• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komponen Komunikasi yang Membentuk Peristiwa Komunikasi dalam Upacara Seren Taun

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 28-59)

Keberadaan upacara Seren Taun yang rutin diselenggarakan setiap tahunnya sedikit banyak telah memberikan dampak positif bagi pemahaman masyarakat akan pentingnya nilai-nilai kearifan lokal sebagai suatu warisan budaya yang patut untuk dijaga kelestariannya.

Jika beberapa tahun yang lalu, ketika untuk kali pertama upacara Seren Taun diselenggarakan kembali pada tahun 1998, banyak sekali masyarakat di

16 Wawancara dengan bapak Subrata, Selasa (3/05/2016)

17

Cigugur, khususnya anak-anak muda yang tidak tahu apa itu upacara Seren Taun, tidak terkecuali peneliti sendiri. Tetapi pada saat ini, dari apa yang peneliti jumpai, dapat dikatakan semua masyarakat di Cigugur sudah mengetahui apa itu perayaan upacara Seren Taun sekalipun hanya sekedar tahu tanpa dibarengi pemahaman secara lebih mendalam.

Terlepas dari apakah peranan upacara Seren Taun memberikan dampak pada pemahaman-pemahaman masyarakat setempat terhadap nilai-nilai kearifan lokal atau tidak, faktanya kita mengetahui bahwa upacara Seren Taun berperan langsung sebagai saluran komunikasi dalam menyampaikan informasi baik berupa pesan-pesan verbal ataupun non verbal.

Dari hasil pengamatan peneliti selama melakukan observasi di lokasi penelitian dimana peneliti berkesempatan untuk berinteraksi secara langsung dengan beberapa informan dan masyarakat setempat, serta turut serta merasakan bagaimana suasana dan situasinya di lokasi penelitian. Peneliti menemukan suatu pemahaman bagaimana proses komunikasi itu berlangsung.

Pada dasarnya pesan-pesan komunikasi yang ditampilkan dalam berbagai prosesi upacara Seren Taun sangat dipengaruhi kompone-komponen komunikasi. Unsur atau komponen ini secara tidak langsung sangat mendukung proses terjadinya peristiwa komunikasi antara pesan yang disampaikan kepada komunikan melalui berbagai prosesi upacara Seren Taun.

Komponen-komponen komunikasi yang turut membentuk peristiwa komunikasi tersebut antara lain, peneliti kategorikan sebagai berikut:

1. Setting

Setting mencakup waktu, tempat dan latar belakang terbentuknya peristiwa komunikasi. Ketika interaksi berlangsung, proses komunikasi sangat dipengaruhi oleh ketersediaan waktu, adanya tempat dan tujuan atau latar belakang yang membentuk terjadinya peristiwa komunikasi.

Untuk lebih jelasnya kita bisa melihat kembali pada wawancara dengan ibu Yuliana Utarsih yang dilakukan pada hari Sabtu (02/04/2016) di sekolah SLTP Yos Sudarso, Cigugur.

Menurut penuturannya, siswa SLTP Yos Sudarso diarahkan untuk turut serta dalam merayakan upacara Seren Taun sebagai salah satu upaya untuk memberikan pemahaman kepada siswa dengan cara ikut berpartisipasi secara langsung, baik sebagai peserta Tari Buyung, peserta Ngajayak, peserta Angklung Buncis dan lain sebagainya. Bahkan yang tidak ikut serta pun diarahkan untuk turut berpartisipasi dengan cara membuat tugas peliputan dan mengambil gambar untuk

dibuat mading.18

Partsipasi anak-anak didik SLTP Yos Sudarso Cigugur dari uraian di atas menerangkan bahwa peristiwa komunikasi terbentuk

dan dipengaruhi oleh setting yang meliputi waktu, tempat dan tujuan komunikasi.

2. Partisipan

Partisipan adalah siapa saja yang terlibat dalam peristiwa komunikasi di dalam upacara Seren Taun tersebut, misalnya saja panitia acara, para peserta, dan pengunjung.

Tanpa adanya komponen yang satu ini peristiwa komunikasi di dalam upacara Seren Taun tidak akan terbentuk. Karena bagaimana pun juga komunikasi adalah sesuatu hal yang dilakukan secara disengaja dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh para pelaku komunikasi (komunikator dan komunikan), tanpa adanya pelaku komunikasi maka tidak akan terjadi interaksi atau kegiatan komunikasi.

3. Bentuk Pesan

Pesan yang disampaikan dalam upacara Seren Taun baik pesan verbal maupun non verbal pada dasarnya lebih bersifat informatif satu arah, dimana pesan-pesan yang disampaikan melalui berbagai prosesi dari mulai acara pembukaan hingga acara penutup bertujuan untuk memberikan informasi, edukasi ataupun memberi hiburan bagi para pengunjung.

Bisa kita lihat bagaimana rentetan acara membentuk sebuah komunikasi satu arah, misalnya saja pada prosesi acara Pesta Dadung yang menampilkan pesan-pesan tentang bagaimana tata cara hubungan manusia dengan alam serta lingkungannya. Acara Ngajayak yang lebih banyak menampilkan tentang hidup bergotong royong, atau Tari Buyung yang merupakan tari tradisional asli masyarakat Cigugur. Selain mengandung unsur seni hiburan, Tari Buyung juga memiliki makna pesan spiritual secara transenden antara hubungan manusia

dengan Tuhannya.19

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komunikasi dalam upacara Seren Taun memiliki bentuk komunikasi hubungan satu arah sebagai salah satu komponen pembentuk peristiwa-peristiwa komunikasi dalam upacara Seren Taun.

4. Isi Pesan

Dalam perayaan upacara Seren Taun, meski tidak diungkapkan secara gamblang, pesan-pesan yang disampaikan melalui berbagai rangkaian acara menyiratkan makna tentang pesan-pesan moral yang hendak disampaikan kepada semua orang, seperti nilai-nilai toleransi, semangat gotong royong, dan sikap saling menghormati sesama makhluk ciptaan Tuhan, serta pesan spiritual tentang hubungan transendensi anatara manusia dengan Tuhannya, dan lain sebagainya.

Pada acara Damar Sewu misalnya, nyala api pada obor menyimbolkan tentang semangat yang harus terus dijaga dan diwariskan ke generasi berikutnya. Acara pesta dadung yang mencerminkan. Pada acara pesta dadung berisi pesan tentang hubungan manusia dengan alam atau pada acara kidung spiritual yang menggambarkan tentang toleransi dan sikap saling menghormati

keberbedaan, dan lain sebagainya.20

Isi pesan seperti yang telah diuraikan di atas mennunjukkan suatu hubungan antara peristiwa komunikasi dengan isi pesan komponen pembentuknya. Karena pada dasarnya tujuan komunikasi adalah menyampaikan isi pesan itu sendiri.

5. Media/saluran

Media atau saluran memiliki peranan yang sangat vital dalam proses terbentuknya peristiwa komunikasi. Tanpa adanya saluran pesan-pesan tidak akan bisa sampai pada komunikan, sehingga terkadang keberadaan media jauh lebih menonjol dibanding isi pesannya. Hal ini dikarenakan media memiliki kemampuan untuk mempresentasikan isi pesan, lebih dari itu media mampu menentukan pesan mana yang pantas untuk disampaikan kepada komunikan.

Dalam upacara seren taun, kita dapat melihat bagaimana pesan-pesan dikonsep dan dikemas lalu kemudian baru ditampilkan disajikan

kepada khalayak dengan melalui berbagai ragkaian acara yang terdapat dalam perayaan upacara seren taun seperti acara ngajayak, kidung spiritual pertunjukan seni tradisional, dan lain sebagainya. 4.2.3. Pola Komunikasi dalam Upacara Seren Taun

Pola komunikasi terbentuk karena adanya hubungan dan fungsi komponen-komponen komunikasi dalam suatu peristiwa komunikasi. Lebih spesifiknya, pola komunikasi adalah suatu model yang digunakan untuk menunjukkan suatu hubungan antara komponen komunikasi dengan peristiwa komunikasi. Tujuannya adalah untuk mempermudah mendeskripsikan bagaimana sebuah alur komunikasi terbentuk dalam suatu peristiwa komunikasi.

Pola komunikasi identik dengan proses komunikasi, karena pola komunikasi merupakan rangkaian dari aktivitas menyampaikan pesan sehingga diperoleh feedback dari penerimaan pesan. Dari proses komunikasi, akan timbul pola, model, bentuk, dan juga bagian-bagian kecil yang berkaitan

erat dengan proses komunikasi.21

Telah diketahui apa saja komponen-komponen komunikasi yang membentuk suatu peristiwa komunikasi dalam perayaan upacara Seren Taun, seperti; setting, bentuk pesan, partisipan dan isi pesan. Komponen-komponen tersebut secara kausal menjadi faktor utama dalam terbentuknya suatu

21

Onong Uchayana Effendy, Dinamika Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. 1993 hal. 33

peristiwa komunikasi. Karena bagaimanapun juga setiap kegiatan komunikasi pasti ada sesuatu yang hendak disampaikan berupa pesan, adanya ketersediaan waktu, dan adanya pelaku komunikasi. Tanpa komponen-komponen tersebut maka tidak akan terjadi peristiwa komunikasi.

Untuk mengetahui pola komunikasi di dalam perayaan upacara Seren Taun, hal yang harus diperhatikan adalah memahami terlebih dahulu bentuk dan isi pesannya, karena kegiatan komunikasi di dalam perayaan upacara Seren Taun sangat berbeda dengan kegiatan komunikasi sehari-hari.

Kegiatan komunikasi dalam perayaan upacara Seren Taun lebih banyak menggunakan komunikasi non verbal. Adapun pesan verbal yang digunakan baik lisan maupun tulisan masih bersifat abstrak, artinya pesan yang disampaikan lebih barsifat konotatif atau belum menunjukkan makna sebenarnya secara langsung, misalnya saja angka bilangan pada tanggal 22 rayagung. Angka tersebut tidak semata-mata untuk menunjukkan waktu ataupun jumlah bilangan, tetapi ada makna yang lebih luas dibalik angka tersebut.

Dari pemahaman di atas, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengkategorian dan mendefinisikan simbol-simbol, makna dan isi pesan dari hasil temuan dalam penelitian tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pesan dalam bentuk simbol-simbol

Umumnya, interaksi dalam kegiatan sehari-hari kita lebih banyak menggunakan komunikasi secara verbal baik dengan

menggunakan bahasa lisan ataupun tulisan, sehingga lebih mudah dimengerti, lain halnya ketika kita dihadapkan pada peristiwa komunikasi yang lebih banyak menggunakan bahasa isyarat ataupun bahasa simbolik, kita tidak bisa langsung mengerti maksud apa yang ada di dalamnya tersebut.

Di dalam perayaan upacara Seren Taun peneliti melihat bahwa pesan-pesan yang dikomunikasikan melalui berbagai prosesi lebih banyak menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan suatu maksud, misalnya saja padi dan hasil penen lainnya yang harus ditata sedemikian rupa dan semenarik mungkin. Padi dan hasil panen dapat diartikan sebagai sumber kehidupan dimana manusia senantiasa memerlukan makan untuk bisa bertahan hidup. Kemudian, kenapa harus ditata semenarik mungkin? Selain karena untuk keperluan estetika, juga dimaksudkan sebagai suatu bentuk persembahan kepada Tuhan yang harus ditata selayak dan seindah mungkin sebagai ujud

penghormatan kepada sang pencipta.22

Selain simbol berupa padi dan hasil bumi atau hasil panen, masyarakat sunda juga identik dengan atribut pakaiannya seperti ikat kepala. Ikat kepala mengandung arti bahwa pikiran dan perbuatan harus senantiasa selaras dan seimbang, dalam artian ini pemikiran harus diikat agar tidak menyimpang ke hal-hal negatif.

22

Kemudian kita bisa melihat pada sisi bangunan Paseban Tri Panca Tunggal dimana pada sebuah ruangan yang dinamakan pendopo terdapat sebuah relief berbentuk menyerupai burung garuda di atas sebuah lingkaran yang diapit oleh dua ekor naga. Relief tersebut dinamakan Purwa Wisada, purwa artinya adalah awal atau permulaan dan wisada mengandung arti cipta dan karsa sebagai ketentuan hukum

adikodrati.23

Relief Purwa Wisada bermaksud untuk menggambarkan bahwa manusia diciptakan dalam pagelaran hidup ini (dunia) tidak sekedar untuk hidup, tetapi dengan akal budinya harus mampu meningkatkan peradaban dalam mengolah-sempurnakan serta memanfaatkan cipta karsa Gusti yang dalam relief digambarkan dalam burung garuda diatas lingakaran.

23

Gambar 4.2.3.(1). PURWA WISADA

Sumber: Foto diambil di gedung Paseban Tri Panca Tunggal pada tanggal 23/03/2016

Keterangan:

Lingkaran yang didukung oleh dua ekor naga dan lukisan tiga buah lengkungan yang diatasnya terdapat lima garis yang merupakan nyala api, adalah menggambarkan bahwa dalam kehidupan ini segala gerak langkah perbuatan bertitik tolak dan terpancarkan dari tiga unsur yaitu sir, rasa, dan pikir yang kemudian pancarannya itu menyalur kepada panca indera yang tidak lepas dari adanya pengaruh-pengaruh dari lima unsur nafsu yang berasal dari sifat tanah, air, angin dan api disamping sifat

manusianya itu sendiri.24

2. Pesan dalam bentuk bahasa

Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan yang sangat menentukan di dalam suatu pergaulan sosial dimana bahasa berfungsi

24

sebagai alat komunikasi atau alat untuk menyampaikan ide, pikiran, maksud atau tujuan, dan juga sebagai alat interaksi yag menghubungkan antara manusia yang satu dengan manusia lainnya.

Upacara Seren Taun sebagai upacara syukuran masyarakat sunda tentu saja melibatkan tata bahasa lokal sebagai bahasa pergaulan masyarakat sunda.

Di dalam bahasa sunda dikenal dengan istilah undak usuk yang artinya sebuah tingkatan dalam penggunaan tata bahasa dilihat dari lawan bicaranya, misalnya saja kata neda, tuang atau dahar. Kata tersebut memiliki makna sama yaitu makan, tetepi penggunaannya berbeda, tergantung kepada siapa kata tersebut ditujukan. Berbicara dengan orang yang lebih tua maka penggunaan kosakatanyapun akan berbeda dengan berbicara kepada teman sejawat, artinya ada semacam undakan atau tingkatan dalam penggunaan bahasa.

Pada kata Seren Taun itu sendiri di definisikan dari kata seren dan taun. Seren yang berarti menyerahkan dan taun yang berarti tahun. Menurut bapak Jati Kusumah, sesepuh dan pimpinan adat sunda Cigugur, makna dari seren taun adalah

“syukuran kepada Yang Maha Kuasa atas keberhasilan panen pertanian tahun ini disertai pemanjatan do'a kepada Yang Maha Kuasa agar hasil tanaman dan hasil panen pertanian yang

akan datang lebih meningkat lagi.”25

3. Pesan dalam bentuk artefak

25

http://www.pikiran-rakyat.com/seni-budaya/2012/11/07/210339/seren-taun-cigugur-turut-mendukung-pelestarian-budaya-sunda 17/06/2016

Ibnu Hamad memilah pesan ke dalam beberapa bentuk seperti teks (berupa tulisan atau gambar), talk (lisan, percakapan), act

(tindakan, gerakan) dan artifact (bangunan, tata letak).26

Pesan dalam bentuk artefak yang digunakan dalam perayaan upacara Seren Taun seperti terlihat pada penggunaan lisung (lesung) dan halu (alu). Lesung dan alu secara pengertiannya adalah alat untuk menumbuk atau mengupas kulit padi.

Dalam perayaan upacara Seren Taun, lesung dan alu bukan semata-mata sebagai alat penumbuk padi, tetapi juga memiliki makna sebagai ungkapan kegembiraan dan kerja sama dalam mengolah hasil panen melalui kegiatan nutu (menumbuk padi).

Selain lesung dan alu ada juga pealatan yang digunakan sebagai bentuk pesan simbolis seperti buyung (wadah, tempat menyimpan air) yang dipergunakan dalam atraksi tari buyung atau juga dalam bentuk bangunan. Bentuk bangunan pada gedung Paseban Tri Panca Tunggal jika dikode ke dalam sebuah bentuk pesan, maka dapat diartikan sebagai bangunan warisan budaya peninggalan sejarah.

Gambar 4.2.3.(2). Kegiatan Nutu atau Menumbuk Padi Sumber:

https://www.facebook.com/groups/334176930320/photos/ Grup facebook “Peduli Seren Taun”

Diakses pada 05/08/2016

Keterangan:

Proses nutu seperti yang ditampilkan pada gambar di atas menunjukkan bahwa lesung dan alu menjadi alat atau media untuk mengikat kebersamaan masyarakat Cigugur dan sikap gotong royong dalam proses penumbukan padi.

4. Pesan dalam bentuk isyarat

Pesan-pesan dalam bentuk isyarat biasanya ditunjukkan dengan melalui gestur atau gerakan tubuh, misalnya saja berupa anggukkan untuk menunjukkan sikap smengerti, atau gelengan kepala yang menunjukkan sikap menolak.

Begitupun dalam perayaan upacara Seren Taun, pesan-pesan berupa isyarat dapat dilihat pada berbagai prosesi kegiatan seperti yang ditampilkan pada acara tari buyung.

Setiap gerakan dalam tari buyung pada dasarnya memiliki makna sendiri-sendiri, seperti gerakan yang ditampilkan oleh si penari saat harus berdiri seimbang di atas kendi sambil meletakkan buyung di atas kepalanya. Gerakkan tersebut mengisyaratkan bahwa dalam kehidupan harus senantiasa seimbang antara pikiran, perkataan dan perbuatan dan juga untuk mengingatkan agar kita senantiasa sadar dimana kaki berpijak dan kepada siapa kita harus menjunjung tinggi rasa syukur serta hormat, yakni kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Gambar. 4.2.3.(2). Tari Buyung Sumber:

https://www.facebook.com/groups/334176930320/photos/ Grup facebook “Peduli Seren Taun”

Keterangan:

Gambar di atas adalah salah satu gerakan yang ada dalam tari buyung dimana posisi penari berdiri di atas kendi sambil menyunggi buyung di atas kepalanya.

Pesan yang hendak ditampilkan melalui kesenian tradisional tari buyung seperti yang tampak pada gambar di atas bukan semata-mata sebagai suatu hiburan, tetapi secara filosofis tari buyung erat kaitannya dengan istilah peibahasa “Dimana kaki berpijak disitu langit dijunjung” yang mengandunga arti bahwa kita harus senantiasa mentaati dan menghormati adat istiadat kebudayaan dimana tempat kita tinggal.

Setelah mengetahui bentuk-bentuk pesan yang ditampilkan melalui berbagai simbol-simbol dan rangkaian-rangkaian acara dalam perayaan upacara Seren Taun, maka dapat diketahui pola-pola komunikasinya sesuai yang telah ditentukan sebagai berikut:

1. Pola komunikasi primer

Pola komunikasi primer merupakan suatu proses penyampaian pikiran atau pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan pesan-pesan verbal atau non verbal. Pesan verbal bisa berupa bahasa lisan atau tulisan, sementara pesan non verbal biasanya berupa bahasa isyarat, simbol-simbol ataupun bahasa tubuh.

Dalam penelitian ini diketahui bahwa proses penyampaian pesan banyak ditampilkan melalui berbagai bentuk kegiatan acara seperti pagelaran seni, ritual-ritual yang menyangkut nilai kereligiusitasan dan berbagai kegiatan lainnya yang menyangkut nilai-nilai moral, serta nilai-nilai-nilai-nilai hubungan sosial budaya.

Tujuan dari ditampilkannya atraksi seni dan bahkan berbagai pameran dalam perayaan upacara Seren Taun bukan semata-mata untuk memeriahkan event tahunan tersebut, tetapi ada pesan-pesan yang hendak disampaikan kepada khalayak. Pada atraksi kesenian tradisional seperti angklung buncis, tari buyung, atau pameran batik dan lain sebagainya bertujuan untuk memperkenalkan atau pada taraf yang lebih jauh adalah untuk mewariskan budaya warisan kepada generasi selanjutnya.

Gambar. 4.2.3.(3). Batik Tulis

Sumber: Foto diambil di gedung Paseban Tri Panca Tunggal pada tanggal 23/03/2016

Keterangan:

Gambar di atas merupakan salah satu bentuk pesan yang hendak dikomunikasikan kepada khalayak berupa pengenalan batik tulis, batik khas Paseban, Cigugur.

Gambar. 4.2.3.(4). Alat musik tradisional Angklung Sumber: Foto diambil di gedung Paseban Tri Panca Tunggal

pada tanggal 23/03/2016

Keterangan:

Angklung merupakan salah satu alat musik tradisional di Jawa Barat yang terbuat dari bambu yang disusun berbaris sebagai bentuk susunan nada. Secara simbolik, alat musik yang ditampilkan dalam perayaan Seren Taun ini mengandung pesan yang bertujuan untuk memperkenalkan dan melesterikan alat musik tradisional sebagai salah satu warisan budaya.

Pada keterangan gambar di atas, pesan-pesan yang hendak disampaikan dalam rupa simbol-simbol menunjukkan bahwa pada dasarnya manusia dapat memberikan makna pada setiap kejadian, tindakan atau obyek yang berkaitan dengan pikiran, gagasan, dan emosi. Dalam konteks ini dengan melalui simbol-simbol manusia mengembangkan dan mengkomunikasikan pengetahuan, merekam

mengenai dan sikap terhadap kehidupan.27

Demikian dapat dikatakan bahwa hasil temuan terkait pola komunikasi primer yang terdapat dalam perayaan upacara Seren Taun menunjukkan aktivitas komunikasi dengan pesan-pesan yang didistribusikan melalui suatu medium berupa simbol-simbol, gambar ataupun melalui bahasa dan isyarat.

2. Pola komunikasi sekunder

Pola komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang pada media pertama.

Media kedua di sini dimaksudkan untuk menunjukkan peristiwa komunikasi yang membutuhkan perpanjangan media, misalnya karena jarak yang jauh atau target komunikannya yang banyak sehingga penyampaian pesannya membutuhkan media lain

seperti surat, telepon, video ataupun melalui teknologi digital seperti internet, dan lain sebagainya.

Media komunikasi dalam proses penyampaian pesan pada perayaan upacara Seren Taun sebenarnya sudah cukup diinterpretasikan melalui berbagai prosesi yang ditampilkan, lebih spesifiknya dapat dikatakan bahwa acara-acara yang ditampilkan dalam rangkaian event tersebut memiliki peran sebagai media komunikasi secara tradisional atau sebagai media rakyat.

Mengacu pada pola komunikasi sekunder, pemanfaatan media kedua sebagai medium untuk menyampaikan pesan sebenarnya objek apapun dapat dijadikan sebagai media kedua, misalnya saja untuk mengungkapkan perasaan kasih seseorang menggunakan kado sebagai media untuk mengungkapkan perasaanya kepada orang yang dikasihinya. Begitupun pertunjukkan-pertunjukan yang ditampilkan dalam rangkaian acara upacara Seren Taun dapat dikatakan sebagai media kedua.

Seperti yang diungkapkan James Danandjaja mengenai teater rakyat atau folklore.

“Teater rakyat atau folklore berfungsi sebagai pendidikan anggota masyarakat, sebagai penebal rasa kolektiva, sebagai alat yang memungkinkan orang biasa bertindak dengan penuh kekuasaan terhadap orang yang menyeleweng, sebagai alat untuk mengeluarkan protes terhadap ketidak adilan, memberikan kesempatan bagi

seseorang melarikan diri untuk sementara dari kehidupan

nyata yang membosankan kedunia hayalan yang indah.”28

Dari penjelasan James Danandjaja di atas, dapat dikatakan teater rakyat sebagai media komunikasi yang dapat difungsikan untuk menyampaikan pesan seperti propaganda, kampanye-kampanye produk ataupun pesan moral, dan lain sebagainya. Dalam upacara Seren Taun pun demikian, dimana pesan-pesan moral dan nilai-nilai kearifan lokal didistribusikan melalui media pertunjukkan seperti Damar Sewu, Pesta Dadung, Ngajayak, Angklung Buncis, Tari Buyung, Kidung Spiritual, dan bahkan melalui berbagai pameran.

Selain media tradisional berupa pertunjukkan-pertunjukkan yang ditampilkan, menurut bapak Subrata setiap tahunnya untuk mengkomunikasikan kepada masyarakat terkait pelaksanaan upacara Seren Taun, pihak pelaksana selalu mencetak brosur-brosur, buklet, dan bahkan media-media elektronik seperti radio turut menjadi saluran informasi terkait perayaan upacara Seren Taun tersebut.

“Kalau diaharapakan tiap tahunnya juga mencetak brosur, mencetak duplet untuk memperkembangkan, memperkenalkan ke

generasi muda dan ke semua yg ingin tahu.”29

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 28-59)

Dokumen terkait