6 5 8 4 6 4 4 5 5 3 5 65 57 68 59 67 83 87 74 98 54 58 80 58 82 61 58 73 2.762 2.684 2.727 2.925 2.663 3.132 3.852 2.852 3.249 4.309 4.135 3.584 2.299 3.571 4.384 3.555 4.799 33.596 57.245 34.562 65.789 42.151 55.549 65.927 67.037 46.386 32.544 44.003 54.621 40.226 44.382 30.713 109.091 26.354 1.216 2.1333 1.267 2.249 1.583 1.774 1.712 2.351 1.428 755 1.064 1.524 1.750 1.243 701 3.069 549 Jumlah 86 1.212 57.482 850.176 1.479 Sumber: Biro Pusat Statistik Kabupaten Sleman Tahun 2005

2. Karakteristik wilayah

a. Berdasarkan karakteristik sumber daya yang ada, wilayah Sleman terbagi menjadi 4 wilayah, yaitu:

1) Kawasan lereng merapi, dimulai dari jalan yang menghubungkan kota Tempel, Turi, Pakem, dan Cangkringan sampai dengan puncak gunung Merapi. Wilayah ini merupakan sumber daya air dan ekowisata yang berorientasi pada kegiatan gunung merapi dan ekosistemnya.

(62)

tempat peningkatan purbakala yang merupakan pusat wisata budaya dan daerah lahan kering serta batuan putih.

3) Wilayah tengah yaitu wilayah agglomerasi kota Yogyakarta yang meliputi Kecamatan Mlati, Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Depok dan Gamping. Wilayah ini merupakan pusat pendidikan, perdagangan dan jasa.

4) Wilayah Barat, meliputi Kecamatan Godean, Minggir, Seyegan, dan Moyudan yang merupakan daerah pertanian laha n basah yang tersedia cukup air dan sumber bahan baku kegiatan industri kerajinan mendong, bambu, dan gerabah.

b. Berdasarkan jalur lintas antar daerah, kondisi wilayah Kabupaten Sleman di lewati jalur jalan negara yang merupakan jalur ekonomi yang menghubungkan Sleman dengan kota Kabupaten (Semarang, Surabaya, Jakarta). Jalur ini melewati Kecamatan Prambanan, Kalasan, Depok, Mlati, dan Gamping. Selain itu wilayah Kecamatan Depok Mlati dan Gamp ing juga melalui jalan lingkar yang merupakan jalan arteri primer. Untuk wilayah Kecamatan, merupakan wilayah yang cepat berkembang, yaitu dari pertanian menjadi indutri, perdagangan, dan jasa.

(63)

1) Wilayah Agglomerasi. Seiring dengan perkembangan kota Yogyakarta, maka kota-kota yang berbatasan dengan kota Yogyakarta yaitu Kecamatan Depok, Gamping serta sebagian wilayah Kecamatan Ngaglik dan Mlati merupakan wilayah Agglomerasi kota yogyakarta. 2) Wilayah Sub- urban yaitu wilayah yang terletak agak jauh dari kota

Yogyakarta dan berkembang menjadi tujuan atau arah kegiatan masyarakat di wilayah Kecamatan sekitarnya sehingga menjadi pusat pertumbuhan dan merupakan wilayah sub-urban. Yang termasuk dalam wilayah Sub-urban adalah kota Kecamatan Godean, Sleman, dan Ngaglik.

3) Wilayah fungsi khusus atau wilayah penyangga yaitu kota Kecamatan Tempel, Pakem, dan Prambanan merupakan kota pusat pertumbuhan bagi wilayah sekitarnya dan merupakan pendukung dan batas perkembangan kota ditinjau dari kota Yogyakarta.

3. Topografi

(64)

a. Ketinggian

Ketinggian wilayah Kabupaten Sleman berkisar antara (100-1000 m) dari permukaan laut. Ketinggian dibagi menjadi 4 kelas:

1) Ketinggian <100 m dari permukaan laut: luas 6.203 ha atau 10,79 % dari luas wilayah, terdapat di Kecamatan Moyudan, Minggir, Godean, Prambanan, Gamping, dan Berbah.

2) Ketinggian >100 m dari permukaan laut: luas 43.246 ha atau 75,32 % dari luas wilayah, terdapat di 17 Kecamatan

3) Ketinggian > 500-999 m dari permukaan laut : luas 6.538 ha atau 11,38 % dari luas wilayah, meliputi Kecamatan Tempel, Pakem, dan Cangkringan.

4) Ketinggian > 1000 m dari permukaan laut: luas 1.495 ha atau 2,60 % dari luas wilayah meliputi Kecamatan Turi, Pakem, dan Cangkringan. b. Kemiringan lahan atau lereng

Kemiringan lahan dibedakan menjadi 4 kelas yang didasarkan pada analisis peta yaitu sebagai berikut :

1) Kemiringan 0-2 % : terdapat di 15 kecamatan meliputi luas 34.128 ha atau 59,32 % dari seluruh wilayah lereng.

2) Kemiringan > 2-15 % : terdapat di 13 kecamatan dengan luas lereng 18-192 atau 31,65 % dari total luas wilayah lereng.

3) Kemiringan > 15-40 %terdapat di 121 kecamatan luas lereng ini sebesar 3,546 ha 6,17 %

(65)

c. Iklim

Wilayah Kabupaten Sleman termasuk beriklim tropis basah dengan musim hujan antara bulan November – April dan musim kemarau antara bulan Mei – Oktober. Rata-rata curah hujan terjadi pada bulan Februari sebesar 16,2 mm sehingga banyak hari hujan 20 hari.

4. Tata Guna

Hampir setengah dari luas wilayah merupakan tanah pertanian yang subur dengan didukung irigasi teknis di bagian barat dan selatan. Keadaan jenis tanahnya di bedakan atas sawah, tegal pekarangan, hutan, dan lain- lain. Perkembangan penggunaan tanah selama 5 tahun terakhir menunjukkan jenis tanah sawah turun rata-rata per tahun sebesar 0.96 % tegalan naik 0,82 % pekarangan naik 0,31 % dan lain- lain 1,57 % tata guna tanah di Kabupaten Sleman dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel IV. 2

Tata Guna Tanah di Kabupaten Sleman Tahun 1995 – 2000 Luas Ha

No JENIS

TANAH 1995 1996 1997 1998 1999 2000

1. Sawah 24.662 24.586 24.381 24.34 24.291 23.483 2. Tegalan 6.184 6.214 6.255 6.256 5.864 6.407 3. Pekarangan 18.461 18.488 18.609 18.659 18.688 18.759 4. Lain- lain 8.175 8.194 8.237 8.6639 8.639 8.833

JUMLAH 67.482 57.482 57.482 57.482 57.482 57.482 Sumber: Biro Pusat Satistik Kabupaten Sleman Tahun 2005

5. Sejarah Kabupaten Sleman

(66)

masyarakat dan pemerintah daerah untuk memantapkan jati diri sebagai landasan yang menjiwai gerak langkah ke masa depan.

Dalam perhitungan Almanak menurut pena nggalan Saka, hari jadi Kabupaten Sleman jatuh pada hari Senin Kliwon, tanggal 12 Rejeb 1846, tahun Je, Wuku Wayang, dengan Dewi Betari Sri, pada Windu Kuntara, dengan Candra Sengkala, Anggara Catur Salira Tunggal, yang memiliki arti Anggara: 6, Catur: 4, Salira: 8, Tunggal: 1, sehingga dibaca 1846.

Dalam penanggalan Masehi, hari jadi Kabupaten Sleman jatuh pada tanggal 15 Mei 1916, dalam Rijks Blaad nomor 11 tanggal 15 Mei 1916, dengan Surya Sengkala, Rasa Manunggal Hanggatra Negara, yang memiliki arti Rasa: 6, Manunggal: 1, Hanggatra: 9, Negara: 1, sehingga dibaca 1916.

B. Gambaran Umum Sekolah-Sekolah di Kabupaten Sleman

1. Sekolah Menengah Umum dan Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Sleman

(67)

Sekolah Menengah Kejuruan negeri dan swasta berada di 17 Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Sleman. Jika diamati, jumlah Sekolah Mene ngah Umum dan Sekolah Menengah Kejuruan negeri lebih sedikit daripada Sekolah Menengah Umum dan Sekolah Menengah Kejuruan swasta. Berikut ini adalah daftar nama-nama Sekolah Menengah Umum negeri dan swasta serta Sekolah Menengah Kejur uan negeri dan swasta:

Tabel IV. 3

Daftar Nama SMU/K Negeri dan Swasta

Di Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman Tahun 2005 No Nama Kecamatan Sekolah Alamat sekolah

1. Kecamatan Sleman a. SMA N 1 Sleman b.SMA N 2 Sleman c. SMA Muh. 1 Sleman d.SMA Sulaiman Sleman e. SMA St. Agustinus Sleman f. SMK MUH. 1 Sleman g. SMK MUH. 2 Sleman h. SMK YPKK 2 Sleman

Jl. Magelang Km. 14,4 Medari, Sleman Brayut, Pandowoharjo, Sleman 555512 Jl. Magelang Km. 13 Triharjo, Sleman Jl. Magelang Km. 12 Tridadi, Sleman Jl. Garuda, Murangan, Triharjo, Sleman Panasan, Triharjo Sleman

Medari, Caturharjo, Sleman

Jl. Pemuda, Wadas, Tridadi, Sleman 2. Kecamatan Mlati

a. SMA N 1 Mlati b.SMA Muh. Mlati c. SMA Dr.Wahidin d.SMA Binatama e. SMA St. Mikael f. SMK MUH. Mlati

Cebongan, Tlogoadi, Mlati 55286 Jl. Magelang Km. 7 Sinduadi, Mlati Jl. Magelang Km. 5 Sinduadi, Mlati Jl. Monjali No. 134 Sinduadi, Mlati Jl. Pangeran Purboyo, Warak Sumberadi Jl. Kaliurang Km 6,5 Gg. Timor Timur 3. Kecamatan Gamping

a. SMA N 1 Gamping b.SMA 1 Islam Sleman c. SMA Muh. Gamping d.SMA Proklamasi e. SMK YPKK 1 Sleman f. SMK Putra Samodra

Tegalyoso, Banyuraden, Gamping 55293 Jl. Wates Km. 6 Ambarketawang,

Gamping

Depok, Ambarketawang, Gamping Jl. Ring road Utara, Trihanggo,Gamping Jl. Sayangan 5 Mejing, Ambarketawang Jl. Wates, Somodaran, Banyuraden, Gamping

4. Kecamatan Godean a. SMA N 1 Godean b.SMK N 1 Godean c. SMK N 2 Godean

(68)

5. Kecamatan Moyudan a. SMA Islam 2 Sleman b.SMA MUH. Moyudan c. SMK MUH. 1 Moyudan d.SMK MUH. 2 Moyudan e. SMK MUH. 3 Moyudan

Gedongan, Sumberagung, Moyudan Jl. Klangon-Tempel Km. 2 Sumberahayu, Moyudan, Sleman

Gedongan, Sumberagung, Moyudan Ngentak, Sumberagung, Moyudan Gedongan, Sumberugung, Moyudan 6. Kecamatan Minggir

f. SMA N 1 Minggir g. SMA Muh. Minggir h. SMA Budimulia

Pakeran, Sendangmulyo, Minggir Sidorejo, Sendangrejo, Minggir Jl. Kebonagung, Minggir, Sleman 7. Kecamatan Seyegan

a. SMA N 1 Seyegan b.SMA Muh. Seyegan c. SMK N 1 Seyegan d.SMK 17-1 Seyegan e. SMK Maarif 1 Sleman

Tegalgentan, Margoagung, Seyegan Krapyak, Margoagung, Seyegan, Sleman Jamblangan, Margomulyo, Seyegan Mranggen, Margodadi, Seyegan Watukarung, Margoagung, Seyegan 8. Kecamatan Tempel

a. SMA N 1 Tempel b.SMA Ma’arif Tempel c. SMK N 1 Tempel d.SMK MUH. 1 Tempel e. SMK MUH. 2 Tempel f. SMK Pembaharuan

Indonesia Sleman g. SMK Maarif 2 Sleman

Banjarharjo, Pondokrejo, Tempel 55552 Jl. Turi Km. 1 Merdikorejo, Tempel Jl. Magelang Km 17 Jlegingan, Margorejo Sanggrahan, Pondokrejo, Tempel

Gendol, Sumberrejo, Tempel Jl. Magelang KM. 17, Tempel Jl. Turi Km 1 Tempel

9. Kecamatan Pakem a. SMA N 1 Pakem b.SMA Muh. Pakem c. SMA Islam 3 Pakem d.SMK MUH. Pakem e. SMK Hamong Putra 1 f. SMK Hamong Putra 2 g. SMK Kanisius Pakem h. SMK Sanjaya Pakem

Jl. Kaliurang Km. 19 Pakembinangun Jl. Kaliurang Km. 17 Pakembinangun Jl. Turi Km.5 Labasan, Pakembinangun, Jl. Pakem Turi Km. 0,5 Pakem, Sleman Pesanggrahan, Pakem

Pesanggrahan, Pakem

Labasan, Pakembinangun, Pakem Jl. Kaliurang Km 17 Pakem 10. Kecamatan Turi

a. SMA N 1 Turi b.SMK MUH 1 Turi c. SMK MUH 2 Turi

Gununganyar, Donokerto, Turi, Sleman Keringan, Wonokerto, Turi

Ngablak Bangunkerto, Turi 11. Kecamatan Cangkringan

a. SMA N 1 Cangkringan b.SMA Sunan Kalijaga c. SMK N 1 Cangkringan d.SMK MUH. Cangkringan

Jl. Merapi Golf, Bedoyo, Wukirsari, Cangkringan

(69)

12. Kecamatan Ngemplak a. SMA N 1 Ngemplak b.SMA IKIP Veteran

Jalan Jangkang, Manisrenggo, Binomartani, Ngemplak

Jl. Cangkringan, Widomartani, Ngemplak 13. Kecamatan Ngaglik

a. SMA N 1 Ngaglik b.SMA N 2 Ngaglik c. SMA Binaharapan d.SMK YPPN Ngaglik e. SMK Piri Sleman

Donoharjo, Ngaglik, Sleman Sukoharjo, Ngaglik, Sleman Sinduharjo, Ngaglik, Sleman Jl. Dayu, Sinduharjo, Ngaglik

Jl. Kaliurang Km. 7,8 Ngabean, Ngaglik Sleman

14. Kecamatan Depok a. SMA N 1 Depok b.SMA Kollese De Brito c. SMA Angkasa

d.SMA Gama Depok e. SMA Kolombo f. SMA Muh. 1 Depok g. SMA Muh. 2 Depok h. SMA Mandala Bakti i. SMK N 1 Depok j. SMK N 2 Depok

k.SMK Penerbangan AAG Adisucipto

l. SMK Trisula m.SMK Pelita Bahari n. SMK YPKK 3 Sleman o.SMK Karya Rini

Babarsari, Caturtunggal, Depok

Jl. Laksa Adi Sucipto 161 Catur Tunggal, Depok

Janti, Maguwoharjo, Depok

Jl. Gejayan Mrican No. 5 Yogyakarta Jl. Rajawali 10 Komplek Kolombo, Depok Karangasem, Condongcatur, Depok

Setan, Maguwoharjo, Depok

Jl. Anggajaya, Condongcatur, Depok Jl. Ringroad Utara, Maguwoharjo, Depok Mrican, Caturtunggal, Depok

Jl. Janti, Depok

Jl. Babarsari, Tambakbayan, Caturtunggal Gorongan, Condongcatur, Depok

Karangnongko, Maguwoharjo, Depok Jl. Laksda Adisucipto 86, Yogyakarta 15. Kecamatan Kalasan

a. SMA N 1 Kalasan b.SMA Muh. Kalasan c. SMA Immanuel d.SMK N 1 Kalasan e. SMK PI Ambarukmo f. SMK MUH. Kalasan g. SMK Muda Patria h. SMK Tarakanita

Bogem, Taman Martani, Kalasan Dhuri, Tirtomartani, Kalasan

Jl. Solo KM. 15 Tamanmartani, Kalasan Randugunting, Tamanmartani, Kalasan Jl. Timoho

Dhuri Tirtomartani, Kalasan Bogem, Tamanmartani, Kalasan Sorogenen, Purwomartani, Kalasan 16

.

Kecamatan Prambanan a. SMA N 1 Prambanan b.SMA Islam 1 Prambanan c. SMA Muh. 1 Prambanan d.SMA Muh. 2 Prambanan e. SMK MUH. Prambanan f. SMK Sosial Islam

Madubaru, Madurejo, Prambanan Klurakbaru, Bokoharjo, Prambanan Gatak, Bokoharjo, Prambanan, Sleman Ringinsari, Bokoharjo, Prambanan Gatak, Bokoharjo, Prambanan

(70)

17. Kecamatan Berbah

a. SMA Institut Indonesia b.SMK Nasional Berbah c. SMK Yapemda Berbah d.SMK MUH. Berbah

Jl. Wonosari Km. 8 Berbah, Sleman Tanjungtirto, Kalitirto, Berbah Tanjungtirto, Kalitirto, Berbah Krikilan, Tegaltirtio, Berbah Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman Tahun 2005 2. Perkembangan Pendidikan Di Kabupaten Sleman

Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia yang berhubungan dengan kebutuhan siswa sebagai manusia maupun sebagai

stakeholder pendidikan. Gambaran peran nyata pendidikan tampak dengan adanya penunjang pendidikan. Perkembangan pendidikan di Kabupaten Sleman juga dipengaruhi oleh faktor penunjang pendidikan. Perkembangan pendidikan di Kabupaten Sleman dapat dilihat dari jumlah sekolah, siswa, kelas, dan jumlah guru yang ada serta berbagai jenis usaha penunjang pendidikan.

(71)

Tabel IV. 4

Perkembangan Jumlah Kelas untuk SD, SMP, SMU, dan SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Sleman Tahun 1999/2000 – 2004/2005

No. Tahun SD SMP SMA SMK

1. 1999/2000 807 2458 191 1659

2. 2000/2001 852 2503 297 1924

3. 2001/2002 874 2574 293 1783

4. 2002/2003 874 2540 297 1834

5. 2003/2004 875 2523 302 1834

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman Tahun 2005

Peningkatan jumlah kelas yang dibangun di Kabupaten Sleman disesuaikan dengan semakin meningkatnya jumlah anak sekolah dari tahun ketahun. Perkembangan jumlah siswa di Kabupaten Sleman dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel IV.

Gambar

Gambar II. 1 Struktur Organisasi Sekolah Menengah Atas..............    30
Gambar II. 1
Tabel III. 1
GAMBARAN UMUM
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk m = 4, ada tambahan langkah dimana word yang penting ( K i +3 ) dilakukan circular shift right sebanyak 3, kemudian dilakukan XOR dengan K i +1, kemudian

Hasil pengukuran nilai absorbansi senyawa fenolik dan aromatik terkonjugasi terlihat pada Gambar 2 dimana dalam grafiknya menunjukkan terbentuknya pola perubahan

Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).. Sistem Pengendalian Intern ini didasari pada konsep

The present study aimed at evaluating the effect of replacing fish meal with SBM on growth, feed utilization and carcass composition of cuneate drum reared in net pens.. Material

Factors Factors Affecting Affecting Channel Channel CHOICE CHOICE Factors Factors Affecting Affecting Channel Channel CHOICE CHOICE Producer Factors Producer Factors

Hasil dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan menunjukkan bahwa selama 1 siklus terjadi peningkatan minat belajar siswa setelah menerapkan pembelajaran

[r]

Does earnings management amplify the association between corporate governance and firm performance?: Evidence from korea.. Korea: Kumoh National Institute