• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kompetensi TIK

Dalam dokumen Pola Implementasi Beban Kerja Guru TIK (Halaman 43-48)

2.2: Pemahaman Konsep, Kompetensi, Materi, Dan Pembimbingan TIK

B. Kompetensi TIK

1. Peserta Didik

Visi pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yaitu agar peserta didik dapat menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi secara baik dan benar untuk

mendapatkan dan memproses informasi dalam kegiatan belajar, bekerja, dan aktifitas lainnya sehingga peserta didik mampu berkreasi, mengembangkan sikap inisiatif, mengembangkan kemampuan eksplorasi mandiri, dan mudah beradaptasi dengan perkembangan yang baru.

Ripley (2009) mengelompokkan kemampuan TIK siswa menjadi sembilan kemampuan: a. Mencari dan memilah – Siswa mampu mencari dan memilah informasi dari berbagai

sumber sesuai dengan yang dikehendaki.

b. Mengelompokkan dan sistematis – Siswa mampu menggunakan pendekatan sistematis untuk mengetahui suatu ilmu pengetahuan.

c. Mengembangkan Ide – Siswa mampu melakukan penghitungan dan pendataan.

d. Berbagi Informasi – Siswa mampu melakukan komunikasi dan kolaborasi dengan memanfaatkan teknologi.

e. Melakukan reviw – Siswa mampu melakukan reviw dalam proses penyempurnaan. f. Menyelesaikan tugas – Siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan.

g. Kendali – Siswa mampu memanfaatkan teknologi untuk mengendalikan sebuah obyek. h. Permodelan – Siswa mampu memanfaatkan TIK sebagai alat untuk membantu siswa

dalam menyelesaikan permasalahan.

i. Menampilkan informasi – Siswa mampu menggunakan berbagai teknologi untuk keperluan presentasi.

2. Guru

Dua kerangka acuan utama untuk penyusunan Kerangka Kompetensi TIK untuk guru di Indonesia adalah UNESCO ICT-CFT (UNESCO ICT Competency Framework for Teachers) dan Kerangka Kerja Abad 21 yang masing-masing komponennya relevan dengan konteks di Indonesia. Beberapa Kerangka kerja lain yang diacu adalah ISTE dan ECDL. Kompetensi dasar TIK untuk guru berguna sebagai acuan dalam upaya berkesinambungan meningkatkan

profesional guru1.

Menurut UNESCO, perubahan pendidikan melalui TIK melampaui tiga pendekatan: literasi teknologi, pendalaman pengetahuan, dan kreasi pengetahuan. Ketiga pendekatan ini memiliki implikasi yang berbeda secara pedagogis, praktik pengajaran oleh guru, pengembangan profesional, kurikulum dan asesmen, serta pengelolaan dan administrasi sekolah. Sehubungan dengan pedagogi, penggunaan TIK mengharuskan guru untuk mengembangkan cara-cara inovatif dalam pemanfaatan teknologi untuk memperbaiki pembelajaran dan mendorong a. literasi teknologi; b. pendalaman pengetahuan; dan c. kreasi pengetahuan2. a. Tahap Literasi Teknologi

Dalam tahapan ini, literasi teknologi merupakan tahapan mendasar yang akan mendorong dan memfasilitasi peserta didik menggunakan teknologi baru serta tahapan yang membutuhkan perubahan kebijakan yang paling mendasar. Tahapan ini fokus pada pengembangan literasi teknologi guru untuk mengintegrasikan peralatan TIK ke dalam kurikulum. Literasi teknologi ini mempersyaratkan fokus pada distribusi yang merata untuk memungkinkan perluasan akses yang mengurangi kesenjangan digital (digital divide) serta lebih menjamin keberhasilan ketiga tahapan dalam pengembangan pendidikan. Hasil akhir tahap literasi ini adalah guru kompeten dalam memanfaatkan TIK dalam pembelajaran untuk memberdayakan peserta didik agar mampu menguasai teknologi baru sebagai bekal bagi diri peserta didik dalam mengembangkan dirinya sebagai pembelajar sepanjang hayat (UNESCO, 2008).

b. Tahap Pendalaman Pengetahuan

Tahap ini adalah tahap yang lebih mendalam dan lebih memiliki dampak terhadap pembelajaran. Pendalaman pengetahuan membutuhkan peserta didik sebagai pelaku untuk mengaplikasikan pengetahuan dalam rangka peningkatan keterampilan pemecahan masalah yang kompleks di lingkungan kerja. Hal ini akan menambah nilai terhadap pembangunan nasional, misalnya melalui inovasi yang menawarkan solusi terhadap tantangan nasional. Untuk mencapai pendekatan ini, pengembangan profesional guru harus fokus pada penyediaan pengetahuan dan keterampilan untuk memanfaatkan metodologi dan teknologi yang lebih kompleks. Perubahan dalam kurikulum harus menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di sekolah dengan masalah-masalah di dunia nyata, yang mungkin membutuhkan keterampilan kolaboratif peserta didik di tingkat local maupun global. Guru di sini merupakan pengelola atau fasilitator lingkungan pembelajaran3. Kompetensi tahap pendalaman pengetahuan bertujuan agar guru mampu memanfaatkan TIK dalam pembelajaran untuk memberdayakan peserta didik sehingga

1 Kompetensi TIK untuk guru telah dikembangkan oleh Pustekkom. Kompetensi ini disadur dari dokumen Naskah Akademik

Kerangka Kompetensi TIK (Pustekkom, 2014).

2 UNESCO (2008). ICT Competency Standards for Teachers: Policy Framework. p. 9.

mampu menerapkan pengatahuan dari mata pelajaran yang diterimanya untuk memecahkan permasalahan kompleks yang dihadapinya dalam lingkungan kerja dan masyarakat (UNESCO, 2008).

c. Tahap Kreasi Pengetahuan

Tahap ini adalah tahap yang paling kompleks karena melibatkan pelaku pendidikan yang terlibat dan dapat memperoleh manfaat dari proses kreasi pengetahuan, inovasi, dan partisipasi dalam pembelajaran seumur hidup. Perubahan kurikulum diharapkan dapat meningkatkan keterampilan kolaborasi, komunikasi, berpikir kreatif, inovasi, dan berpikir kritis. Guru dapat mencontohkan keterampilan ini kepada peserta didik-peserta didik mereka melalui pengembangan profesional yang mereka alami sendiri. Di sini guru dapat mengembangkan keterampilan yang lebih rumit dalam penggunaan teknologi dan keterampilan kolaborasi dengan rekan kerja untuk merancang pembelajaran berbasis proyek yang menantang bagi peserta didik.

UNESCO mengusulkan sebuah matriks yang mengkombinasikan literasi teknologi, pendalaman pengetahuan, dan kreasi pengetahuan dengan 6 komponen dari kebijakan, kurikulum, asesmen, pedagogi, penggunaan teknologi, pengelolaan sekolah dan administrasi, serta pengembangan profesional guru4. Standar kompetensi ini dikembangkan melalui kerjasama dengan Intel, Cisco dan Microsoft. Setiap sel dari

matriks ini terdiri atas satu modul dalam Kerangka Kerja ICT-CFT5.

4 UNESCO. 2008b. ICT Competency Standards for Teachers: Implementation Guidelines. 5 UNESCO. 2008c. ICT Competency Standards for Teachers: Competency Standards Modules.

Dalam konteks Indonesia, berdasarkan keadaan geografis dan kondisi pemanfaatan TIK pada saat ini, maka tahapan kompetensi TIK untuk guru ditambah dengan satu tahap lanjut, yaitu “berbagi pengetahuan” (knowledge dissemination). Tahap ini merupakan tahap yang paling lanjut dalam pemanfaatan TIK oleh guru karena melibatkan pendidik sebagai agen pembaharu melalui berbagai kegiatan berbagi dan bertukar pengetahuan, baik dengan sesama guru maupun dengan masyarakat umum, melalui berbagai cara, strategi, bentuk, dan modus, untuk menciptakan komunitas belajar. Kegiatan ini melibatkan guru untuk melakukan publikasi online di ranah publik maupun ranah komunitas tertentu, forum diskusi sinkronus maupun asinkronus, kolaborasi kegiatan akademik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran juga pengembangan

profesionalisme, serta pembentukan komunitas belajar yang melibatkan guru, peserta didik, dan masyarakat umum lintas ruang dan waktu.

Dengan demikian, tahapan yang diadopsi dan digunakan untuk kerangka kerja kompetensi TIK guru di Indonesia meliputi (1) Literasi TIK (Penguasaan dasar TIK), (2) Pendalaman Pengetahuan (Akuisisi dan rekayasa pengetahuan), (3) Kreasi Pengetahuan (Menghasilkan karya yang mengandung nilai kebaharuan), (4) Berbagi Pengetahuan (Mengembangkan komunitas belajar dan berbagi).

3. Tenaga Kependidikan

Kerangka kompetensi TIK bagi tenaga kependidikan adalah dititikberatkan pada pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam penggunaan aplikasi pengelolaan data dan informasi untuk mendukung implementasi sistem informasi manajemen sekolah.

Dalam dokumen Pola Implementasi Beban Kerja Guru TIK (Halaman 43-48)