• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

2) Komponen Struktur dan Muatan KTSP

a) Pada sub komponen mata pelajaran

Untuk item ke empat, 14 % guru mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi mata pelajaran dan materi pokok pembelajaran di kelas dikarenakan guru sulit mengatur alokasi waktu pembelajaran (jumlah jam mapel) khususnya mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Disamping karena materinya terlalu banyak dan susah, guru juga melihat tingkat intelektua l

50

siswa yang heterogen dan ada kesenjangan yang cukup mencolok diantara peserta didik.

Sejumlah 86 % guru yang tidak mengalami kesulitan menjawab bahwa guru sudah memanfaatkan 4 jam tambahan seperti yang tertera dalam pengembangan struktur kurikulum, untuk menambah jam pembelajaran pada mata pelajaran tertentu yang sudah mereka susun dalam silabus. Selain itu beberapa guru sudah menguasai materi pokok pembelajaran, dan guru tidak mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi pembelajaran di kelas karena guru dapat mengajarkan siswa menemukan materi tersebut dalam kehidupan di masyarakat.

b) Pada sub komponen pengembangan diri

Untuk item kelima, 61 % guru mengalami kesulitan dalam membimbing pelaksanaan kegiatan pengembangan diri siswa yang sesuai kebutuhan, kemampuan, bakat, minat peserta didik dan kondisi sekolah, dikarenakan siswa-siswi terdiri atas latar belakang yang berbeda-beda dan kemampuan mereka beranekaragam, sehingga guru sendiri sulit mengenali kemampuan ataupun kemauan peranak, terlebih adanya fasilitas yang kurang mendukung dan melihat kondisi sekolah yang tidak mampu mengakomodir semua keinginan anak. Selain itu guru juga

mengalami kesulitan karena melihat bahwa kebanyakan siswa kurang menyadari dirinya sebagai pelajar yang harus belajar.

Sejumlah 39 % guru yang tidak mengalami kesulitan mengutarakan alasannya bahwa guru menguasai kemampuan siswa didik, jadi tahu harus bagaimana menyingkapinya dan interaksi antara guru dengan siswa terjalin dengan baik sehingga guru dapat dengan mudah menganalisa potensi siswa dan memberikan bimbingan yang sesuai.

c) Pada sub komponen pengaturan beban belajar

Untuk item keenam, 55 % guru mengalami kesulitan dala m melaksanakan beban belajar dalam pembelajaran di kelas yang telah diatur sekolah, dikarenakan materi yang diajarkan terlalu banyak sehingga guru kesulitan dalam mengalokasikan waktu, dan ada juga materi yang alokasi waktunya masih kurang yang disebabkan ada hari atau pertemuan libur sehingga menuntut siswa untuk memahami materi / bahan yang diajarkan. Selain itu, guru mengalami kesulitan karena terkadang tidak sesuai dengan rencana, sifat sangat kondisional, dan input siswa kurang secara akademik.

Sejumlah 45 % guru yang tidak mengalami kesulitan mengutarakan alasannya bahwa dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) guru diberi kewenangan untuk mengatur

52

beban belajar yang akan diterapkannya dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), dan guru berpedoman pada perangkat pembelajaran / silabus sehingga semua lebih mudah diatasi. Beberapa guru juga menjawab bahwa sekolah mereka memperhitungkan sesuai dengan porsi atau prioritas program dan dengan penambahan jam pembelajaran.

d) Pada sub komponen kriteria ketuntasan belajar

Untuk item yang ketujuh, 52 % guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan indikator ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran yaitu dalam hal menentukan Standar Kriteria Ketuntasan Minimal (SKKM) dan waktu / proses pelaksanaan penilaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Beberapa guru mengutarakan alasannya bahwa input siswa yang rendah membuat guru sulit untuk menentukan standar kriteria ketuntasan minimal yang sama dengan sekolah lain, alasan lain yang diutarakan guru adalah karena ada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dibuat guru ada juga Ujian Akhir Nasional (UAN) sehingga guru kadang merasa nilai yang dibuat kurang berarti dibanding nilai Ujian Akhir Nasional (UAN) sebagai penentu lulusan. Kurangnya buku referensi / paket bagi siswa dan untuk materi yang memerlukan logika dan perhitungan juga merupakan alasan guru

mengalami kesulitan dalam melaksanakan indikator ketuntasan minimal.

Sejumlah 48 % guru yang tidak mengalami kesulitan mengutarakan alasannya bahwa Kriteria Katuntasan Minimal (KKM) ditentukan sendiri dengan melihat potensi yang ada (kemampuan dan menyesuaikan kondisi siswa) serta indikator yang dibuat diawal mata pelajaran sudah diinformasikan ke siswa, dan hal lain untuk mengatasinya yaitu dengan kiat-kiat tersendiri seperti memberikan remidi.

e) Pada sub komponen kenaikan kelas dan kelulusan

Untuk item yang kedelapan, 14 % guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan indikator dan mekanisme kenaikan kelas yang telah disusun oleh sekolah berdasarkan panduan kenaikan kelas, yaitu dalam hal siswa dipaksakan untuk naik kelas dengan pemberian nilai tambahan padahal kognitif siswa sebenarnya rendah.

Sejumlah 86 % guru yang tidak mengalami kesulitan memberikan alasan bahwa indikator kenaikan kelas jelas dan terdapat aturan-aturan yang jelas, guru juga bekerja sesuai alasan dan mekanismenya yang berlaku, dan guru tidak mengalami kesulitan dan menggangap lebih mudah sebab ada remidi.

54

Untuk item yang kesembilan, 20 % guru mengalami kesulitan dalam menerapkan strategi penanganan siswa yang tidak naik atau tidak lulus yang diberlakukan oleh sekolah, dikarenakan guru melihat motivasi siswa yang tidak naik kelas maupun yang tidak lulus biasanya rendah, apalagi siswa yang tidak lulus diterima di PTS sehingga double sekolah dan kuliah, dan siswa yang tidak naik kelas biasanya sering tidak masuk atau tidak ikut pelajaran di sekolah, siswa juga tidak mampu menangkap kognitif-psikologis-afektif yang diharapkan sehingga gurupun sulit untuk menangani siswa tersebut karena siswa tidak memiliki beban atas kegagalannya.

Sejumlah 80 % guru yang tidak mengalami kesulitan mengutarakan alasannya bahwa anak yang tidak naik kelas dibimbing sesuai dengan kemampuannya / diberi remidi sampai tuntas, selain itu siswa yang tidak naik kelas / tidak lulus mengulang semua kompetensi yang ada pada jenjangnya dan mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sama seperti siswa lain pada jenjang yang sama (tidak ada perlakuan khusus). Kemudian guru bersama BP dan kepala sekolah juga menyadarkan peserta didik akan sebab-sebab yang membuat peserta didik gagal dan sekolah juga memberikan pengertian kepada orang tua melalui surat dan tatap muka.

f) Pada sub komponen penjurusan di SMA

Untuk item yang kesepuluh, 25 % guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan penelusuran bakat, minat dan prestasi siswanya dikarenakan guru melihat kemampuan siswa rata-rata sama di setiap mata pelajaran, siswa sendiri juga kadang tidak menonjol dalam bidang apapun (nilai semua kurang), dan siswa kurang bisa memunculkan bakat minat yang mereka miliki sehingga guru sulit untuk membedakan bakat dan minat mereka. Selain itu guru juga mengungkapkan siswa yang masuk jurusan IPS maupun IPA belum tentu menguasai dan menyukai pelajaran-pelajaran pada jurusan tersebut, kadang ada juga orang tua siswa yang bersih keras anaknya masuk ke IPA padahal anaknya berminat masuk ke IPS sehingga guru mengalami kesulitan dalam menelusuri bakat, minat dan prestasi siswa.

Sejumlah 75 % guru yang tidak mengalami kesulitan mengutarakan alasannya yaitu sekolah sudah punya prosedur yang jelas mengenai panduan penjurusan, karena sebelum penjurusan selain berdasarkan nilai juga menyebarkan angket penjurusan ke siswa dan dengan test kecakapan (IQ), jadi menyesuaikan minat / bakat dan kemampuan siswa. Selain itu dengan pendekatan individual atau interaksi yang baik dengan siswa akan membantu memudahkan penelusuran bakat, minat, prestasi siswa. Ada juga

56

yang mengungkapkan alasannya bahwa guru tidak mengalami kesulitan dalam penelusuran bakat, minat, dan prestasi siswa dalam penjurusan di SMA dikarenakan adanya ketentuan yang berlaku dan juga kerjasama dengan lembaga lain, misalnya lembaga pendidikan (lembaga untuk tes bakat minat) seperti Primagama, SSC, dan Neutron dalam penyelenggaraan Try Out.

g) Pada sub komponen pendidikan kecakapan hidup

Untuk item yang kesebelas, 61 % guru mengalami kesulitan dalam menyajikan pendidikan kecakapan hidup (kecakapan personal, sosial, vokasional) secara terintegrasi dengan pelajaran di kelas, dikarenakan guru merasa lebih terbebani pada target lolos Ujian Nasional. Selain itu guru juga mengalami kesulitan karena melihat latar belakang siswa yang berbeda, dan keterampilan anak yang kurang, kemudian keterbatasan alokasi waktu dan sarana prasarana.

Sejumlah 34 % guru tidak mengalami kesulitan dalam menyajikan pendidikan kecakapan hidup (kecakapan personal, sosial, vokasional) secara terintegrasi dengan pelajaran di kelas. Guru yang tidak mengalami kesulitan mengutarakan alasannya yaitu karena peserta didik sangat me mbutuhkan pendampingan, dan banyak materi kecakapan yang bisa dilatih dalam pelajaran yang guru ajarkan seperti penanaman wirausaha (interprenership).

Dokumen terkait