• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

C. Kompetensi Konselor

2. Kompetensi Profesional Konselor

Kompetensi profesional konselor adalah kemampuan atau ketrampilan konselor sekolah dalam mempergunakan pengetahuan dan kepandaian khususnya dalam menyelenggarakan layanan bimbingan kelompok dan pemberian konseling, ketrampilan dalam mengenal konseli. Kemampuan ini meliputi beberapa aspek, yaitu: penguasaan konsep perilaku dan perkembangan individu, penguasaan konsep dan praksis asesmen, penguasaan teori dan prosedur bimbingan dan konseling, penguasaan konsep dan praksis riset dalam bimbingan dan konseling, mengenal secara mendalam siswa yang dilayani, penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling yang memandirikan.

ABKIN (2005) menguraikan kompetensi profesional konselor, yaitu :

1. Menguasai konsep prilaku dan perkembangan individu.

a. Konselor memahami kaidah-kaidah perilaku individu dan kelompok.

b. Konselor memahami konsep kepribadian.

c. Konselor memahami konsep dan prinsip-prinsip perkembangan individu.

d. Konselor mampu memfasilitasi perkembangan individu. 2. Penguasaan konsep dan praksis asesmen.

a. Konselor memahami hakikat dan makna asesmen.

b. Konselor mampu memilih strategi dan teknik asessment yang tepat c. Konselor mampu mengadministrasikan asessmen dan menafsirkan

hasilnya.

d. Konselor memanfaatkan hasil asessmen untuk kepentingan bimbingan dan konseling.

e. Konselor mampu mengembangkan instrumen asessmen. 3. Penguasaan konsep dan praksis bimbingan dan konseling.

a. Konselor memahami konsep dasar, landasan, azas, fungsi, tujuan, dan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling.

b. Konselor memahami bidang-bidang garapan bimbingan dan konseling.

c. Konselor menguasai pendekatan-pendekatan dan teknik-teknik bimbingan dan konseling.

d. Konselor mampu menggunakan dan mengembangkan media bimbingan dan konseling.

4. Pengelolaan program bimbingan dan konseling.

a. Konselor memiliki pengetahuan dan ketrampilan perencanaan program bimbingan dan konseling.

b. Konselor mampu mengorganisasikan dan mengimplementasikan program bimbingan dan konseling.

c. Konselor mampu mengevaluasi program bimbingan dan konseling. d. Konselor mampu mendesain perbaikan dan pengembangan

program bimbingan dan konseling.

5. Penguasaan konsep dan praksis riset dalam bimbingan dan konseling. a. Konselor mampu memahami berbagai jenis dan metode riset. b. Konselor mampu merancang riset bimbingan dan konseling. c. Konselor melaksanakan riset bimbingan dan konseling.

d. Konselor mampu memanfaatkan hasil riset dalam bimbingan dan konseling.

Kartadinata (2007) berpendapat bahwa kompetensi profesional konselor adalah :

a. Mengenal secara mendalam konseli yang dilayani.

Sosok kepribadian serta dunia konseli perlu didalami oleh konselor bukan saja kemampuan akademik yang selama ini dikenal sebagai

inteligensi yang hanya mencakup kemampuan kebahasaan dan kemampuan numerikal-matematik yang lazim disebut sebagai IQ yang mengedepankan kemampuan berpikir analitik, melainkan seharusnya melebar pada kemampuan yang lain.

b. Menguasai teori dan prosedur bimbingan dan konseling.

Konselor menguasai secara akademik teori, teknik dan prosedur bimbingan dan konseling. Diharapkan konselor mampu mengemas teori, teknik dan prosedur dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling menyenangkan dan memandirikan.

c. Menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling yang memandirikan.

Untuk menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling yang memandirikan, seorang konselor harus mampu :

1) Merancang kegiatan bimbingan dan konseling. Konselor memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kemandirian memilih dan mengambil keputusan (pendidikan, karir, pribadi, sosial). 2) Mengimplementasikan kegiatan bimbingan dan konseling.

3) Menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling serta melakukan penyesuaian-penyesuaian selama proses bimbingan dan konseling dalam rangka memandirikan konseli.

d. Menyelenggarakan profesionalitas secara berkelanjutan.

Sebagai konselor yang mengutamakan kepentingan konseli dalam pelaksanaan layanannya, konselor perlu membiasakan diri

menggunakan setiap peluang untuk belajar dalam rangka meningkatkan profesionalitas. Upaya peningkatan diri ini dapat dilakukan sebagai bagian dari keseharian pelaksanaan tugasnya dengan merekam dan merefleksikan kinerjanya dalam mengelola layanan bimbingan dan konseling. Hal ini juga dapat dilakukan dengan mengakses berbagai sumber infomasi, seperti internet, interaksi teman sejawat, mengikuti pelatihan serta pendidikan lanjut.

Dari uraian ABKIN (2005) dan Kartadinata (2007), penulis menyimpulkan aspek-aspek kompetensi professional konselor, yaitu : 1. Menguasai konsep prilaku dan perkembangan individu.

Penguasaan konsep prilaku dan perkembangan individu yang baik akan memungkinkan konselor untuk mengerti, mengetahui, dapat memahami tingkah laku manusia. Konselor yang telah di bekali ilmu mengenai perkembangan individu, pemahaman individu diharapkan dapat memahami konsep dan prinsip-prinsip perkembangan individu. Masa perkembangan mempunyai ciri-ciri yang khas, setiap individu mempunyai tugas-tugas perkembangan, perkembangan individu dapat diramalkan. Dengan demikian konselor dapat menjalankan peranannya dalam melancarkan proses perkembangan siswa dan mengantarkannya mencapai perkembangan yang optimal.

2. Penguasaan konsep dan praksis asesmen.

Asesmen dilakukan melalui tes dan non tes. Konselor bekerjasama dengan lembaga tes dalam melaksanakan tes kecerdasan, bakat, dan

minat siswa. Konselor juga mengumpulkan data siswa dengan menyebarkan angket, misalnya angket data diri siswa.

3. Menguasai teori dan prosedur bimbingan dan konseling.

Mengetahui dan menggunakan teori konseling secara tepat. Konselor menggunakan beberapa teori dalam proses konseling seperti: IA, DI, Behavior, RET, dan TF. Menggunakan teknik konseling secara tepat, misalnya: penerimaan, dukungan, pemberian informasi, pemberian alternatif, pemberian nasehat. Konselor mengetahui prosedur dalam konseling yang dibagi dalam beberapa fase, yaitu pembukaan, penjelasan masalah, penggalian latar belakang masalah, penyelesaian masalah, dan penutup.

4. Penguasaan konsep dan praksis riset dalam bimbingan dan konseling. Konselor mampu mengadopsi hasil sebuah riset yang disesuaikan dengan keadaan siswa. Konselor mampu memberikan informasi baru sebuah riset dari berbagai sumber seperti internet, koran, majalah, dan buku-buku.

5. Mengenal secara mendalam konseli yang dilayani.

Konselor perlu mengenal dan memahami konseli yang dilayaninya, agar konselor dapat merasakan secara tepat apa yang dirasakan dan dialami oleh konseli. Sehingga konselor dan konseli dapat bekerja sama dalam proses konseling yang memudahkan konselor menangkap pikiran dan perasaan yang dialami oleh konseli. Hal ini dapat

memberikan suatu pengalaman bagi konselor dalam memahami perasaan seseorang yang unik dan berbeda dengan yang lainnya. 6. Menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling yang

memandirikan.

Konselor mampu merancang kegiatan bimbingan dan konseling yang tidak menyebabkan siswa tergantung oleh konselor, melainkan menjadi individu-individu yang mandiri seperti mengenal, menerima diri sendiri dan lingkungannya. Konselor memberikan alternatif-alternatif pilihan dalam menyelesaikan suatu masalah dan siswa sendiri yang memutuskannya. Konselor tidak memaksa siswa dalam cara berpikir, bertindak, dan tidak bersikap selalu ingin tahu terhadap permasalahan siswa.

Dokumen terkait