• Tidak ada hasil yang ditemukan

Richards dan Rodgers (1986: 71) mengemukakan empat dimensi kompetensi komunikatif. Keempat dimensi tersebut adalah: kompetensi gramatikal, kompetensi sosiolinguistik, kompetensi wacana, dan kompetensi strategis.

1) Kompetensi gramatikal mengacu pada apa yang disebut oleh Chomsky sebagai kompetensi linguistik yang berada pada kapasitas gramatikal dan leksikal. 2) Kompetensi sosiolinguistik adalah pemahaman terhadap konteks sosial tempat

komunikasi terjadi, termasuk hubungan partisipan, informasi dan tujuan komunikatif dalam interaksi.

3) Kompetensi wacana mengacu pada interpretasi pesan dan keterkaitannya terhadap keseluruhan teks.

Daerah penerimaan Ha

4) Kompetensi strategis merupakan strategi yang digunakan partisipan untuk memulai, mengakhiri, mempertahankan, memperbaiki, dan mengarahkan komunikasi (Richards, 1986: 71).

Finocchiaro dan Bonomo (1973: 40-42) menyebutkan empat landasan dalam subsistem bahasa yang saling berinterelasi dalam menghasilkan sebuah tuturan. Keempat aspek tersebut yaitu: 1) The sound system meliputi pelafalan bunyi vokal dan konsonan, intonasi, ritme, tekanan (stress) dan jeda (pause); 2) The grammar system meliputi a) morfologi yakni pembentukan kata melalui infleksi bentuk jamak (plurality), kepemilikan (possession), kala (tense) dan sebagainya, atau melalui derivasi yakni perubahan kelas kata melalui perubahan prefiks, sufiks, atau infiks; b) sintaksis yakni susunan kata, frasa atau klausa dalam sebuah teks; c) morfofonemik yakni perubahan bunyi akibat pengaruh gramatika dalam lingkungan tertentu; 3) The lexical system meliputi kelas kata (nomina, verba, ajektiva, dan adverbia) serta fungsi dari kata tersebut di dalam struktur klausa; 4) The cultural system meliputi semua hal yang termasuk dalam fitur bahasa dan sistem leksikal mengingat bahwa bahasa ditentukan oleh budaya, sehingga penggunaan bahasa harus berterima dalam budaya tersebut. Beberapa di antaranya ditentukan oleh isi dan nada dari respon verbal dan fisikal.

Nunan (2003: 135), mendefinisikan bahwa pembelajaran keterampilan berbicara sebagai tindakan yang menyebabkan peserta didik mampu melakukan hal-hal sebagai berikut.

1) Menghasilkan bunyi-bunyi bahasa Inggris.

2) Menggunakan penekanan kata dan kalimat, intonasi, dan irama bahasa target.

3) Memilih kata dan kalimat yang tepat, sesuai dengan latar belakang sosial, penutur, situasi dan tema percakapan.

4) Mengorganisasikan ide-ide secara logis dan bermakna. 5) Memakai bahasa sebagai alat untuk memberi penilaian.

6) Memakai bahasa dengan cepat dan yakin, atau yang disebut dengan kefasihan berbahasa.

Lebih lanjut, Nunan (2003: 135) kemudian memaparkan sejumlah kegiatan komunikatif dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Kegiatan-kegiatan tersebut yaitu:

1) Saling memperkenalkan diri.

2) Bermain peran dalam menerangkan sesuatu, memerankan wawancara, mengajukan permintaan, mengungkapkan rasa simpati, dan mengundang serta memberikan jawabannya.

3) Tanya jawab tentang keadaan sehari-hari. 4) Menceritakan kembali isi iklan yang dibaca. 5) Bercakap-cakap berpasangan.

6) Memberi komentar dan saran tentang sesuatu. 7) Berpidato dan menceritakan pengalaman pribadi.

8) Bermain simulasi dalam menawarkan bantuan, berargumentasi tentang suatu topik yang telah ditentukan, dan kegiatan sejenis lainnya.

Harmer (2001: 269) mengklasifikasikan sejumlah keterampilan makro dan mikro dalam berbicara. Keterampilan makro adalah sebagai berikut.

1) Mampu menggunakan fungsi-fungsi komunikatif sesuai dengan situasi, partisipan, dan tujuan.

2) Mampu menggunakan ragam dan gaya bahasa, implikatur, dan berbagai aspek sosiolinguistik dalam percakapan.

3) Mampu menjalin interaksi dalam peristiwa tutur.

4) Mampu menggunakan aspek-aspek kinesik, gerak tubuh, dan tanda-tanda nonverbal bersama dengan bahasa verbal.

5) Mampu mengembangkan strategi berbicara, seperti parafrase, menambahkan informasi, dan mengklarifikasi.

Keterampilan mikro dalam berbicara dipaparkan oleh Harmer (2001: 271) sebagai berikut.

1) Mampu membedakan fonem-fonem dan alofon dalam ragam bahasa Inggris. 2) Mampu menggunakan bentuk-bentuk bahasa sesuai konteks.

3) Mampu menggunakan pola tekanan pada kata/kalimat, dan intonasi yang tepat.

4) Mampu menggunakan bentuk singkatan kata atau frasa.

5) Mampu menggunakan unit-unit leksikal untuk mencapai tujuan pragmatik. 6) Mampu mengucapkan kalimat dengan lancar.

7) Mampu menggunakan berbagai strategi percakapan, misalnya jeda, mengkoreksi diri, dan mengulangi, untuk memperjelas pemahaman.

8) Mampu menggunakan kelas kata gramatika (nomina, verba, dan sebagainya), sistem bahasa ( bentuk kala, plural, dan lain-lain), urutan kata, pola, aturan, dan bentuk eliptikal.

9) Mampu menghasilkan ujaran secara alami.

10) Mampu mengekspresikan makna dalam berbagai bentuk gramatika. 11) Mampu menggunakan alat-alat kohesi dalam tuturan lisan.

Harmer (1983: 43) kemudian menggambarkan perbedaan kegiatan pembelajaran komunikatif dengan non-komunikatif. Kegiatan komunikatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1) Memiliki keinginan untuk berkomunikasi. 2) Memiliki tujuan komunikatif.

3) Berpusat pada isi, bukan bentuk komunikasi. 4) Menggunakan berbagai jenis bahasa.

5) Guru tidak mengintervensi.

6) Materi kegiatan tidak sepenuhnya ditentukan di awal pembelajaran.

Sementara itu, kegiatan non-komunikatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Harmer, 1983: 43).

1) Tidak memiliki keinginan untuk berkomunikasi. 2) Tidak memiliki tujuan komunikatif.

3) Berpusat pada bentuk, bukan isi dari komunikasi. 4) Menggunakan hanya satu jenis bahasa.

5) Guru mengintervensi.

6) Materi kegiatan sepenuhnya ditentukan oleh guru di awal pembelajaran.

Pengenalan sebuah bahasa baru seringkali menjadi kegiatan non-komunikatif. Dalam hal ini guru akan menerapkan teknik terkontrol, meminta peserta didik untuk mengulangi dan melakukan pengulangan terus-menerus (drill). Pada saat yang sama, guru mengharuskan ketepatan struktur bahasa, dan mengoreksi setiap kesalahan peserta didik. Meskipun tahap pengenalan ini harus dipersingkat dan menghindari pengulangan, tahap ini penting untuk membantu peserta didik mengenal bahasa dan membuatnya mampu memproduksi bahasa tersebut untuk pertama kalinya. (Harmer, 1983: 45)

Di sisi lain, Richards (2006: 27) merinci beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam merancang pembelajaran berbasis komunikatif, yaitu:

1) Menentukan tujuan pemerolehan bahasa target, misalnya untuk ESP, perhotelan, atau travel.

2) Menggambarkan setting atau tempat di mana akan digunakan bahasa target, misalnya di kantor, di pesawat, di hotel, dan lain-lain.

3) Menentukan peran sosial yang akan dimainkan oleh peserta didik, misalnya sebagai wisatawan, resepsionis, waiter, dan sebagainya.

4) Peristiwa komunikatif tempat peserta didik akan berpartisipasi, misalnya dalam kehidupan sehari-hari, situasi profesional, akademis, dan lain-lain.

5) Fungsi bahasa dalam peristiwa tutur tempat peserta didik akan menggunakan bahasa, misalnya saat berkenalan, menceritakan sesuatu, dan lain-lain.

Dokumen terkait