• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN SEBELUM DAN SESUDAH HOLDING OLEH: FITRI HANDAYANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN SEBELUM DAN SESUDAH HOLDING OLEH: FITRI HANDAYANI"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN SEBELUM DAN SESUDAH HOLDING

OLEH:

FITRI HANDAYANI 152102011

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan pada Program Diploma III

PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil „alamin, Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan ridho-Nya karena hal tersebut penulis dapat mengerjakan Tugas Akhir yang berjudul Analisis Kinerja Keuangan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan Sebelum dan Sesudah Holding. Guna memenuhi syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tugas penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat, yaitu:

1. Terkhusus untuk Kedua Orang Tua yang sangat penulis hormati dan cintai Ayahanda Ismed Iwandi dan Ibunda Suji Astuti yang selama ini dengan sabar terus mendoakan dan membimbing penulis di setiap kesempatan, serta memberikan penulis dukungan secara moril maupun materil .

2. Kedua kakak penulis, Atika Pratiwi, Utari Rahayu Tami , dan kedua abang penulis, Zainuddin Tanjung, dan Rudianto yang selalu mendoakan dan memberikan semangat untuk segera menyelesaikan Tugas Akhir ini

3. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara beserta seluruh Dosen dan Staf pengajar .

4. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak., CA, selaku Ketua Program Studi Diploma III Akuntansi Universitas Sumatera Utara

(4)

5. Bapak Abdillah Arif Nasution, SE., M.Si. Ak selaku sekretaris Program Studi Diploma III Akuntansi Universitas Sumatera Utara

6. Bapak Drs. Hotmal Ja‟far, MM, Ak sebagai Dosen pembimbing penulis yang selalu memberi arahan dan bimbingan selama proses penulisan Tugas Akhir berjalan.

7. Pimpinan dan seluruh karyawan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan izin, menyediakan data- data yang diperlukan serta memberi saran dalam penyusunan tugas akhir ini.

8. Teman yang selama ini menemani hari-hari penulis sejak masa SMA Nisaafif dan Rere yang sampai sekarang masih selalu memberi dukungan semangat

9. Teman seperjuangan dari awal kuliah sampai akhir Asri Dita Putri, Putri Srisuci R. Nasution, Nurul Amani Siregar yang selalu memberikan semangat dan doa.

10. Untuk PACULITE yang selama ini menemani perjalanan perkuliahan dan juga teman Liqo Putri, Uyun, Dian, Nikken, Sarah, Rizky dan terkhususnya Kak Zuriyah, terus saling mendoakan dan tetap selalu saling mengingatkan dalam kebaikan ya.

11. Teman-teman D-III Akuntansi yang selama ini melewati kebersamaan di masa suka dan duka perkuliahan dan proses pembuatan Tugas Akhir.

Medan, 2018 Penulis

FITRI HANDAYANI NIM. 152102011

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Jadwal Kegiatan ... 6

1.6 Sistematika Penulisan ... 7

BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan ... 9

2.2 Visi dan Misi Perusahaan ... 12

2.3 Struktur Organisasi ... 12

2.4 Job Description ... 13

2.5 Kinerja Usaha Terkini ... 17

2.6 Jaringan Usaha Kegiatan ... 19

2.7 Rencana Kegiatan ... 22

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Kinerja Keuangan ... 26

3.2 Pengertian Holding ... 27

3.4 Analisis Laporan Keuangan ... 30

3.4 Rasio Keuangan ... 32

3.5 Penilaian Kinerja ... 36

3.6 Metode Penelitian ... 50

3.7 Hasil Pembahasan ... 52

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 63

4.2 Saran ... 64

(6)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Jadwal Survei/Observasi dan Penyusunan Tugas Akhir ... 6

2.1 Jaringan Usaha Kegiatan PTPN III (Persero) Medan pada Pabrik Karet ... 19

2.2 Jaringan Usaha Kegiatan PTPN III (Persero) Medan pada Kelapa Sawit ... 20

2.3 Jaringan Usaha Kegiatan Anak Perusahaan PTPN III (Persero) Medan ... 21

3.1 Data Current Ratio sebelum Holding ... 53

3.2 Data Current Ratio sesudah Holding... 54

3.3 Data Cash Ratio sebelum Holding ... 56

3.4 Data Cash Ratio sesudah Holding ... 56

3.5 Data Debt to Asset Ratio sbelum Holding ... 58

3.6 Data Debt to Asset Ratio sesudah Holding ... 59

3.7 Data Debt to Equity Ratio ... 61

3.8 Data Debt to Equiy Ratio ... 61

(7)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Sejarah Perusahaan Sesudah Penggabungan ... 11 2.2 Struktur organisasi PT. Perekebunan Nusantara III (Persero) Medan ... 13

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1. Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian 31 Desember 2012... 66

2. Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian 31 Desember 2013... 68

3. Laporan Posisi Keuangan Entitas Induk 31 Desember 2015 ... 70

4. Laporan Posisi Keuangan Entitas Induk 31 Desember 2016 ... 72

5. Surat Izin Riset ... 74

(9)

ABSTRAK

Satu hal penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah kinerja pada perusahaan. Kinerja yang buruk berdampak terhadap posisi keuangan yang ada diperusahaan tersebut. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Kinerja perusahaan juga dapat dilihat dan dianalisis dari informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dan dapat diukur melalui banyak teknik salah satunya dengan menggunakan analisis laporan keuangan, yang mana alat dari analisis laporan keuangan adalah rasio-rasio keuangan.

Melalui rasio keuangan penelitian atas perusahaan dapat diketahui untuk kemudian dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan dan hal-hal yang dianggap penting bagi pihak manajemen.

Analisis rasio ini dapat memberikan penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dalam hal ini yang dimaksud ialah Badan Usaha Milik Negara yaitu Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) III Medan, Adapun bentuk rasio yang digunakan dalam melakukan analisis ini adalah rasio likuiditas dan rasio solvabilitas.

Kemudian di tahun 2014 di PTPN III (Persero) ini mengalami sistem holding, dan apakah hal tersebut akan berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang ada di perusahaan tersebut.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Satu hal penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah kinerja pada perusahaan. Kinerja yang buruk berdampak terhadap posisi keuangan yang ada diperusahaan tersebut. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Kinerja perusahaan juga dapat dilihat dan dianalisis dari informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dan dapat diukur melalui banyak teknik salah satunya dengan menggunakan analisis laporan keuangan, yang mana alat dari analisis laporan keuangan adalah rasio-rasio keuangan.

Melalui rasio keuangan penelitian atas perusahaan dapat diketahui untuk kemudian dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan dan hal-hal yang dianggap penting bagi pihak manajemen.

Analisis rasio ini dapat memberikan penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dalam hal ini yang dimaksud ialah Badan Usaha Milik Negara yaitu Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) III Medan, Adapun bentuk

(11)

rasio yang digunakan dalam melakukan analisis ini adalah rasio likuiditas dan rasio solvabilitas.

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Fungsi lain rasio likuiditas adalah untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan). Rasio likuiditas atau sering juga disebut rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan seluruh komponen yang ada di aktiva lancar dengan komponen di passiva lancar (utang jangka pendek). Rasio likuiditas dapat diukur dengan Current Ratio (Rasio Lancar) dan Cash Ratio (Rasio Kas).

Rasio lancar atau current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Penghitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar. Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya.

(12)

Rasio solvabilitas atau leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiaya dengan hutang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.

Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajiban, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).

Debt to asset ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.

Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang , termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.

Pada tahun 1994, 3 (tiga) BUMN Perkebunan yang terdiri dari PT Perkebunan III (Persero), PT Perkebunan IV (Persero) dan PT Perkebunan V (Persero) pengelolaannya ke dalam satu manajemen. Kemudian di tahun 1996 Melalui Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1996 tanggal 14 Pebruari 1996, ketiga perseroan tersebut digabung dan diberi nama PT Perkebunan Nusantara III (Persero) yang berkedudukan di Medan, Sumatera Utara. Pada tahun 2014, Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 2014 tanggal 17 September 2014,

(13)

tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam modal saham. PT Perkebunan Nusantara III (Persero), ditetapkan bahwa Negara Republik Indonesia melakukan penambahan penyertaan modal ke dalam modal saham PT Perkebunan Nusantara III (Persero) sebesar 90% yang berasal dari pengalihan saham milik Negara Republik Indonesia pada PT Perkebunan Nusantara (Persero) lainnya. Berarti mulai tahun 2014 perkebunan BUMN sudah memulai sistem holding, dan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) sebagai induk perusahaannya. Dan sistem holding ini berpengaruh terhadap laporan manajemen dari PT Perkebunan Nusantara III (Persero) itu sendiri. Dimana laporan manajemen ini berhubungan dengan hasil akhir analisis laporan keuangan untuk dijadikan alat untuk pengambilan keputusan pihak manajemen, salah satunya untuk menilai kinerja keuangan perusahaan itu sendiri.

Dari pernyataan di atas tujuan penulis mengambil judul “Analisi Kinerja Keuangan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan sebelum dan sesudah holding” adalah untuk mengetahui tingkat kinerja keuangan PT. Perkebunan Nusanta III (Persero ) Medan, yang diambil sampel 2 tahun sebelum holding dan 2 tahun sesudah holding.

1.2 Rumusan Masalah

Pada tahun 2014 perkebunan BUMN mengalami Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam modal saham PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), ditetapkan bahwa Negara Republik Indonesia melakukan penambahan penyertaan modal ke dalam modal saham PT Perkebunan Nusantara III (Persero) sebesar 90% yang berasal dari pengalihan saham milik Negara

(14)

Republik Indonesia pada PT Perkebunan Nusantara (Persero) lainnya, atau sering disebut holding. Berdasarkan pernyataan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah untuk Tugas Akhir ini adalah:

1. Bagaimana kinerja keuangan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan 2 tahun sebelum holding dan 2 tahun sesudah holding ditinjau dari rasio likuiditas yaitu current ratio dan cash ratio dan rasio solvabilitas yaitu Debt to asset ratio (debt ratio) dan Debt To equity ratio

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui kinerja keuangan PT. Perkebunan Nusantara III ditinjau dari rasio likuiditas yaitu; current ratio dan cash ratio, dan rasio solvabilitas yaitu Debt to asset ratio (debt ratio) dan Debt To equity ratio b. Untuk mengetahui kondisi kinerja keuangan PT. Perkebunan Nusantara III

(Persero) Medan sebelum holding dan sesdah holding.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi peniliti, untuk menambah dan memperdalam wawasan tentang kinerja keuangan suatu perusahaan melalui analisi laporan keuangan dan yang menjadi alatnya adalah rasio likuiditas dan solvabilitas.

b. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk terus memajukan kinerja keuangan yang ada di perusahaan.

c. Bagi peneliti lainnya, sebagai pembanding dalam melakukan penelitian agar hasil penelitian yang akan datang menjadi lebih baik lagi.

(15)

1.5 Jadwal Kegiatan

Berikut ini adalah jadwal penelitian yang dilakukan peneliti dalam penyusunan Tugas Akhir :

Tabel 1.1

Jadwal Survei/Observasi dan Penyusunan Tugas Akhir

No Kegiatan

Feb Maret April Mei Juni Juli

2018 2018 2018 2018 2018 2018

I IV I II I III II I II III IV

1

Pengesahan Penulisan Tugas

Akhir

2 Pengajuan Judul

3 Penerimaan judul

4 Pengajuan Dosen

Pembimbing

5 Permohonan Izin

Riset

6 Pengumpulan Data

7 Memberi Proposal

Tugas Akhir

8 Penyusunan Tugas

Akhir

9 Bimbingan Tugas

Akhir

10 Penyelesaian Tugas

Akhir

(16)

1.6 Sistematika Penulisan

Rencana isi terdiri dari empat bab, dimana setiap bab saling memiliki keterkaitan antara bab satu dengan bab yang lainnya. Sistematika ini dibuat untuk mempermudah penulisan tugas akhir. Adapun rencana isi dari penulisan ini adalah :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta rencana penulisan terdiri dari jadwal survei/observasi dan rencana isi.

BAB II : PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN

Pada bab ini membahas tentang sejarah ringkas, struktur organisasi, job description, jaringan usaha, kinerja usaha terkini dan rencana usaha.

BAB III : ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT.

PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN

Pada bab ini membahas tentang holding, kinerja keuangan.

Membahas analisis rasio keuangan baik tujuan, manfaat, bentuk-bentuk dan juga pengukuran analisis rasio keuangan. Membahas tentang Rasio likuiditas dan juga bagian dari rasio likuiditas itu sendiri yaitu current ratio

(17)

(rasio lancar) dan cash ratio (rasio kas). Membahas rasio Solvabilitas yaitu Debt to asset ratio (debt ratio) dan Debt to equity ratio. Kemudian dari keteragan-keterangan yang ada dilakukan perhitungan dengan menggunakan rasio- rasio tersebut untuk mengetahui bagaimana kinerja PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan sebelum holding dan sesudah holding.

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini membahas mengenai kesimpulan dan saran tentang kinerja keuangan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

(18)

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantar III (Persero) Holding merupakan Badan Usah Milik Negara yang bergerak di bidang pengelolaan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Komiditi yang diushakan adalah kelapa sawit, karet, tebu, teh, kopi, kakao, tembakau, aneka kayuan, buah-buahan dan aneka tanaman lainnya.

Peraturan pemerintah No. 72 Tahun 2014 tentang penambahan penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan PT.Perkebunan Nusantara III (PTPN III) dimana terjadinya pengalihan 90%

saham milik pemerintah diatas PTPN tersebut menjadi 10%. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Holding Perkebunan pada tahun 2015 mempunyai karyawan tetap sebanyak 139.669 orang yang terdiri dari 132.826 orang karyawan pelaksana dan 6.843 orang karyawan pimpinan. Total luas areal yang dimiliki oleh PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Holding Perkebunan adalah 1.181.751,03 Ha dengan status pengusahaan lahan sekitar 68% sudah bersertifikat, 20% sertifikat berakhir/dalam proses perpanjangan dan 12% belum bersertifikat. Sedangkan total planted area yang dimiliki PTPN sebesar 817.536 Hektar yang terdiri dari komoditi kelapa sawit, karet, teh, tebu, kopi, kakao, tembakau, kayu dan hortikultura. Selain itu guna meningkatkan kesejahteraan

(19)

masyarakat sekitar PTPN juga memiliki areal kebun plasma seluas 457.794 Hektar.

a. Sejarah Perusahaan Sebelum Penggabungan 1. Tahun 1998

Sejarah Perseroan diawali dengan proses pengambilalihan perusahaan-perusahaan perkebunan milik Belanda oleh Pemerintah RI yang dikenal sebagai proses nasionalisasi perusahaan perkebunan asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN).

2. Tahun 1968

Perseroan Perkebunan Negara (PPN) direstrukturisasi menjadi beberapa kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan (PNP)

3. Tahun 1974

Bentuk badan hukumnya diubah menjadi PT Perkebunan (Persero).

Guna meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegitan usaha perusahaan BUMN. Pemerintah merestrukturisasi BUMN subsektor perkebunan dengan melakukan penggabungan usaha berdasarkan wilayah eksploitasi dan perampingan struktur organisasi. Diawali dengan langkah penggabungan manajemen

4. Tahun 1994

3 (tiga) BUMN Perkebunan yang terdiri dari PT Perkebunan III (Persero), PT Perkebunan IV (Persero) dan PT Perkebunan V (Persero) pengelolaannya ke dalam satu manajemen.

5. Tahun 1996

(20)

Melalui Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1996 tanggal 14 Pebruari 1996, ketiga perseroan tersebut digabung dan diberi nama PT Perkebunan Nusantara III (Persero) yang berkedudukan di Medan, Sumatera Utara. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) didirikan dengan Akte Notaris Harun Kamil, SH, No . 36 tanggal 11 Maret 1996 dan telah disahkan Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-8331.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 Agustus 1996 yang dimuat di dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 81 Tahun 1996 Tambahan Berita Negara No. 8674 Tahun 1996

b. Sejarah Perusahaan Sesudah Penggabungan

Sumber : http://www.ptpn3.id/index.php/id/tentang/manajemen/16-id/tentang Gambar 2.1

Sejarah Perusahaan Sesudah Penggabungan

(21)

2.2 VISI DAN MISI PERUSAHAAN VISI

Menjadi Perusahaan Agribisnis Kelas Dunia dengan Kinerja Prima dan Melaksanakan Tata Kelola Bisnis Terbaik.

MISI

a. Mengembangkan industri hilir berbasis perkebunan secara berkesinambungan.

b. Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan.

c. Memperlakukan karyawan sebagai aset strategis dan mengembangkannya secara optimal.

d. Menjadikan perusahaan terpilih yang memberikan “imbal hasil” terbaik bagi para investor.

e. Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis.

2.3 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi PT. Perekebunan Nusantara III (Persero) Medan

(22)

Sumber : http://www.ptpn3.id/index.php/id/tentang/manajemen/16-id/tentang Gambar 2.2

Struktur organisasi PT. Perekebunan Nusantara III (Persero) Medan

2.4 Job Description

Di dalam Organisasi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) sumber wewenang berasal dari RUPS dan kemudian didelegasikan kepada Dewan Komisaris, dan Dewan Komisaris mendelegasikan kepada Direktur terkait yaitu : Direktur Produksi, Direktur Keuangan, Direktur Pemasaran dan Direktur SDM.

Berikut ini adalah uraian tugas direksi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan yang dapat dilihat sebagai berikut :

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

(23)

RUPS adalah pimpinan tertinggi yang membawahi Dewan Komisaris, Direktur, serta setingkat dibawahnya.Tugas dan wewenang RUPS adalah :

a. Mengangkat dan menghentikan Dewan Komisaris.

b. Bertanggung jawab atas pelaksanan dan penggunaan modal / asset perusahaan sesuai dalam mencapai tujuan.

c. Mengawasi Dewan Komisaris dalam melakukan tugas yang telah dibebankan kepadanya oleh pemegang saham.

2. Dewan Komisaris

Dewan Komisaris terdiri dari 1 Komisaris Utama dan 4 Komisaris anggota yang bertugas untuk mengawasi pekerjaan Direktur Utama.Tugas dan Wewenang Dewan Komisaris adalah sebagai berikut :

a. Mengawasi jalannya perusahaan.

b. Membantu pimpinan di dalam menginvestasikan dana perusahaan.

3. Direktur Utama

Berfungsi untuk mengambil keputusan dan penanggung jawab utama atas jalannya Pelaksanaan Operasional Perusahaan Secara teratur, terarah dan terpadu. Tugas dan wewenang Direktur utama :

a. Melaksanakan kebiasaan perusahaan, sesuai dengan yang diatur di dalam anggaran perusahaan, serta ketentuan yang digariskan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, Mentri Pertanian selaku kuasa Pemegang Saham dan Dewan Komisaris.

(24)

b. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas para anggota Direksi dan mengawasi secara umum.

c. Bersama-sama dengan anggota Direksi lainnya mewakili prusahaan di dalam dan diluar Pengadilan

d. Bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham melalui Dewan Komisaris.

e. Menetapkan langkah-langkah pokok dalam melaksanakan kebijakan pemerintah.

4. Direktur Pelaksana

Berfungsi dalam mengelola bidang tanaman, Produksi, teknik, Pengolahan dan lainnya yang berkaitan dengan fungsi tersebut diatas.

Tugas dan wewenang Direktur Produksi :

a. Menyusun perencanaan dibidang pekerjaan yang tercantum dalam kebijaksanaan Direksi.

b. Melaksanakan peraturan-peraturan dan pengendalian dari unit-unit usaha dan sarana pendukungnya mencakup tanaman.

c. Melaksanakan pemberian dan pengawasan terhadap kegiatan yang tercantum pada kebijaksanaan Direksi.

d. Melaksanakan rencana rehabilitasi dan investasi dibidang tanaman maupun sarana pendukung produksi lainnya dari unit-unit usaha yang telah ada. Direktur Produksi bertanggung jawab kepada Direktur Utama dan kepada Rapat Umum Pemegang Saham melalui Dewan Komisaris

(25)

5. Direktur Keuangan

Direktur Keuangan khusus mengelola bagian keuangan perusahaan. Tugas dan wewenang Direktur Keuangan :

a. Menyusun perencanaan dibidang keuangan.

b. Menetapkan Administrasi ketentuan-ketentuan dibidang keuangan.

c. Mengelola Administrasi keuangan secara umum pada bidang keuangan dan perkantoran serta segala sesuatu yang berkaitan dengan itu.

d. Melaksanakan pengendalian pengawasan terhadap bidang- bidangnya. Direktur keuangan bertanggung jawab kepada Direktur Utama dan Rapat Umum Pemegang Saham melalui Dewan Komisaris.

6. Direktur Sumber Daya Manusia

Berfungsi dalam mengelola bidang ketenaga kerjaandan umum serta pembinaan usaha kecil dan Koperasi. Tugas dan wewenang Direktur SDM :

a. Menyusun perencanaan dibidang ketenaga kerjaan dan masalah umumserta kesejahteraan karyawan.

b. Menetapkan ketentuan-ketentuan pelaksanaan dibidang yang dikelolanya.

c. Mengelola sumber daya manusia yang ada secara umum.

d. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan terhadap bidang- bidang yang dikelolanya.

(26)

7. Direktur Pemasaran

Berfungsi dalam mengelola bidang pemasaran perusahaan yang mencakup pengadaan dan penjualan barang. Tugas dan wewenang Direktur Pemasaran :

a. Menyusun perencanaan dibidang Pemasaran.

b. Menetapkan ketentuan-ketentuan dibidang pemasaran.

c. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan terhadap bidang tersebut.

2.5 Kinerja Usaha Terkini

Untuk memenuhi Visi dan Misi Perusahaan untuk mengembangkan usaha perkebunan yang berkelanjutan melalui proses pengelolaan kelapa sawit yang lestari, PT. Perkebunan Nusantara III berkomitmen dan bertekad untuk:

1. Menciptakan transparansi kepada Stekholders melalui penyediaan informasi di Seluruh Unit Kerja.

2. Mematuhi peraturan perundangan dan melakukan evaluasi sebagai bukti ketaatan terhadap pemenuhan peraturan perundangan.

3. Komitmen terhadap kelayakan ekonomi keuangan jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek sosial, peraturan perundangan yang berlaku sebagai dasar opersional perusahaan.

4. Melakukan praktek kerja yang baik, cepat, dan tepat.

5. Bertanggung jawab terhadap lingkungan konservasi sumber daya alam dan keanekaragaman hayati dengan melakukan monitoring dan pengelolaan pada kawasan yang bernilai konservasi tinggi.

(27)

6. Bertanggung jawab kepada pekerja dan komunitas sekitar kebun dengan melakukan penilaian dampak yang ditimbulkan dari kegiatan perusahaan.

7. Menghormati hak dan martabat pekerja, memperlakukan secara adil dan bebas dari segala bentuk diskriminasi termasuk mencegah segala pelecehan dan kekerasan seksual serta melindungi hak-hak reproduksi seluruh pekerja.

8. Melarang segala bentuk kerja paksa pada setiap pekerja dan melarang adanya praktek perdagangan tenaga kerja.

9. Melakukan pengembangan perkebuanan baru yang bertanggung jawab melalui mekanisme FPIC (Free Prior and Informed Consent), pemberian informasi dan negosiasi sebelum pengembangan dan pembentukan perkebunan baru.

10. Komitmen terhadap perbaikan terus menerus. Kebijakan tersebut harus diimplementasikan oleh Manajemen dan Seluruh Karyawan di setiap kegiatan operasional perusahaan.

(28)

2.6 Jaringan Usaha Kegiatan 1. Pabrik Karet

Tabel 2.1

Jaringan Usaha Kegiatan PTPN III (Persero) Medan pada Pabrik Karet

PPK Rantau Prapat Ribbed Smoked Sheet 12

PPK Sei Silau Ribbed Smoked Sheet 12

PPK Bandar Betsy Ribbed Smoked Sheet 16

PPK Rambutan Lateks Pekat 30

PPK Hapesong Ribbed Smoked Sheet 12

Jumlah Kapasitas

Ribbed Smoked Sheet 79,8

Crumb Rubber 60

Lateks Pekat 60

Sumber : http://www.ptpn3.id/index.php/id/tentang/manajemen/16-id/tentang Pabrik Pengolah Karet

(PPK)

Mutu Produk

Kapasitas Olah (Ton Karet Kering/Hari)

PPK Gunung Para

Ribbed Smoked Sheet 16,8

Crumb Rubber 30

PPK Sarang Ginting

Ribbed Smoked Sheet 11

Lateks Pekat 30

PPK Mambang Muda Crumb Rubber 30

(29)

2. Pabrik Kelapa Sawit

Tabel 2.2

Jaringan Usaha Kegiatan PTPN III (Persero) Medan pada Kelapa Sawit Pabrik Pengolah Kelapa Sawit (PKS) Kapasitas (Ton TBS/Jam)

Rambutan 30

Sei Mangkei 75

Sei Silau 60

Aek Nabara Selatan 60

Sisumut 30

Aek Torop 60

Aek Raso 30

Torgamba 60

Sei Baruhur 30

Sei Daun 60

Sei Meranti 60

Hapesong 30

Jumlah Kapasitas 585

Sumber: http://www.ptpn3.id/index.php/id/tentang/manajemen/16-id/tentang

(30)

3. Anak Perusahaan PTPN III

Tabel 2.3

Jaringan Usaha Kegiatan Anak Perusahaan PTPN III (Persero) Medan Anak Perusahaan Bidang Usaha Kepemilikan Saham PT Industri Karet

Nusantara

Industri Rubber Thread, Rubber, Article, dan Resiprene.

99.99

PT Sri Pamela Medika Nusantara

Rumah Sakit, Pelayanan Medis dan Kesehatan.

99,99

PT Industri Nabati Lestari Industri Turunan Kelapa Sawit 99.99

PT ESW Nusantara Tiga

Industri Pengolahan Serbuk Batang Kelapa Sawit.

74,11

JIC Wood Company Limited

Industri Panel Wood dari Serbuk Kelapa Sawit.

60,00

PT Sarana Argo Nusantara

Jasa Pompa, Ekspedisi, dan Sewa Tangki.

39,92

PT Mutiara Nusantara

Industri Furniture Part berbahan baku kayu karet.

30,00

PT Perkebunan Mitra Ogan

Industri Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet Pertanian

26,42

dan Indutri Perdagangan

PT Bio Industri Nusantara

Industri Pupuk, Konsultan, dan Perdagangan

25,00

(31)

Anak Perusahaan Bidang Usaha Kepemilikan Saham PT Kharisma Pemasaran

Bersama

Jasa Pemasaran dan Logistik

Komoditas Perkebunan 7,14

Nusantara

PT Riset Perkebunan Nusantara

Jasa (Penelitian dan Konsultan)

Pertanian dan Perdagangan 6,67 Indoham Gmbh Jasa Pemasaran Ekspor

Pertanian Indonesia (Khususnya 5,6

produk PTPN)

PT Bursa Berjangka

Jakarta Bursa Berjangka Komoditi 3,45

Sumber : http://www.ptpn3.id/index.php/id/tentang/manajemen/16-id/tentang

2.7 Rencana Kegiatan 1. Analisis Prospek Usaha

Prospek usaha PTPN III Holding (Persero) ke depan tergambar dari Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2017, yang merupakan penjabaran dari Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) tahun 2014 – 2018 serta visi dan misi Perseroan. Proses penyusunan RKAP tahun 2017 telah melalui masukan dan diskusi dengan Dewan Komisaris dan dengan memperhatikan masukan/aspirasi

Pemegang Saham.

Prospek usaha diyakini akan semakin membaik sejalan dengan adanya penyusunan Grand Strategy Penyehatan PTPN yang dibuat pada tahun 2016.

Dalam Grand Strategy Penyehatan PTPN ditetapkan berbagai upaya dan inisiatif perbaikan melalui kegiatan antara lain:

• Peningkatan produktivitas;

• Perbaikan struktur biaya;

(32)

• Program restrukturisasi keuangan;

• Penataan organisasi dan SDM yang diawali dengan tahapan pemetaan pejabat 1 level di bawah Direksi;

• Implementasi sistem pengadaan terpadu melalui E-Procurement.

• Implementasi secara bertahap sistem operasi berbasis IT yaitu Enterprises Resources Planning (ERP).

Inisiatif lain yang telah dimulai pada tahun 2016 adalah dimana Manajemen Holding membentuk Tim Adhoc yang beranggotakan 68 orang berasal dari seluruh PTPN untuk memonitor seluruh program kerja di setiap PTPN. Tim ini bekerja dibawah koordinasi holding dengan sistem cross working area dimana suatu tim dari PTPN akan digunakan untuk memonitor kegiatan PTPN lainnya.Tim Adhoc telah melakukan monitoring di beberapa PTPN dan menemukan beberapa permasalahan yang harus ditindaklanjuti. Diharapkan melalui pendekatan ini, terjadi perbaikan secara sistemik dan sistematik di seluruh PTPN.

Prospek usaha PTPN III Holding (Persero) semakin membaik seiring dengan perbaikan kinerja pada beberapa PTPN. Di tahun 2015 pada saat dimulainya turn around, terdapat 9 (sembilan) PTPN dalam keadaan “financial distress” yaitu PTPN I, II, V, VI, VII, VIII, IX, XIII dan XIV. Dari upaya maksimal yang telah dilakukan Manajemen Holding, saat ini tinggal 5 (lima) PTPN yang masih memerlukan perhatian khusus (major restructuring & fresh fund injection), yaitu: PTPN II, VII, VIII, IX dan XIII. Sementara PTPN lainnya secara financial sudah bisa berjalan sendiri.

(33)

Upaya untuk terus memperkuat kinerja dan keunggulan daya saing berkelanjutan PTPN III Holding (Persero) terus dilakukan khususnya untuk tahun 2017 yaitu melalui beberapa program kerja dan inisiatif, antara lain:

a. Rencana kerja tahun 2017 difokuskan kepada kegiatan revitalisasion farm dan off farm, dengan menitikberatkan kepada ketepatan waktu pelaksanaan revitalisasi.

b. Total rencana investasi yang diperlukan di tahun 2017 sebesar Rp12,9 triliun, terdiri dari investasi on farm Rp3,8 triliun, off farmpabrik gula Rp4,2 triliun, off farm non gula Rp1,7 triliun serta off farm lainnya sebesar Rp3,2 triliun.

c. Sumber pendanaan investasi tahun 2017 sebagian besar direncanakan berasal dari bank loan (fresh money injection) dengan didahului kegiatan restrukturisasi hutang bank eksisting khususnya untuk PTPN II, VII, VIII, IX dan XIII.

4. Penerapan Tata Kelola Perusahaan

Sesuai dengan visi Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero)

“Menjadi perusahaan agribisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola bisnis terbaik”, maka secara eksplisit dan tegas Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) berkomitmen kuat selalu memberikan kinerja terbaik melalui penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance/GCG) dalam seluruh kegiatan usaha dan operasional Induk Perusahaan hingga Anak Perusahaan. Kami sepenuhnya menyadari, penerapan GCG tersebut merupakan wujud nyata dari komitmen dan dedikasi

(34)

Perseroan untuk memberikan nilai tambah dan membuktikan kepercayaan dari seluruh pemegang saham dan pemangku kepentingan.

Perwujudan prinsip GCG dalam arah gerak Perusahaan selama tahun 2016 dilaksanakan dengan mengedepankan praktik usaha sesuai prinsip transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, kemandirian dan kewajaran. Berdasarkan prinsip- prinsip tersebut, Dewan Komisaris senantiasa mendorong seluruh jajaran Direksi, Manajemen dan Karyawan untuk melakukan praktik usaha yang menjunjung tinggi etika, moral serta kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku.

Sebagai bentuk komitmen peningkatan kualitas penerapan prinsip GCG, telah dilakukan asesmen GCG untuk tahun buku 2015 oleh penilai independen dengan skor 92,47 dan tergolong kategori “SANGAT BAIK”. Pencapaian ini diharapkan akan mendorong manajemen untuk terus meningkatkan kelengkapan infrastruktur GCG dan pembentukan kultur perusahaan berbasis prinsip-prinsip GCG dan bisnis beretika.

(35)

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melakukan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Laba sering digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar untuk pengukuran lain, seperti tingkat pengembalian investasi atau laba per saham. Unsur-unsur laporan keuangan yang secara langsung terkait dengan pengukuran laba adalah penghasilan dan beban.

Kinerja merupakan hal yang penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan seumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penelitian kinerja adalah untuk memotivasi para karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan.

Kinerja keuangan digunakan sebagai ukuran umum dari kinerja secara keseluruhan keuangan perusahaan selama periode waktu tertentu, dan dapat juga digunakan untuk membandingkan perusahaan sejenis di industri yang sama. Ada 5 tahapan menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan secara umum, yaitu:

1. Melakukan review terhadap data laporan keuangan

(36)

3. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh.

4. Melakukan penafsiran terhadap berbagai hitungan yang telah diperoleh.

5. Melakukan penafsiran terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan

6. Mencari dan memberikan pemecahan masalah terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan.

3.2 Pengertian holding

Holding company atau perusahaan induk berperan sebagai pemegang saham dalam beberapa perusahaan anak, dengan tujuan agar meningkatkan kinerja perusahaan dan memungkinkan terciptanya nilai pasar perusahaan. Secara umum holding company bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja perusahaan secara keseluruhan, termasuk perusahaan anak dan semua perusahaan yang berafiliasi dengan perusahaan induk.

Holding company memiliki peranan penting dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan, serta pengendalian kinerja seluruh perusahaan.

Karena itu, proses perencanaan induk harus dirumuskan dengan jelas dan efektif.

Pada prusahaan induk, aspek yang harus diperhatikan, diantaranya;

finansial, struktur organisasi dan sumber daya manusia, selain itu perusahaan induk juga harus memperhatikan sistem pengendalian manajemen, dalam hal ini holding company melakukan proses perencanaan, pengukuran, pemantauan, pengendalian dan auditing yang transparan dan memiliki akuntabilitas.

(37)

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.72 tahun 2014 tanggal 17 September 2014, tentang penambahan penyertaan modal ke dalam modal saham PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) sebesar 90% yang berasal dari pengalihan saham milik Negara Republik Indonesia pada PT. Perkebunan Nusantara (Persero) lainnya.

Dengan berlakunya Peraturan Pemerintahan No.72 tahun 2014 pada tanggal 17 September 2014, maka;

 Bentuk bada usaha PT. Perkebunan Nusantara I (Persero), PT.

Perkebunan Nusantara II (Persero), PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero), PT. Perkebunan Nusantara V (Persero), PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero), PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero), PT.

Perkebunan Nusantara VIII (Persero), PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero), PT. Perkebunan Nusantara X (Persero), PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero), PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero), PT.

Perkebunan Nusantara XII (Persero), dan PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) berubah menjadi Perseroan Terbatas yang tunduk sepenuhnya pada Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

 PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) menjadi pemegang saham PT.

Perkebunan Nusantara I, PT. Perkebunan Nusantara II, PT.

Perkebunan Nusantara IV, PT. Perkebunan Nusantara V, PT.

Perkebunan Nusantara VI, PT. Perkebunan Nusantara VII, PT.

(38)

Perkebunan Nusantara X, PT. Perkebunan Nusantara XI, PT.

Perkebunan Nusantara XII, PT. Perkebunan Nusantara XII, dan PT.

Perkebunan Nusantara XIV masing-masing sebesar 90%.

 Kepemilikan saham milik Negara Republik Indonesia pada PT.

Perkebunan Nusantara I, PT. Perkebunan Nusantara II (Persero), PT.

Perkebunan Nusantara IV, PT. Perkebunan Nusantara V, PT.

Perkebunan Nusantara VI, PT. Perkebunan Nusantara VII, PT.

Perkebunan Nusantara VIII, PT. Perkebunan Nusantara IX, PT.

Perkebunan Nusantara X, PT. Perkebunan Nusantara XI, PT.

Perkebunan Nusantara XII, PT. Perkebunan Nusantara XII, dan PT.

Perkebunan Nusantara XIV masing-masing menjadi 10%.

Nilai penambahan penyertaan modal Negara Republik Indonesia ke dalam modal saham PT Perkebunan Nusantara III (Persero) sebesar Rp10.190.379.000.000 ditetapkan melalui Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 468/KMK.06/2014 tanggal 1 Oktober 2014. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.767/KMK.06/2015 tanggal 24 Juli 2015 ditetapkan bahwa nilai pertambahan penyertaan modal Negara Republik Indonesia ke dalam modal saham PT Perkebunan Nusantara III (Persero) menjadi sebesar Rp27.588.578.194.542. Nilai tersebut merupakan nilai definitif penambahan penyertaan modal Negara Republik Indonesia ke dalam modal saham PT Perkebunan Nusantara III (Persero) sesuai perhitungan nilai wajar saham per tanggal 30 September 2014 yang berasal dari pengalihan 90%

saham milik Negara Republik Indonesia pada PT Perkebunan Nusantara I, PT

(39)

Perkebunan usantara II, PT Perkebunan Nusantara IV, PT Perkebunan Nusantara V, PT Perkebunan Nusantara VI , PT Perkebunan Nusantara VII, PT Perkebunan Nusantara VIII, PT Perkebunan Nusantara IX, PT Perkebunan Nusantara X, PT Perkebunan Nusantara XI, PT Perkebunan Nusantara XII, PT Perkebunan Nusantara XIII dan PT Perkebunan Nusantara XIV. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 135 tahun 2015 tanggal 28 Desember 2015, Negara Republik Indonesia melakukan penambahan penyertaan modal ke dalam modal PT Perkebunan Nusantara III (Persero) sebesar Rp3.150.000.000.000 yang diteruskan sebagai penambahan modal PT Perkebunan Nusantara III (Persero) kepada PT Perkebunan Nusantara VII, PT Perkebunan Nusantara IX, PT Perkebunan Nusantara X, PT Perkebunan Nusantara XI dan PT Perkebunan Nusantara XII masing-masing sebesar Rp157.500.000.000, Rp900.000.000.000, Rp877.500.000.000, Rp585.000.000.000 dan Rp630.000.000.000.

3.3 Analisis Laporan Keuangan

A. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Tujuan utama analisis laporan keuangan adalah agar dapat mengetahui posisi keuangan, setelah dilakukan analisis laporan secara mendalam, akan terlihat apakah perusahaan dapat mencapai target yang telah direncanakan sebelumnya atau tidak.

Hasil analisis laporan keuangan juga akan memberikan informasi tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Dengan mengetahui

(40)

tersebut. Kemudian, kekuaatan yang dimiliki perusahaan harus dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Kekuatan ini dapat dijadikan modal selanjutnya ke depan.

Dengan adanya kelemahan dan kekuatan yang dimiliki, akan tergambar kinerja manajemen selama ini.

B. Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan

Kegiatan dalam analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan cara menentukan dan mengukur antara pos-pos yang ada dalam satu laporan keuangan.

Kemudian, analisis laporan keuangan juga dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan yang dimiliki dalam satu periode. Disamping itu, analisis laporan keuangan dapat dilakukan pula antara beberapa periode (misalnya dua tahun).

Analisis laporan keuangan yang dilakukan untuk beberapa periode adalah menganalisis antara pos-pos yang ada dalam satu laporan. Atau dapat pula dilakukan antara satu laporan dengan laporan yang lainnya. Hal ini dilakukan agar lebih tepat dalam menilai kemajuan atau kinerja manajemen dari periode ke periode selanjutnya.

Ada beberapa tujuan dan manfaat bagi berbagai pihak dengan adanya analisis laporan keuangan. Secara umum dapat dikatakan tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah :

1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah

(41)

2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan

3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan

4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini 5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu

penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal

6. Dapat juga digunakan sebagai pembandingan dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai

3.4 Rasio Keuangan

A. Pengertian Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode.

B. Tujuan dan Manfaat Rasio Keuangan

1.Tujuan Rasio Keuangan

Hasil rasio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah

(42)

ditetapkan. Kemudian juga dapat dinilai kemampuan manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan secara efektif.

2. Manfaat Rasio Keuangan

Dari kinerja yang dihasilakan ini juga dapat dijadikan sebagai evaluasi hal-hal yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan atau dipertahankan sesuai dengan target perusahaan.

Atau kebijakan yang harus diambil oleh pemilik perusahaan untuk merubah sistem manajemennya.

C. Bentuk-bentuk Rasio Keuangan

Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan, dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan. Setiap rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan, dan arti tertentu. Kemudian, setiap hasil dari rasio yang diukur diinterpretasikan sehingga menjadi berarti bagi pengambilan keputsan.

Berikut ini adalah bentuk-bentuk rasio keuangan menurut beberapa ahli keuangan yaitu.

Menurut (Kasmir, 2008), bentuk-bentuk rasio keuangan adalah sebagai berikut :

1. Rasio Likuiditas (liquiditiy Ratio)

 Rasio Lancar (Current Ratio)

(43)

2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)

 Total utang dibandingkan dengan total aktiva atau rasio utang

(Debt Ratio)

 Jumlah kali perolehan bunga (Times Interest Earned)

 Lingkup Biaya tetap (Fixed Charge Coverage)

 Lingkup Arus Kas (Cash Flow Coverage) 3. Rasio Aktivity (Activity Ratio)

 Perputaran Sediaan (Inventory Turn Over)

 Rata-rata jangka waktu penagihan/perputaran piutang (Average

Collection Period)

 Perputaran aktiva tetap (Fixed Assets Turn Over)

 Perputaran total aktiva (Total Assets Turn Over)

4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

 Margin laba penjualan (Profit Margin on Sales)

 Daya laba dasar (Basic Earning Power)

 Hasil pengembalian total aktiba (Return Earning Power)

 Hasil pengembalian ekuitas (Return on Total Equity)

5. Rasio pertumbuhan (Growth Ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya ditengah pertmubuhan perekonomian dan sektor usahanya.

 Pertumbuhan penjualan

 Pertumbuhan laba bersih

 Pertumbuhan pendapatan per saham

(44)

 Pertumbuhan dividen per saham

6. Rasio penilaian (Valuation Ratio), yait rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya investasi.

 Rasio harga saham terhadap pendapatan

 Rasio nilai pasar saham terhadap nila i buku

Kemudian, menurut James (Kasmir, 2008), jenis rasio dibagi menjadi sebagai berikut:

1. Rasio Likuiditas (liquidity ratio)

 Rasio Lancar (current ratio)

 Rasio sangat Lancar (quick ratio atau acid test ratio) 2. Rasio Pengungkit (Leverage Ratio)

 Total Utang terhadap Ekuitas

 Total utang terhadap total aktiva 3. Rasio Pencakupan (coverage ratio)

 Bunga penutup

4. Rasio Aktivitas (activity ratio)

 Perputaran piutang (receivable turn over)

 Rata-rata penagihan piutang (average collection period)

 Perputaran sediaan (inventory turn over)

 Perputaran total aktiva (total assets turn over) 5. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

(45)

 Margin laba bersih

 Pengembalian investasi

 Pengembalian ekuitas

Dari pengertian dan jenis rasio yang dikemukakan di atas, hampir seluruhnya sama dalam menggolongkan rasio keuangan, masing-masing ahli keuangan hanya berbeda dalam penempatan kelompok rasionya, namun esensi dari penilaian rasio keuangan tidak menjadi masalah.

D. Pengukuran Rasio Keuangan

Semua rasio di atas akan lebih bermakna jika ada standar pengukuran, seperti perusahaan sejenis yang terbaik dan atau rata-rata industri. Dengan kata lain, apakah rasio perusahaan yang dianalisis berada di atas atau dibawah rata-rata industri.

Jika rasio perusahaan yang dianalisis lebih tinggi dari rata-rata industri, apakah baik atau tidak ? Jawabannya, tergantung rasio apa yang digunakan.

Prinsipnya jika rasio perusahaan yang sedang dianalisis lebih tinggi dari rata-rata industri adalah baik, jika rasio tersebut tentang hasil atau laba dan aktiva atau harta, sebaliknya rasio perusahaan yang dianalisis lebih tinggi dari rata-rata industri adalah tidak baik tentang biaya atau beban dan utang.

3.5 Penilaian Kinerja

BUMN sebagai perusahaan negara telah mengalami perkembangan dalam pengelolahannya, dan cenderung mengarah ke arah profesionalisme

(46)

pengelolaannya dengan memperhatikan aspek produktivitas, efektivitas, dan efisiensi. Yang berhubungan dengan rasio-rasio berikut :

3.5.1 Rasio Likuiditas A. Pengertian rasio likuiditas

Rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan). Dengaan demikian, dapat dikatakan bahwa kegunaan rasio ini adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total passiva lancar (utang jangka pendek). Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu.

Terdapat dua hasil penilaian terhadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Sebaliknya, jika perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut, dikatakan perusahaan dalam keadaan illikuid.

B. Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas

Pihak yang paling mendapatkan manfaat dari perhitungan rasio likuiditas

(47)

perusahaan dan pihak manajemen itu sendiri. Kemudian, pihak luar perusahaan juga memiliki kepentingan, seperti pihak kreditor atau penyedia dana bagi perusahaan, misalnya perbankan. Atau juga penyedia dana bagi supplier yang menyalurkan atau menjual barang yang pembayaran secara angsuran kepada perusahaan.

Oleh karena itu, perhitungan rasio likuiditas tidak hanya berguna bagi perusahaan, namun juga bagi pihak luar perusahaan. Berikut ini adalah tujuan dan manfaat dari hasil rasio likuiditas:

1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu)

2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban yang berumur di bawah satu tahun atau sama dengan satu tahun, dibandingkan dengan total aktiva lancar.

3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang.

Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi sediaan dan utang yang dianggap likuiditasnya lebih rendah.

4. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.

(48)

5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.

6. Sebagai alat perencanaan kedepan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang.

7. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.

8. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.

9. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.

10. Bagi pihak luar perusahaan, seperti pihak kreditor, investor, distributor, dan masyarkat luas, rasio likuiditas bermanfaat untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban kepada pihak ketiga. Hal ini tergambar dari rasio yang dimilikinya. Kemampuan membayar tersebut akan memberikan jaminan bagi pihak kreditor untuk memberikan pinjaman selanjutnya.

11. Kemudian bagi pihak destributor adanya kemampuan membayar mempermudah dalam memberikan keputusan untuk menyetujui penjualan barang sagangan secara angsuran. Artinya, ada jaminan bahwa pinjaman yang diberikan akan mampu dibayar secara tepat waktu. Namun, resiko likuiditas bukanlah satu-satunya cara atau syarat untuk menyetujui pinjaman atau penjualan barang secara kredit.

(49)

C. Jenis-jenis Rasio Likuiditas

Untuk mengukur rasio keuangan secara lengkap, dapat menggunakan jenis-jenis rasio likuiditas yang ada.

Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan, yaitu:

1. Rasio lancar (current ratio)

Current ratio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utang tersebut.

2. Rasio sangat lancar (quick ratio atau acid test ratio)

Quick ratio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan (inventory).

3. Rasio kas (cash ratio)

Rasio kas atau cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.

4. Rasio perputaran kas

Rasio perputaran kas ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan.

5. Inventory to net working capital

(50)

Inventory to net working capital merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.

3.5.1.1 Ratio Lancar (current ratio)

A. Pengertian Rasio Lancar

Rasio lancar atau (current ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo

Aktiva lancar (current assets) merupakan harta perusahaaan yang dapat dijadikan uang dalam waktu singkat (maksimal satu tahun) komponen aktiva lancar meliputi kas, bank, surat-surat berharga, piutang, sediaan, biaya dibayar dimuka, pendapatan yang masih harus diterima, pinjaman yang diberikan, dan aktiva lancar lainnya.

Utang lancar (current liabilities) merupakan kewajiban perusahaan jangka pendek (maksimal satu tahun). Artinya, utang ini segera harus dilunasi dalam waktu paling lama satu tahun. Komponen utang lancar terdiri dari utang dagang, utang bank satu tahun, utang wesel, utang gaji, utang pajak, utang dividen, biaya diterima dimuka, utang jangka panjang yang sudah hampir jatuh tempo, serta utang jangka pendek lainnya.

(51)

Dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum berarti kondisi perusahaan sedang baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin. Untuk mengatakan suatu kondisi perusahaan baik atau tidaknya, ada suatu standar rasio yang digunakan

C. Tinggi Rendahnya Current Ratio

Tinggi rendahnya persentase current ratio disuatu perusahaan akan memberikan sisi positif dan sisi negatif bagi perusahaan, hal ini terjadi karena semua rasio yang terlalu tinggi persentasenya akan memperlihatkan bahwa perusahaan tidak menjalankan seluruh kegiatan operasionalnya secara maksimal.

Menurut (Munawir, 2007) “analisis yang dapat dilihat dari tinggi rendahnya tingkat current ratio dalam suatu perusahaan, diantaranya :

1) Current ratio yang terlalu tinggi menunjukan kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang atau tingkat likuiditas yang rendah dari pada aktiva lancar perusahaan.

2) Current ratio yang terlalu rendah menunjukan perusahaan kekurangan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan kebutuhan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan sekarang atau tingkat likuiditas yang tinggi dari pada aktiva lancar perusahaan.

(52)

Berdasarkan uraian penjelasan di atas, maka setiap persentase rasio yang lebih itu tidak baik, karena semakin tinggi tingkat persentasenya, maka perusahaan tidak dapat mencapai tujuannya dengan maksimal.

D. Pengukuran Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio Lancar dapat diukur dengan membandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar perusahaan, semakin besarnya tingkat current ratio maka mempermudah perusahaan dalam membayar hutang jangka pendek, dan akan meyakinkan para kreditur untuk memberi pendanaan pada perusahaan agar perusahaan tidak mengalami dalam hal pendanaan.

Dan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Current ratio =

x

100 %

3.5.1.2 Rasio Kas (Cash Ratio)

A. Pengertian Rasio Kas

Suatu perusahaan juga ingin mengukur seberapa besar uang yang benar- benar siap untuk digunakan untuk membayar utangnya. Artinya dalam hal ini perusahaan tidak perlu menunggu untuk menjual atau menagih utang lancar lainnya yaitu dengan menggunakan rasio lancar.

Rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank (yang dapat ditarik setiap saat). Dapat

(53)

dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya.

B. Tujuan dan Manfaat Rasio Kas

Ratio Kas merupakan rasio yang memperlihatkan sejauh mana perusahaan dalam membayar kewajiban lancarnya dengan menggunakan kasnya,maka cash ratio akan memberikan beberapa manfaat bagi penggunanya.

Menurut (Kasmir, 2008) “cash ratio digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank (yang dapat ditarik setiap saat)”.

Berdasarkan uraian pendapat ahli di atas, maka dapat dilihat bahwa manfaat cash ratio yaitu melihat seberapa besar kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban lancarnya dengan menggunakan kas prusahaan.

C. Tinggi Rendahnya Rasio Kas

Kondisi rasio kas tinggi itu baik, tetapi jika terlalu tinggi juga tidak baik karena ada dana yang menganggur atau tidak mau atau belum digunakan secara optimal. Sebaliknya apabila rasio kas dibawah rata-rata, kondisi kurang baik ditinjau dari rasio kas karena untuk membayar kewajiban masih memerlukan waktu untuk menjual sebagian dari aktiva lancar lainnya.

D. Pengukuran Rasio Kas (Cash Ratio)

Cash ratio dapat diukur dengan membandingkan kas yang dimiliki perusahaan

(54)

mempermudah perusahaan dalam membayar hutang jangka pendek, dan akan meyakinkan para kreditur untuk memberi pendanaan pada perusahaan karena perusahaan mempunyai kas yang banyak.

Dan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Cash ratio =

x 100%

3.5.2 Rasio Solvabilitas

A. Pengertian Rasio Solvabilitas

Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa besar investasi perusahaan dibiayai dengan utang. Rasio solvabilitas ini sebenarnya memiliki banyak sekali istilah ,laverage, stuktur pendanaan, struktur modal, ataupun struktur utang. Pendanaan perusahaan berasal dari pendanaan internal maupun eksternal.Pendapatan internal diperoleh dari sumber laba ditahan sedangkan pendanaan eksternal dapat diperoleh para kreditor atau yang disebut dengan hutang dari pemilik, peserta atau pengambil bagian dalam perusahaan atau yang disebut sebagai modal dan ekuitas.

Menurut (Kasmir, 2008) rasio solvabilitas atau leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiaya dengan hutang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajiban, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).

(55)

B. Tujuan dan Manfaat Rasio Solvabilitas

Ada tujuh tujuan perusahaan dengan menggunakan rasio solvabillitas, yaitu :

1. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya (kreditor).

2. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).

3. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal.

4. Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.

5. Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap pengelolaan aktiva.

6. Untuk menilai atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.

7. Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih, terdapat sekian kalinya modal sendiri yang dimiliki.

Dalam praktiknya rasio solvabilitas yang digunakan perusahaan memiliki beberapa manfaat bagi kepentingan perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan, untuk masa sekarang maupun dimasa yang akan datang, agar perusahaan dapat mencapai tujuannya dengan maksimal.

Terdapat tujuh manfaat rasio solvabilitas, yaitu :

(56)

1. Untuk menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya.

2. Untuk menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang bersifat tetap ( seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).

3. Untuk menganalisis keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal.

4. Untuk menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang.

5. Untuk menganalisis seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.

6. Untuk menganalisis atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.

7. Untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada terdapat sekian kalinya modal sendiri.

C. Jenis-Jenis Rasio Solvabilitas

Terdapat beberapa jenis rasio solvabilitas yang sering digunakan perusahaan. Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio solvabilitas antara lain:

1. Debt to asset ratio (debt ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, beberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.

(57)

2. Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui perbandingan antara total uang dengan modal sendiri.

Rasio ini berguna untuk mengetahui seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dari utang.

3. Long term debt to equity ratio merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal senndiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri dijadikan jaminan utang jangka panjang.

4. Times interest earned merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. Rasio ini diartikan juga kemampuan perusahaan untuk membayar biaya bunga.

5. Fixed charge coverage atau lingkup biaya tetap merupakan rasio yang digunakan menyerupai rasio times interest earned. Hanya saja dalam rasio ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract)

3.5.2.1 Debt to asset ratio

A. Pengertian Debt to asset ratio

Debt to asset ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.

B. Tinggi Rendahnya Debt to Assets Ratio

(58)

Tinggi rendahnya tingkat persentase rasio keuangan membawa pengaruh positif dan negatif bagi keuangan perusahaan, karena jika persentase rasio yang dihasilkan perusahaan terlalu tinggi, bukan berarti akan menguntungkan perusahaan dan sebaliknya.

Menurut (Kasmir, 2016) menyatakan bahwa :

1. apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan dengan utang semakin banyak, maka sulit untuk perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya.

2. Demikian pula apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan hutang.

Debt to Assets Ratio =

x

100%

3.5.2.2 Debt to equity ratio

A. Pengertian Debt to equity ratio

Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.

Referensi

Dokumen terkait

Rasio lancar atau current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih

Current Ratio Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih

Rasio lancar atau {Curren Ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat

a) Rasio lancar, sering dikenal sebagai curent ratio, adalah rasio likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek atau yang jatuh

Rasio lancar (current ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo pada saat ditagih

Rasio lancar atau current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada

Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo dengan aktiva lancar yang tersedia.. Aktiva

rasio lancar Current ratio merupakan” rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara