• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional

Dalam dokumen DENDENG NILA BANK INDONESIA (Halaman 40-45)

BAB V ASPEK KEUANGAN

5.3. Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional

Biaya investasi terdiri dari biaya praoperasi dan biaya barang modal. Biaya praoperasi merupakan biaya yang sudah muncul sebelum usaha dimulai. Biaya ini terjadi di tahun 0, misalnya biaya pembangunan tempat usaha, biaya administrasi atau biaya perijinan. Berikut adalah tabel biaya praoperasi untuk usaha dendeng nila.

Tabel 5.2

Biaya Pra Operasi (dalam rupiah)

Total -3 -2 -1 Upah 6,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 B iaya Izin-izin 600,000 600,000 T otal 6,600,000 2,000,000 2,000,000 2,600,000 B IAY A B UL AN Sumber: Olahan, 2008

Biaya praoperasi untuk usaha dendeng nila dialokasikan paling besar untuk upah pekerja dalam pembuatan bangunan tempat usaha. Pembangunan tempat usaha diasumsikan memakan waktu selama 3 bulan karena bangunannya bersifat semi permanen. Biaya lain adalah biaya perijinan untuk melakukan kegiatan usaha yang dibayar sebulan sebelum usaha dimulai. Namun biaya ini tidak dimasukkan dalam perhitungan kelayakan usaha karena biaya ini dianggap sebagai sunk cost.

BIAYA

DENDENG NILA

Tabel 5.3

Biaya Investasi (dalam rupiah)

No J enis B iaya S atuan J ml

Harga/

satuan Nilai (R p) UE Penyusutan Nilai S isa 1 Bangunan unit 1 10,875,000 10,875,000 10 1,087,500 7,612,500 2 Kendaraan unit 1 12,000,000 12,000,000 5 2,400,000 4,800,000

3 Mesin dan peralatan utama :

-Oven Unit 1 7,000,000 7,000,000 5 1,400,000 2,800,000 Baskom Unit 10 12,500 125,000 5 25,000 50,000 S aringan Unit 5 5,000 25,000 5 5,000 10,000 Pisau Unit 10 4,500 45,000 5 9,000 18,000 Cobek/ulekan bumbu Unit 3 15,000 45,000 5 9,000 18,000 Talenan Unit 5 5,000 25,000 5 5,000 10,000 Plastik alas jemur Unit 1 40,000 40,000 5 8,000 16,000

J umlah biaya investasi

(R p) 30,180,000 15,334,500

Sumber: Olahan, 2008

Biaya yang termasuk dalam komponen biaya investasi adalah biaya perijinan dan pembangunan. Selain itu biaya yang juga termasuk biaya investasi adalah biaya mesin, peralatan dan kendaraan. Sumber dana untuk memperoleh barang modal adalah 70% menggunakan pinjaman dan 30% menggunakan dana sendiri. Dana yang dibutuhkan pada tahun ke 0 adalah sejumlah Rp. 30.180.000. Dari total dana yang dibutuhkan sebagai biaya investasi maka Rp. 21.126.000 berasal dari pinjaman bank dan sisanya Rp. 9.054.000 berasal dari modal pengusaha sendiri. Dengan demikian modal awal yang diperlukan untuk memulai usaha ini tidaklah terlalu tinggi dan masih tergolong usaha kecil. Selain itu usaha dendeng nila juga memiliki kebutuhan modal kerja yang diperlihatkan dalam tabel 5.4.

Satuan Jumlah Nilai (Rp) Nilai Sisa

Tabel 5.4 Kebutuhan Modal Kerja Tahunan ( dalam rupiah )

1 2 3

P ersediaan B ahan B aku 728,000 773,500 819,000 P ersediaan B arang Dalam

P roses 1,223,533 1,273,894 1,324,323

P ersediaan B arang J adi 1,223,533 1,273,195 1,323,623 B iaya S ewa 4,500,000 4,500,000 4,500,000

Total 7,675,067 7,820,589 7,966,946

P erubahan Modal K erja - 145,522 146,357 K omponen

TAHUN

Sumber: Olahan, 2008

Untuk perhitungan kebutuhan modal kerja per minggu diperlihatkan dalam tabel 5.5, dimana tiap minggunya usaha dendeng nila membutuhkan modal kerja sebesar Rp.147.597 per minggu.

Tabel 5.5 Kebutuhan Modal Kerja Mingguan ( dalam rupiah )

Komponen Nominal

Persediaan Bahan Baku 14,000

Persediaan Barang Dalam Proses 23,529

Persediaan Barang Jadi 23,529

Biaya Sewa 86,538

Total 147,597

Sumber: Olahan, 2008

Kebutuhan modal kerja dendeng nila adalah persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, persediaan barang jadi dan biaya sewa tanah. Persediaan untuk bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi diasumsikan untuk 1 minggu dengan asumsi satu minggu terdiri dari lima hari kerja. Sementara itu piutang dan utang usaha tercantum karena penjualan dan pembelian bahan baku bersifat kas.

DENDENG NILA

5.3.2 Biaya operasional

Biaya operasional terjadi sebagai akibat adanya kegiatan operasi usaha. Besarnya biaya operasional perusahaan tergantung dari jumlah produksi dendeng nila. Biaya operasional meliputi harga pokok penjualan dan biaya lainnya. Harga pokok penjualan terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan juga biaya overhead lain seperti biaya pengiriman. Sedangkan biaya operasional lainnya terdiri dari biaya administrasi dan umum, biaya sewa dan biaya penyusutan.

Harga pokok penjualan untuk dendeng nila diperlihatkan pada tabel 5.6. Harga pokok penjualan dendeng nila besarnya adalah berkisar antara 58 hingga 60 ribu per kilogramnya. Biaya terbesar berasal dari biaya pemakaian bahan baku dan juga biaya tenaga kerja langsung. Tabel 5.6 menunjukkan bahwa untuk memproduksi satu kilogram dendeng nila dibutuhkan biaya produksi sebesar Rp. 60.504 di tahun pertama dan kemudian menurun menjadi Rp.59.273 di tahun kedua dan Rp.58.195 pada tahun ketiga.

Tabel 5.6 Harga Pokok Penjualan (dalam Rupiah)

1 2 3

1 B AHAN B AK U

P ersediaan awal bahan baku 728,000 728,000 773,500 P embelian bahan baku 52,416,000 55,737,500 59,013,500 P ersediaan akhir bahan baku 728,000 773,500 819,000 P emakaian bahan baku 52,416,000 55,692,000 58,968,000 2 UP AH LANG S UNG 24,000,000 24,000,000 24,000,000 3 F AC TOR Y OVE R HE AD

Upah tak langsung 6,000,000 6,000,000 6,000,000 B iaya overhead pabrik lain-lain 5,678,400 6,028,371 6,383,271 T otal factory overhead 11,678,400 12,028,371 12,383,271 4 T OT AL B IAY A P AB R IK AS I 88,094,400 91,720,371 95,351,271

P ersediaan awal bahan dalam

proses 1,223,533 1,223,533 1,273,894

P ersediaan akhir bahan dalam

proses 1,223,533 1,273,894 1,324,323

5 T OT AL B IAY A P R ODUK S I 88,094,400 91,670,010 95,300,842 P ersediaan awal barang jadi 1,223,533 1,223,533 1,273,195 P ersediaan akhir barang jadi 1,223,533 1,273,195 1,323,623 6 HAR G A P OK OK P E NJ UALAN 88,094,400 91,620,349 95,250,413 B iaya produksi/unit 60,504 59,257 58,181 Harga pokok penjualan/unit 60,504 59,273 58,195

NO K OMP ONE N

TAHUN

Untuk komponen persediaan bahan baku pada usaha dendeng nila diasumsikan untuk 1 minggu atau lima hari kerja. Jadi besarnya persediaan akhir bahan baku adalah 5/360 dari pemakaian bahan baku pada tahun tersebut. Misalkan pada tahun pertama pemakaian bahan baku adalah 5824 kilogram, maka persediaan akhirnya adalah 5/360 dikali 5824. Hasil perhitungannya adalah 84 kilogram berarti nilai nominalnya dihitung dengan mengalikan persediaan akhir dengan harga bahan baku. Berarti nominal persediaan akhir adalah 84 dikali Rp.9.000 hasilnya adalah Rp.728.000. Besarnya persediaan akhir di suatu periode akan menjadi persediaan awal di periode berikutnya. Misalnya persediaan akhir di tahun pertama yaitu Rp. 728.000 akan menjadi persediaan awal di tahun kedua. Kemudian pemakaian bahan baku merupakan jumlah persediaan awal bahan baku dan pembelian bahan baku dikurangi dengan bahan baku yang menjadi persediaan akhir.

Biaya factory overhead merupakan komponen biaya yang tidak terkait langsung dengan proses produksi. Biaya ini terdiri dari upah tak langsung dan biaya overhead lain-lain. Biaya overhead lain-lain dialokasikan sebesar 5% dari nilai penjualan tahun bersangkutan. Hasil penjumlahan pembelian bahan baku, upah langsung dan factory overhead disebut biaya pabrikasi.

Untuk komponen persediaan barang dalam proses pada usaha dendeng nila diasumsikan untuk 5 hari. Jadi besarnya persediaan akhir barang dalam proses adalah 5/360 dari total biaya pabrikasi pada tahun tersebut. Misalkan pada tahun pertama total biaya pabrikasi adalah Rp.88.094.400, maka persediaan akhirnya adalah 5/360 dikali Rp.88.094.400 yaitu Rp. 1.223.533. Besarnya persediaan akhir di suatu periode akan menjadi persediaan awal di periode berikutnya. Misalnya persediaan akhir di tahun pertama yaitu Rp. 1.223.533 akan menjadi persediaan awal di tahun kedua. Total biaya produksi dihitung dari total biaya produksi ditambah dengan persediaan awal barang dalam proses kemudian dikurangi dengan persediaan akhir barang dalam proses.

Persediaan akhir barang jadi diasumsikan selama 5 hari. Dalam tabel perhitungan persediaan jadi dalam suatu periode besarnya adalah 5/360 dari total

DENDENG NILA produksi periode berikutnya kemudian dikalikan dengan harga pokok penjualan pada periode bersangkutan. Misalnya pada tahun pertama persediaan akhir barang jadi nilainya adalah 5/360 dikali Rp.88.094.400 Persediaan akhir barang barang jadi ini akan menjadi persediaan awal barang jadi pada periode berikutnya.

Harga pokok penjualan dihitung dari total biaya produksi ditambah dengan persediaan awal barang jadi dikurangi dengan persediaan akhir barang jadi. Untuk mencari harga pokok per unit maka digunakan total harga pokok penjualan dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi pada periode bersangkutan.

Sementara rincian biaya operasional lainnya yang termasuk dalam biaya operasional terlihat dalam tabel 5.7 berikut

Tabel 5.7

Biaya Operasional Lainnya (dalam Rupiah)

1 2 3

1 B iaya administrasi dan umum 1,200,000 1,200,000 1,200,000 2 B iaya sewa 4,500,000 4,500,000 4,500,000 3 B iaya penyusutan 4,948,500 4,948,500 4,948,500 Total 10,648,500 10,648,500 10,648,500 NO K OMP ONE N TAHUN Sumber: Olahan, 2008

Biaya administrasi dan umum besarnya dialokasikan Rp. 100.000 per bulan. Biaya ini merupakan biaya yang terkait dengan kegiatan administrasi misalnya biaya telepon untuk pemesanan dan alat tulis kantor. Biaya sewa merupakan biaya sewa tanah tempat usaha, sedangkan biaya penyusutan merupakan biaya penyusutan aset-aset seperti bangunan, mesin dan peralatan, serta kendaraan. Detail perhitungan dapat dilihat di lampiran.

Dalam dokumen DENDENG NILA BANK INDONESIA (Halaman 40-45)

Dokumen terkait