• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

B. Peran Early Adopter sebagai Komunikator dalam

2. Kompetensi Early Adopter dalam Penyebaran

Sang pelopor atau early adopter adalah agen pembaharu di tengah-tengah masyarakat, memiliki pemikiran yang fresh, kecakapan yang mumpuni sehingga mampu menarik hati komunikan untuk memahami pesan yang disampaikannya. Selain sebagai komunikator untuk masyarkat sekitarnya, early adopter juga sebagai komunikan dari sang inovator, sehingga memiliki dua fungsi. Fungsi pertama sebagai penerima pesan, yakni menginterpretasikan pesan inovator dan akhirnya menjadi penyebar pesan, dengan mendifusikan pesan dari inovator kepada masyarkat luas. Kompetensi early adopter peneliti jabarkan dalam uraian dibawah ini:

70

a) Pemahaman terhadap Informasi (Sebagai Komunikan)

Aturan makna dan aturan tindakan selalu bekerja dalam konteks (context) atau bingkai referensi (frame of reference) untuk dapat melakukan interpretasi atau melakukan tindakan.71 Seperti telah di jelaskan di atas, bahwa antara komunikator (inovator) dan komuinkan (early adopter) memiliki konteks yang sama, yakni penghobi burung serta memiliki kerangka berfikir yang sama pula, yakni memiliki pengetahuan terhadap seluk beluk penangkaran Burung.

Pak Bedjo yang sebelum mengenal adanya ide penangkaran Burung Jalak ternyata adalah penghobi burung, “Sejak kecil hobby memelihara burung, sebelumnya pernah ternak burung Perkutut, Burung Derkuku.”(Wawancara dengan early adopter Desa Jimbung Pak Bedjo, 5 Oktober 2015)Kecakapan beliau dalam dunia burung sejak kecil menjadikannya memiliki pengalaman yang serupa dengan sang inovator yang juga adalah seorang penghobi burung. Komunikasi terjalin dengan lancar karena memiliki kerangka berfikir yang sama, pengalaman akan masa lalu yang serupa. Senada dengan pengalaman yang dimiliki early adopter Pak Warsono. “Dulu itu saya berinisiatif untuk mencoba menangkarkan burung Jalak, dari Pak Purwanto, karena sebelumnya saya dah coba-coba ternak jenis burung yang lain.”(Wawancara dengan early adopter Desa Sendang Lebak Pak Warsono, 5 Oktober 2015). Pak Warsono juga seorang penghobi burung, terbukti dari transkrip wawancara dengan beliau, bahwa memang sebelum

71

adanya ide penangkaran burung Jalak, beliau telah memiliki keahlian menangkarkan jenis burung yang lain.

b) Berjiwa kepemimpinan (Sebagai Komunikator)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pe· mim· pinn 1.orang yg memimpin 2. petunjuk; buku petunjuk (pedoman). Apabila disandingkan dengan individu early adopter ternyata memiliki kesamaan. Kesamaan sifat leadership tokoh early adopter yang paling menonjol ialah kemampuanya untuk menjadi petunjuk, sang pelopor adalah role play, dijadikan sebagai model bagi masyarakat di sistem sosialnya. Dalam hal penangkaran burung Jalak ini, sang pelopor dijadikan pedoman, orang yang dituakan, dihormati dan digagas oleh anggota sistem sosial.

Sama seperti usaha yang dilakukan Pak Warsono dalam menggerakkan warganya agar menjadi lebih maju, lebih sejahtera dengan perantara ide penangkaran Burung Jalak. Hal itu ia lakukan tentusaja setelah beliau mengaplikasikannya terlebih dahulu, setelah dirasa mendapati hasil yang berdampak positif, baru kemudian menyebarluaskan ide itu kepada masyarkat tempat tinggalnya.

Gambar 3.4 Sosialisasi dari BKSDA kepada penangkar burung Jalak di Klaten

“Saya kan juga mendirikan arisan burung di Kampung sini, jadi yang dibuat arisan itu bukan uang, tapi anakan Burung Jalak, saya juga dipercayai untuk menjadi ketuanya.”(Wawancara dengan early adopter Desa Sendang Lebak Pak Warsono, 5 Oktober 2015). Bagi Pak Bedjo, menangkrkan burung adalah sebuah kesenangan, karena sudah menjadi hoby seperti yang sudah peneliti jabarkan diatas. Sedangkan dari sisi ekonomi pun sudah lebih baik daripada kebanyakan penduduk desa tempat tinggal early adopter. Jiwa kepemimpinan sang pelopor muncul dikala melihat keresahan yang dihadapi kerabat maupun tetangganya, untuk bagaimana bisa menangkarkan burung Jalak, meski kebanyakan masyarakat tidak memiliki basic hoby dengan burung kicauan.“Untuk orang disekitar sini saya ajak mas, ayo bagaimana bisa

maju, karena saya lihat kurang produktif.” (Wawancara dengan early adopter Desa Jimbung Pak Bedjo, 5 Oktober 2015).

Kedudukan sang pelopor disebuah sistem sosial mempengaruhi keputusan inovasi dari komunikannya, selain karena sang pelopor dihormati berkat jabatan di sistem sosial tentu juga karena keahlian yang dimilikinya. Karena, early adopter adalah penjelmaan keberhasilan dan kehati-hatian dalam menggunakan ide baru (di sebuah sistem sosial)72. Oleh karana itu Pak Warsono berani mengajak warganya untuk turut serta menikmati kesuksesan menangkarakn Burung Jalak. “Keponakan saya, yang masih satu desa dulu saya ajak, untuk pulang saja dari rantauan, dengan modal yang ada untuk dibelikan Burung Jalak, masalah penangkaran nanti saya yang mengajari.”(Wawancara dengan early adopter Desa Sendang Lebak Pak Warsono, 5 Oktober 2015).

c) Memiliki Visi, Orientasi Terhadap Tujuan (Sebagai Komunikator)

Seorang pelopor adalah orang yang memiliki intelegensia tinggi, melakukan hal-hal dengan penuh pertimbangan, akan bagaimanakah nanti kedepannya mereka telah memiliki gambaran untuk diperjuangkan. Berkebalikan dengan pribadi kolot yang pasrah pada nasib, berarti seseorang melihat tidak ada daya sama sekali untuk mengontrol mengarahkan masa depan, sehingga orang yang pasrah pada nasib tidak akan percaya pada

72

inovasi.73 Semakin kolot seseorang maka akan semakin sulit mengikuti sebuah inovasi, tetapi pada diri seorang pelopor terdapat semangat untuk maju, memiliki cita-cita dimasa yang akan datang. “Untuk meningkatkan taraf hidup warga saya. Orang sini dulu kan banyak menjadi perantauan di Jakarta mas, ya disana kebanyakan Cuma jadi kuli angkut. Saya punya pikiran daripada kerja jauh-jauh mbok dirumah aja ternak burung,…”(Wawancara dengan early adopter Desa Sendang Lebak Pak Warsono, 5 Oktober 2015).

Setali tiga uang, mungkin ungakapan itu yang cocok digunakan, kesamaan tujuan yang ada pada diri ealry adopter. Pak Bedjo menginginkan kemajuan taraf hidup di desa tempat tinggalnya, ketika beliau merasa banyak warga disana yang menganggur serta kurang produktif. Desa Jimbung dulu dan kini memang berbeda, hal paling nampak adalah dengan datangnya ide penangkaran Burung Jalak di tengah-tengah masyarakat. Perubahan sosialpun tak mampu terhindarkan, apabila dulu banyak warganya yang merantau, kini banyak yang menjadi orang rumahan, sibuk dengan aktivitas menangkarkan Burung Jalak. “Yang utama ya tentang hasilnya menangkarkan burung itu, pernah saya tawarkan keponakan saya untuk meloloh anakan burung dari saya, nanti biar dia jual lagi, dulunya merantau di Jakarta, sekarang dirumah ngurusi burung ini.”(Wawancara dengan early adopter Desa Jimbung Pak Bedjo, 5 Oktober 2015).

73

d) Komunikatif (Sebagai Komunikator)

Untuk memudahkan penyampaian pesan kepada khalayak, seorang komunikator dituntut harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Utamanya cara menyusun sebuah pesan untuk disampaikan kepada komunikannya. Memiliki kemampuan mengolah pesan (abstrak) untuk dipahami orang lain membutuhkan kebiasaan dan keahlian yang harus dimiliki komunikator dalam hal ini adalah sang early adopter. Memiliki abstraksi yang lebih besar, karena ide baru biasanya pertama kali diperkenalkan dalam bentuk rangsangan yang abstrak, …74 Contohnya adalah cerita deskriptif cara menangkarkan Burung Jalak dan manfaatnya kepada komunikan, dengan cara komunikasi interpersonal agar lebih intensif.Kebanyakan dari mulut ke mulut tersebar informasinya, jadi hampir 90% sekarang penduduk sini menangkarkan burung.” (Wawancara dengan early adopter Desa Sendang Lebak Pak Warsono, 5 Oktober 2015).

Komunikatif dapat diartikan sebagai keahlian seorang komunikator dalam membuat pesan untuk disampaikan kepada komunikannya. Proses pembuatan pesan ini disebut sebagai enkoding, menurut Dominick enkoding yakni kegiatan yang dilakukan sumber untuk menerjemahkan pikiran dan ide-idenya kedalam suatu bentuk yang dapat diterima oleh indra pihak penerima.75 Penjelasan yang mudah dipahami dari early adopter menjadikan komunikan yakin dan mencoba menerapka ide penangkaran burung. “Sambil belajar bertanya kepada saya atau orang lain yang sudah bisa, penduduk sini langsung

74

Ibid. hlm. 95.

75

mempraktikkan menangkarkan burung.”(Wawancara dengan early adopter Desa Jimbung Pak Bedjo, 5 Oktober 2015).