• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komitmen terhadap perbaikan terus menerus. Kebijakan tersebut harus diimplementasikan oleh Manajemen dan Seluruh Karyawan di setiap

kegiatan operasional perusahaan.

2.6 Jaringan Usaha Kegiatan 1. Pabrik Karet

Tabel 2.1

Jaringan Usaha Kegiatan PTPN III (Persero) Medan pada Pabrik Karet

PPK Rantau Prapat Ribbed Smoked Sheet 12

PPK Sei Silau Ribbed Smoked Sheet 12

PPK Bandar Betsy Ribbed Smoked Sheet 16

PPK Rambutan Lateks Pekat 30

PPK Hapesong Ribbed Smoked Sheet 12

Jumlah Kapasitas

PPK Mambang Muda Crumb Rubber 30

2. Pabrik Kelapa Sawit

Tabel 2.2

Jaringan Usaha Kegiatan PTPN III (Persero) Medan pada Kelapa Sawit Pabrik Pengolah Kelapa Sawit (PKS) Kapasitas (Ton TBS/Jam)

Rambutan 30

Sei Mangkei 75

Sei Silau 60

Aek Nabara Selatan 60

Sisumut 30

Aek Torop 60

Aek Raso 30

Torgamba 60

Sei Baruhur 30

Sei Daun 60

Sei Meranti 60

Hapesong 30

Jumlah Kapasitas 585

Sumber: http://www.ptpn3.id/index.php/id/tentang/manajemen/16-id/tentang

3. Anak Perusahaan PTPN III

Tabel 2.3

Jaringan Usaha Kegiatan Anak Perusahaan PTPN III (Persero) Medan Anak Perusahaan Bidang Usaha Kepemilikan Saham PT Industri Karet

PT Industri Nabati Lestari Industri Turunan Kelapa Sawit 99.99

PT ESW Nusantara Tiga

Anak Perusahaan Bidang Usaha Kepemilikan Saham Indoham Gmbh Jasa Pemasaran Ekspor

Pertanian Indonesia (Khususnya 5,6

produk PTPN)

PT Bursa Berjangka

Jakarta Bursa Berjangka Komoditi 3,45

Sumber : http://www.ptpn3.id/index.php/id/tentang/manajemen/16-id/tentang serta visi dan misi Perseroan. Proses penyusunan RKAP tahun 2017 telah melalui masukan dan diskusi dengan Dewan Komisaris dan dengan memperhatikan masukan/aspirasi

Pemegang Saham.

Prospek usaha diyakini akan semakin membaik sejalan dengan adanya penyusunan Grand Strategy Penyehatan PTPN yang dibuat pada tahun 2016.

Dalam Grand Strategy Penyehatan PTPN ditetapkan berbagai upaya dan inisiatif perbaikan melalui kegiatan antara lain:

• Peningkatan produktivitas;

• Perbaikan struktur biaya;

• Program restrukturisasi keuangan;

• Penataan organisasi dan SDM yang diawali dengan tahapan pemetaan pejabat 1 level di bawah Direksi;

• Implementasi sistem pengadaan terpadu melalui E-Procurement.

• Implementasi secara bertahap sistem operasi berbasis IT yaitu Enterprises Resources Planning (ERP).

Inisiatif lain yang telah dimulai pada tahun 2016 adalah dimana Manajemen Holding membentuk Tim Adhoc yang beranggotakan 68 orang berasal dari seluruh PTPN untuk memonitor seluruh program kerja di setiap PTPN. Tim ini bekerja dibawah koordinasi holding dengan sistem cross working area dimana suatu tim dari PTPN akan digunakan untuk memonitor kegiatan PTPN lainnya.Tim Adhoc telah melakukan monitoring di beberapa PTPN dan menemukan beberapa permasalahan yang harus ditindaklanjuti. Diharapkan melalui pendekatan ini, terjadi perbaikan secara sistemik dan sistematik di seluruh PTPN.

Prospek usaha PTPN III Holding (Persero) semakin membaik seiring dengan perbaikan kinerja pada beberapa PTPN. Di tahun 2015 pada saat dimulainya turn around, terdapat 9 (sembilan) PTPN dalam keadaan “financial distress” yaitu PTPN I, II, V, VI, VII, VIII, IX, XIII dan XIV. Dari upaya maksimal yang telah dilakukan Manajemen Holding, saat ini tinggal 5 (lima) PTPN yang masih memerlukan perhatian khusus (major restructuring & fresh fund injection), yaitu: PTPN II, VII, VIII, IX dan XIII. Sementara PTPN lainnya secara financial sudah bisa berjalan sendiri.

Upaya untuk terus memperkuat kinerja dan keunggulan daya saing berkelanjutan PTPN III Holding (Persero) terus dilakukan khususnya untuk tahun 2017 yaitu melalui beberapa program kerja dan inisiatif, antara lain:

a. Rencana kerja tahun 2017 difokuskan kepada kegiatan revitalisasion farm dan off farm, dengan menitikberatkan kepada ketepatan waktu pelaksanaan revitalisasi.

b. Total rencana investasi yang diperlukan di tahun 2017 sebesar Rp12,9 triliun, terdiri dari investasi on farm Rp3,8 triliun, off farmpabrik gula Rp4,2 triliun, off farm non gula Rp1,7 triliun serta off farm lainnya sebesar Rp3,2 triliun.

c. Sumber pendanaan investasi tahun 2017 sebagian besar direncanakan berasal dari bank loan (fresh money injection) dengan didahului kegiatan restrukturisasi hutang bank eksisting khususnya untuk PTPN II, VII, VIII, IX dan XIII.

4. Penerapan Tata Kelola Perusahaan

Sesuai dengan visi Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero)

“Menjadi perusahaan agribisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola bisnis terbaik”, maka secara eksplisit dan tegas Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) berkomitmen kuat selalu memberikan kinerja terbaik melalui penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance/GCG) dalam seluruh kegiatan usaha dan operasional Induk Perusahaan hingga Anak Perusahaan. Kami sepenuhnya menyadari, penerapan GCG tersebut merupakan wujud nyata dari komitmen dan dedikasi

Perseroan untuk memberikan nilai tambah dan membuktikan kepercayaan dari seluruh pemegang saham dan pemangku kepentingan.

Perwujudan prinsip GCG dalam arah gerak Perusahaan selama tahun 2016 dilaksanakan dengan mengedepankan praktik usaha sesuai prinsip transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, kemandirian dan kewajaran. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, Dewan Komisaris senantiasa mendorong seluruh jajaran Direksi, Manajemen dan Karyawan untuk melakukan praktik usaha yang menjunjung tinggi etika, moral serta kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku.

Sebagai bentuk komitmen peningkatan kualitas penerapan prinsip GCG, telah dilakukan asesmen GCG untuk tahun buku 2015 oleh penilai independen dengan skor 92,47 dan tergolong kategori “SANGAT BAIK”. Pencapaian ini diharapkan akan mendorong manajemen untuk terus meningkatkan kelengkapan infrastruktur GCG dan pembentukan kultur perusahaan berbasis prinsip-prinsip GCG dan bisnis beretika.

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melakukan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Laba sering digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar untuk pengukuran lain, seperti tingkat pengembalian investasi atau laba per saham. Unsur-unsur laporan keuangan yang secara langsung terkait dengan pengukuran laba adalah penghasilan dan beban.

Kinerja merupakan hal yang penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan seumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penelitian kinerja adalah untuk memotivasi para karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan.

Kinerja keuangan digunakan sebagai ukuran umum dari kinerja secara keseluruhan keuangan perusahaan selama periode waktu tertentu, dan dapat juga digunakan untuk membandingkan perusahaan sejenis di industri yang sama. Ada 5 tahapan menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan secara umum, yaitu:

1. Melakukan review terhadap data laporan keuangan

3. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh.

4. Melakukan penafsiran terhadap berbagai hitungan yang telah diperoleh.

5. Melakukan penafsiran terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan

6. Mencari dan memberikan pemecahan masalah terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan.

3.2 Pengertian holding

Holding company atau perusahaan induk berperan sebagai pemegang saham dalam beberapa perusahaan anak, dengan tujuan agar meningkatkan kinerja perusahaan dan memungkinkan terciptanya nilai pasar perusahaan. Secara umum holding company bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja perusahaan secara keseluruhan, termasuk perusahaan anak dan semua perusahaan yang berafiliasi dengan perusahaan induk.

Holding company memiliki peranan penting dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan, serta pengendalian kinerja seluruh perusahaan.

Karena itu, proses perencanaan induk harus dirumuskan dengan jelas dan efektif.

Pada prusahaan induk, aspek yang harus diperhatikan, diantaranya;

finansial, struktur organisasi dan sumber daya manusia, selain itu perusahaan induk juga harus memperhatikan sistem pengendalian manajemen, dalam hal ini holding company melakukan proses perencanaan, pengukuran, pemantauan, pengendalian dan auditing yang transparan dan memiliki akuntabilitas.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.72 tahun 2014 tanggal 17 September 2014, tentang penambahan penyertaan modal ke dalam modal saham PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) sebesar 90% yang berasal dari pengalihan saham milik Negara Republik Indonesia pada PT. Perkebunan Nusantara (Persero) lainnya.

Dengan berlakunya Peraturan Pemerintahan No.72 tahun 2014 pada tanggal 17 September 2014, maka;

 Bentuk bada usaha PT. Perkebunan Nusantara I (Persero), PT.

Perkebunan Nusantara II (Persero), PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero), PT. Perkebunan Nusantara V (Persero), PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero), PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero), PT.

Perkebunan Nusantara VIII (Persero), PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero), PT. Perkebunan Nusantara X (Persero), PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero), PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero), PT.

Perkebunan Nusantara XII (Persero), dan PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) berubah menjadi Perseroan Terbatas yang tunduk sepenuhnya pada Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

 PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) menjadi pemegang saham PT.

Perkebunan Nusantara I, PT. Perkebunan Nusantara II, PT.

Perkebunan Nusantara IV, PT. Perkebunan Nusantara V, PT.

Perkebunan Nusantara VI, PT. Perkebunan Nusantara VII, PT.

Perkebunan Nusantara X, PT. Perkebunan Nusantara XI, PT.

Perkebunan Nusantara XII, PT. Perkebunan Nusantara XII, dan PT.

Perkebunan Nusantara XIV masing-masing sebesar 90%.

 Kepemilikan saham milik Negara Republik Indonesia pada PT.

Perkebunan Nusantara I, PT. Perkebunan Nusantara II (Persero), PT.

Perkebunan Nusantara IV, PT. Perkebunan Nusantara V, PT.

Perkebunan Nusantara VI, PT. Perkebunan Nusantara VII, PT.

Perkebunan Nusantara VIII, PT. Perkebunan Nusantara IX, PT.

Perkebunan Nusantara X, PT. Perkebunan Nusantara XI, PT.

Perkebunan Nusantara XII, PT. Perkebunan Nusantara XII, dan PT.

Perkebunan Nusantara XIV masing-masing menjadi 10%.

Nilai penambahan penyertaan modal Negara Republik Indonesia ke dalam modal saham PT Perkebunan Nusantara III (Persero) sebesar Rp10.190.379.000.000 ditetapkan melalui Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 468/KMK.06/2014 tanggal 1 Oktober 2014. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.767/KMK.06/2015 tanggal 24 Juli 2015 ditetapkan bahwa nilai pertambahan penyertaan modal Negara Republik Indonesia ke dalam modal saham PT Perkebunan Nusantara III (Persero) menjadi sebesar Rp27.588.578.194.542. Nilai tersebut merupakan nilai definitif penambahan penyertaan modal Negara Republik Indonesia ke dalam modal saham PT Perkebunan Nusantara III (Persero) sesuai perhitungan nilai wajar saham per tanggal 30 September 2014 yang berasal dari pengalihan 90%

saham milik Negara Republik Indonesia pada PT Perkebunan Nusantara I, PT

Perkebunan usantara II, PT Perkebunan Nusantara IV, PT Perkebunan Nusantara V, PT Perkebunan Nusantara VI , PT Perkebunan Nusantara VII, PT Perkebunan Nusantara VIII, PT Perkebunan Nusantara IX, PT Perkebunan Nusantara X, PT Perkebunan Nusantara XI, PT Perkebunan Nusantara XII, PT Perkebunan Nusantara XIII dan PT Perkebunan Nusantara XIV. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 135 tahun 2015 tanggal 28 Desember 2015, Negara Republik Indonesia melakukan penambahan penyertaan modal ke dalam modal PT Perkebunan Nusantara III (Persero) sebesar Rp3.150.000.000.000 yang diteruskan sebagai penambahan modal PT Perkebunan Nusantara III (Persero) kepada PT Perkebunan Nusantara VII, PT Perkebunan Nusantara IX, PT Perkebunan Nusantara X, PT Perkebunan Nusantara XI dan PT Perkebunan Nusantara XII masing-masing sebesar Rp157.500.000.000, Rp900.000.000.000, Rp877.500.000.000, Rp585.000.000.000 dan Rp630.000.000.000.

3.3 Analisis Laporan Keuangan

A. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Tujuan utama analisis laporan keuangan adalah agar dapat mengetahui posisi keuangan, setelah dilakukan analisis laporan secara mendalam, akan terlihat apakah perusahaan dapat mencapai target yang telah direncanakan sebelumnya atau tidak.

Hasil analisis laporan keuangan juga akan memberikan informasi tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Dengan mengetahui

tersebut. Kemudian, kekuaatan yang dimiliki perusahaan harus dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Kekuatan ini dapat dijadikan modal selanjutnya ke depan.

Dengan adanya kelemahan dan kekuatan yang dimiliki, akan tergambar kinerja manajemen selama ini.

B. Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan

Kegiatan dalam analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan cara menentukan dan mengukur antara pos-pos yang ada dalam satu laporan keuangan.

Kemudian, analisis laporan keuangan juga dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan yang dimiliki dalam satu periode. Disamping itu, analisis laporan keuangan dapat dilakukan pula antara beberapa periode (misalnya dua tahun).

Analisis laporan keuangan yang dilakukan untuk beberapa periode adalah menganalisis antara pos-pos yang ada dalam satu laporan. Atau dapat pula dilakukan antara satu laporan dengan laporan yang lainnya. Hal ini dilakukan agar lebih tepat dalam menilai kemajuan atau kinerja manajemen dari periode ke periode selanjutnya.

Ada beberapa tujuan dan manfaat bagi berbagai pihak dengan adanya analisis laporan keuangan. Secara umum dapat dikatakan tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah :

1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah

2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan

3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan

4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini 5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu

penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal

6. Dapat juga digunakan sebagai pembandingan dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai

3.4 Rasio Keuangan

A. Pengertian Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode.

B. Tujuan dan Manfaat Rasio Keuangan

1.Tujuan Rasio Keuangan

Hasil rasio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah

ditetapkan. Kemudian juga dapat dinilai kemampuan manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan secara efektif.

2. Manfaat Rasio Keuangan

Dari kinerja yang dihasilakan ini juga dapat dijadikan sebagai evaluasi hal-hal yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan atau dipertahankan sesuai dengan target perusahaan.

Atau kebijakan yang harus diambil oleh pemilik perusahaan untuk merubah sistem manajemennya.

C. Bentuk-bentuk Rasio Keuangan

Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan, dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan. Setiap rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan, dan arti tertentu. Kemudian, setiap hasil dari rasio yang diukur diinterpretasikan sehingga menjadi berarti bagi pengambilan keputsan.

Berikut ini adalah bentuk-bentuk rasio keuangan menurut beberapa ahli keuangan yaitu.

Menurut (Kasmir, 2008), bentuk-bentuk rasio keuangan adalah sebagai berikut :

1. Rasio Likuiditas (liquiditiy Ratio)

 Rasio Lancar (Current Ratio)

2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)

 Total utang dibandingkan dengan total aktiva atau rasio utang

(Debt Ratio)

 Jumlah kali perolehan bunga (Times Interest Earned)

 Lingkup Biaya tetap (Fixed Charge Coverage)

 Lingkup Arus Kas (Cash Flow Coverage) 3. Rasio Aktivity (Activity Ratio)

 Perputaran Sediaan (Inventory Turn Over)

 Rata-rata jangka waktu penagihan/perputaran piutang (Average

Collection Period)

 Perputaran aktiva tetap (Fixed Assets Turn Over)

 Perputaran total aktiva (Total Assets Turn Over)

4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

 Margin laba penjualan (Profit Margin on Sales)

 Daya laba dasar (Basic Earning Power)

 Hasil pengembalian total aktiba (Return Earning Power)

 Hasil pengembalian ekuitas (Return on Total Equity)

5. Rasio pertumbuhan (Growth Ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya ditengah pertmubuhan perekonomian dan sektor usahanya.

 Pertumbuhan penjualan

 Pertumbuhan laba bersih

 Pertumbuhan pendapatan per saham

 Pertumbuhan dividen per saham

6. Rasio penilaian (Valuation Ratio), yait rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya investasi.

 Rasio harga saham terhadap pendapatan

 Rasio nilai pasar saham terhadap nila i buku

Kemudian, menurut James (Kasmir, 2008), jenis rasio dibagi menjadi sebagai berikut:

1. Rasio Likuiditas (liquidity ratio)

 Rasio Lancar (current ratio)

 Rasio sangat Lancar (quick ratio atau acid test ratio) 2. Rasio Pengungkit (Leverage Ratio)

 Total Utang terhadap Ekuitas

 Total utang terhadap total aktiva 3. Rasio Pencakupan (coverage ratio)

 Bunga penutup

4. Rasio Aktivitas (activity ratio)

 Perputaran piutang (receivable turn over)

 Rata-rata penagihan piutang (average collection period)

 Perputaran sediaan (inventory turn over)

 Perputaran total aktiva (total assets turn over) 5. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

 Margin laba bersih

 Pengembalian investasi

 Pengembalian ekuitas

Dari pengertian dan jenis rasio yang dikemukakan di atas, hampir seluruhnya sama dalam menggolongkan rasio keuangan, masing-masing ahli keuangan hanya berbeda dalam penempatan kelompok rasionya, namun esensi dari penilaian rasio keuangan tidak menjadi masalah.

D. Pengukuran Rasio Keuangan

Semua rasio di atas akan lebih bermakna jika ada standar pengukuran, seperti perusahaan sejenis yang terbaik dan atau rata-rata industri. Dengan kata lain, apakah rasio perusahaan yang dianalisis berada di atas atau dibawah rata-rata industri.

Jika rasio perusahaan yang dianalisis lebih tinggi dari rata-rata industri, apakah baik atau tidak ? Jawabannya, tergantung rasio apa yang digunakan.

Prinsipnya jika rasio perusahaan yang sedang dianalisis lebih tinggi dari rata-rata industri adalah baik, jika rasio tersebut tentang hasil atau laba dan aktiva atau harta, sebaliknya rasio perusahaan yang dianalisis lebih tinggi dari rata-rata industri adalah tidak baik tentang biaya atau beban dan utang.

3.5 Penilaian Kinerja

BUMN sebagai perusahaan negara telah mengalami perkembangan dalam pengelolahannya, dan cenderung mengarah ke arah profesionalisme

pengelolaannya dengan memperhatikan aspek produktivitas, efektivitas, dan efisiensi. Yang berhubungan dengan rasio-rasio berikut :

3.5.1 Rasio Likuiditas A. Pengertian rasio likuiditas

Rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan). Dengaan demikian, dapat dikatakan bahwa kegunaan rasio ini adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total passiva lancar (utang jangka pendek). Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu.

Terdapat dua hasil penilaian terhadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Sebaliknya, jika perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut, dikatakan perusahaan dalam keadaan illikuid.

B. Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas

Pihak yang paling mendapatkan manfaat dari perhitungan rasio likuiditas

perusahaan dan pihak manajemen itu sendiri. Kemudian, pihak luar perusahaan juga memiliki kepentingan, seperti pihak kreditor atau penyedia dana bagi perusahaan, misalnya perbankan. Atau juga penyedia dana bagi supplier yang menyalurkan atau menjual barang yang pembayaran secara angsuran kepada perusahaan.

Oleh karena itu, perhitungan rasio likuiditas tidak hanya berguna bagi perusahaan, namun juga bagi pihak luar perusahaan. Berikut ini adalah tujuan dan manfaat dari hasil rasio likuiditas:

1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu)

2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban yang berumur di bawah satu tahun atau sama dengan satu tahun, dibandingkan dengan total aktiva lancar.

3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang.

Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi sediaan dan utang yang dianggap likuiditasnya lebih rendah.

4. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.

5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.

6. Sebagai alat perencanaan kedepan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang.

7. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.

8. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.

9. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.

10. Bagi pihak luar perusahaan, seperti pihak kreditor, investor, distributor, dan masyarkat luas, rasio likuiditas bermanfaat untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban kepada pihak ketiga. Hal ini tergambar dari rasio yang dimilikinya. Kemampuan membayar tersebut akan memberikan jaminan bagi pihak kreditor untuk memberikan pinjaman selanjutnya.

11. Kemudian bagi pihak destributor adanya kemampuan membayar mempermudah dalam memberikan keputusan untuk menyetujui penjualan barang sagangan secara angsuran. Artinya, ada jaminan bahwa pinjaman yang diberikan akan mampu dibayar secara tepat waktu. Namun, resiko likuiditas bukanlah satu-satunya cara atau syarat untuk menyetujui pinjaman atau penjualan barang secara kredit.

C. Jenis-jenis Rasio Likuiditas

Untuk mengukur rasio keuangan secara lengkap, dapat menggunakan jenis-jenis rasio likuiditas yang ada.

Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan, yaitu:

1. Rasio lancar (current ratio)

Current ratio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utang tersebut.

2. Rasio sangat lancar (quick ratio atau acid test ratio)

Quick ratio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan (inventory).

3. Rasio kas (cash ratio)

Rasio kas atau cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.

4. Rasio perputaran kas

Rasio perputaran kas ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan.

5. Inventory to net working capital

Inventory to net working capital merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.

3.5.1.1 Ratio Lancar (current ratio)

A. Pengertian Rasio Lancar

Rasio lancar atau (current ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo

Aktiva lancar (current assets) merupakan harta perusahaaan yang dapat dijadikan uang dalam waktu singkat (maksimal satu tahun) komponen aktiva

Aktiva lancar (current assets) merupakan harta perusahaaan yang dapat dijadikan uang dalam waktu singkat (maksimal satu tahun) komponen aktiva

Dokumen terkait