• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mempelajari sejarah Papua membutuhkan literatur yang dikaji berdasarkan data dan fakta yang akurat untuk memberikan kejelasan dan pencerahan dari sejarah tersebut, terlebih khusus ketika sejarah Papua dibahas dalam kajian konflik seperti pada bagian ini, maka sejarah tidak dapat ditulis berdasarkan suka dan tidak suka karena terdapat kemungkinan untuk adanya kejanggalan dalam mempelajarinya, sejarah konflik Papua dipelajari untuk menemukan sebab akibat semua peristiwa yang terjadi di Papua. Untuk mempelajari sejarah konflik di Papua perlu adanya kajian aspek politik, ekonomi dan sosial budaya. Sejarah konflik tidak lain berbicara mengenai sumber-sumber dari konflik yang

36 Data hasil wawancara terhadap seorang kaka senior di salatiga (OT) sangat kaget karena perbedaan pemahaman dan penguasaan bahasa di Jawa dan Papua. Serta perbandingan model materi di sekolah dasar di Papua dan di Jawa.

ada di Papua, konflik di Papua terjadi dalam banyak lingkup, situasi konfliktual di Papua ini dapat dilihat dari angka kekerasan yang terjadi dari skala kecil hingga skala yang besar.

Kajian data mengenai kekerasan di Papua memberikan penjelasan bagaimana situasi Papua yang bersifat konfliktual, konflik adalah situasi ketika adanya kekerasan yang terjadi, maka untuk menjelaskan konflik perlu data mengenai kekerasan.

Secara umum konflik di Papua terjadi dalam dua skala yaitu skala vertikal dan horizontal, mengenai hal-hal yang menyebabkan mengapa konflik terjadi di Papua dibahas pada bagian yang terpisah. Namun, menjadi suatu keharusan adalah menjelaskan mengapa sejarah konflik perlu dipelajari untuk menemukan suatu rekonsiliasi konflik yang akurat dan komperhensif untuk menciptakan perdamaian dan keadilan. Menggali kembali sejarah Papua serupa dengan mencari sumber-sumber dari konflik untuk menjelaskan sebab-akibat dari konflik itu sendiri. Sehingga kekerasan dan konflik tidak dapat dipisahkan sendiri, keduanya bagikan dua sisi pada koin, bentuk manifestasi dari konflik adalah adanya kekerasan. Sejarah integrasi Papua menjadi poin penting dalam menjelaskan sejarah konflik karena pada saat itulah banyak terjadi kekerasan terhadap rakyat Papua ketika mereka menolak untuk bergabung dengan NKRI dan kalangan pro kemerdekaan Papua juga mendapatkan banyak kekerasan baik secara langsung maupun tidak langsung37.

Konflik di Papua ada sejak masa penjajahan Belanda hanya saja memiliki intensitas konflik yang kecil. Sejarah konflik di Papua tidak terlepas dari sejarah integrasi/sejarah perebutan kembali Papua ke dalam pangkuan NKRI. Ingatan kolektif tentang perlakuan tidak menyenangkan dari militer yang diturunkan kepada anak cucu memicu perlawanan tiada akhir yang menyebabkan konflik berkepanjangan, di sisi lain pola penyelesaian dan pendekatan dari Negara dalam penyelesaian yang tidak efektif memberikan ruang kosong bagi terjadinya kekerasan secara terus-menerus di Papua. Papua pada awal integrasi dipenuhi dengan banyaknya kekerasan terhadap orang Papua yang tidak mengakui Indonesia, pengetahuan yang di dapat melalui proses belajar mengenai PEPERA memberikan pemahaman yang berbeda dengan memberi respon yang berbeda, terlebih

37Salah satu lembaga non pemerintah merilis data bahwa selama kurun waktu sekitar 10 tahun (sejak PEPERA hingga era tahun 1990-an), diperikirakan sebanyak 100.000 orang Papua telah menjadi korban berbagai peristiwa kekerasan yang terjadi di tanah Papua, data ELSHAM, diakses pada 5/6/2018. Pukul 1.54

dengan dominasi militer dalam ranah politik di Papua adalah kesempatan untuk ruang kekerasan terjadi di Papua.

Secara umum konflik bermula karena kalangan Papua merdeka melakukan perlawan terhadap pemerintah Indonesia, dengan sikap otoriter Soeharto pada tahun 1960-an maka b1960-anyak or1960-ang menjadi korb1960-an kekeras1960-an Negara, secara UU militer mendapatk1960-an legitimasi dari Negara untuk mengamankan wilayah dan memberantas setiap individu yang diklaim sebagai pemberontak dengan istilah saat itu Organiasi Papua Merdeka (OPM) yang dilabeli oleh pemerintah dan sering melancarkan serangan terhadap kelompok-kelompok para pejuang38 kebebasan ini. Istilah saat ini kelompok ini sering disebut dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

Dinamika konflik sejak tahun 60-an mencerminkan situasi politik yang cukup tidak stabil di Indonesia dalam hal melihat kasus Papua, konflik di Papua tidak lain berhubungan erat dengan organisasi-organisasi yang pro akan kemerdekaan Papua, mereka bergerak bebas di Papua maupun dalam dunia Internasional, sehingga dalam beberapa kasus semakin besar dukungan terhadap isu kemerdekaan dan semakin tinggi niat dan semangat kalangan pro kemerdekaan muncul di Papua maka konflik juga semakin meningkat dalam jumlah yang cukup banyak, kekerasan terhadap para aktivis Papua merdeka terbilang sangat banyak terjadi, beberapa contoh dari sekian banyak kasus telah dijelaskan sebelumnya betapa kasus militer memainkan perang penting dalam isu Papua dan legitimasi diperoleh dari Negara untuk mengamankan wilayah demi kedaulatan dan keutuhan bangsa.

Tiada tahun tanpa kekerasan di Papua, pembunuhan dan penyiksaan terjadi di setiap tahun di Papua bahkan terhadap orang Papua yang berada di luar Papua karena sering menyuarakan kemerdekaan Papua, tidak semua konflik diciptakan oleh negara terkadang konflik horizontal tidak ada hubungan dengan perjuangan kemerdekaan. Menjadi suatu masalah ketika isu ini kemudian dihubungkan dengan kelompok perjuang kemerdekaan, hal ini berhubungan sangat erat dengan peran media di Papua dan peran media nasional

38 Istilah “pejuang” digunakan pada bagian ini untuk memperjelas tindakan perlawan mereka, dalam hal ini terdapat perbedaan nilai, yaitu kelompok yang melakukan perlawanan ini dianggap sebagai pejuang kebebasan tetapi sudut padandang Indonesia mereka adalah kelompok separatism.

dalam pemberitaannya, sehingga hal yang sering terjadi adalah informasi yang diberitakan tidak sesuai dengan fakta yang ada di Papua.

Dalam sejarah perjuangan orang Papua untuk merdeka, ruang kelayakan dalam mendapat tempat untuk menyampaikan aspirasi dibatasi demi keamanan, dalam situasi tertentu pembatasan disertai dengan adanya kekerasan terhadap setiap individu yang menyampaikan aspirasi dan tuntutan kemerdekaan. Perjuangan membutuhkan pengorbanan yang besar hal ini dibuktikan dengan banyaknya korban di Papua karena membicarakan Papua merdeka terkadang pula anggota keluarga atau masyarakat sipil yang tidak bersalah sering menjadi korban karena operasi militer, orang Papua berkulit hitam dengan rambut keriting adalah target bagi militer, sehingga pada satu sisi nurani sebagai orang yang tidak bersalah hilang dikuasai oleh emosi untuk membunuh sehingga tidak heran jika jumlah korban terbilang cukup banyak.

Tabel.1

No Waktu/Tempat Jenis Pelangaran HAM Jumlah 1 1968-1998:

- Kampung - Rumah

13 buah 195 buah 5 1965-1999:

Kabupaten Sorong

Meninggal Hilang Diperkosa

68 orang 5 orang 7 orang Sumber: Elsham Papua Barat, April 2000

Pada zaman pemerintahan Soeharto (Orde Baru) Papua adalah daerah yang rawan (merah) sehingga sejak tahun 1967-1999 Papua dianggap membutuhkan bantuan pemerintah terlebih khusus peran institusi militer sehingga sebagai pengaruh dan kekuasaan militer ini maka banyak operasi militer dilakukan di hampir seluruh wilayah Papua39.

Dokumen terkait