• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPONEN KESEHATAN MASYARAKAT

Dalam dokumen Contoh BAB II ANDAL (Halaman 58-70)

Komponen kesehatan masyarakat merupakan salah satu kajian dalam melaksanakan studi mengenai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Rona lingkungan awal komponen kesehatan masyarakat dalam rencana kegiatan Pengembangan Panakkukang Mall di Kecamatan Panakkukang Kota Makassar dapat dilihat dengan menggunakan data sekunder dari instansi kesehatan di sekitar rencana kegiatan. Puskesmas Tamamung merupakan fasilitas kesehatan dasar yang terdapat di Kelurahan Masale, Kec. Panakkukang dengan kordinasi langsung dari Dinas Kesehatan Kota Makassar. Data pola penyakit dan sumber daya kesehatan di wilayah studi dapat merepresentasikan kondisi awal status kesehatan masyarakat di sekitar lokasi rencana kegiatan.

Selain menggunakan data sekunder yang ada untuk mengetahui kondisi di masyarakat sekitar, dilakukan pula pengambilan data primer seperti gangguan yang dialami oleh masyarakat, sanitasi lingkungan (jamban keluarga, persampahan, sumber air bersih dan air minum, serta saluran pembuangan air limbah) dan prilaku merokok di dalam rumah.

1. Pola Penyakit

Pola penyakit merupakan intrumen yang dapat menunjukkan kondisi kesehatan masyarakat dengan menghubungkan antara penyakit dengan jumlah kasus. Dimana hubungan ini dapat dinilai secara deskriptif dengan menghitung prevalensi kasus. Prevalensi adalah jumlah kasus lama dan baru dibagi dengan jumlah penduduk di suatu tempat, dikali dengan konstanta (k=1.000).

Rona Lingkungan Hidup II - 58 ANDAL

Rencana Kegiatan Pengembangan Mall Panakkukang

Tabel 2.38. Pola Penyakit di Wilayah Kerja Puskesmas Tamamaung Tahun 2011 - 2013 (k=1.000)

No Jenis Penyakit 2011 2012 2013

Jumlah Prevalensi Jumlah Prevalensi Jumlah Prevalensi

1 ISPA 3.923 109.14 4.374 89.94 4.112 111.96

2 Gastritis 2.910 80.96 2.484 51.08 2.277 62.00

3 Hipertensi 2.779 77.31 2.297 47.23 1.774 48.30

4 Demam yang tidak diketahui penyebabnya

2.504 69.66 2.107 43.32 1.115 30.36

5 Faringitis Akut 3.099 86.22 2.059 42.34 2.400 65.35

6 Penyakit pulpa dan jaringan Periapikal

1.931 53.72 1.742 35.82 1.242 33.82

7 Batuk 2.633 73.25 1.712 35.20 870 23.69

8 Tonsilitis Akut 1.688 46.96 1.255 25.80 -

-9 Artritis Lainnya - - 995 20.46 845 23.01

10 Nyeri Pinggul dan perut 1.873 51.11 904 18.59 -

-11 Dermatis dan Eksim 1.111 30.91 - - 1.237 33.68

12 Infeksi akut lain pada saluran napas atas

- - - - 1.142 31.07

Sumber: Puskesmas Tamamaung Tahun 2014

Dari Tabel 2.38 mengenai sepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas Tamamaung, dapat dilihat Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) merupakan masalah kesehatan utama. Dari pola penyakit ini, dapat dilihat bahwa kejadian ISPA sejak tahun 2011 hingga 2013 menempati urutan pertama (prevalensi ISPA berturut-turut sebesar 109 kasus per 1.000 penduduk, 90 kasus per 1.000 penduduk dan 112 kasus per 1.000 penduduk). ISPA merupakan penyakit infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernapasan, hidung, sinus, faring atau laring.

Selain ISPA, gangguan pada sistem pernapasan lain yang mendominasi penyakit terbanyak adalah faringitis akut, penyakit pulpa, batuk dan tonsillitis. Namun berbeda dengan ispa yang mengalami peningkatan kasus, kasus-kasus ini mengalami penurunan prevalensi. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Rona Lingkungan Hidup II - 59 ANDAL

Rencana Kegiatan Pengembangan Mall Panakkukang

Gambar 2.16 Grafik Prevalensi Gangguan Pernapasan di Puskesmas Tamamaung Tahun 2011-2013

Selain gangguan pada pernapasan, masalah kesehatan lain yang ditemukan adalah kasus gastritis dan hipertensi. Dimana kasus dermatitis pada tahun 2011 adalah sebanyak 81 kasus setiap 1.000 penduduk, 2012 menurun menjadi 51 kasus per 1.000 penduduk dan meningkat kembali pada tahun 2013 sebanyak 62 kasus setiap 1.000 penduduk. Sedangkan pada kasus hipertensi tahun 2011 sebanyak 77 kasus setiap 1.000 penduduk, menurun pada tahun 2012 dengan prevalensi sebanyak 47 kasus per 1.000 penduduk dan pada tahun 2013 sebanyak 48 kasus.

Dari hasil wawancara kami, diperoleh data keluhan warga dan atau gangguan kesehatan yang dialami olehnya dan atau anggota keluarganya selama 3 bulan terakhir. Data jumlah penyakit yang dikeluhkan warga dapat dilihat pada Tabel 2.39 berikut.

0 20 40 60 80 100 120 2011 2012 2013 109.14 89.94 111.96 86.22 42.34 65.35 73.25 35.2 23.69 53.72 35.82 33.82

Rona Lingkungan Hidup II - 60 ANDAL

Rencana Kegiatan Pengembangan Mall Panakkukang

Tabel 2.39. Keluhan kesehatan masyarakat di sekitar tapak proyek

No. Keluhan Gangguan Kesehatan N %

1 Gangguan Sistem Pernapasan 25 20.83

2 Gangguan Sistem Pencernaan 9 7.50

3 Gangguan Sistem Persendian 3 2.50

4 Kecelakaan Lalu Lintas 4 3.33

5 Lain-lain 12 10.00

Total 53 44.17

Sumber: Hasil Analisis 2014

Masyarakat di sekitar tapak proyek yang selama tiga bulan terakhir mengalami gangguan kesehatan sebesar 44,17%. Dimana sebesar 20,83% diduga mengalami gangguan pada sistem pernapasan seperti batuk, ISPA, faringitis, dan sebagainya. Sebesar 7,50% mengalami gangguan pada sistem pencernaannya, gangguan pada sistem persendian sebesar 2,50%, kecelakaan lalulintas sebesar 3,33% dan lain-lain sebesar 10% adalah gejala demam yang tidak diketahui penyebabnya dan alergi.

2. Sumber Daya Kesehatan

Sumber daya kesehatan merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk melihat tingkat kesehatan masyarakat. Hal ini dimaksud, karena sumber daya kesehatan merupakan salah satu kebutuhan esensial bagi masyarakat. Dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat, hal ini menjadi salah satu perhatian utama pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan agar seluruh lapisan masyarakat dapat menikmati pelayanan kesehatan. Sumber daya kesehatan yang dimaksud ini terdiri dari dua komponen, yakni fasilitas kesehatan dan sumber daya kesehatan.

a). Fasilitas Kesehatan

Fasilitas pelayanan kesehatan merupakan ketersediaan sarana kesehatan yang dapat diakses oleh masyarakat dalam rangka peningkatan derajad kesehatan , seperti: rumah sakit, puskesmas, poskesdes, posyandu, dll. Pada Tabel 2.40 di bawah ini dapat dilihat jumlah fasilitas kesehatan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Tamamaung.

Rona Lingkungan Hidup II - 61 ANDAL

Rencana Kegiatan Pengembangan Mall Panakkukang

Tabel 2.40. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Tamamaung tahun 2013

No Fasilitas Kesehatan Jumlah

1 Rumah Sakit 3

2 Balai Besar Kesehatan paru 1

3 Poliklinik 26

4 Apotek 30

5 Rumah Sakit Bersalin 3

6 Dokter Praktek / Bidan 102

7 Klinik / Balai Pengobatan 3

8 Posyandu 24

Sumber: Puskesmas Tamamaung tahun 2014

Fasilitas pelayanan kesehatan di sekitar rencana tapak proyek telah cukup memadai. Terdapat rumah sakit, Balai Besar Kesehatan Paru, Poliklinik, Apotek, Rumah Sakit Bersalin, dokter dan bidan praktek, klinik / balai pengobatan serta posyandu. Dikatakan memadai, karena masyarakat dapat dengan mudah mengakses fasilitas kesehatan secara cepat dan tepat serta aman.

b). Tenaga Kesehatan

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat berjalan baik dengan adanya tenaga kesehatan yang memadai. Selain itu, untuk membantu masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan yang maksimal maka diperlukan sejumlah tenaga kesehatan. Sehingga, tenaga kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam upaya peningkatan dan penanggulangan kesehatan masyarakat. Dalam skala lingkungan, keberadaan petugas pelayanan kesehatan dapat menjadi salah satu indikator tingkat kesehatan masyarakat.

Pada Tabel 2.41. di bawah ini dapat dilihat jumlah tenaga kesehatan yang berada di Puskesmas Tamamaung.

Rona Lingkungan Hidup II - 62 ANDAL

Rencana Kegiatan Pengembangan Mall Panakkukang

Tabel 2.41. Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Tamamaung tahun 2013

No. Tenaga Kesehatan Jumlah

1 Dokter Umum 3 2 Dokter Gigi 1 3 SKM 7 4 Apoteker 1 5 Bidan 4 6 Perawat 7 7 Nutrisionist 1

Sumber: Puskesmas Tamamung Tahun 2014

Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Tamamaung terdiri dari tiga orang dokter umum, seorang dokter gigi, tujuh orang sarjana kesehatan masyarakat, satu orang apoteker, empat orang bidan, tujuh orang perawat, serta seorang nutrisionis.

3. Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup kondisi perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya (Notoadmojo, 2003). Dalam hal ini, kami melihat sanitasi lingkungan dilihat berdasarkan beberapa hal, diantaranya adalah akses air bersih, jamban keluarga, tempat pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah pada wilayah studi.

a). Sumber Air Warga

Sumber air bersih warga di wilayah study ini memiliki akses ketersediaan air bersih dan air minum yang memadai. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang : Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air, persyaratan air bersih ditentukan dengan parameter mikrobiologi, Fisika kimia, dan radioaktif. Sedangkan untuk syarat air minum berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NO 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Dinyatakan bahwa air minum yang aman bagi kesehatan jika memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif serta parameter

Rona Lingkungan Hidup II - 63 ANDAL

Rencana Kegiatan Pengembangan Mall Panakkukang

tambahan yang terlampir dalam peraturan tersebut. Dalam studi ini, pengamatan yang dilakukan di sumber air bersih dan air minum warga yang dilakukan dengan menggamati sifat fisik air, yakni bau, rasa, suhu dan warna. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 2.42. Sumber Air Warga di Lokasi Studi

Sumber Air Sumber Air Bersih Sumber Air Minum Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

SGL 14 11.67 8 6.67

SPL 61 50.83 21 17.50

PDAM 43 35.83 66 55.00

LAINNYA 2 1.67 25 20.83

TOTAL 120 100.00 120 100.00

Ket: SGL : Sumur Gali, SPT : Sumur Pompa Listrik Sumber: Hasil Analisis 2014.

Air bersih yang digunakan masyarakat berasal dari sumur gali sebesar 11,67%, sumur pompa listrik atau sumur bor sebesar 50,83%, PDAM 35,83% dan yang membeli air bersih sebesar 1,67%. Sedangkan untuk air minum, masyarakat yang menggunakan air sumur gali sebesar 6,67%, sumur pompa listrik sebesar 17,50%, PDAM 55% serta masyarakat yang membeli air minum (air galon) sebesar 20,83%. Dari wawancara yang kami dapatkan, beberapa masyarakat yang menggunakan air yang berasal dari sumur gali dan sumur pompa listrik mengeluhkan mengenai warna dan bau air sumur, sehingga masyarakat membatasi penggunaannya hanya untuk keperluan MCK.

b). Jamban Sehat

Buang air besar di jamban merupakan suatu cara untuk mencegah menularnya penyakit, seperti cacingan, muntaber, kolera dan penyakit menular lainnya. Oleh karena itu, jamban untuk lubang air besar harus mengikuti 7 (tujuh) syarat, yaitu:

1. Tidak mencemari air

2. Tidak mencemari tanah permukaan 3. Bebas dari serangga

Rona Lingkungan Hidup II - 64 ANDAL

Rencana Kegiatan Pengembangan Mall Panakkukang

4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan 5. Aman digunakan oleh pemakainya

6. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya

7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan.

Berikut hasil observasi jamban yang memenuhi syarat di sekitar tapak proyek.

Tabel 2.43. Persentase kepemilikan jamban sehat Jamban

Keluarga

Jenis Jamban Keluarga Jamban Keluarga Memenuhi Syarat Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Leher Angsa 112 93.33 109 97.32

Cemplung 8 6.67 6 75.00

LAINNYA 0 0.00 0 0.00

TOTAL 120 100.00 115 95.83

Sumber: Hasil Analisis 2014

Kondisi jamban yang memenuhi syarat di lokasi studi sudah sangat baik. Berdasarkan hasil observasi, diperoleh 93.33% masyarakat menggunakan jamban leher angsa dengan 97,32% telah memenuhi syarat, sedangkan sebesar 6,67% masyarakat masih menggunakan tipe jamban cemplung dengan persentase yang memenuhi syarat sebesar 75%.

Di tengah tingginya angka kepemilikan jamban, kami menemukan dua orang warga diluar responden kami di waktu berbeda melakukan aktivitas buang hajat (buang air besar / BAB) di drainase Mall Panakkukang sisi selatan dan di samping sumur gali warga.

c). Tempat Pembuangan Sampah

Sampah dapat menimbulkan bau dan penyakit. Untuk itu, sampah di dalam rumah harus segera dibuang. Biasakan membuang sampah setiap pagi hari, terutama sampah basah yang berasal dari sampah pengolahan makanan

Rona Lingkungan Hidup II - 65 ANDAL

Rencana Kegiatan Pengembangan Mall Panakkukang

(dapur). Berdasarkan hasil observasi, diperoleh angka ketersediaan sarana TPS di lokasi studi yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.44. Persentase kepemilikan tempat pembuangan sampah Tempat

Pembuangan Sampah Sementara

Kepemilikan TPS TPS Memenuhi syarat Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%) Ada 97 80.83 66 68.04 Tidak ada 23 19.17 0 0.00 TOTAL 120 100.00 66 55.00

Sumber: Hasil Analisis 2014

Keberadaan sarana TPS warga dalam pengamatan, diperoleh angka ketersediaan TPS yang cukup memadai, dimana hanya terdapat 80,83% warga yang memiliki Tempat Pembuangan Sampah. Sedangkan dari kepemilikan TPS yang ada, hanya 68,04% masyarakat dengan TPS yang memenuhi syarat. Masih ada beberapa warga yang membuang sampahnya langsung ke selokan dan atau lainnya, serta berserakan di halaman rumah untuk dibakar. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan soal tempat sampah yang baik.

Tempat sampah harus kuat, tidak mudah bocor atau retak.

Tempat sampah harus mempunyai penutup yang mudah dibuka dan ditutup kembali, agar bau sampah tidak tercium/terlihat dari luar.

Ukuran tempat sampah jangan terlalu besar, sehingga mudah dipindah-pindahkan.

Sebaiknya lapisi bagian dalam tempat sampah dengan kantung plastik agar praktis, sehingga ketika mengosongkan tempat sampah, hanya kantung plastiknya yang diangkat.

Pisahkan sampah basah dengan sampah kering.

Bila tempat sampah sudah penuh, segera buang ke bak sampah di luar rumah.

Rona Lingkungan Hidup II - 66 ANDAL

Rencana Kegiatan Pengembangan Mall Panakkukang

d). Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Saluran Pembuangan Air limbah merupakan fasilitas yang berfungsi sebagai media untuk menyalurkan air limbah domestik. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah bangunan yang digunakan untuk mengumpulkan air buangan sisa pemakaian dari kran / hidran umum, sarana cuci tangan, kamar mandi, dapur, dan lain-lain, sehingga air limbah tersebut dapat tersimpan atau meresap ke dalam tanah dan tidak menyebabkan penyebaran penyakit serta tidak mengotori lingkungan sekitarnya. SPAL tidak menyalurkan air kotor dari peturasan/jamban). Pada tabel di bawah ini menunjukkan tingkat kepemilikan SPAL masyarakat.

Tabel 2.45. Persentase Kepemilikan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Saluran

Pembuangan Air Limbah

Kepemilikan SPAL SPAL Memenuhi syarat Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%) Ada 104 86.67 96 92.31 Tidak ada 16 13.33 0 0.00 TOTAL 120 100.00 96 80.00

Sumber: Hasil Analisis 2014

Pengamatan sanitasi dasar kepemilikan SPAL, sangat memadai. Dari hasi observasi diperoleh angka ketersediaan SPAL mencapai 86,67%. Sedangkan dari kepemilikan tersebut, terdapat 92,31% yang memiliki SPAL yang memenuhi syarat. Secara general, syarat yang baik untuk Saluran pembuangan air limbah adalah, baik bagi kesehatan, baik bagi lingkungan dan baik secara estetika.

4. Prilaku Merokok

Dari hasil wawancara terhadap warga sekitar lokasi studi, ditemukan sebanyak 99 responden dengan prilaku anggota keluarga merokok di dalam rumah, atau sekitar 82,5% masyarakat sekitar lokasi studi memiliki prilaku merokok di dalam rumah dari total 120 responden.

Rona Lingkungan Hidup II - 67 ANDAL

Rencana Kegiatan Pengembangan Mall Panakkukang

5. Gizi Masyarakat

Berdasarkan informasi dari pihak Puskesmas Tamamaung, diperoleh jumlah kasus gizi kurang pada tahun 2011 sebanyak 113 kasus, yang terdiri dari 97 kasus lama dan 14 kasus baru. Sedangkan kasus gizi buruk sebanyak 22 kasus, yang terdiri dari 16 kasus lama dan 6 kasus baru. Sedangkan pada tahun 2013 kasus gizi kurang meningkat menjadi 118 kasus sedangkan kasus gizi buruk tetap sebanyak 22 kasus.

2.2. KEGIATAN LAIN DISEKITAR LOKASI

1. Kegiatan Perhotelan

Sebagai wilayah perkotaan dan daerah Central Business District   (CBD), disekitar lokasi pengembangan Mall Panakkukang terdapat kegiatan perhotelan, diantaranya Hotel Swiss Bell-In, Hotel Amaris, Hotel Denpasar, Hotel Anugerah, Hotel Grand Imawan, Hotel Pengayoman, dll. Hotel-hotel ini tersebar di sekitar Mall Panakkukang, seperti di jalan Boulevard, Jalan Pengayoman, Jalan adyaksa, dan Jalan Bougenville.

Kegiatan perhotelan ini menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitar berupa limbah domestik baik padat (sampah) dan limbah cair serta bangkitan lalu lintas yang berpotensi memberikan kontribusi terhadap tingkat pelayanan jaringan jalan disekitar lokasi kegiatan.

Rona Lingkungan Hidup II - 68 ANDAL

Rencana Kegiatan Pengembangan Mall Panakkukang

2. Kegiatan Perumahan, Perkantoran, dan Bisnis.

Disekitar lokasi kegiatan pengembangan Mall Panakkukang merupakan wilayah padat terbangun dengan banyak kegiatan. Kegiatan – kegiatan yang ada sekitar lokasi yang memberikan dampak terhadap lingkungan sekitar adalah adanya perkantoran, pertokoan, ruko, rukan, dan pusat-pusat bisnis seperti restoran, karaoke dll. Kegiatan-kegiatan ini tersebar di sekitar Mall Panakkukang, seperti di jalan Boulevard, Jalan Pengayoman, Jalan adyaksa, dan Jalan Bougenville.

Adanya kegiatan ini akan memberikan dampak terhadap lingkungan berupa berkurangnya wilayah serapan air disekitar lokasi tersebut sehingga potensi untuk terjadinya banjir semakin besar. Selain itu dapat menimbulkan limbah domestik baik padat (sampah) dan limbah cair serta bangkitan lalu lintas yang berpotensi memberikan kontribusi terhadap tingkat pelayanan jaringan jalan disekitar lokasi kegiatan.

Rona Lingkungan Hidup II - 69 ANDAL

Rencana Kegiatan Pengembangan Mall Panakkukang

3. Kegiatan Pusat Perbelanjaan

Disekitar lokasi pengembangan Mall Panakkukang, terdapat pusat-pusat perbelanjaan, seperti eksisting Mall Panakkukng, dan Carrefour. Kegiatan ini bersebelahan langsung dengan lokasi pengembangan Mall Panakkukang. Kegiatan ini menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitar berupa limbah domestik baik padat (sampah) dan limbah cair serta bangkitan lalu lintas yang berpotensi memberikan kontribusi terhadap tingkat pelayanan jaringan jalan disekitar lokasi kegiatan.

Gambar 2.19. Pusat Perbelanjaan Di Sekitar Lokasi

2.3. SUMBERDAYA ALAM DISEKITAR LOKASI

Telah diuraikan sebelumnya bahwa lokasi rencana kegiatan pengembangan Mall Panakkukang berada di kelurahan Masale, Kecamatan Panakkukang Kota Makassar. Secara umum penggunaan lahan di wilayah Kota Makassar didominasi oleh pemukiman, pendidikan, perkantoran, dan lokasi kegiatan aktifitas masyarakat lainnya. Potensi sumber daya alam yang memungkinkan ada disekitar lokasi relatif tidak diketemukan karena daerah disekitar lokasi merupakan daerah perkotaan yang terbangun. Untuk sumber daya berupa air nantinya akan disuplai dari PDAM, sedangkan untuk sumber daya listrik akan disuplai dari PLN. Sedangkan untuk sumber daya alam yang akan dimanfaatkan untuk melakukan pembangunan akan didatangkan dari daerah disekitar kota Makassar.

Dalam dokumen Contoh BAB II ANDAL (Halaman 58-70)

Dokumen terkait