• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PERENCANAAN PENGAJARAN DAN

B. Mengajar

2. Kompetensi Guru

Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi menjadi seorang guru yang profesional harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan pra jabatan (Uzer Usman, 1990: 2). Kunandar (2008: 46) menjelaskan bahwa profesi guru adalah keahlian dan kewenangan khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran dan pelatihan yang ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan sementara guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru antara lain (Hamzah B Uno, 2007: 69):

a. Kompetensi profesional, artinya guru harus memiliki pengetahuan yang luas dari bidang studi yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi dalam arti memiliki konsep teoritis mampu memilih metode dalam proses belajar mengajar.

b. Kompetensi personal, artinya sikap kepribadian yang mantap sehingga mampu menjadi sumber intensifikasi bagi subyek. Dalam hal ini berarti memiliki kepribadian yang pantas diteladani, mampu melaksanakan kepemimpinan seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu “ Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”. c. Kompetensi sosial, artinya guru harus menunjukkan atau mampu berinteraksi

sosial, baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama guru dan kepala sekolah, bahkan dengan masyarakat luas.

d. Kompetensi pedagogik, yaitu kompetensi untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan sebaik-baiknya yang berarti mengutamakan nilai-nilai sosial dari nilai material.

Kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini merupakan kompetensi yang sangat penting sebab langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Oleh karena itu tingkat keprofesionalan guru dapat dilihat dari kompetensi ini ( Wina, 2006: 18). Kemampuan yang berhubungan dengan kompetensi ini diantaranya :

a. Kemampuan untuk menguasai landasan pendidikan, misalnya paham akan tujuan pendidikan yang harus dicapai, baik tujuan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan pembelajaran.

b. Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, misalnya paham tentang tahapan perkembangan siswa, paham tentang teori-teori belajar dan lain sebagainya

c. Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkannya.

d. Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran.

e. Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar

f. Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran g. Kemampuan dalam menyusun program pembelajaran

h. Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang, misalnya paham akan administrasi sekolah, bimbingan dan penyuluhan.

i. Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja

Hakikat Profesi Guru (Hamzah, 2007: 15) Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataannya masih terdapat hal-hal tersebut di luar bidang kependidikan. Untuk seorang guru perlu mengetahui dan dapat menerapkan beberapa prinsip mengajar agar ia dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, yaitu sebagai berikut :

a. Guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi pelajaran yang diberikan serta dapat menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang bervariasi.

b. Membangkitkan minat peserta didik untuk aktif dalam berpikir serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan.

c. Guru harus dapat membuat urutan dalam pemberian pelajaran dan penyesuaiannya dengan usia dan tahapan tugas perkembangan peserta didik. d. Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan

pengetahuan yang dimiliki peserta didik (kegiatan apersepsi) agar peserta didik menjadi mudah dalam memahami pelajaran yang diterimanya.

e. Sesuai dengan prinsip repetisi dalam proses pembelajaran, diharapkan guru dapat menjelaskan unit pelajaran secara berulang-ulang hingga tanggapan peserta didik menjadi jelas.

f. Guru wajib memperhatikan dan memikirkan korelasi atau hubungan antara mata pelajaran dan atau praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.

g. Guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar para peserta didik dengan cara memberikan kesempatan berupa pengalaman secara langsung, mengamati/ meneliti, dan menyimpulkan pengetahuan yang didapatnya.

h. Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan sosial, baik dalam kelas maupun di luar kelas.

i. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta secara individual agar dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaannya tersebut.

Undang-undang Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 pada Bab III pasal 7 ayat(1) tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:

a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme,

b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia.

c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.

d. Memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. e. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.

g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.

h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan

i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Guru yang profesional adalah guru yang memiliki sejumlah kompetensi yang dapat menunjang tugasnya. Ada empat kompetensi yang harus dimiliki seorang guru yakni kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi (UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat 2). Secara implisit Nouwen (1998: 17) mengatakan bahwa profesi keguruan idealnya bukan sekedar suatu pekerjaan atau tugas eksternal melainkan sungguh merupakan manifestasi dari suatu dorongan batin internal pribadinya. Demikian dalam aktivitas

profesionalnya, guru memang harus cakap dalam membuat desain program dan keterampilan untuk mengkomunikasikan program kepada anak didik. Namun lebih jauh dari itu, keduanya mesti digerakkan oleh minat dan kompetensinya.

Kemampuan yang sepenuhnya harus dikuasai oleh guru yang bertaraf profesional ( Nana Sudjana, 1989: 20-22) meliputi:

1) Kemampuan merencanakan program belajar mengajar

Sebelum membuat perencanaan belajar-mengajar, guru terlebih dahulu harus mengetahui arti dan tujuan perencanaan tersebut, dan menguasai secara teoritis dan praktis unsur-unsur yang terdapat dalam perencanaan belajar mengajar. Kemampuan merencanakan belajar-mengajar merupakan muara dari segala pengetahuan, teori, keterampilan dasar, dan pemahaman yang mendalam tentang objek belajar dan situasi pengajaran.

2) Melaksanakan / mengelola proses belajar mengajar

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, kemampuan yang dituntut adalah keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun dalam perencanaan. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat, apakah kegiatan belajar- mengajar dihentikan-ataukah diubah metodenya, apakah mengulang dahulu pelajaran yang lalu, manakala para siswa belum dapat mencapai tujuan pengajaran. Maka kemampuan mengelola proses belajar-mengajar tidak mungkin diperoleh tanpa mengalaminya langsung.

Setiap guru harus dapat melakukan penilaian tentang kemajuan yang dicapai para siswa, baik secara iluminatif observatif maupun secara struktural-objektif. Penilaian secara iluminatif observatif dilakukan dengan pengamatan yang terus menerus tentang perubahan dan kemajuan yang dicapai siswa. Sedangkan penilaian secara struktural- obyektif berhubungan dengan pemberian skor angka atau nilai yang biasa dilakukan dalam rangka penilaian hasil belajar siswa. 4) Menguasai bahan pelajaran

Guru yang bertaraf profesional penuh mutlak harus menguasai bahan yang akan diajarkannya. Adanya buku pelajaran yang bisa dibaca siswa, tidak berarti guru tak perlu menguasai bahan. Memang guru bukan maha tahu tapi guru dituntut pengetahuan yang luas dan mendalami keahliannya atau mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

Dari berbagai pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan beberapa bidang ilmu yang dengan sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum (Uzer Usman, 1995: 14). Maka guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal (Uzer Usman, 1995: 15).

Dokumen terkait