• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komplikasi

Dalam dokumen LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK (Halaman 16-0)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.8 Komplikasi

Terdapat beberapa komplikasi yang dapat dialami oleh pasien LES.Komplikasi dapat disebabkan oleh penyakit LES itu sendiri maupun dari terapinya.Salah satu organ yang seringkali mengalami koplikasi dari LES adalah organ hati.

Komplikasi organ hati pada pasien LES antara lain adalah Hepatitis Lupus, Penyakit hati autoimmune, Sirosis Bilier Primer, dan Cholangitis Sclerosing Primer, Hepatitis akibat virus, steatohepatitis, fatty liver dan kerusakan hati akibat obat.20 Selain penyakit pada hati, terdapat pula gangguan sistemik yang merupakan komplikasi dari LES. Komplikasi sistemik tersebut antara lain adalah Systemic Vasculitides, Penyakit Antibody Antibasement Membrane, obat-obatan yang menyebabkan vasculitis, Sindrom Antifosfolipid, Koagulopati, Trombositopenia dan dalam kasus yang lebih jarang menyebabkan infeksi virus yang berat. 21

2.9. Prognosis

Prognosis penyakit ini sangat tergantung pada organ mana yang terlibat.Apabila mengenai organ vital, mortalitasnya sangat tinggi.Mortalitas pada pasiendengan LES telah menurun selama 20 tahun terakhir.Sebelum 1955, tingkatkelangsungan hidup penderita pada 5 tahun pada LES kurang dari 50%. Saat ini,tingkat kelangsungan hidup penderita pada 10 tahun terakhir rata-rata melebihi 90% dan tingkat kelangsungan hidup penderita pada 15 tahun terakhir adalahsekitar 80%.

Terdapat beberapa indeks untuk menilai akitifitas penyakit LES antara lain menggunakan ECLAM (European Consensus Lupus Activity Measurement); LAI (Lupus Activity Index); SLAM (Systemic Lupus Activity Measure); BILAG (British Isles Lupus Assessment Group); dan SLEDAI (Systemic Lupus Erythematosus Disease Activity Index).Ketiga indeks penilaian terakhir terbukti valid dan memiliki korelasi yang sangat kuat terhadap aktifitas penyakit.Indeks tersebut dapat digunakan untuk mendapatkan gambaran tingkat keparahan aktifitas penyakit pada LES.15

15 3.1. Identitas Pasien

Nama : NKS

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 36 tahun

Alamat : Jalan Ahmad Yani Gang Anugrah1b No 4 Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SMA

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Hindu

Suku/Bangsa : Bali/Indonesia No. Rekam Medis : 16023632

Tanggal Kunjungan : 16Desember 2018

3.2. Anamnesis

Keluhan Utama : Nyeri panggul kiri Riwayat Penyakit Sekarang

Pada hari pemeriksaan pasien mengeluh mengalami nyeri pada panggul kiri yang dirasakan sejak 1 tahun yang lalu dan memberat sejak awal tahun ini.

Nyeri dirasakan seperti ngilu terutama setiap akan menumpu pada tungkai kiri, sehingga pasien sulit bangun dari duduk dan berjalan seperti pincang.Rasa nyeri dikatakan awalnya tidak mengganggu aktivitas pasien, namun seiring berjalannya waktu nyeri semakin berat hingga pasien tidak dapat mengerjakan pekerjaan rumah sama sekali. Nyeri dirasakan memberat setiap pasien bangun dari dudukserta berdiri lama dan membaik bila pasien beristirahat. Pasien merasa seperti tungkai kirinya lebih pendek.Nyeri dikatakan tidak menjalar dan tidak disertai keluhan kelemahan, kesemutan, maupun penurunan rasa raba. Keluhan nyeri pada bagian tubuh lain disangkal oleh pasien. Riwayat cidera dan jatuh disangkal. Saat ini pasien dapat berjalan dengan bantuan memegang benda atau tembok di sekitarnya. Jika mengikuti kegiatan di luar rumah pasien menggunakan

alat bantu jalan berupa tongkat.Keluhan lain yang menyertai berupa lemas, demam, nyeri kepala, ruam kulit, bengkak sendi, dan gangguan berpikir disangkal.

Riwayat Pengobatan

Pasien saat ini rawat jalan dengan pengobatan metilprednisolon 4 mg 1x1, valsartan 160 mg 1x1, simvastatin 20 mg 1x1, kalsium laktat 500 mg 1x1, serta kemoterapi cyclophosphamide setiap 3 bulan. Riwayat terapi cyclophosphamideterakhir 2 hari sebelum pemeriksaan (14/12/2018).

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien didiagnosis menderita lupus sejak Agustus 2016. Sebelumnya pada tahun yang sama pasien memiliki riwayat mengalami episode ruam kemerahan pada wajah dan seluruh tubuh, demam, dan lemas setiap kali terpapar sinar matahari terik. Keluhan lain yang dirasakan selama sebelum terdiagnosis adalah rambut banyak rontok, nyeri seluruh sendi, rasa tertusuk-tusuk setiap menginjakkan telapak kaki, nyeri dada, kencing berdarah seperti teh, ngamuk-ngamuk tanpa sebab, hidung dan bibir kehitaman, dan diare berat. Pasien mengalami penurunan berat badan sebanyak 25 kg (37,9%) dari 66 menjadi 39 kg.

Riwayat mengonsumsi obat maupun jamu disangkal oleh pasien.

Keluhan tersebut menyebabkan pasien opname di RSUD W dan RS BR dan dikatakan mendapat penanganan simtomatik, transfusi, serta disarankan menghindari sinar matahari. Riwayat opname di RSUP Sanglah pada bulan Agustus-September 2016 awalnya karena diare berat dengan keluhan lain masih menetap, kemudian didapatkan tes ANA positif dan dimulai terapi LES. Saat itu juga dikatakan terdapat cairan pada jantung dan perut pasien. Seluruh keluhan pasien membaik setelah dirawat di Sanglah.

Pasien memiliki riwayat patah tulang di dekat leher akibat kecelakaan lalu lintas 3 tahun yang lalu. Riwayat operasi mata di RS BR bulan Oktober-November 2018 karena penglihatan kabur. Kini pasien dapat melihat dan membaca dengan baik.Pasien memiliki riwayat menggunakan KB spiral, suntik, dan pil selama beberapa tahun. Riwayat alergi terhadap ikan dan kepiting diketahui sejak tahun 2018. Pasien dikatakan diare setelah makan ikan dan bengkak pada bibir disertai gatal-gatal setelah makan kepiting.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang menderita lupus. Riwayat tekanan darah tinggi, lemak atau kolesterol tinggi, kencing manis, penyakit jantung, penyakit ginjal, dan kanker pada keluarga disangkal.

Riwayat Pribadi, Sosial, dan Lingkungan

Sebelum sakit pasien bekerja sebagai pedagang di pasar. Selama bekerja pasien terpapar polusi udara dan asap rokok setiap hari. Pasien memiliki riwayat terpapar sinar matahari >20 jam tiap minggu selama >20 tahun setiap kali pulang kampung di akhir pekan. Riwayat merokok dan minum minuman beralkohol disangkal. Suami dikatakan dulunya merupakan perokok berat selama >20 tahun dan sering merokok di sekitar pasien, namun sejak pasien sakit suami mengurangi merokok hingga 3 batang per hari dan menghindarkan pasien dari paparan asapnya. Pasien dulunya memiliki hobi membangun dan merenovasi rumah sendiri sehingga sering terpapar bahan bangunan dan cat.

3.3. Pemeriksaan Fisik (16 Desember 2018) Status Present

Keadaan umum : Sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis (E4V5M6) Tekanan darah : 120/70 mmHg

Laju nadi : 78 kali/menit, reguler, isi cukup Laju napas : 17 kali/menit, tipe torako-abdominal Suhu aksila : 36°C

Skala nyeri VAS : 3/10 Berat badan : 64 kg Tinggi badan : 157 cm

Indeks massa tubuh : 25,9 kg/m2 (obesitas) Status gizi : Gizi lebih

Status General

Kepala : normosefali, alopecia(-), malar rash (-)

Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, edema palpebra-/-, refleks pupil +/+ isokor3 mm/3 mm, relative afferent pupillary defect (-/-)

THT

Telinga : hiperemis (-), sekret (-), nyeri tekan (-) Hidung : hiperemis (-), sekret (-)

Tenggorokan : tonsil T1/T1, hiperemis (-); mukosa faring merah muda Mulut : bibir lembab, sianosis (-),atrofi papil lidah (-), ulkus (-) Leher : JVP 5+0 cmH2O, kelenjar tiroid normal, pembesaran

kelenjar getah bening (-) Thoraks

Cor

Inspeksi : iktus kordis tidak tampak

Palpasi : iktus kordis tidak teraba, thrill (-)

Perkusi : batas atas sela iga II, batas kanan parasternal dekstra, batas bawah sela iga V, batas kiri garis midklavikula sinistra sela iga V

Auskultasi : S1S2 normal, reguler, murmur (-) Pulmo

Inspeksi : bentuk dada normal, gerakan dinding dada simetris statis dan dinamis, retraksi (-)

Palpasi : gerakan dinding dada teraba simetris, nyeri tekan (-), fremitus vokal normal simetris

Perkusi : suara sonor

Auskultasi : vesikuler , ronki , wheezing Abdomen

Inspeksi : distensi (-), ascites (-) Auskultasi : bising usus (+) normal

Palpasi : nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, nyeri ketok CVA -/-

Perkusi : timpani (+), shifting dullness (-), liver span 9 cm

Extremitas : akral hangat ,edema , deformitas (-),arteri dorsalis pedis teraba kuat simetris, CRT < 2 detik

Kulit : sianosis (-), ikterus (-), lesi kutaneus (-), livedo retikularis (-)

Status Lokalis Panggul

- Look :bengkak (-), eritema (-), parut (-), deformitas (-), panggul kiri tampak lebih tinggi dari kanan

- Feel : nyeri tekan (+)8/10 skala VAS padainguinal kiri

- Move : lingkup gerak sendi (LGS) aktif dan pasif panggul kanan dalam batas normal; sedangkan LGS aktif panggul kiri pada menurun pada seluruh gerakan. Lingkup gerak sendi pasif panggul kiri sangat terbatas pada gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, dan rotasi.Keterbatasan LGS pasif disertai nyeri terutama dirasakan saat rotasi interna (<10o).

3.4. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium

1. Darah Lengkap (12/12/2018)

Parameter Hasil Satuan Rentang Normal

WBC 9,65 10µ/µL 4,1-11

2. Kimia Darah (14/11/2018, 12/12/2018)

Parameter Hasil Satuan Rentang Normal

BUN* 15 mg/dL 8-23

Kreatinin* 0,67 mg/dL 0,5-0,9

Kolesterol Total 257 mg/dL 140-199 Kolesterol LDL 181 mg/dL <130 Kolesterol HDL 47 mg/dL 40-65 Asam Urat 6,5 mg/dL 2-5,7

*Berdasarkan pemeriksaan tanggal 14 November 2018

3. Urine Lengkap (14/11/2018, 12/12/2018)

Parameter Hasil Satuan Rentang Normal

(14/11) (12/12)

Berat jenis 1,019 1,014 1,003-1,035

Kekeruhan Jernih Jernih

pH 6 6 4,5-8

Leukosit (2+) 250 (2+) 75 Leuko/uL Negatif

Nitrit Negatif Negatif mg/dL Negatif

Protein (+1) 50 Negatif mg/dL Negatif

Glukosa Negatif Negatif mg/dL Negatif

Keton Negatif Negatif mg/dL Negatif

Darah (1+) (1+) ery/ uL Negatif

Urobilinogen (1+) 2 Normal mg/dL Normal

Bilirubin Negatif Negatif mg/dL Negatif

Warna Yellow Light yellow p.yellow-yellow

Sedimen urine :

Leukosit sedimen 12 1 /LPB ≤7

Eritrosit sedimen 11 5 /LPB ≤5

Sel epitel sedimen :

Gepeng 8 2 /LPB

Silinder sedimen Granula + Negatif /LPB Lain-lain Bakteri + Bakteri + /LPB

Kristal Negatif Negatif /LPB

Pemeriksaan Radiologi

1. Foto Thoraks PA (30/11/2018)

Cor: kesan membesar. CTR: 62%. Kalsifikasi aortic knob (+) Pulmo : tak tampak infiltrat/nodul. Corakan bronkovaskuler normal Sinus pleura kanan kiri tajam

Diaphragma kanan kiri normal

Tulang-tulang : tampak deformitas pada os clavicula 1/3 tengah dextra Kesan:

Cardiomegaly dengan aortosklerosis (ASHD) Pulmo tak tampak kelainan

Old fracture os clavicula 1/3 tengah dextra 2. Foto Pelvis AP (13/11/2018)

Tampak kolaps dan flattening pada caput femoris sinistra disertai dengan sklerosis pada caput femoris dan acetabulum sinistra

Tampak sklerosis pada caput femoris dextra, cresent sign (+) Trabekulasi tulang normal

Sacroiliac dan hip joint kanan kiri baik Shenton's line kanan kiri simetris Tak tampak jelas soft tissue swelling Kesan:

Menyokong gambaran AVN bilateral

3.5. Diagnosis

Lupus eritematosus sistemik on treatment - Avaskular nekrosis panggul bilateral - Lupus nefritis

- Dislipidemia

- Atherosclerotic heart disease Old fracture clavicula dextra

3.6. Penatalaksanaan Terapi

- Konsultasi TS ortopedi: rencana hip artroplasti  menunggu jadwal - Konsultasi TS fisioterapi

- Metilprednisolon 4 mg tiap 24 jam - Valsartan 160 mg tiap 24 jam - Simvastatin 20 mg tiap 24 jam - Kalsium laktat 500 mg tiap 24 jam

- Kemoterapi cyclophosphamide setiap 3 bulan Monitoring

- Gejala flare, komplikasi, efek samping terapi

- Pemeriksaan darah tepi lengkap, urine lengkap, dan kolesterol setiap bulan - Sitologi urine dan pap smear tiap tahun

KIE

- Hasil pemeriksaan penunjang

- Kondisi penyakit, diagnosis, tatalaksanaflare dan kronis - Efek samping terapi

- Pencegahan dan tata laksana komplikasi

3.7. Prognosis

Ad vitam : dubius ad bonam Ad functionam : dubius ad malam Ad sanationam : dubius ad malam

22 4.1. Alur Kunjungan Lapangan

Informed consentuntuk pelaksanaan kunjungan lapangan didapatkan saat pemeriksaan rutin bulanan pasien ke poliklinik Rematologi RSUP Sanglah.

Kunjungan lapangan dilakukan pada tanggal 16 Desember 2018 pukul 10.00 WITA pada kediaman pasien di Jalan Ahmad Yani Gang Anugrah1b No 4.

Kunjungan disambut baik oleh pasien dan keluarga, dimana tujuan utama dari diadakannya kunjungan ini adalah untuk mengenal lebih dekat kehidupan pasien serta mengidentifikasi masalah dan faktor-faktor risiko terkait penyakit pasien.

Selama kunjungan dilakukan diskusi dua arah dengan pasien untuk meningkatkan pemahaman mengenai penyakit yang dideritanya.

4.2. Identifikasi Masalah

Adapun sejumlah permasalahan yang masih menjadi kendala pasien dalam hal meghadapi penyakitnya adalah:

1. Pasien kurang paham mengenai perjalanan penyakit daninterpretasi hasil pemeriksaan diagnostik

2. Pasien ingin mengetahui mengenai modifikasi gaya hidup yang dapat diupayakan untuk penanganan yang lebih baik

3. Pasien tidak dapat bepergian jauh serta beraktivitas di luar ruangan

4.3. Analisis Kebutuhan Pasien 1. Kebutuhan Fisik-Biomedis

Kecukupan Gizi

- Sebelum diketahui menderita LES pasien makan tiga kali sehari dengan komposisi berupa nasi sebanyak 1,5 sendok nasi beserta 1 porsi lauk berupa ayam, ikan, tahu, atau tempe. Pasien mengonsumsi sayur atau buah setidaknya 1 porsi sehari. Dalam sehari pasien dapat menghabiskan ±1 liter air dengan sumber air isi ulang komersil.

- Setelah didiagnosis dengan LES selama 2 tahun ini pasien disarankan oleh dokter untuk mengurangi porsi makanan akibat kelebihan berat badan. Diet saat ini dikatakan berupa 3 sendok makan nasi pada pagi dan sore hari, serta 6 sendok makan nasi di siang hari. Porsi lauk dikatakan sama seperti sebelumnya dan selalu disertai 1 porsi sayur. Setiap hari pasien makan buah sebagai selingan di antara makan.

- Perhitungan kebutuhan kalori pada pasien15

Berat badan ideal = 90% (Tinggi badan - 100) x 1 kg

BBI = 90% x 57

= 51,3 kg

Status gizi = Berat badan aktual / Berat badan ideal = 64 / 51,3

= 124,7% (Obesitas) Jumlah kebutuhan kalori per hari

Kebutuhan kalori basal (A) = BBI x 25 kalori (perempuan)

= 51,3 x 25

= 1.282,5 kkal Kebutuhan aktivitas (ringan) (B) = 20% x A

= 20% x 1.282,5

= 256,5 kkal

Berat badan (C) = 20% x A

= 20% x 1.282,5

= 256,5 kkal Total kebutuhan kalori per hari

A + B – C = 1.282,5 + 256,5– 256,5 = 1.282,5 (1.280 kkal) - Distribusi makanan16-18

Protein (0,6 g/kgBB/hari) = 0,6 x 51,3 = 30,78 g≈120 kkal Karbohidrat = 60% x 1.280 ≈780 kkal

Lemak = 30% x 1.280 ≈380 kkal

Contoh pengaturan diet untuk pasien

Waktu Jumlah Jenis

Makan pagi 20% x total asupan harian = 256 kkal

Nasi putih 3 sdm (90 kkal) Telur goreng 1 butir (106kkal) Sayur sawi hijau (60 kkal) Selingan

pagi

10% x total asupan harian = 128 kkal

Minyak ikan 2 kapsul (22 kkal) Mangga 1 buah besar (106 kkal) Makan siang 30% x total asupan

harian = 384 kkal

Nasi putih7 sdm (210 kkal) Ikantim (152 kkal)

Minyak ikan 2 kapsul (22 kkal) Selingan

sore

15% x total asupan harian = 192 kkal

Pisang 2 buah kecil (62 kkal) Susu sapi 1 gelas (130 kkal) Makan

Minyak ikan 2 kapsul (22 kkal) Sdm = sendok makan

Kegiatan Fisik

Sebelum sakit aktivitas fisik pasien tergolong ringan dengan pekerjaan sebagai pedagang di pasar dan sebagian besar waktu di rumah pasien manfaatkan untuk memasak dan mempersiapkan dagangan. Pasien sudah tidak dapat bekerja sejak 2 tahun yang lalu. Pekerjaan rumah yang dapat dilakukan pasien juga sangat terbatas sejak mengalami nyeri panggul.

Keseharian pasien dihabiskan hampir seluruhnya dengan duduk, selain daripada waktu tidur setiap hari selama ±8 jam.

Akses ke Tempat Pelayanan Kesehatan

Pasien rutin kontrol ke RSUP Sanglah setidaknya sebulan sekali. Jarak rumah pasien ke RSUP Sanglah (7,4 km) dapat ditempuh dengan kendaraan mobil selama 15-20 menit perjalanan. Kondisi yang dialami pasien mengharuskan pasien untuk terhindar dari sinar matahari, sehingga hanya dapat menggunakan mobil dengan diantar suami.

Lingkungan

Pasien tinggal bersama suami dan kedua anaknya di kediaman dengan luas total sekitar 1 are. Batas kediaman pasien dengan tetangga berupa tembok.

Setengah dari luas tanah terdiri atas bangunan rumah memanjang, sementara sisanya berupa lapangan terbuka dengan parkir kendaraan, tumpukan barang, jemuran baju, kebun kecil, serta tempat sembahyang.

Rumah pasien terdiri atas 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur, dan 1 ruangan yang dijadikan tempat penyimpanan keluarga.

Bangunan terdiri atas atap yang terbuat dari seng yang disanggah kayu tanpa langit-langit plafon, tembok non-finishing, dan lantai keramik.

Kebersihan rumah pasien relatif baik. Tidak banyak sinar matahari yang dapat masuk ke dalam rumah selain dari pintu utama dan beberapa jendela kecil.

2. Kebutuhan Bio-Psikososial Lingkungan Biologis

Pasien tinggal bersama 3 anggota keluarga lainnya dan 1 ekor anjing peliharaan yang dibiarkan bebas berkeliling. Halaman pasien hampir seluruhnya sudah disemen kecuali pada sekitar tempat sembahyang di belakang rumah pasien terdapat kebun kecil dengan pohon bunga, rerumputan, dan semak-semak.

Lingkungan Psikologis

Keluarga pasien dan pasien sendiri sudah dapat menerima keadaan pasien dengan baik. Dukungan dari keluarga baik secara materiil, moril, dan finansial sangat dirasakan oleh pasien sejak lama opname di rumah sakit.

Suami maupun anak sulung pasien banyak membantu pasien dalam hal transportasi dan biaya pengobatan hingga saat ini. Kedua anak pasien banyak membantu pekerjaan rumah pasien sehari-hari. Seluruh anggota keluarga terus mendukung pasien supaya pasien tetap semangat dalam menjalani pengobatan. Dukungan dari 3 perkumpulan lupus yang pasien ikuti juga dirasakan sangat berarti. Pasien sering sharing dan melakukan aktivitas yang menyenangkan bersama dengan pasien lupus lainnya.

Faktor Sosial dan Kultural

Pasien dapat dikatakan kekurangan interaksi sosial dalam kesehariannya karena tidak dapat beraktivitas di luar rumah. Selama suami bekerja dan anak sekolah pasien seringkali harus menunggu sendiri di rumah. Pasien juga sulit untuk bertemu keluarga besar karena untuk pulang kampung pasien menempuh perjalanan panjang ke Negara dan sangat berisiko untuk kambuh. Namun hal itu tidak terlalu masalah bagi pasien karena masih

dapat menghubungi teman-teman yang aktif dalam perkumpulan lupus melalui grup media sosial. Pasien juga sering menghabiskan waktu membaca informasi mengenai lupus yang dibagi melalui grup tersebut oleh dokter-dokter yang bergabung di dalamnya. Pasien secara rutin menelepon keluarga besar di kampung bila tidak dapat berkunjung.

Faktor Spiritual

Pasien kesulitan untuk mengikuti kegiatan persembahyangan di luar rumah dikarenakan paparan sinar matahari. Kini pasien sangat membatasi persembahyangan di kampung yang dulunya dapat diikuti setiap akhir minggu. Pasien tetap berusaha sembahyang dengan segala keterbatasan tersebut dan berpartisipasi dengan membantu pekerjaan yang dapat dikerjakan di dalam rumah.

4.4. Penyelesaian Masalah

1. Penjelasan mengenai perjalanan penyakit pada LES terutama menitikberatkan pada faktor risiko, diagnosis, dan komplikasi. Lupus eritematosus sistemik merupakan penyakit multifaktorial dengan kombinasi faktor genetik, lingkungan, dan hormonal. Pasien dapat memahami bahwa faktor risiko yang dimilikinya meningkatkan kemungkinan, namun tidak dapat memastikan, seseorang dapat menderita LES. Kriteria diagnosis dari LES terdiri atas beragam manifestasi klinis yang dapat muncul bersamaan ataupun terpisah oleh periode waktu yang tidak menentu.Meskipun secara retrospektif nampak diagnosis dapat ditegakkan lebih dini, namun pada suatu saat tertentu bila kriteria belum terpenuhi maka penegakan diagnosis dapat tertunda. Beberapa dari komplikasi LES maupun terapi yangdialami pasien dapat dimengerti dengan baik.Penjelasan singkat diberikan mengenai tujuan dan interpretasi hasil pemeriksaan penunjang.

2. Modifikasi gaya hidup terutama terkait paparan asap rokok, aktivitas fisik, dan diet. Pasien sebaiknya tidak terpapar asap rokok dimanapun pasien berada karena perokok pasif berhubungan dengan peningkatan kerusakan akibat LES.19 Selama aktivitas dan mobilisasi penting untuk diperhatikan

bahwa beban pada sendi yang mengalami kerusakan harus diminimalisir, salah satunya adalah dengan menggunakan alat bantu jalan seperti yang sudah dilakukan pasien. Saat ini tidak memungkinkan bagi pasien untuk melakukan aktivitas fisik tambahan karena keterbatasan mobilisasi, namunpasien memerlukan penanganan terapi fisik sebagai tambahan dari tindakan operatif. Terapi fisik yang dimaksud bertujuan untuk mempertahankan mobilitas, kekuatan otot, ketahanan, dan koordinasi pasien. Berdasarkan keterangan pasien diperkirakan bahwa diet pasien sudah mencakup restriksi kalori, sehingga advis ditekankan pada pentingnya pemilihan sumber makanan yang tepat serta suplementasi makanan.

3. Kekhawatiran akan paparan sinar matahari selama perjalanan jauh maupun beraktivitas di luar ruangan dapat ditanggulangi dengan modifikasi faktor lingkungan maupun pribadi. Beberapa solusi yang dapat diterapkan adalah: pemilihan waktu pada malam hari; mencari tempat berlindung dari sinar matahari; penggunaan payung, topi, baju yang menutupi area kulit yang luas, serta penggunaan tabir surya yang adekuat.

4.5. Denah Rumah

1. Halaman Rumah 2. Sanggah Keluarga 3. Ruang Tamu 4. Kamar 1 5. Kamar 2 6. Dapur

7. Kamar mandi 8. Ruang penyimpanan

4.6. Foto Kunjungan

gambar 4.1 Ruang Tamu gambar 4.2 Ruang Tamu

Gambar 4.3 Jalan menuju Gambar 4.4 Foto Bersama kamar mandi

29

Lupus eritematosus sistemik (LES) adalah penyakit autoimun kronis dengan gejala heterogen yang melibatkan multiorgan dan pada umumnya ditandai dengan adanya autoantibodi terhadap antigen nuklear. Terdapat predisposisi genetik pada pasien LES yang dapat dipicu oleh faktor lingkungan berupa sinar ultraviolet (UV), rokok, silika, pelarut, dan infeksi. Manifestasi penyakit LES sangatlah luas, meliputi keterlibatan kulit dan mukosa, sendi, darah, jantung, paru, ginjal, susunan saraf pusat dan sistem imun.Manifestasi yang beragam tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup pada pasien dalam tingkat keparahan yang berbeda.

Pasien yang dibahas pada kasus ini telah didiagnosis menderita lupus sejak Agustus 2016. Adapula beberapa hal yang menjadi permasalahan yang dikeluhkan pasien adalah rasa kurang paham mengenai perjalanan penyakit dan interpretasi hasil pemeriksaan diagnostik yang telah dialami, pasien kesulitan modifikasi gaya hidup yang dapat diupayakan untuk penanganan yang lebih bai dan pasien tidak dapat bepergian jauh serta beraktivitas di luar ruangan. Selain keluhan tersebut penulis juga menemukan bahwa saat ini pasien mendapatkan asuhan gizi yang cukup dan cenderung berlebih, aktivitas fisik pasien mengalami penurunan, kesulitan dalam kehidupan sosial serta keterbatasan pasien dalam beribadah di luar rumah. Untuk menangani permasalahan tersebut penulis mengedukasi pasien mengenai perjalanan penyakit pada LES terutama menitikberatkan pada faktor risiko, diagnosis, dan komplikasi; modifikasi gaya hidup terutama terkait paparan asap rokok, aktivitas fisik, dan diet serta modifikasi faktor lingkungan maupun pribadi untuk mengurangi keluhan dan kekhawatiran pasien mengenai beraktivitas di luar ruangan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Situasi Lupus di Indonesia. Diakses pada http://www.depkes.go.id/

2. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauseer SL, Jameson JL.

Harrison’s principles of internal medicine. 17 th ed. USA: McGraw-Hill;

2005.

3. Arnaud L, Vollenhoven RV. Advanced Handbook of Systemic Lupus Erythematosus. Cham: Springer; 2018.

4. Maidhof W, Hilas O. Lupus: an overview of the disease and management options. P T. 2012;37(4):240-9.

5. Manson JJ, Rahman A. Systemic lupus erythematosus. Orphanet J Rare Dis. 2006;1:6.

6. Rees F, Doherty M, Grainge MJ, Lanyon P, Zhang W.The worldwide incidence and prevalence of systemic lupus erythematosus: a systematic review of epidemiological studies.Rheumatology (Oxford). 2017 Nov 1;56(11):1945-1961.

7. Kasjmir YI, Handono K, Wijaya LK, Hamijoyo L, Albar Z, Kalim H, dkk.

Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia untuk Diagnosis dan Pengelolaan Lupus Eritematosus Sistemik. Perhimpunan Reumatologi Indonesia; 2011.

8. Gordon C, Isenberg D. Oxford Rheumatology Library. Oxford: Oxford University Press; 2016.

9. Barbhaiya M, Costenbader KH. Ultraviolet radiation and systemic lupus erythematosus. Lupus. 2014 23: 588.

10. Barragán-Martínez C, Speck-Hernández CA, Montoya-Ortiz G, Mantilla

10. Barragán-Martínez C, Speck-Hernández CA, Montoya-Ortiz G, Mantilla

Dalam dokumen LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK (Halaman 16-0)

Dokumen terkait