FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH HUTANG JANGKA PENDEK DAN PIUTANG TERHADAP TINGKAT LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA
OLEH :
NAMA : ANDRY SUTRISMAN
NIM : 060503238
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul”Pengaruh Hutang Jangka
Pendek dan Piutang Terhadap Tingkat Likuiditas Pada Perusahaan Barang Konsumsi
Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ” adalah benar hasil karya sendiri dan
judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh
mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program S1 Reguler Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas,
benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia
menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Yang Membuat Pernyataan
Andry Sutrisman
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
kelimpahan berkat dan anugerahnya dalam membimbing dan membantu peneliti
dengan segala hikmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul: ”Pengaruh Hutang Jangka Pendek dan Piutang Terhadap Tingkat Likuiditas
Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ”
Dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan banyak bantuan selama proses
penyusunan skripsi ini, terutama kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, selaku Ketua Departemen Akuntansi
S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara,
3. Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, Ak., selaku dosen pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan,
bimbingan, dan bantuan dari awal hingga selesainya skripsi ini,
4. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak, dan Ibu Dra.Nurzaimah,Ak, selaku dosen penguji
dan pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam
penulisan skripsi ini,
5. Seluruh staf pengajar Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
kepada peneliti serta seluruh staf pegawai dan administrasi di Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara,
6. Kedua Orang tua saya Halim Sutrisman dan Rita, atas segala doa, arahan dan
bimbingan baik materi dan imateri yang diberikan kepada saya selama
ini.Sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Saudara - Saudara saya drg.Cristian Andry Syahputra, Nicholas Sutrisman ,S.H,
dan drg.Henny Sutrisman atas semua dukungan.
8. Serta semua teman-teman, Teresia, Silvana, Hendra Saputra, Lenny Kielsan,
Anna Safitrie, Yurico, Lina Surya Kie, Ardiansyah dan teman-teman yang lain
yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, yang selalu memberikan doa,
dukungan dan cinta kasihnya buat peneliti.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan peneliti dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu
peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat dijadikan
acuan dalam penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya.
Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini menjadi bahan yang
bermanfaat bagi pembaca.
Terima Kasih.
Medan, Peneliti,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hutang jangka pendek dan piutang baik secara parsial maupun simultan, terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini merupakan jenis penelitian asosiatif, yang menguji pengaruh dari suatu variabel terhadap variabel lainnya.
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode yang diteliti, periode 2006-2007, yaitu berjumlah 32 perusahaan. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 27 perusahaan, penarikan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling (judgement sampling). Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi linear berganda dan analisis regresi linear sederhana. Uji statistik juga dilakukan dengan uji t dan uji f (ANOVA), dimana sebelum uji ini dilakukannya terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial, sementara uji f (ANOVA) digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel trade payable dan trade receivable berpengaruh relative kecil terhadap Current Ratio (CR) perusahaan, kemudian secara parsial variabel trade payable tidak berpengaruh signifikan terhadap current ratio (cr) perusahaan, akan tetapi variabel trade receivable secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Current Ratio (CR) perusahaan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
ABSTRACT
The objective of this research is to know the influence of trade payable and trade receivable both partially and simultantly to the Current Ratio of consumer companies that were listing in Indonesian Stock Exchange. This research is a associative research, which tested the influence of one variable to another.
The population are consumer companies which registered in Indonesian Stock Exchange among the period of 2006 until 2007, which there are 32 companies. The research sample are 27 companie, it was done by using purposive sampling method (judgement sampling). The data were analized with multiple regressions analysis and simple regressions analysis. The statistic test was done by t-test and f-test (ANOVA), where firstly did the classic assumption f-test before did the statistic test. T-test is used to know the influence of independent variable to the dependent variable partially, while the f-test is used to know the influence of independent variable to the dependent variable simultantly.
The result of this research showed that simultaneously, independent variable trade payable and trade receivaible have significant enough influence on current ratio of consumer companies, than partially variable trade payable have no significant enough influence on current ratio, but trade receivable have significant influence partially on current ratio of consumer companies that were listing on Indonesian Stock Exchange.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN……….. i
KATA PENGANTAR……… ii
ABSTRAK………... iv
ABSTRACT……… v
DAFTAR ISI……….. vi
DAFTAR TABEL……….. ix
DAFTAR GAMBAR………. x
DAFTAR LAMPIRAN………. xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………….……… 1
B. Perumusan Masalah……… 6
C. Batasan Penelitian……….. 7
D. Tujuan Penelitian……… 7
E. Manfaat Penelitian……….. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hutang Dagang 1. Pengertian Hutang Dagang...……… 9
B. Piutang
1. Pengertian Piutang……….. 16
2. Klasifikasi Piutang……….. 18
C. Likuiditas 1. Pengertian Likuiditas………... 20
2. Rasio Likuiditas…. ………. 20
D. Tinjauan Peneliti Terdahulu……….. 26
E. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual……… 28
2. Hipotesis Penelitian……….. 30
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian……….. 31
B. Populasi dan Sampel Penelitian………. 31
C. Jenis dan Sumber Data……….. 34
D. Teknik Pengumpulan Data………... 35
1. Klasifikasi Variabel……… 35
2. Definisi Operasional Variabel……… 36
F. Metode Analisis Data……… 37
G. Jadwal Penelitian……… 43
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian………. 44
B. Statistik Deskriptif……….. 44
C. Uji Asumsi Klasik……… 45
1. Uji Normalitas Data……….. 46
2. Uji Multikolinearitas……….…. 49
3. Uji Heteroskedastisitas………. 50
4. Uji Autokorelasi……… 51
D. Uji Hipotesis 1. Uji Regresi……….. 53
2. Uji F (ANOVA)……… 54
3. Uji t (Individu)……… 54
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……… 60
B. Keterbatasan Saran……….... 61
DAFTAR PUSTAKA………. 62
DAFTAR TABEL
No.Tabel Judul Tabel Halaman
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu………... 26
Tabel 3.1 Daftar Populasi dan Sampel Periode 2006-2007….. 32
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian……… 43
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif……… 44
Tabel 4.2 Uji Normalitas Data ………. 48
Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas ….……….. 49
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi……….. 52
Tabel 4.5 Uji Regresi……… 53
Tabel 4.6 Uji F (ANOVA)………. 54
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Gambar
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ……….. 28
Halaman
Gambar 4.1 Uji Normalitas dengan Histogram …..……. 46
Gambar 4.2 Uji Normalitas dengan Plot………... 47
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
Lampiran 1 Data Penelitian... 64 Halaman
Lampiran 2 Statistik Deskriptif... 67
Lampiran 3 Uji Asumsi Klasik... 68
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hutang jangka pendek dan piutang baik secara parsial maupun simultan, terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini merupakan jenis penelitian asosiatif, yang menguji pengaruh dari suatu variabel terhadap variabel lainnya.
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode yang diteliti, periode 2006-2007, yaitu berjumlah 32 perusahaan. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 27 perusahaan, penarikan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling (judgement sampling). Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi linear berganda dan analisis regresi linear sederhana. Uji statistik juga dilakukan dengan uji t dan uji f (ANOVA), dimana sebelum uji ini dilakukannya terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial, sementara uji f (ANOVA) digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel trade payable dan trade receivable berpengaruh relative kecil terhadap Current Ratio (CR) perusahaan, kemudian secara parsial variabel trade payable tidak berpengaruh signifikan terhadap current ratio (cr) perusahaan, akan tetapi variabel trade receivable secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Current Ratio (CR) perusahaan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
ABSTRACT
The objective of this research is to know the influence of trade payable and trade receivable both partially and simultantly to the Current Ratio of consumer companies that were listing in Indonesian Stock Exchange. This research is a associative research, which tested the influence of one variable to another.
The population are consumer companies which registered in Indonesian Stock Exchange among the period of 2006 until 2007, which there are 32 companies. The research sample are 27 companie, it was done by using purposive sampling method (judgement sampling). The data were analized with multiple regressions analysis and simple regressions analysis. The statistic test was done by t-test and f-test (ANOVA), where firstly did the classic assumption f-test before did the statistic test. T-test is used to know the influence of independent variable to the dependent variable partially, while the f-test is used to know the influence of independent variable to the dependent variable simultantly.
The result of this research showed that simultaneously, independent variable trade payable and trade receivaible have significant enough influence on current ratio of consumer companies, than partially variable trade payable have no significant enough influence on current ratio, but trade receivable have significant influence partially on current ratio of consumer companies that were listing on Indonesian Stock Exchange.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan perekonomian dunia menyebabkan peningkatan perkembangan
dunia usaha di Indonesia. Perusahaan yang ingin bertahan dan sukses, haruslah
berusaha agar dapat berkembang. Sehingga untuk mencapai tujuan tersebut,
perusahaan harus berusaha untuk dapat mempertahankan kinerja yang telah
dicapainya. Agar mencapai kinerja yang tinggi, perusahaan harus menjalankan
aktivitas-aktivitasnya dengan efesien dan efektif. Hal ini dikarenakan
perkembangan dunia usaha yang semakin meningkat dan banyaknya persaingan
dalam dunia usaha. Manajemen yang baik tidak saja diperlukan untuk dapat berhasil
dalam menghadapi persaingan dalam dunia usaha, tetapi juga agar perusahaan dapat
melakukan pembelanjaan secara ekonomis, hal ini berkaitan erat dengan tujuan dari
setiap perusahaan, yaitu untuk menghasilkan laba atau keuntungan.
Salah satu fungsi manajemen adalah untuk dapat memperkirakan dan
menjamin ketersediaan dana atau likuiditas perusahaan agar perusahaan dapat
melaksanakan kegiatan operasionalnya seefektif dan seefisien mungkin. Pada
dasarnya ketidakmampuan perusahaan membayar kewajibannya terutama hutang
perusahaan tidak memiliki dana sama sekali atau kedua, karena perusahaan memiliki
dana, namun pada saat jatuh tempo perusahaan tidak memiliki dana (tidak cukup)
secara tunai sehingga harus menunggu dalam waktu tertentu , untuk mencairkan
aktiva lainnya seperti menagih piutang. Namun dalam praktiknya, tidak jarang pula
perusahaan mengalami hal sebaliknya, yaitu kelebihan dana. Artinya jumlah dana
tunai dan dana yang segera dapat dicairkan melimpah. Kejadian ini bagi perusahaan
juga kurang baik karena ada aktivitas yang tidak dilakukan secara optimal.
Manajemen kurang mampu menjalankan kegiatan operasional perusahaan, terutama
dalam meggunakan dana yang dimiliki. Sehingga pada akhirnya akan berpengaruh
dalam kegiatan operasional perusahaan dalam upaya pencapaian laba.
Penyebab utama kejadian kekurangan dan ketidakmampuan perusahaan untuk
membayar kewajibannya tersebut sebenarnya adalah akibat kelalaian manajemen
perusahaan dalam menjalankan usahanya. Sedangkan penyebab lainnya adalah pihak
manajemen perusahaan tidak memperhitungkan rasio keuangan yang diberikan
sehingga tidak mengetahui bahwa sebenarnya kondisi perusahaan sudah dalam
keadaan tidak baik yang dikarenakan nilai utangnya lebih tinggi dari harta lancarnya
(dalam hal ini piutang ). Apabila perusahaan mengetahui kondisi dan posisi
keuangan perusahaan sebenarnya, maka perusahaan dapat berusaha untuk mencarikan
jalan keluarnya. Dalam hal likuiditas perusahaan variabel– variabel yang sering
menjadi acuan manajemen dalam pengambilan keputusan adalah masalah hutang
Hutang lancar dan piutang berada di dalam laporan keuangan yakni berada di
dalam neraca. Di dalam elemen neraca diklasifikasikan menjadi tiga yaitu aktiva
(asset), kewajiban (liabilities), dan ekuitas pemilik (owner equity). Setiap klasifikasi
kemudian dikelompokkan menjadi subkelompok untuk memberikan data keuangan
yang lebih informatif kepada para pemakai laporan keuangan. Klasifikasi demikian
dimaksudkan untuk membantu para pemakai laporan keuangan untuk mengetahui
beberapa hal, misalnya untuk mengetahui ketersediaan aktiva untuk memenuhi
kewajiban yang telah jatuh tempo ataupun untuk klaim kreditor jangka pendek
maupun jangka panjang terhadap aktiva perusahaan.
Tolak ukur yang paling banyak digunakan untuk menganalisis laporan
keuangan adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan satu data dengan data yang
lainnya yang berbeda. Analisis keuangan yang berkaitan dengan kemampuan
perusahaan untuk membayar utang atau kewajibannya disebut analisis ratio
likuiditas. Rasio Likuiditas menurut Kasmir (2008:129) adalah “Rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban(utang) jangka
pendek”. Jika perusahaan mampu melakukan pembayaran berarti keadaan
perusahaan dalam keadaan likuid, tetapi jika tidak mampu, maka perusahaan
dikatakan dalam keadaan ”ilikuid”. Terkait dengan hal ini, dalam menyediakan
informasi mengenai aktiva termasuk didalamnya piutang, kewajiban dan ekuitas
pemegang saham, neraca dapat digunakan untuk menghitung tingkat pengembalian
digunakan unutk menganalisis likuiditas perusahaan. Karena neraca dapat
digunakan untuk mengetahui sudah sejauh mana perusahaan tersebut berjalan, salah
satunya aspek likuiditas, yaitu aspek kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajibannya (solvency).
Pada dasarnya semakin tinggi likuiditas semakin rendah resiko kegagalan
perusahaan. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar
yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas. Ini berarti bahwa informasi
likuiditas berguna untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam pemenuhan
komitmen keuangannya pada saat jatuh tempo. Jadi semakin besar aktiva lancar
yang bisa dikonversikan (dalam hal ini piutang) menjadi kas maka semakin tinggi
tingkat likuiditas perusahaan. Hal ini nantinya akan memberikan pengaruh positip
terhadap image dan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan, karena
didasarkan pada fungsi dasar laporan keuangan yang memberikan informasi
keuangan perusahaan. Dimana pada akhirnya banyak investor dan calon investor
maupun kreditur yang tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut.
Penelitian ini adalah penelitian replikasi dari penelitian terdahulu. Adapun
penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu hutang jangka pendek dan
piutang, serta dalam hal ini penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kuantitatif
dimana data keuangan perusahaan diambil dari data perusahaan komsumsi yang
Perusahaan konsumsi merupakan perusahaan yang menghasilkan produk
berupa barang atau jasa, namun dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan
populasi berupa perusahaan-perusahaan konsumsi yang terdaftar di BEI diantarannya
perusahaan food and beverages, pharmaceuticals, tobacco, consumer goods.
Perusahaan konsumsi pada umumnya memiliki aktivitas yang lebih berfluktuatif
dibandingkan dengan perusahaan lainnya, sehingga dalam hal ini tingkat likuiditas
perusahaan berperan signifikan agar kelangsungan operasi perusahaan dapat berjalan
dengan lancar. Dalam mencapai kinerja yang tinggi, perusahaan harus menjalankan
aktivitas-aktivitasnya dengan efesien dan efektif. Hal ini dikarenakan perkembangan
dunia usaha yang semakin meningkat dan banyaknya persaingan dalam dunia usaha.
Untuk itu perlu dilakukan proses analisa yang baik dalam hal likuiditas perusahaan
dalam mengatur hutang dan piutang perusahaan sehingga berada dalam kondisi yang
seimbang.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti sangat tertarik untuk melakukan
penelitian pada perusahaan agar dapat lebih memahami mengenai hubungan antara
piutang dan kewajiban jangka pendek dengan tingkat likuiditas suatu perusahaan.
Oleh karena itu penelitian ini diberi judul ”Pengaruh Hutang Jangka Pendek dan
Piutang Terhadap Tingkat Likuiditas Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. apakah hutang jangka pendek berpengaruh signifikan terhadap tingkat
likuiditas pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI ?
2. apakah piutang berpengaruh signifikan terhadap tingkat likuiditas pada
perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI ?
3. apakah hutang jangka pendek dan piutang secara bersama berpengaruh
signifikan terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan barang konsumsi
yang terdaftar di BEI?
C. Batasan Penelitian
Peneliti memberi batasan penelitian agar penelitian ini dapat tercapai, antara
lain :
1. objek penelitian ini adalah perusahaan barang konsumsi yang secara
konsisten terdaftar di BEI tahun 2006-2007 dan memberikan laporan
keuangannya selama periode tersebut,
3. penelitian dilakukan hanya melihat faktor hutang jangka pendek,
piutang dan tingkat likuiditas perusahaan.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini, yaitu :
1. untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara
hutang jangka pendek dengan tingkat likuiditas perusahaan barang
konsumsi yang terdaftar di BEI,
2. untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara
piutang dengan tingkat likuiditas perusahaan barang konsumsi yang
terdaftar di BEI,
3. untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara hutang
jangka pendek dan piutang secara bersama terhadap tingkat likuiditas
pada perusahaan barang komsumsi yang terdaftar di BEI.
E. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, tidak hanya
bagi peneliti, tapi juga bagi perusahaan dan peneliti selanjutnya.
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pengetahuan
bagi perusahaan tentang pengaruh hutang jangka pendek dan piutang
2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
memperluas wawasan mengenai bisnis, dan mengaplikasikan ilmu
yang telah didapatkan selama kuliah.
3. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan
pengetahuan untuk memperluas wawasan dan pembendaharaan
pengetahuan di bidang akuntansi khususnya dan juga sebagai bahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hutang Dagang
Hutang dagang merupakan salah satu variabel bebas yang akan dibahas dalam
penelitian ini. Pada hakikatnya hutang dagang berperan signifikan dalam perputaran
modal dan mempengaruhi likuiditas perusahaan. Perusahaan dalam menjalankan
kegiatan operasional terkadang harus memerlukan dana masukan lain diluar
kepemilikan modal yang dimilikinya, dalam hal ini hutang dagang berperan untuk
mendukung likuiditas perusahaan.
1. Pengertian Hutang Dagang
Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban yang dalam pengertian
sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar
oleh perusahaan kepada pihak lain. Hutang digunakan perusahaan untuk
membiayai berbagai macam kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan,
misalnya untuk membeli aktiva, bahan baku, dan lain-lain. Barang dan jasa
yang diperoleh perusahaan merupakan transaksi yang dapat menimbulkan
kewajiban untuk membayar kepada pihak lain. Untuk menentukan suatu
transaksi sebagai hutang atau bukan sangat tergantung pada kemampuan
yang dikemukakan oleh FASB berikut ini dalam Statement of Financial
Accounting Concept No.6 (Chariri dan Ghozali 2005 ; 157), yaitu : “Hutang
adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa yang
mendatang yang mungkin timbul dari kewajiban sekarang dari suatu entitas
untuk menyerahkan aktiva atau memberikan ke entitas lain dimasa mendatang
sebagai akibat transaksi di masa lalu”.
Lebih lanjut Chariri dan Ghozali (2005;157) mengemukakan dari definisi yang dikemukakan FASB di atas, pengertian hutang memiliki dua komponen utama, seperti berikut ini.
1) Adanya kewajiban sekarang dalam bentuk pengorbanan manfaat ekonomi di masa mendatang dari penyerahan barang atau jasa. 2) Berasal dari transaksi atau peristiwa masa yang lalu (telah
terjadi).
Dua karakteristik yang penting dari hutang adalah kewajiban tersebut sudah ada pada saat itu dan harus merupakan hasil transaksi masa lalu, serta timbulnya hutang tergantung pada terjadinya suatu transaksi atau kejadian yang bersifat eksternal. Transaksi tersebut dapat berupa transaksi keuangan atau kejadian non keuangan, seperti timbulnya kecelakaan yang menimbulkan kewajiban untuk mengganti suatu kerusakan.
Munawir (2004 : 18) berpendapat bahwa “Hutang adalah semua
kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi,
dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang
berasal dari kreditor”. Dalam hal ini Hongren et. al (2006 : 505) menyatakan
bahwa : “Hutang merupakan suatu kewajiban untuk memindahkan harta atau
memberikan jasa di masa yang akan datang”. Berdasarkan definisi-definisi di
kepada pihak lain yang harus dibayar dengan uang, barang, atau jasa pada saat
jatuh tempo.
Chariri dan Ghozali (2005 : 160) menyatakan bahwa : Hutang adalah suatu jumlah yang harus dibayar dalam bentuk uang, barang, atau jasa khususnya hutang yang memiliki kriteria sebagai berikut :
1) terjadi atau telah terjadi (current liability),
2) terjadi pada suatu saat tertentu di masa mendatang, misalnya hutang untuk pembiayaan (funded debt) dan hutang yang masih harus dibayar (accrued liability),
3) terjadi karena tidak dilaksanakannya suatu tindakan di masa yang akan datang, misalnya pendapatan yang ditangguhkan dan hutang bersyarat (contingent liability).
Berdasarkan hal di atas, Chariri dan Ghozali (2005 : 160) merumuskan bahwa hutang dapat terjadi karena beberapa faktor berikut ini.
1) Kewajiban Legal/Kontrak (Contractual Liabilities)
Kewajiban legal adalah hutang yang timbul karena adanya ketentuan formal berupa peraturan hukum untuk membayar kas atau menyerahkan barang atau jasa kepada entitas tertentu, misalnya hutang dagang dan hutang bank.
2) Kewajiban Konstrukif (Constructive Liabilities)
Kewajiban konstruktif timbul karena kewajiban tersebut sengaja diciptakan untuk tujuan atau kondisi tertentu, meskipun secara formal tidak dilakukan melalui perjanjian tertulis untuk mebayar sejumlah tertentu di masa yang akan datang, contoh jenis kewajiban ini adalah bonus yang akan diberikan kepada karyawan.
3) Kewajiban Ekuitabel
Kewajiban ekuitabel adalah kewajiban yang timbul karena adanya kebijakan yang diambil oleh perusahaan karena alasan moral atau etika dan perlakuannya diterima oleh praktik secara umum, contohnya hutang garansi yang muncul karena alasan moral dimana perusahaan diharapkan tidak merugikan konsumen, sehingga perlu memberikan garansi atas setiap produk yang terjual.
Hutang atau kewajiban yang dicatat dalam laporan keuangan tidak
saja, tetapi hutang atau kewajiban yang timbul karena tujuan tertentu atau
untuk alasan moral atau etika juga harus dicatat ke dalam laporan keuangan
perusahaan. Berdasarkan jangka waktu pelunasan atau penyelesaian hutang
atau kewajiban perusahaan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu hutang jangka
pendek (lancar) dan hutang jangka panjang (tidak lancar). Hutang dianggap
selesai atau lunas apabila suatu perusahaan telah melakukan kewajiban untuk
menyerahkan aktiva atau jasa kepada pihak lain.
IAI (2004 : 62) menyebutkan bahwa penyelesaian kewajiban masa kini bisanya melibatkan perusahaan untuk mengorbankan sumber daya yang memiliki manfaat masa depan demi memenuhi tuntutan pihak lain. Penyelesaian kewajiban yang ada sekarang dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan:
1) pembayaran kas, 2) penyerahan aktiva, 3) pemberian jasa,
4) penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban yang lain atau,
5) konversi kewajiban ekuitas.
2. Hutang Jangka Pendek
Kadang kala perusahaan meminjam uang dalam jangka pendek untuk
kegiatan operasi perusahaan yang biasa disebut dengan hutang (kewajiban)
jangka pendek atau lancar.
Di dalam IAI (2004 : 44) dikatakan bahwa suatu kewajiban
1) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus
normal operasi perusahaan, atau
2) jatuh tempo dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca.
Yusuf (2005 : 230) mendefinisikannya sebagai berikut : “Kewajiban
lancar adalah hutang yang diharapkan akan dibayar dalam jangka waktu satu
tahun atau siklus akuntansi operasi normal perusahaan, dengan menggunakan
aktiva lancar atau hasil pembentukan kewajiban lancar yang lain”.
Lebih jelas lagi Niswongeret.al (2000 : 441) berpendapat bahwa kewajiban lancar adalah kewajiban yang harus dibayar dengan aktiva lancar serta jatuh tempo dalam jangka pendek, biasanya satu tahun. Pada Umumnya besar kewajiban lancar berasal dari dua transaksi dasar berikut ini :
1) barang atau jasa yang telah diterima tetapi belum dibayarkan, 2) pembayaran yang telah diterima tetapi barang atau jasa tersebut
belum dikirimkan.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
hutang jangka pendek adalah kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu
satu tahun atau siklus operasi normal perusahaan dan harus dilunasi dengan
menggunakan aktiva lancar, serta kewajiban tersebut berdasarkan transaksi
yang telah terjadi.
Sementara itu Husnan (1998 : 499) mengelompokkan dana jangka pendek menjadi dua tipe, yaitu :
1) Pendanaan Spontan
Sumber dana yang ikut berubah apabila aktivitas perusahaan berubah, contohnya adalah hutang dagang.
2) Pendanaan Tidak Spontan atau Pendanaan yang Memerlukan Negosiasi
dipergunakan oleh perusahaan. Sumber pendanaan ini biasanya berasal dari bank dalam bentuk kredit jangka pendek.
Hongren (2006 : 506) mengelompokkan hutang jangka pendek atau kewajiban lancar menjadi dua bagian, yaitu :
1) Kewajiban Lancar dengan Jumlah yang Diketahui a) Hutang Usaha
Hutang usaha adalah jumlah yang dipinjam untuk pembelian produk atau pemakaian jasa atas akun (utang) yang terbuka.
b) Wesel Bayar Jangka Pendek
Wesel bayar jangka pendek merupakan bentuk umum dalam pembiayaan yang memiliki jatuh tempo satu tahun.
c) Hutang Pajak Penjualan
Hampir semua negara membebankan pajak untuk penjualan eceran. Para pengecer mengumpulkan pajak penjualan sebagai tambahan pada harga beli barang yang dijual, maka pengecer akan berutang pada negara atas pajak penjualan tersebut.
d) Bagian Lancar dari Hutang Jangka Panjang
Beberapa wesel bayar jangka panjang dan utang obligasi dibayar secara angsuran. Bagian lancar dari utang jangka panjang merupakan jumlah pokok utang dengan jangka waktu kurang dari satu tahun kewajiban lancar. Bagian sisi dari pinjaman jangka panjang itu adalah kewajiban jangka panjang.
e) Beban yang Terutang (Kewajiban Terutang)
Semua beban yang harus dibayar dalam waktu kurang dari satu tahun.
f) Pendapatan Diterima Dimuka
Pendapatan diterima dimuka disebut juga pendapatan tangguhan, dimana perusahaan sudah menerima kas dari pelanggan sebelum mengakui pendapatannya, karenanya perusahaan memiliki kewajiban untuk menyediakan produk atau jasa kepada pelanggan.
2) Kewajiban Lancar yang Harus Diestimasi
terhadap barang yang dijualnya. Periode garansi biasanya bermacam-macam, tetapi biasanya berkisar antara 90 hari sampai 1 tahun..
3) Kewajiban Kontijensi (contingent liabilities):
Merupakan kewajiban potentiaal yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidaknya satu peristiwa atau lebih pada masa akan datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali perusahaan
B. Piutang
Piutang merupakan variabel bebas yang berasal dari kegiatan operasional dan
juga dari kegiatan non operasional perusahaan. Piutang perusahaan berpengaruh
dalam likuiditas perusahaan, dalam hal ini perusahaan harus memperkirakan apakah
piutang perusahaan dapat diterima perusahaan dalam waktu yang tepat sehingga pada
akhirnya tidak akan mengganngu kinerja dan kebutuhan dana perusahaan.
Selanjutnya dibutuhkan manajemen yang baik oleh perusahaan untuk dapat
mengelola piutang perusahaan.
1. Pengertian Piutang Dagang
Piutang menurut kamus ekonomi yang ditulis oleh Sumadji dan Rosita
(2006:547) adalah :“Tagihan-tagihan yang ditahan pelanggan dan pihak-pihak
lain untuk uang, barang-barang atau jasa-jasa “. Suhardi (2006:201)
menambahkan bahwa :“Piutang mencakup semua tagihan dalam bentuk uang
kepada perseorangan, badan usaha, atau pihak tertagih lainnya”. Sedangkan
pengertian Piutang menurut IAI (2007:64) adalah :“Hak atau klaim terhadap
menurut Stice,et.al (2004:479) adalah : “Semua klaim atas uang, barang, dan
jasa. Akan tetapi, untuk tujuan akuntansi, istilah tersebut secara umum
digunakan dalam lingkup yang lebih sempit untuk menggambarkan klaim
yang diharapkan akan selesai dengan diterimanya uang tunai (cash)”.
Pengakuan piutang pada umumnya berhubungan dengan pengakuan
piutang usaha. Oleh karena itu pendapatan umumnya dicatat ketika proses
menghasilkan selesai dan janji pembayaran yang valid (atau pembayaran itu
sendiri) diterima, maka selanjutnya piutang usaha yang timbul dari penjualan
barang secara umum diakui ketika kepemilikan barang dialihkan ke pembeli
yang terpercaya. Saat perpindahan kepemilikan berbeda – beda, tergantung
pada saat penjualannya, oleh sebab itu, merupakan hal yang normal untuk
mengakui piutang usaha ketika barang dikirim ke pelanggan. Pada titik inilah
kriteria pengakuan pendapatan umumnya dipenuhi.
2. Klasifikasi Piutang
Diperlukan adanya pengklasifikasikan piutang untuk membedakan
antara hasil perdagangan dan yang bukan dari perdagangan.
Menurut Stice et.al (2004:479) piutang dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, seperti berikut ini.
1. Piutang dagang (trade receivable); umumnya adalah kategori yang paling signifikan dari piutang, dan merupakan hasil dari aktivits normal bisnis, yaitu penjualan barang atau jasa secara kredit kepada pelanggan.
3. Piutang Lainnya (other receivable); meliputi piutang yang bukan dari pelanggan , contohnya piutang bunga, piutang karyawan, piutang deviden, dan lain-lain.
Menurut IAI (2007:65-67) piutang dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara, diantaranya.
a) Piutang Dagang dan Non Dagang (Trade and Non Trade Receivable)
Piutang dagang adalah “piutang terbuka“ tanpa jaminan, dan sering disebut piutang usaha (accounts receivable). Piutang usaha mewakili pembelian kredit jangka pendek ke pelanggan. Pembayaran umumnya jatuh tempo dalam 30 hingga 90 hari. Persyaratan kredit biasanya merupakan perjanjian informal antara penjual dan pembeli yang didukung oleh dokumen bisnis seperti faktur penjualan, order penjualan, dan kontrak pengiriman. Biasanya, piutang dagang tidak melibatkan bunga, walaupun biaya bunga atau pelayanan mungkin saja ditambahkan apabila pembayaran tidak dilakukan dalam periode tertentu. Piutang dagang adalah jenis piutang yang paling umum dan biasanya merupakan yang paling signifikan dari segi total nilai uangnya.
Piutang non dagang (nontrade receivable) meliputi semua jenis piutang lainnya .Mereka muncul dari berbagai transaksi seperti:
1 penjualan surat beharga atau properti lainnya selain persediaan
2. deposit atau simpanan untuk menjamin pelaksanaan kontrak atau pembayaran atas beban kepada krditor, perusahaan umum (perum), dan instalasi-instalasi lainnya 3. klaim untuk pengurangan harga atau pengembalian pajak 4. piutang deviden dan bunga
5. pembayaran dimuka atas pembelian
6. panjar untuk menjamin pelaksanaan kontrak 7. harga Saham yang masih harus ditagih
Piutang non dagang harus diiktisarkan dalam akun-akun dengan nama yang sesuai dan dilaporkan secara terpisah dalam laporan keuangan .
b) Piutang Lancar (Jangka Pendek) dengan Piutang Tidak Lancar (Jangka Panjang)
Sedangkan piutang tak lancar (jangka panjang) merupakan piutang yang diidentifikasikan dapat tertagih dalam jangka waktu lebih dari satu tahun.
C. Likuiditas
Likuiditas yang baik menggambarkan kinerja perusahaan dalam
mengelola kemampuan keuangan perusahaan. Perusahaan yang memiliki
kondisi keuangan yang baik harus mampu memenuhi segala kewajiban yang
dimilikinya dengan tepat waktu, sehingga tidak akan mengganggu jalannya
kegiatan operasionalnya. Begitu pula dengan kondisi keuangan yang
berlebihan juga tidak baik bagi perusahaan.
1. Pengertian Likuiditas
Definisi likuiditas menurut Riyanto (2002:25) adalah : “Masalah
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financial yang segera
harus dipenuhi”. Menurut Rangkuti (2006:108) : “Likuiditas merupakan
kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya (solvency)”.
Dari beberapa pengertian diatas, jelas bahwa pengertian likuiditas
adalah menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh
kewajiban yang segera harus dipenuhi atau yang telah jatuh tempo.
Suatu perusahaan dikatakan “likuid” apabila perusahaan tersebut
sebaliknya suatu perusahaan dikatakan “ilikuid” apabila perusahaan tersebut
tidak mampu memenuhi kewajiban financial yang segera harus dipenuhi.
2. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban yang sudah jatuh tempo. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos
yang sifatnya jangka pendek seperti aktiva lancar dan hutang lancar.
Perhitungan rasio likuiditas memberikan cukup banyak manfaat bagi berbagai
pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Pihak yang paling
berkepentingan adalah pemilik perusahaan guna menilai kemampuan mereka
sendiri. Kemudian, pihak luar perusahaan juga memiliki kepentingan, seperti
pihak kreditor atau penyedia dana bagi perusahaan, misalnya perbankan.
Atau juga pihak distributor atau suplier yang menyalurkan atau menjual
barang yang pembayaran secara angsuran kepada perusahaan.
Lebih lanjut menurut Kasmir (2008:132), ada beberapa tujuan dan manfaat dari rasio likuiditas, yaitu :
1. mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan(tanggal dan bulan tertentu),
2. mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban
jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban yang berumur dibawah satu tahun atau sama dengan satu tahun, dibandingkan dengan total aktiva lancar,
sediaan. Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi persediaan dan utang yang dianggap likuiditasnya lebih rendah,
4. mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan,
5. mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang,
6. alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang,
7. melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode, 8. melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari
masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar, 9. melihat alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki
kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.
Bagi pihak luar perusahaan, seperti pihak penyandang dana (kreditor),
investor, distributor dan masyarakat luas, rasio likuiditas bermanfaat untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban kepada pihak
ketiga. Hal ini tergambar dari rasio yang dimilikinya. Kemampuan membayar
tersebut akan memberikan jaminan bagi pihak kreditor untuk memberikan
pinjaman selanjutnya. Kemudian, bagi pihak distirbutor adanya kemampuan
membayar mempermudah dalam memberikan keputusan untuk menyetujui
penjualan barang dagangan secara angsuran. Artinya, ada jaminan bahwa
pinjaman yang diberikan akan mampu dibayar secara tepat waktu. Namun,
rasio likuiditas bukanlah satu-satunya cara atau syarat untuk menyetujui
pinjaman atau penjualan barang secara kredit. Rasio-rasio likuiditas memiliki
banyak jenis, karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa.
Menurut Kasmir (2008;35), rasio-rasio likuiditas yang sering digunakan
(cash ratio) dan working capital to total assets ratio yang akan dijelaskan
berikut ini.
1. Rasio Lancar (Current ratio)
Rasio lancar atau current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan.
Dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan sedang baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin. Dalam praktiknya sering kali dipakai rasio lancar dengan standar 200 % (2:1) yang terkadang sudah dianggap sebagai ukuran yang cukup baik atau memuaskan bagi suatu perusahaan. Artinya dengan hasil rasio seperti itu, perusahaan sudah merasa berada di titik aman dalam jangka pendek. Namun, sekali lagi untuk mengukur kinerja manajemen, ukuran yang terpenting adalah rata-rata industri untuk perusahaan sejenis. Berikut rumus yang digunakan untuk mencari current ratio.
2. Quick Ratio (Acid Test Ratio)
dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya. Demikian pula sebaliknya, jika rasio perusahaan dibawah rata-rata industri, keadaan perusahan lebih buruk dari perusahaan lain. Hal ini menyebabkan perusahaan harus menjual persediaannya untuk melunasi pembayaran utang lancar. Padahal menjual dibawah yang normal relative lebih sulit, kecuali perusahaan menjual dibawah harga pasar, yang tentunya bagi perusahaan jelas menambah kerugian. Berikut rumus yang sering digunakan dalam mencari quick ratio .
3. Cash Ratio
4. Working Capital to total assets ratio
Ratio ini mengukur likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja. Berikut rumus yang digunakan dalam mencari working capital to total asset ratio.
D. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Variabel Hasil
Variabel Independen :
Tingkat Likuiditas
Y E. Kerangka Konseptual dan Hipotesis
Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antar
variabel- variabel dalam suatu penelitian. Dimana hubungan yang coba
dijelaskan yakni hubungan antara variabel independen dan varaiabel
dependen, dalam hal ini variabel independen yaitu hutang jangka pendek dan
piutang dengan variabel dependen yaitu tingkat likuiditas suatu perusahaan.
Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Kerangka Konseptual
H1
H2
H3
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Sumber : Peneliti, 2009
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar semua
kewajiban jangka pendek pada saat jatuh tempo. Likuiditas perusahaan Hutang Jangka Pendek
X1
Piutang
ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk
diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat beharga, piutang, persediaan.
Piutang termasuk aktiva lancar yang paling likuid setelah kas karena
memerlukan waktu yang lebih pendek untuk mengubah menjadi kas.
Piutang merupakan pos yang penting karena merupakan bagian aktiva
lancar perusahaan yang besar bagi sebagian besar perusahaan. Biasanya
jumlah piutang mencapai 50 % samapai 70 % dari total aktiva lancar.
Likuiditas merupakan ketersediaan kas dimasa depan setelah
memperhitungkan hutang jangka pendek yang ada. Rasio ini
mengidentifikasikan apakah perusahaan memiliki sumber daya untuk
melunasi kewajiban lancarnya atau kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini
dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka pendek seperti aktiva lancar
dan utang lancar. Semakin tinggi ratio ini berarti semakin besar kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Jadi rasio
likuiditas ini dapat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya jumlah piutang dan
kewajiban jangka pendek (hutang lancar) perusahaan. Hal ini
mengindikasikan bahwa informasi likuiditas berguna untuk memprediksi
kemampuan perusahaan dalam pemenuhan komitmen keuangan pada saat
jatuh tempo.
Berdasarkan uraian tersebut dapat kita simpulkan bahwa piutang
pendek mempunyai hubungan dalam penentuan likuid atau tidaknya suatu
perusahaan. Jadi semakin besar aktiva lancar yang bisa dikonversikan
menjadi kas dan semakin rendah jumlah kewajiban jangka pendek (hutang
lancar) perusahaan, maka semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan dan
semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya, begitu juga sebaliknya.
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya
atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam
menganalisis. Hipotesis dalam penelitian ini, antara lain .
H1 : Hutang Jangka Pendek berpengaruh signifikan terhadap Tingkat
Likuiditas.
H2 : Piutang berpengaruh signifikan terhadap Tingkat likuiditas.
H3 : Hutang Jangka Pendek dan Piutang secara bersama berpengaruh
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Peneliti menggunakan desain kausal. “Desain kausal berguna untuk
mengukur hubungan hubungan antar variabel riset atau berguna untuk menganalisis
bagaimana satu variabel mempengaruhi variabel lain”. (Umar, 2003 : 30)
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2006 : 55) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2007 yaitu, sebanyak 32
perusahaan.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2006 : 56). Penelitian ini menggunakan sampel yang
ditentukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel bertujuan (purposive
sampling), yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria
Kriteria pengambilan sampel yang ditetapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. perusahaan tersebut terdaftar di BEI pada tahun 2006-2007,
2. perusahaan memiliki laba usaha pada tahun 2006-2007,
3. perusahaan tersebut memiliki laporan keuangan yang telah diaudit
pada tahun 2006-2007.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka perusahaan yang menjadi sampel dalam
penelitian ini berjumlah 27 perusahaan.
Tabel 3.1
Daftar Populasi dan Sampel Penelitian Periode 2006 - 2007
NO KODE NAMA PERUSAHAAN
KRITERIA
SAMPEL 1 2 3
1 ADES PT Ades Waters Indonesia Tbk. √ x √ -
2 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk √ √ √ Sampel 1
3 AQUA PT Aqua Golden Missisipi Tbk √ √ √ Sampel 2
4 BATI PT Bat Indonesia Tbk √ x √ -
5 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk √ √ √ Sampel 3
6 DAVO PT Davomas Abadi Tbk √ √ √ Sampel 4
7 DLTA PT Delta Djakarta Tbk √ √ √ Sampel 5
8 DVLA PT Darya-Varia Laboratoria Tbk √ √ √ Sampel 6
9 FAST PT Fast Food Indonesia Tbk. √ √ √ Sampel 7
10 GGRM PT Gudang Garam Tbk √ √ √ Sampel 8
11 HMSP PT HM Sampoerna √ √ √ Sampel 9
NO KODE NAMA PERUSAHAAN
KRITERIA
SAMPEL 1 2 3
13 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk √ √ √ Sampel 11
14 KAEF PT Kimia Farma Tbk √ √ √ Sampel 12
15 KLBF PT KalbeFarma Tbk √ √ √ Sampel 13
16 MERK PT Merck Tbk √ √ √ Sampel 14
17 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk √ √ √ Sampel 15
18 MRAT PT Mustika Ratu Tbk √ √ √ Sampel 16
19 MYOR PT Mayora Tbk √ √ √ Sampel 17
20 PROD PT Sara Lee Body Care Indonesia Tbk √ √ √ Sampel 18
21 PSDN PT Prashida Aneka Niaga Tbk √ x √ -
22 PTSP PT Pioneerindo Gourmet International Tbk √ x √ -
23 RMBA PT Bentoel International Inv. Tbk √ √ √ Sampel 19
24 SIPD PT Sierad Produce Tbk √ √ √ Sampel 20
25 SKBM PT Sekar Bumi Tbk √ x √ -
26 SKLT PT Sekar Laut Tbk √ √ √ Sampel 21
27 SMAR PT Smart Tbk √ √ √ Sampel 22
28 STTP PT Siantar Top Tbk √ √ √ Sampel 23
29 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk √ √ √ Sampel 24
30 TCID PT Mandom IndonesiaTbk √ √ √ Sampel 25
31 ULTJ PT Ultra Jaya Milk √ √ √ Sampel 26
32 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk √ √ √ Sampel 27
C. Jenis dan Sumber Data
Menurut jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Menurut Umar (2003 : 60) “data sekunder merupakan data primer yang
telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar, dan
sebagainya sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain”. Data sekunder
yang digunakan dalam penelitian ini adalah informasi keuangan yang berhubungan
dengan variabel penelitian yaitu :
1. informasi mengenai hutang jangka pendek,
2. informasi mengenai piutang,
3. informasi mengenai tingkat likuiditas.
Menurut waktu pengumpulannya, data yang digunakan dalam penelitian ini
termasuk data time series yaitu, sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang
didapat dalam beberapa interval waktu tertentu, misalnya mingguan, bulanan atau
tahunan, dan data cross-section yaitu sekumpulan data suatu fenomena tertentu dalam
satu kurun waktu saja (Umar, 2003 : 61). Penelitian ini menggunakan data yang
diambil dari 32 perusahaan (section) selama 2 tahun (series) yaitu tahun 2006-2007.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan peneliti adalah studi dokumentasi yaitu, dengan
informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Data penelitian ini diperoleh
dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006 : 31). Variabel
penelitian merupakan garis besar dari penelitian yang akan diteliti. Adapun
klasifikasi variabel penelitian ini sebagai berikut.
1. Klasifikasi Variabel
Variabel yang digunakan peneliti dalam penelitian ini terdiri dari.
a. Variabel Independen
Variabel independen yaitu variabel bebas yang keberadaannya tidak
dipengaruhi oleh variabel – variabel lain bahkan variabel ini
merupakan faktor penyebab yang akan mempengaruhi variabel lainnya
Variabel independen dalam penelitian ini adalah besarnya Hutang
Jangka Pendek dan besarnya Piutang.
b. Variabel Dependen
Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel
lainnya. Variabel Dependen dari penelitian ini adalah tingkat
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional merupakan penjelasan - penjelasan variabel yang telah
dipilih. Definisi operasional variabel pada penelitian ini akan dijelaskan dalam tabel
3.2.
Tabel 3.2
Definisi operasional Variabel
Sumber : Peneliti, 2009
Berdasarkan tabel diatas terdapat beberapa penjelasan. 1. Hutang Jangka Pendek (Variabel X1)
Hutang jangka pendek adalah kewajiban yang akan jatuh tempo dalam
waktu satu tahun atau siklus operasi normal perusahaan dan harus
dilunasi dengan menggunakan aktiva lancar, serta kewajiban tersebut
berdasarkan transaksi yang telah terjadi.Hutang jangka pendek dalam Jenis Variabel Nama Variabel Indikator Kritria
/Ukukran
Dependen Tingkat
Likuiditas (Y)
penelitian ini diambil dari trade payable perusahaan-perusahaan
konsumsi pada periode 2006-2007.
2. Piutang (Variabel X2)
Piutang adalah semua hak atau klaim terhadap pelanggan atau pihak
lain atas uang ,barang dan jasa sebagai akibat transaksi dimasa lalu.
Adapun piutang dalam penelitian ini diambil dari trade receivable pada
periode 2006 – 2007.
3. Likuiditas (Variabel Y)
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kemampuan perusahaan untuk
mengkonversikan aktiva menjadi uang tunai atau kas. Dalam
penelitian ini, likuiditas diukur dengan menggunakan Current Ratio
(CR).
Current Ratio = Total Current Asset
Current Liabilities
X 100 %
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik dengan menggunakan SPSS 16. Peneliti melakukan terlebih dahulu
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah metode statistika yang digunakan untuk
menggambarkan atau mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan menjadi
sebuah informasi. Statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran
terhadap data-data variabel penelitian yang akan kita gunakan dalam
penelitian (Nugroho, 2005:1).
2. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik mencakup uji normalitas, uji
multikolinearitas, Uji heteroskedastissitas, uji autokorelasi,
Pengujian asumsi klasik yang diabahas sebagai berikut.
a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2005 : 110), “uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil”.
Pengujian normalitas dilakukan dengan uji non-parametrik
Kolmogorov-Smirnov, dimana data yang berdistribusi normal akan memiliki nilai yang
lebih besar dari 0,05. Selain itu, uji normalitas dapat juga dilihat melaui
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali,
2005 : 91). Mendeteksi ada atau tidaknya multikolineritas dapat dilihat dari
(1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Kedua
ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan
oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel
independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen
lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi
(karena VIF= 1/Tolerance). Batasan yang umum dipakai untuk menunjukkan
adanya multikolineritas adalah nilai Tolerance <0.10 atau sama dengan nilai
VIF >10.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokesdatisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskesdatisitas. (Ghozali, 2005 : 105).
Menurut Ghozali (2005 : 105), ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskesdatisitas :
pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized.
a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskesdatisitas.
b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskesdatisitas.
d. Uji Autokorelasi
Masalah autokorelasi akan muncul bila data yang dipakai adalah data
runtut waktu (timeseries). “Autokorelasi akan muncul bila data sesudahnya
merupakan fungsi dari data sebelumnya atau data sesudahnya memiliki
korelasi yang tinggi dengan data sebelumnya pada data runtut waktu dan
besaran data sangat tergantung pada tempat data tersebut terjadi”. (Hadi, 2006
: 175)
Dalam mendeteksi adanya autokorelasi bisa digunakan tes Durbin
Watson (DW). Deteksi autokorelasi dengan cara ini dimulai dengan
menghitung nilai d, setelah nilai d diketemukan maka tahapan berikutnya
adalah menentukan nilai du dan dl dengan menggunakan tabel Durbin
Watson. Menurut Hadi Salah satu cara untuk mengatasi adanya masalah
yaitu variable lag -1. (2006;176), berikut ini merupakan ketentuan yang
digunakan dalam uji Durbin Watson (DW).
du < d < 4-du Tidak ada autokorelasi
d < dl Terdapat autokorelasi positif
d > 4-dl Terdapat autokorelasi negatif
dl < d < du Tidak ada keputusan tentang autokorelasi
4-du < d < 4-dl Tidak ada keputusan tentang autokorelasi
3. Pengujian Hipotesis
Dalam mengetahui bagaimana pengaruh hutang jangka pendek dan
piutang secara parsial terhadap tingkat likuiditas digunakan analisis regresi
linier sederhana dengan uji t. Cara yang digunakan adalah dengan cara
membandingkan nilai probabilitas masing-masing variabel dengan besarnya
nilai α = 5 %. Aturan yang digunakan adalah jika probabilitas variabel >
probabilitas 5% maka H0 diterima, dan jika probabilitas variabel <
probabilitas 5% maka H0 ditolak dan terima Ha.
Mengetahui bagaimana pengaruh hutang jangka pendek dan piutang
secara bersama terhadap tingkat likuiditas digunakan analisis regresi linier
berganda dengan uji F.
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Keterangan :
Y = Tingkat Likuiditas
a = konstanta
b1, b2 = koefisien regresi
X1 = Hutang Jangka Pendek
X2 = Piutang
e = Tingkat kesalahan pengganggu
G. Jadwal Penelitian
Tabel 3.3
Jadwal Penelitian
Tahapan Penelitian Sept. Okt. Nov. Des- Mei.
Juni.
Pengajuan Judul √
Pengumpulan Data √ √
Seminar Proposal √
Penulisan Skripsi √ √
Ujian Skripsi √
Sumber : Peneliti, 2009
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari laporan
keuangan perusahaan yang menjadi sampel, yaitu sejak tahun 2006 hingga tahun
2007. Adapun informasi yang dibutuhkan dari laporan keuangan perusahaan adalah
informasi yang berhubungan dengan variabel penelitian. Data penelitian ini disajikan
dalam lampiran 1.
B. Statistik Deskriptif
Pada dasarnya statistik deskriptif digunakan untuk mempelajari metode
pengringkasan, penggambaran dan penampilan data (summarizing, describing,
displaying). Dengan adanya statitistik deskriptif dapat membantu peneliti dalam
memaparkan dan mengenal lebih dalam mengenai variabel-variabel yang akan
diteliti. Dibawah ini akan dijelaskan variabel statistik deskriptif sebagai berikut.
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Statistics
Trade Payables
Trade
N Valid 54 54 54
Missing 0 0 0
Mean 2.05E8 3.78E8 3.4126
Std. Deviation 3.289E8 5.811E8 3.05537
Variance 1.081E17 3.377E17 9.335
Minimum 2984000 3522000 .53
Maximum 1821644000 2775736000 17.61
Sumber : Hasil olah data statistik, 2009 tabel 4.1 menjelaskan bahwa:
1. variabel trades payable memiliki nilai minimum 2.984.000 dan niai
maximum 1.821.644.000 Rata-rata trades payable 2.05E8 dengan
standar deviasi 3.289E8,
2. variabel trades receivable memiliki nilai minimum 3.522.000 dan nilai
maximum 2.775.736.000. Rata rata trades receivable 3,78E8 dengan
standar deviasi 5.811E8,
3. variabel current ratio memiliki nilai minimum 0.53 dan nilai
maximum 17.61. Rata- rata current ratio 3.4126 dengan standar
deviasi 3.05537
C. Uji Asumsi Klasik
Untuk menghasilkan suatu model regresi yang baik, analisis regresi
memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis.
perbaikan terlebih dahulu. Pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Uji Normalitas Data
Menurut Chariri dan Ghozali (2005 : 110), “uji normalitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau
residual memiliki distribusi normal.” Pengujian ini diperlukan karena untuk
melakukan uji t dan uji f mengasumsikan bahwa residual mengikuti distribusi
normal.
Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji apakah residual
berdistribusi normal adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov
(K-S) dengan membuat hipotesis:
H0 : Data residual berdistribusi normal
H1 : Data residual tidak berdistribusi normal
Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima dan
sebaliknya jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka H0 ditolak atau
H1 diterima.
Tabel 4.2
Trade Payables
Trade
Receivables
Current
Ratio
N 54 54 54
Normal Parametersa Mean 2.05E8 3.78E8 3.4126
Std. Deviation 3.289E8 5.811E8 3.05537
Most Extreme Differences Absolute .269 .278 .195
Positive .246 .278 .195
Negative -.269 -.260 -.173
Kolmogorov-Smirnov Z 1.979 2.039 1.435
Asymp. Sig. (2-tailed) .001 .000 .033
.
Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Dari hasil pengolahan data tersebut, diperoleh bahwa data dalam
penelitian ini tidak terdistribusi secara normal, dimana kedua variabel
memiliki nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu variabel Trade
Payables sebesar 0.001, variabel Trade Receivables sebesar 0.000 sedangkan
variabel Current Ratio 0,33. Ada beberapa cara mengubah model regresi
menjadi normal menurut Erlina (2007:106) yaitu:
a.lakukan transformasi data ke bentuk lainnya,
b.lakukan trimming, yaitu membuang data outlier,
c.lakukan winsorizing, yaitu mengubah nilai data yang outlier ke suatu
Untuk mengubah nilai residual agar berdistribusi normal, peneliti
melakukan transformasi data ke model logaritma natural (Ln) Setelah itu, data
diuji ulang berdasarkan asumsi normalitas. Berikut ini adalah hasil pengujian
dengan Kolmogorov-Smirnov:
Tabel 4.3
Uji Normalitas Data
Setelah Transformasi Dengan Logaritma Natural One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Trade Payables
Trade
Receivables Current Ratio
N 54 54 54
Normal Parametersa Mean 18.1875 18.9934 .9213
Std. Deviation 1.43681 1.28067 .77490
Most Extreme
Differences
Absolute .069 .098 .115
Positive .069 .091 .115
Negative -.051 -.098 -.083
Kolmogorov-Smirnov Z .505 .718 .843
Asymp. Sig. (2-tailed) .960 .681 .476
a. Test distribution is Normal.
Sumber: Data yang diolah peneliti, 2009
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi
telah terdistribusi secara normal karena kedua variabel mempunyai nilai
signifikansi lebih besar dari 0.05 yaitu Trade Payables 0.960, Trade
Receivables 0.681 dan Current Ratio sebesar 0.476 yang berarti bahwa H0
asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelas berikut ini dilampirkan grafik
histogram dan grafik p-plot data yang telah berdistribusi normal:
Gambar 4.1
Uji Normalitas dengan Histogram Sumber : Hasil Olah Statistik, 2009
Hasil uji grafik dalam penelitian ini menunjukkan distribusi residual
yang normal, hal ini ditunjukkan grafik histogram yang tidak melenceng baik
ke kanan maupun ke kiri. Normal probablility plot juga menunjukkan hal
yang sama dimana titik-titik dalam plot terlihat menyebar di sekitar garis
Gambar 4.2
Uji Normalitas dengan Plot
Sumber : Hasil Olah Statistik, 2009
Uji normalitas data juga dapat dilakukan dengan uji kolmogorov-smirnov test, seperti
Tabel 4.4
Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Setelah Transformasi Dengan Logaritma Natural
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Trade Payables
Trade
Receivables Current Ratio
N 54 54 54
Normal Parametersa Mean 18.1875 18.9934 .9213
Std. Deviation 1.43681 1.28067 .77490
Most Extreme
Differences
Absolute .069 .098 .115
Positive .069 .091 .115
Negative -.051 -.098 -.083
Kolmogorov-Smirnov Z .505 .718 .843
Asymp. Sig. (2-tailed) .960 .681 .476
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Hasil Olah Statistik, 2009
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat disimpulkan bahwa data bersifat normal dengan
kriteria :
n = 54 berarti jumlah sampel yang diamati ada 54 sampel data,dimana nilai
Kolmogorov-Smirnov = 0.505 ;0 .718 ; 0.843 dengan probabilitas atau p> 0,05 pada
uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Oleh karena nilai p untuk setiap variabel yang
diuji > 0,05 , hal ini berarti Ho diterima yang berarti data residual terdistribusi secara
normal, dengan data variabel pada 54 sampel atau memenuhi syarat uji normalitas,