• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

3. Konsep diri

3.4. Komponen konsep diri

Konsep diri terdiri dari lima komponen yaitu gambaran diri atau citra tubuh (body image), ideal diri (self ideal), harga diri (self esteem), penampilan peran (role performance), dan identitas personal (personal identity) (Stuart & Laraia, 2001; Potter & Perry, 1997/2005).

3.4.1. Gambaran Diri (Body Image)

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar, sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi, penampilan, potensi tubuh saat ini dan masa lalu secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman yang baru (Stuart & Laraia, 2001).

Gambaran diri (citra tubuh) berhubungan erat dengan kepribadian, cara individu memandang diri mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya. Pandangan yang realistik terhadap gambaran diri seperti menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberikan rasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Stuart & Laraia, 2001). Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan mantap terhadap realisasi yang akan memacu di dalam kehidupan (Keliat, 2000).

Faktor-faktor yang mempengaruhi gambaran diri adalah perubahan penampilan tubuh, struktur, atau fungsi bagian tubuh, perubahan fungsi karena penyakit kronis yang dapat merubah sistem

tubuh, perubahan hormonal dan perkembangan fisik, efek pengobatan dan terapi yang menyebabkan perubahan pada penampilan (Potter & Perry, 1997/2005).

Pada lansia gambaran diri biasanya dipengaruhi oleh perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampilan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya. Perubahan fisik boleh jadi tidak sesuai dengan citra diri ideal seseorang, begitu juga dengan lansia, perubahan fisik yang terjadi akibat proses penuaan dapat merubah persepsi lansia terhadap tubuhnya. Lansia sering mengatakan mereka tidak berbeda tetapi ketika mereka melihat diri mereka dicermin, mereka terkejut dengan kulit yang keriput dan rambut yang memutih (Potter & Perry, 1997/2005). .

Proses normal penuaan menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan yang mempengaruhi lansia dalam berinteraksi dengan lingkungan. Kehilangan pendengaran dapat menyebabkan perubahan kepribadian karena lansia sadar bahwa mereka tidak lagi menyadari semua yang terjadi atau yang diucapkan, sehingga menimbulkan kecurigaan, mudah tersinggung, tidak sabar, atau menarik diri. Penurunan dan perubahan ketajaman penglihatan, pendengaran, dan mobilitas dapat mempengaruhi citra tubuh lansia (Potter & Perry, 1997/2005). Citra diri akan tumbuh secara positif dan akurat bila kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang

sesuai akan kesehatan diri, termasuk persepsi saat ini dan masa lalu (Tarwoto & Wartonah, 2010).

3.4.2.Ideal Diri (Self Ideal)

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana harus berperilaku sesuai dengan standar pribadi, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga, budaya) dan kepada seseorang yang ia ingin lakukan (Stuart & Laraia, 2001).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada batas kemampuannya, faktor budaya, ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas dan harga diri. Ideal diri berkembang mulai masa kanak-kanak hingga lanjut usia. Pada usia lanjut ideal diri dipengaruhi oleh berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran serta tanggung jawab (Stuart & Laraia, 2001).

Semua faktor diatas mempengaruhi individu dalam menetapkan ideal diri. Ideal diri bisa bersifat realistis, bisa juga tidak. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan keseimbangan mental. Ideal diri hendaknya tidak ditetapkan terlalu tinggi, tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan, agar dapat menjadi pendorong dan dapat dicapai. Ideal diri yang terlalu tinggi justru dapat menyebabkan harga diri rendah

Individu yang mempunyai ideal diri realistis akan mempunyai tujuan hidup yang dapat dicapai (Stuart & Laraia, 2001).

3.4.3. Harga diri (Self Esteem)

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa sejauh mana perilaku memenuhi ideal diri. Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau tinggi. Jika individu selalu sukses maka cenderung harga dirinya akan tinggi dan jika mengalami gagal cenderung harga diri menjadi rendah (Stuart & Laraia, 2001).

Faktor yang mempengaruhi harga diri ialah ideal diri, individu yang hampir memenuhi ideal diri mempunyai harga diri yang tinggi, sedangkan individu yang mempunyai variasi luas terhadap ideal diri dan susah untuk dicapai akan menyebabkan harga diri rendah, evaluasi diri pribadi maupun orang lain mempengaruhi harga diri individu, harga diri juga dipengaruhi sejumlah kontrol yang mereka miliki terhadap tujuan dan keberhasilan hidup (Potter & Perry, 1997/2005).

Pada lansia masalah harga diri dipengaruhi oleh karena adanya tantangan baru sehubungan dengan pensiun, ketidakmampuan fisik, berpisah dari anak, dan kehilangan pasangan. Akibat dari penuaan terhadap harga diri juga disebabkan oleh perubahan status di lingkungan sosial. Menjadi tua di lingkungan sosial yang lebih mengahargai remaja sering menyebabkan merendahnya status lansia, stereotip negatif dan

stigma terhadap lansia menyebabkan rendahnya harga diri lansia (Stuart & Laraia, 2001).

Harga diri ini dapat menjadi rendah saat seseorang kehilangan kasih sayang atau cinta kasih dari orang lain, kehilangan penghargaan dari orang lain. Beberapa perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah adalah malu terhadap diri sendiri, mengkritik diri sendiri, merasa tidak berguna, merasa tidak mampu (penolakan terhadap kemampuan personal), merasa bersalah, mudah tersinggung/marah, gangguan hubungan sosial seperti menarik diri dari interaksi sosial, percaya diri kurang, dan pandangan hidup yang pesimis (Stuart & Sundeen, 1991).

Individu dengan harga diri yang tinggi merasa layak untuk dihormati dan meninggikan harkat dan martabatnya, percaya pada nilai diri sendiri, dan pendekatan hidup dengan ketegasan dan semangat (Stuart & Laraia, 2001).

3.4.4. Penampilan Peran (Role Performance)

Peran adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial. Peran dibagi menjadi 2 tipe, pertama adalah peran yang telah ditetapkan dan individu tidak memiliki pilihan, contohnya meliputi usia dan jenis kelamin. Kedua adalah peran yang dipilih oleh individu, contohnya termasuk pekerjaan dan peran di dalam keluarga (Stuart & Laraia, 2001).

Sepanjang hidup orang menjalani berbagai perubahan peran. Lansia mengalami banyak perubahan peran yang tejadi, mulai dari perubahan peran dalam pekerjaan, peran dalam keluarga dan sebagainya (Potter & Perry, 1997/2005). Lansia mengalami perubahan peran karena lansia sering dianggap tidak berguna lagi, tidak dapat bersaing dengan orang-orang yang lebih muda dalam berbagai bidang tertentu karena mengalami perubahan efisiensi kekuatan, kecepatan dan kemenarikan bentuk fisik. Semakin lanjut usia, mereka akan mengalami kemunduran teutama dibidang kemampuan fisik, yang dapat menyebabkan penurunan peran sosial (Nugroho, 2008).

Posisi masyarakat dapat merupakan stressor terhadap peran karena struktur sosial yang meimbulkan kesukaran, atau tuntutan posisi yang tidak mungkin dilaksanakan. Setiap individu memiliki lebih dari satu peran yang memungkinkan untuk mengalami stress peran. Stress peran terdiri dari konflik peran, peran yang tidak jelas, peran yang tidak sesuai, dan peran yang terlalu banyak. Perilaku individu dengan gangguan peran menunjukkan ketidakpuasan terhadap peran yang dilakukannya, mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran, kegagalan menjalankan peran yang baru, ketegangan menjalankan peran yang baru (Potter & Perry, 1997/2005).

Stuart dan Laraia (2001) menambahkan perilaku yang timbul pada individu yang puas akan penampilan perannya akan dapat berhubungan dengan orang lain secara intim dan mendapatkan/

merasakan kepuasan, dapat mempercayai orang lain dan membina hubungan interdependen, lebih meningkatkan perasaan berharga, mempunyai ambisi, semangat yang kuat dan ingin terus meningkatkan kualitas dalam peran yang sedang dilakukan.

3.4.5.Identitas Diri

Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu dari observasi dan penilaian terhadap dirinya, menyadari bahwa dirinya berbeda dengan orang lain. Pengertian identitas adalah organisasi, sintesa dari semua gambaran utuh dirinya, tidak dipengaruhi oleh pencapaian tujuan, atribut atau jabatan dan peran (Stuart & Laraia, 2001). Identitas diri biasanya berupa karakteristik-karakteristik yang membedakan seseorang dengan yang lain meliputi nama, jenis kelamin, umur, ras, suku, budaya, pekerjaan atau peran (Kozier, et al., 2004).

Identitas seperti halnya citra tubuh sangat berkaitan erat dengan penampilan dan kemampuan. Pada lansia, pensiun atau meninggalkan pekerjaan mungkin berarti kehilangan makna penting dari pencapaian dan keberhasilan yang berlanjut. Ketidakmampuan lansia untuk memenuhi kebutuhan dirinya sering membuat lansia mempertanyakan tentang identitas mereka dan pencapaian mereka dan dapat mengakibatkan isolasi fisik dan emosional (Potter & Perry, 1997/2005).

Stuart dan Sundeen (1991) menyebutkan individu dengan identitas yang positif (jelas) adalah mengenal dirinya sebagai organism

yang utuh, terpisah dari orang lain, dan menyadari keunikan masing-masing, tetap bangga menjadi diri sendiri, individu mengenali dan menyadari jenis kelaminnya, individu tetap berkarya, menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian lingkungan sosialnya, individu menghargai, mengakui, dan tetap percaya diri terhadap berbagai aspek tentang dirinya, peran, nilai, dan perilaku secara harmonis.

Kebingungan identitas terjadi ketika individu tidak mempertahankan identitas personal yang jelas. Kebingungan identitas dapat terjadi kapan saja dalam kehidupan jika individu tidak mampu mengadaptasi stressor identitas (Potter & Perry, 1997/2005).

Dokumen terkait