• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.1 Analisis Genetik pada Populasi Tomat Hibrida di Dataran Rendah 1 Keragaan Nilai Tengah Karakter Agronomi pada Hibrida dan Tetua

4.1.1.1.3 Komponen Hasil

Aceh-5 dan Lombok-4 memiliki buah lebih panjang jika dibandingkan Kudamati-1 dan Ranti. Persilangan antara Kudamati-1 dengan Ranti dan Aceh-5 dengan Lombok-4 menghasilkan hibrida yang buahnya lebih pendek dari kedua tetuanya. Persilangan antara buah pendek (Kudamati-1 dan Ranti) dengan buah panjang (Aceh-5 dan Lombok-4) memiliki buah yang panjangnya berada diantara kedua tetua, tidak lebih panjang atau lebih pendek. Diameter buah tetua berkisar 28.62 – 32.88 mm dan diameter buah hibrida berkisar 26.02 – 31.89 mm. Kisaran diameter buah antara tetua dan hibrida yang tidak jauh berbeda menunjukkan bahwa diameter buah lebih seragam (Tabel 8).

Jumlah buah per tanaman pada tetua berada pada kisaran 10 – 30 dan jumlah buah per tanaman pada hibrida berada pada kisaran 10 – 24. Semua

hibrida memiliki jumlah buah diantara kisaran tetua, tidak ada yang lebih sedikit atau lebih banyak. Bobot buah per tanaman merupakan salah satu komponen hasil yang akan berpengaruh terhadap produktivitas tanaman. Kudamati-1 merupakan tetua yang memiliki bobot buah tertinggi, namun tidak berbeda nyata dengan tiga tetua lainnya (Tabel 8).

Kudamati-1  Ranti dan Aceh-5  Lombok-4 merupakan hibrida yang memiliki bobot buah per tanaman paling tinggi jika dibandingkan hibrida lainnya. Hal tersebut terjadi karena Kudamati-1  Ranti ukuran buahnya lebih kecil namun jumlahnya lebih banyak, sedangkan Aceh-5  Lombok-4 ukuran buahnya lebih besar namun jumlah buahnya lebih sedikit (Tabel 8). Panjang buah, diameter buah, dan jumlah buah merupakan karakter-karakter yang akan berpengaruh terhadap bobot buah. Panjang dan diameter buah akan menentukan ukuran buah. Bobot buah yang tinggi bisa disebabkan oleh jumlah buah yang lebih banyak dengan ukuran kecil, jumlah buah lebih sedikit dengan ukuran buah lebih besar, atau jumlah lebih banyak dan ukuran lebih besar.

Tabel 8 Keragaan nilai tengah pada komponen hasil pada tetua dan hibrida tomat di dataran rendah Genotipe Panjang buah (mm) Diameter buah (mm) Jumlah buah per tanaman Bobot buah (g/ tan) Kudamati-1  Ranti 22.13b 31.89 23.67ab 313.71ab Kudamati-1  Aceh-5 25.61b 28.96 24.55ab 249.74abc Kudamati-1  Lombok-4 27.89b 29.17 22.66abc 263.43abc Ranti  Aceh-5 25.33b 26.02 10.22c 89.57c Ranti  Lombok-4 24.48b 28.36 18.27abc 211.76bc Aceh-5  Lombok-4 33.21a 29.39 15.47bc 304.53ab

Kudamati-1 22.71b 32.88 30.07a 444.55a

Ranti 23.09b 32.09 21.56abc 359.64ab

Aceh-5 35.23a 28.62 19.92abc 277.05abc

Lombok-4 35.98a 31.92 10.99c 249.96abc

Angka diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada α = 5% 4.1.1.2 Pendugaan Daya Gabung Umum dan Daya Gabung Khusus

Daya gabung umum (DGU) terbaik dipilih pada tetua yang memiliki nilai DGU tinggi pada karakter tinggi tanaman, diameter batang, tebal daging buah, padatan terlarut total (PTT), panjang buah, diameter buah, jumlah buah per tanaman, dan bobot buah per tanaman. Nilai yang dipilih pada karakter kekerasan buah dan jumlah rongga buah adalah nilai terkecil karena seleksi kedua karakter tersebut adalah seleksi negatif, yaitu mengurangi kekerasan buah dan jumlah rongga buah pada genotipe terpilih.

Berdasarkan analisis daya gabung, genotipe Kudamati-1 merupakan penggabung terbaik untuk karakter tinggi tanaman, diameter buah, jumlah buah per tanaman, dan bobot buah per tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa Kudamati-1 berpotensi untuk digunakan sebagai tetua dalam perbaikan hasil (Tabel 9; Tabel 10).

Genotipe Aceh-5 merupakan tetua terbaik untuk memperlebar diameter batang, menebalkan daging buah, meningkatkan padatan terlarut total, dan memperpanjang buah. Nilai daya gabung pada karakter tersebut secara berurut sebesar 0.35, 0.32, 0.23, dan 3.87. Lombok-4 merupakan penggabung terbaik untuk karakter kekerasan buah dengan nilai DGU sebesar -16.54 dan jumlah rongga buah dengan nilai DGU sebesar -1.64 (Tabel 9; Tabel 10).

Hasil analisis DGU menunjukkan bahwa tidak ada tetua yang memiliki daya gabung terbaik untuk semua karakter. Satu tetua dapat memiliki DGU tinggi pada satu atau beberapa karakter namun juga memiliki DGU rendah pada karakter lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan beberapa tetua untuk memperbaiki karakter yang dituju.

Tabel 9 Daya gabung umum karakter vegetatif dan karakter buah tomat pada tetua di dataran rendah

Tetua Tinggi tanaman (cm) Diameter batang (mm) Tebal daging buah (mm) Kekerasan buah (mm/ 50 g/ 5s) Padatan terlarut total (0Brix) Jumlah rongga buah Kudamati-1 10.99 -0.03 -0.15 14.69 0.11 1.19 Ranti 7.09 0.32 -0.24 10.58 0.21 1.77 Aceh-5 -6.79 0.35 0.32 -8.73 0.23 -1.33 Lombok-4 -11.29 -0.64 0.07 -16.54 -0.55 -1.64 Tabel 10 Daya gabung umum karakter komponen hasil tomat pada tetua di

dataran rendah

Tetua Panjang buah (mm) Diameter buah (mm) Jumlah buah per tanaman Bobot buah (g/ tan ) Kudamati-1 -1.87 1.82 4.97 55.30 Ranti -2.22 1.11 0.27 6.32 Aceh-5 3.87 -0.37 -0.22 -16.41 Lombok-4 0.21 -2.56 -5.02 -45.20

Tabel 11 dan Tabel 12 menunjukkan nilai daya gabung khusus (DGK) yang bervariasi pada berbagai karakter dan kombinasi persilangan. Ranti  Lombok-4 memiliki DGK terbaik pada tinggi tanaman yaitu sebesar 10.23, diikutti Kudamati-1  Aceh-5 sebesar 7.18. Hibrida yang memilki DGK terendah pada karakter tinggi tanaman adalah Ranti  Aceh-5 dengan nilai DGK sebesar -8.52. Nilai DGK pada karakter diameter batang berada pada kisaran -1.48 sampai 2.13. Ranti  Lombok-4 memiliki DGK terbaik dan Kudamati-1  Lombok-4 memiliki DGK terendah. Hibrida Aceh-5  Lombok-4 memiliki DGK terbaik untuk karakter tebal buah, diikiti Ranti  Lombok-4 dan Kudamati-1  Aceh-5.

Ranti  Aceh-5 merupakan hibrida yang memiliki DGK terbaik untuk karakter kekerasan buah dan jumlah rongga buah. Buah yang diharapkan adalah yang lebih keras dan memilki sedikit rongga biah sehingga pada dua karakter tersebut hibrida yang memiliki nilai DGK terkecil adalah yang terbaik. Karakter PTT memiliki keragaman DGK pada kisaran -1.92 (Kudamati-1  Lombok-4) sampai 1.72 (Ranti  Lombok-4).

Nilai DGK tertinggi adalah yang diharapakan pada karakter panjang buah, diameter buah, jumlah buah per tanaman, dan bobot buah per tanaman. Karakter panjang buah memliki DGK pada kisaran -9.36 sampai 4.53 sedangkan pada karakter diameter buah berada pada kisaran -10.42 sampai 5.29. Persilangan yang memiliki DGK terbaik pada panjang buah dan diameter buah adalah Aceh-5  Lombok-4. Persilangan Ranti  Lombok-4 memiliki DGK terbaik untuk karakter jumlah buah per tanaman yaitu sebesar 4.39. Pada karakter bobot buah, persilangan Aceh-5  Lombok-4 memiliki DGK terbaik dengan nilai 106.86 dan terendah sebesar -159.62 pada persilangan Ranti  Aceh-5.

Tabel 11 Daya gabung khusus karakter vegetatif dan karakter buah pada hibrida hasil persilangan setengah dialel di dataran rendah

Kombinasi persilangan Tinggi tanaman (cm) Diameter batang (mm) Tebal daging buah (mm) Kekerasan buah (mm/ 50 g/ 5s) Padatan terlarut total (0Brix) Jumlah rongga buah Kudamati-1  Ranti -27.79 -0.06 0.07 1.58 0.20 0.76 Kudamati-1  Aceh-5 15.69 0.47 0.32 -3.43 0.55 -0.75 Kudamati-1  Lombok-4 -0.63 -0.86 -0.36 -13.84 -1.18 -1.55 Ranti  Aceh-5 1.08 -1.48 -0.97 -20.16 -1.92 -2.27 Ranti  Lombok-4 11.76 2.13 0.55 7.99 1.72 -1.05 Aceh-5  Lombok-4 7.42 0.97 0.64 7.49 0.95 1.07 Tabel 12 Daya gabung khusus komponen hasil pada hibrida hasil persilangan

setengah dialel di dataran rendah Kombinasi persilangan Panjang buah

(mm) Diameter buah (mm) Jumlah buah per tanaman Bobot buah (g/ tan) Kudamati-1  Ranti 1.62 1.94 -0.31 -7.18 Kudamati-1  Aceh-5 -0.98 0.48 1.08 -48.43 Kudamati-1  Lombok-4 -4.35 -6.84 -3.57 -93.75 Ranti  Aceh-5 -9.36 -10.42 -8.56 -159.62 Ranti  Lombok-4 1.89 2.79 4.30 -8.64 Aceh-5  Lombok-4 4.53 5.29 1.99 106.86

Nilai daya gabung yang negatif menunjukkan bahwa genotipe-genotipe maupun kombinasi persilangan yang diuji berkontribusi terhadap penurunan keragaan karakter dan sebaliknya. Seleksi terhadap daya hasil diarahkan pada tetua yang memiliki nilai DGU tinggi dan positif atau hibrida yang memiliki nilai DGK tinggi dan positif. Sebaliknya, seleksi terhadap kejadian atau serangan penyakit diarahkan pada genotipe yang memiliki nilai daya gabung negatif. Gen-gen positif pada karakter yang memiliki nilai DGU tinggi akan berkumpul pada generasi lanjut sehingga genotipe tersebut direkomendasikan sebagai tetua untuk merakit varietas galur murni (Sujiprihati et al. 2007; Saputra et al. 2014). Nilai DGU tinggi pada tetua juga mengindikasikan bahwa tetua tersebut mampu berkombinasi dengan baik dengan tetua lainnya dalam menghasilkan hibrida.

Nilai DGK tinggi umumnya diperoleh dari tetua yang memiliki nilai DGU tinggi (Sujiprihati et al. 2007; Iriany et al. 2011). Pada penelitian ini dapat dilihat

pada karakter panjang buah. Hibrida yang memiliki panjang buah terbaik berasal dari persilangan antara Aceh-5 yang memiliki DGU tinggi (3.87) dengan Lombok-4 yang memiliki nilai DGU tinggi juga (0.21).

Hibrida yang memiliki daya gabung khusus terbaik tidak semuanya berasal dari tetua dengan daya gabung umum tinggi (Kumar et al. 2015). Hasil percobaan menunjukkan bahwa terdapat hibrida yang memilki daya gabung khusus terbaik berasal dari tetua yang memiliki daya gabung umum tinggi pada salah satu tetuanya. Hal ini dapat dilihat pada persilangan Ranti  Lombok-4 yang memiliki daya gabung khusus terbaik pada karakter jumlah buah per tanaman. Kombinasi persilangan tersebut berasal dari Ranti yang memiliki daya gabung umum tinggi (0.27) dan Lombok-4 yang memiliki daya gabung umum rendah (-5.02).

Aceh-5  Lombok-4 juga memiliki daya gabung khusus terbaik pada karakter bobot buah per tanaman. Aceh-5 dan Lombok-4 memiliki daya gabung umum bernilai rendah dan negatif yaitu -16.41 dan -45.20 (Tabel 10). Hal yang sama juga dilaporkan oleh Sekhar et al. (2010) dan Saputra et al. (2014) bahwa nilai DGK tinggi dan positif pada karakter bobot buah per tanaman terdapat pada kombinasi persilangan DGU tinggi  DGU rendah dan DGU negatif  DGU negatif. El-Gabry et al. (2014) memaparkan bahwa tidak semua tetua yang memiliki daya gabung umum terbaik akan menghasilkan hibrida dengan nilai daya gabung khusus tinggi. Iriany et al. (2011), menduga bahwa fenomena ini terjadi akibat gen-gen yang menguntungkan pada suatu genotipe dapat menutupi gen-gen yang merugikan pada genotipe pasangannya dan mampu bergabung dengan baik.

Kemampuan daya gabung umum dapat digunakan untuk menduga genotipe tetua superior dan daya gabung khusus dapat digunakan untuk mengindentifikasi persilangan terbaik yang dapat dikembangkan lebih lanjut untuk menjadi varietas hibrida (Saleem et al. 2008; El-Gabry et al. 2014). Perakitan varietas hibrida lebih diarahkan untuk mendapatkan tanaman yang memiliki daya hasil tinggi, dalam hal ini karakter bobot buah per tanaman menjadi karakter penting dalam menentukan kombinasi yang diharapkan (Saputra et al. 2014). Berdasarkan hal tersebut kombinasi persilangan Aceh-5  Lombok-4 dapat diarahkan untuk varietas hibrida. Kombinasi persilangan tersebut memiliki nilai daya gabung khusus positif dan tinggi untuk karakter panjang buah, diameter buah, jumlah buah per tanaan, dan bobot buah per tanaman (Tabel 10).

Dokumen terkait