• Tidak ada hasil yang ditemukan

(Ananas comosus (L). Merr.)

Abstrak

Penelitian bertujuan untuk mempelajari korelasi genetik antara karakter morfologi dan karakter komponen buah nenas menggunakan sidik lintas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter kedudukan daun dan daun berduri berasosiasi dengan tebal daging buah. Tinggi tanaman, jumlah daun, dan lebar daun berkorelasi positif dan nyata dengan diameter buah. Diameter buah, tinggi tanaman, diameter tajuk, dan lebar daun berkorelasi positif dan nyata terhadap bobot buah. Hasil analisis lintas menunjukan bahwa tinggi tanaman, diameter tajuk, dan lebar daun mempunyai pengaruh langsung positif terhadap bobot buah. Jumlah daun dan panjang daun mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap bobot buah melalui tinggi tanaman dan diameter tajuk. Duduk daun terbuka dan karakter duri pada daun dapat dijadikan kriteria seleksi untuk perbaikan karakter tebal daging buah. Karakter diameter tajuk, jumlah daun dan panjang daun dapat dipilih sebagai kriteria seleksi untuk perbaikan bobot buah.

Kata kunci : karakter morfologi, karakter kuantitif, korelasi, pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, kriteria seleksi.

Abstract

The objectives of this research were to study the genetic correlation between morphological characters and fruit components characters base on path analysis. The results of the research showed that the foliage attitude and spines leaf associated with flesh thickness. The correlation analysis showed that plant height, leaf number and wide leaf have positively and significantly correlated with fruit diameter. The fruit diameter together plant height, canopy diameter and leaf width have positive and significant correlation with fruit weight. Based on path analysis, plant height, diameter and leaf width have positive direct effect on fruit weight. The result also showed that number of leaves and leaf length have indirect effect on fruit weight. The foliage attitude and spines leaf characters can be used as selection criteria to improve flesh thickness and canopy diameter, while the number of leaf, and length of leaf can be used as selection criteria to improve fruit weigh.

Key words : morphological characters, correlation, path analysis, direct effect, indirect effec, selection criteria.

Pendahuluan

Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi nenas adalah melalui pengembangan varietas berdaya hasil tinggi, berkualitas, serta tahan terhadap hama dan penyakit. Karakter daya hasil merupakan karakter kompleks yang

sangat dipengaruhi oleh karakter pertumbuhan dan karakter komponen hasil. Karakter hasil dan komponen hasil serta karakter pertumbuhan dikendalikan oleh banyak gen yang ekspresinya sangat dipengaruhui oleh faktor lingkungan (Wirnas

et al., 2006). Perakitan varietas berdaya hasil tinggi dapat dilakukan melalui seleksi secara langsung terhadap daya hasil atau tidak langsung melalui beberapa karakter lain yang terkait dengan daya hasil (Falconer dan Mackay, 1996). Seleksi secara tidak langsung atau simultan untuk meningkatkan daya hasil berdasarkan indeks seleksi akan lebih efisien dibandingkan dengan seleksi berdasarkan satu atau kombinasi dari dua karakter saja (Moeljopawiro, 2002).

Agar dapat melakukan seleksi secara simultan maka karakter yang akan digunakan sebagai kriteria seleksi harus dipilih berdasarkan nilai heritabilitas serta keeratan hubungan dengan karakter yang diinginkan. Dengan menggunakan karakter yang terpilih maka dapat disusun suatu indeks seleksi yang efektif (Wricke dan Weber, 1985). Hubungan karakter hasil dengan karakter lain diketahui melalui analisis korelasi dan analisis sidik lintas.

Korelasi antar sifat merupakan fenomena umum yang terjadi pada tanaman. Pengetahuan tentang adanya korelasi antar sifat-sifat tanaman merupakan hal yang sangat berharga dan dapat digunakan sebagai dasar program seleksi agar lebih efisien (Qosim et al., 2000). Menggunakan analisis korelasi tidak cukup menggambarkan hubungan tersebut. Hal ini disebabkan antar komponen-komponen hasil saling berkorelasi dan pengaruh tidak langsung melalui komponen hasil dapat lebih berperan langsung dari pada pengaruh langsung. Dengan analisis lintas (sidik lintas) masalah ini dapat diatasi, karena masing-masing sifat yang dikorelasikan dengan hasil dapat diurai menjadi pengaruh langsung dan tidak langsung (Singh dan Chaudhary, 1979; Gazpersz (1995).

Menurut Mohammadi et al., (2003), dengan menggunakan analisis lintas (path analysis) mampu ditentukan konstribusi relatif, dari komponen tumbuh dan komponen hasil terhadap hasil, baik langsung maupun tidak langsung. Metode ini memecah koefisien korelasi antara masing-masing karakter yang dikorelasikan dengan hasil menjadi dua komponen, yaitu pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung, sehingga hubungan kausal di antara karakter yang dikorelasikan dapat diketahui.

41

41 Analisis lintas dapat digunakan untuk mengetahui adanya komponen pertumbuhan, komponen hasil yang mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap bobot buah, dengan demikian seleksi karakter yang berkaitan dengan bobot buah menjadi lebih efektif. Okut dan Akca (1995) berdasarkan analisis lintas mendapatkan bahwa bobot buah Apricot dipengaruhi oleh panjang buah, permukaan buah, bahan kering, dan bobot biji, keempat peubah ini mampu menjelaskan 0.85 persen variasi bobot buah. Haydar et al., (2007) dalam penelitiannya menguraikan bahwa tinggi tanaman pada saat berbunga dan jumlah bunga merupakan karakter yang paling penting kontribusinya terhadap hasil tomat. Ganefianti (2006) menyatakan bahwa seleksi terhadap gugur buah pada tanaman cabai dapat dilakukan melalui seleksi jumlah cabang dikotom yang sedikit, diameter buah yang kecil, diameter tangkai yang kecil dan buah yang pendek. Hasil peneltian Mursito (2003) didapatkan bahwa karakter berat polong isi pertanaman berpengaruh langsung paling besar terhadap berat biji kering per tanaman. Penelitian yang mempelajari seberapa kuat hubungan antar karakter kuantitatif nenas belum pernah terungkap. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mempelajari hubungan antara karakter pertumbuhan dengan komponen buah dan buah, guna menunjang efektifitas kegiatan seleksi sehingga dapat ditentukan karakter pertumbuhan yang dapat digunakan sebagai kriteria seleksi terhadap bobot buah.

Bahan dan Metode Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2004 sampai Nopember 2006 di Kebun Percobaan Pasir Kuda Pusat Penelitian Buah-buahan Tropika IPB Bogor. Analisis kualitas buah dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen PKBT Kampus IPB Baranangsiang Bogor.

Bahan Tanaman

Materi genetik yang digunakan adalah 26 aksesi koleksi nenas plasma nutfah PKBT IPB terdiri atas 26 aksesi dari jenis Smooth Cayenne dan Queen yang berasal dari beberapa daerah di Jawa, Sumatera dan Kalimantan (Tabel 1).

Metode Penelitian

Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok dengan 26 genotipe nenas sebagai perlakuan dan tiga kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 tanaman nenas, sehingga setiap perlakuan terdapat 15 tanaman nenas.

Peubah yang diamati meliputi karakter morfologi dan karakter agronomi. Karakter morfologi yang diamati meliputi: kedudukan daun, warna daun, kehadiran duri pada daun, distribusi duri, warna duri, kekakuan duri, warna sepal,

warna petal, bentuk permukaan buah, warna buah sebelum matang, warna buah setelah matang, bentuk permukaan mahkota, orientasi daun mahkota, warna daun

mahkota, kehadiran duri pada daun mahkota, orientasi spiral, aroma luar buah, warna daging buah, tekstur daging buah, dan profil mata buah. Standar pengamatan deskripsi morfologi nenas dapat dilihat pada Lampiran 1. Peubah karakter agronomi yang diamati pada penelitian ini meliputi: 3. Komponen vegetatif : tinggi tanaman (cm), diameter tajuk (cm), jumlah daun

lebar daun (cm), panjang daun (cm), jumlah anakan (sucker), tunas dasar buah (slips); dan bobot tanaman (g)

4. Komponen generatif : umur berbunga (hari setelah tanam), umur panen (hari setelah tanam), panjang pedunkulus (cm), diameter pedunkulus (cm), jumlah spiral, diameter buah (cm), panjang buah (cm), diameter empulur (cm), tebal daging buah (cm), bobot mahkota (gram), bobot buah (gram), kedalaman mata (cm), nilai total padatan terlarut buah =TPT(obrix), total asam daging buah (%), dan kadar vitamin C (mg/100 g sampel). Peubah dua terakhir masing-masing diukur menurut Ferdiaz (1986) dan Sudarmadji et al., (1984). Analisis Data

Analisis korelasi antara karakter morfologi dengan karakter agronomi dilakukan dengan terlebih dahulu data morfologi diskoring. Nilai nol (0) jika tidak ada dan nilai satu (1) jika ada pada karakter morfologi. Untuk data komponen buah, digunakan hasil pengamatan kuantitatif. Hasil pengamatan di lapang kemudian dianalisis dengan menggunakan software MINITAB Release 14.

Besarnya koefisien korelasi (rij) antara peubah x dan y dapat dihitung dengan rumus :

43

43 Signikasi koefisien korelasi di atas diuji dengan membandingkan nilai koefisien korelasi (r) hitung dengan nilai r tabel dalam taraf nyata (Gomez dan Gomez, 1995).

Analisis lintas berdasarkan persamaan simultan digunakan rumus sebagai berikut (Singh dan Chaudhary 1979):

1 21 11 ... ... p r r r 2 22 12 ... ... p r r r ... ... ... ... ... pp p p r r r ... ... 2 1 p C C C ... ... 2 1 = py y y r r r ... ... 2 1 Rx Ci Ry

Berdasarkan persamaan di atas, nilai Ci (pengaruh langsung) dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Gaspersz 1995):

Ci = Rx−1 Ry

dimana: Rx = matriks korelasi antar peubah bebas; −1

x

R = Invers matriksRx

Ci = vektor koefisien lintasan yang menunjukkan pengaruh langsung setiap peubah bebas yang telah dibakukan terhadap peubah tak bebas;

y

R = vektor koefisien korelasi antara peubah bebas Xi (i=1,2, ….p) dengan peubah tak bebas Y

Menurut Hutagalung (1998), koefisien lintas yang kurang dari 0.05 dapat diabaikan. Apabila nilai korelasi antara faktor penyebab dan akibat hampir sama besarnya dengan pengaruh langsungnya (perbedaannya tidak lebih dari 0.05) maka koefisien tersebut menjelaskan hubungan yang sebenarnya dan seleksi tak langsung terhadap variabel tersebut akan sangat efektif.

Penentuan karakter-karakter yang dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi tak langsung yang efektif dapat dilihat dari besarnya pengaruh langsung terhadap hasil (Ci), korelasi antara karakter dengan hasil (rih ) dan selisih antara korelasi antar karakter dan hasil dengan pengaruh langsung karakter tersebut terhadap hasil (rih-Ci) < 0.05. Jika ketiga hal tersebut dipenuhi, maka karakter tersebut sangat efektif sebagai kriteria seleksi untuk menduga hasil. Pengolahan dan

analisis data menggunakan bantuan software SPSS 12 (Santosa dan Ashari, 2005; Sarwono, 2007).

Analisis respon terkorelasi dilakukan digunakan rumus (Roy, 2000) sebagai berikut : y x y x xy y y h h i i r R CR =

Keterangan : CRy = Respon terkorelasi Ry = Respon seleksi

rxy = koefisien korelasi antara peubah x dan y

ix = intensitas seleksi peubah x

iy = intensitas seleksi peubah y hx = heritabilitas peubah x

hy = heritabilitas peubah y

Kriteria nisbah respon terkorelasi dengan respon seleksi (CRy/Ry), yaitu jika nisbah CRy/Ry lebih besar dari 1 (CRy/Ry > 1), seleksi tidak langsung terhadap peubah Y akan lebih menguntungkan dan jika nisbah CRy/Ry < 1 seleksi langsung terhadap peubah Y lebih baik.

Hasil dan Pembahasan

Pada tanaman nenas panjang buah, diameter buah, bobot buah, total padatan terlarut dan kandungan asam merupakan karakter-karakter yang menjadi standar perdagangan nenas baik untuk konsumsi segar maupun sebagai buah olahan (Thakur et al. 1980 dalam Soedibyo, 1992, Py et al., 1987). Karakter komponen buah di atas merupakan karakter kuantitatif yang dikendalikan banyak gen. Oleh karena itu pada seleksi yang ditujukan untuk perbaikan karakter tersebut perlu mempertimbangkan karakter-karakter lain. Dalam menentukan karakter-karakter yang ada kaitannya dengan karakter utama diperlukan informasi tentang korelasi antar karakter morfologi dengan karakter komponen buah.

Nilai koefisien korelasi yang menunjukkan hubungan antar karakter kualitatif dengan karakter komponen buah disajikan pada Tabel 5.

45

45 Tabel 5. Koefisien korelasi antara karakter kualitatif (KK) dengan karakter

komponen buah. KK

Karakter Buah

PPE DPE JSP DBB PBB TDB DEM KDM KTA KVC TPT BBB

K2_1 -0.46** -0.39* - - - - - - - - - - K2_2 - - - - - - - - - -0.39** - - K3_1 - - - 0.32* 0.32* 0.37** - - - - - - K4_1 - - 0.33* - - - - 0.42** 0.39* - -0.32* - K4_3 - -0.54** - -0.32* - - - - - - - -0.32* K4_5 - - - 0.41** 0.36* 0.45** 0.37* - - - - - K5_3 - - -0.38* - - - - - - - - - K5_4 - - - - - - - - - 0.41** - - K6_1 - - - 0.39* - 0.39* - - - - - - K6_2 - -0.36* - -0.41** -0.43** - - - - - - - K7_2 - - - - - - - - -0.42** - - -

Keterangan : K2_1= warna daun hijau, K2_2= warna daun hijau bercorak kuning, K3_1= warna daun hijau bercorak merah, K4_1= duri daun terletak sebelum ujung dan dekat pangkal, K4_3= duri diseluruh tepi daun, K4_5= tidak berduri, K5_3=warna duri kemerah-merahan, K5_4=warna duri keungu-unguan, K6_1= duri lemah, K6_2= duri agak kaku, K7_1= warna tangkai hijau, K7_2=warna peduncle hijau bercorak merah, PPE=panjang peduncle, DPE=diameter peduncle, JSP=jumlah spiral, DBB=diameter buah, PBB=panjang buah, TDB=tebal daging buah, DEM=diameter empulur, KDM=Kedalaman mata, KTA=kandungan total asam, KVC=Kandungan vitamin C, TPT=total padatan terlarut dan BBB=bobot buah

Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa karakter warna daun hijau (K2_1) berkorelasi negatif dan sangat nyata (r= -0.46) dengan panjang peduncle

(PPE) dan berkorelasi negatif dan nyata (r= -0.39) dengan kandungan vitamin C. Karakter warna daun hijau bercorak merah (K3_1) berkorelasi positif dan nyata dengan diameter buah (DBB) dan panjang buah (PBB) serta berkorelasi positif dan sangat nyata dengan tebal daging buah (TDB), dengan koefisien korelasi masing-masing 0.32, 0.32, dan 0.37. Karakter duri terletak sebelum ujung dan pangkal daun (K4_1) berkorelasi positif nyata dengan jumlah spiral (JSP), kedalaman mata buah (KDM) dan total asam (KAS) serta berkorelasi negatif dengan total padatan terlarut (TPT) masing-masing dengan nilai koefisien korelasi 0.33, 0.42, 0.39 dan -0.32. Karakter duri diseluruh tepi daun (K4_3) berkorelasi positif sangat nyata (r=0.54) dengan diameter peduncle (DPE). Karakter daun tidak berduri (K4_5) berkorelasi positif sangat nyata dengan diameter buah (DBH) dan tebal daging buah (TDB) dengan nilai koefisien korelasi masing-masing 0.41 dan 0.45. Karakter warna duri keungu-unguan (K5_4) berkorelasi positif (r=0.41) dengan kandungan vitamin C (KVC). Karakter duri agak kaku (K6_2) berkorelasi negatif sangat nyata dengan diameter buah (DBB) dan panjang

buah (PBB). Karakter warna peduncle hijau bercorak merah (K7_2) berkorelasi negatif sangat nyata (r=-0.42) dengan kandungan asam (KA). Adanya korelasi antara karakter kualitatif dengan karakter komponen buah dan kualitas buah memberikan peluang digunakan karakter kualitatif sebagai kriteria seleksi untuk mendapatkan karakter komponen buah dan kualitas buah yang dipersyaratkan.

Nilai koefisien korelasi yang menunjukkan keeratan hubungan antar karakter kuantitatif pertumbuhan dengan karakter komponen buah dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa tinggi tanaman, diameter tajuk, dan lebar daun berkorelasi positif dan nyata dengan bobot buah dengan nilai koefisien korelasi masing-masing 0.34, 0.28 dan 0.35, Karakter tinggi tanaman dan lebar daun juga berkorelasi positif dan nyata dengan diameter buah dengan nilai koefisien korelasi masing-masing 0.33 dan 0.29. Karakter pertumbuhan yang berkorelasi positif nyata (r=0.28) dengan kandungan total asam adalah jumlah slipss. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa karakter kuantitatif pertumbuhan dapat dijadikan kriteria seleksi tidak langsung untuk perbaikan karakter komponen buah. Coppens dan Leal (2003), menjelaskan peningkatan bobot buah dari A. comosus var. comosus adalah implikasi dari meningkatnya ukuran dari organ lain, yaitu lebar daun, dan panjang kecilnya pedunkulus.

Karakter panjang daun dan lebar daun berkorelasi negatif nyata (r=-0.30 dan r=-0.30) dengan TPT. Ini menunjukkan bahwa pemilihan tanaman nenas yang memiliki TPT tinggi perlu memperhatikan karakter panjang daun dan lebar daun.

Sebelum dilakukan analisis lintas (sidik lintas) terlebih dahulu dilakukan analisis korelasi untuk menentukan karakter yang dapat dijadikan peubah bebas. Sehingga analisis lintas dapat dilakukan lebih efisien.

Dalam analisis korelasi diasumsikan bahwa selain kedua karakter yang dipasangkan, yang lain dianggap konstan. Asumsi ini jelas kurang berlaku bagi makhluk hidup, karena pada makhluk hidup terjadi berbagai proses yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Demikian juga dengan menggunakan analisis korelasi tidak dapat digunakan untuk menggambarkan besarnya sumbangan dari suatu peubah terhadap peubah yang lain. Dengan analisis lintasan (sidik lintas) masalah ini dapat diatasi, karena masing-masing sifat yang

47

47 dikorelasikan dengan hasil dapat diurai menjadi pengaruh langsung dan tidak langsung. Menurut Mursito (2003) karena banyaknya peubah yang harus dipertimbangkan dalam matriks korelasi, maka kriteria seleksi tak langsung menjadi kompleks dan kurang menentu.

Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa beberapa karakter kualitatif maupun karakter kuantitatif tidak berkorelasi dengan hasil, namun berkorelasi dengan komponen hasil yang lain. Seperti karakter daun tidak berduri tidak berkorelasi dengan bobot buah, namun berkorelasi dengan diameter buah, panjang buah dan diameter empulur. Ketiga komponen buah ini kemudian berkorelasi dengan bobot buah. Demikian pula karakter kuantitatif, seperti karakter jumlah dan lebar daun tidak berkorelasi dengan bobot buah, namun berkorelasi dengan diameter buah, dimana karakter ini berkorelasi sangat nyata dengan bobot buah. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa selain terdapat pengaruh langsung suatu karakter terhadap karakter lainnya, juga diketahui bahwa terdapat pengaruh tidak langsung melalui karakter lain. Berdasarkan asumsi ini, diperlukan analisis hubungan yang lain, yaitu sidik lintas.

Dengan melakukan analisis lintas maka nilai korelasi antara peubah bebas dan peubah tidak bebas dapat dipisahkan menjadi pengaruh langsung suatu peubah bebas dan pengaruh tidak langsung melalui peubah yang lain (Li, 1956

dalam Wirnas, 2006). Nilai koefisien lintas (C) yang menunjukkan pengaruh langsung dan nilai Z yang menunjukkan pengaruh tidak langsung melalui peubah bebas yang telah dibakukan pada karakter vegetatif nenas plasma nutfah terhadap bobot buah dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. menjelaskan bahwa dengan lima karakter vegetatif (tinggi tanaman=X1, diameter tajuk=X2, jumlah daun=x3, lebar daun=X4, dan panjang daun=X5) hanya mampu menjelaskan ragam bobot buah sebesar 20.9%. Pengaruh karakter-karakter lain yang tidak dimasukkan dalam diagram lintas (pengaruh sisaan) sebesar 79.10%. Dari 10 nilai koefisien korelasi antara lima karakter Xi

ada empat nilai yang nyata, ini memperkuat dugaan bahwa ada kolinearitas antar peubah Xi. Pengaruh langsung yang besar ditunjukkan oleh tinggi tanaman, diameter tajuk, dan lebar daun. Jumlah daun dan panjang daun mempunyai pengaruh langsung yang negatif terhadap bobot buah, tetapi mempunyai

Karakter

Pengaruh langsung

(C)

Pengaruh tidak langsung melalui peubah Pengaruh Total Tinggi tanaman Diameter tajuk Jumlah daun Lebar daun Panjang daun 0.273 0.120 -0.039 0.256 -0.004 Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 - 0.037 -0.022 0.057 -0.001 0.084 - -0.011 0.093 -0.002 0.156 0.032 - 0.063 -0.001 0.061 0.043 -0.010 - -0.001 0.048 0.051 -0.005 0.049 - 0.345 0.285 0.212 0.350 0.140 pengaruh tidak langsung yang besar masing-masing melalui tinggi tanaman dan diameter tajuk, sehingga pengaruh tidak langsungnya perlu dipertimbangkan.

Gambar 3. Hubungan sebab akibat dari karakter bobot buah (Y) dengan (tinggi tanaman(X1), diameter tajuk (X2), jumlah daun(X3), lebar daun (X4), dan panjang daun (X5) serta berbagai karakter lain yang tidak teramati (S=sisaan).

Tabel 6. Pengaruh langsung dan tak langsung komponen agronomi terhadap bobot buah pada 26 aksesi nenas Koleksi PKBT

Peran relatif setiap karakter terhadap bobot buah dapat diukur dari besarnya pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung. Dari Tabel 6 dapat ketahui bahwa diameter tajuk menunjukkan pengaruh langsung dan pengaruh total masing-masing bernilai 0.120 dan 0.285. Begitu juga dengan karakter rata-rata tinggi tanaman masing-masing sebesar 0.273 dan 0.345, sedang pengaruh tidak

49

49 langsungnya bernilai kecil. Berdasarkan pedoman analisis lintas maka seleksi tidak langsung terhadap karakter tersebut akan efektif terhadap seleksi karakter vegetatif lainnya, sebab pengaruh total tersebut menunjukkan hubungan yang sebenarnya. Fenomena yang sama diperoleh dari hasil analisis korelasi sederhana (Lampiran 2).

Pedoman ke dua dalam analisis lintas menyatakan, jika pengaruh totalnya besar namun pengaruh langsungnya negatif atau kecil sekali (diabaikan) maka karakter-karakter yang berperan secara tidak langsung harus dipertimbangkan. Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa karakter jumlah daun dan panjang daun menunjukkan pengaruh total positif, namun pengaruh langsungnya negatif. Tampaknya seleksi untuk peningkatan bobot buah harus selalu mempertimbangkan pengaruh tidak langsung kedua karakter tersebut. Karakter jumlah daun berpengaruh langsung terhadap bobot buah melalui tinggi tanaman, dan karakter panjang daun berpengaruh tidak langsung terhadap bobot buah

melalui diameter tajuk. Hal ini didukung pula dari hasil analisis korelasi (Tabel 2 ) yang menunjukkan bahwa jumlah daun dan panjang daun berkorelasi

nyata dan positif masing-masing dengan tinggi tanaman dan diameter tajuk. Berdasarkan penjelasan di atas, maka kedua karakter tersebut perlu dipertimbangkan secara simultan sebagai kriteria seleksi.

Seleksi terhadap suatu karakter dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung. Seleksi tidak langsung terhadap suatu karakter perlu dilakukan karena seleksi terhadap karakter tersebut lebih mudah dilakukan dan pelaksanaan seleksi lebih awal dapat dilakukan. Persyaratan agar dapat dilakukan seleksi tidak langsung, jika antara karakter terpilih sebagai kriteria seleksi tidak langsung memiliki korelasi kuat dengan karakter hasil.

Untuk mengevaluasi metode seleksi yang tepat (seleksi langsung dan tidak langsung) dapat digunakan nilai nisbah respon terkorelasi. Adanya studi ini memberikan informasi metode seleksi langsung dan tidak langsung yang dapat memberikan hasil yang efektif dalam program pemuliaan tanaman secara praktis.

Hasil analisis nisbah respon terkorelasi dengan respon seleksi pada beberapa pasang karakter kuantitatif dan karakter komponen buah (Tabel 7) menunjukkan bahwa panjang pedunkulus, diameter pedunkulus, panjang buah, jumlah spiral,

Nilai Nisbah Respon Terkorelasi No Karakter Ix=Iy=0.5 Ix=0.50; Iy=0.10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Tinggi tanaman (cm) Diameter tajuk (cm) Jumlah daun Lebar daun (cm) Panjang daun (cm) Jumlah slips Jumlah hapas Jumlah shoots Jumlah suckers

Umur berbunga (hari) Umur panen (hari) Panjang peduncle (cm) Diameter peduncle (cm) Bobot tanaman (kg) Bobot mahkota (kg) Panjang buah (cm) Jumlah spiral Diameter buah (cm) Tebal daging buah (cm) Tebal empulur (cm) TPT (oBrix) Total asam (%) Kadar vitamin C)* 0.17 0.26 0.45 0.31 0.33 0.06 0.07 -0.14 -0.18 -0.10 -0.17 1.64 1.27 0.55 0.36 1.90 1.23 0.76 2.15 0.78 -0.24 0.12 0.92 0.20 0.30 0.52 0.36 0.38 0.07 0.08 -0.17 -0.21 -0.12 -0.20 1.92 1.49 0.65 0.42 2.23 1.44 0.89 2.52 0.91 -0.28 -0.14 1.08

tebal daging buah memiliki nisbah respon terkorelasi dengan respon seleksi lebih dari 1.0, baik intensitas seleksi sama (Ix=Iy=5%). 5% maupun pada intensitas seleksi yang berbeda (Ix=5%; Iy=10%), hanya karakter kadar vitamin C yang memiliki nilai respon terkorelasi lebih dari 1 pada intensitas seleksi yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa seleksi pada karakter panjang pedunkulus, diameter pedunkulus, panjang buah, jumlah spiral, tebal daging buah dan vitamin C akan mengakibatkan peningkatan bobot buah nenas.

Tabel 7. Nilai nisbah respon terkorelasi dan respon seleksi dari beberapa karakter kuantitatif dengan bobot buah pada intensitas seleksi yang berbeda.

)* = mg/100 g sampel

Karakter yang digunakan sebagai kriteria seleksi untuk bobot buah tinggi selain berkorelasi positif dengan bobot buah, juga harus memiliki nilai heritabilitas tinggi sehingga akan dapat dipertahankan jika dilakukan perbanyakan. Dengan demikian perlu dipilih karakter yang mempunyai heritabilitas tinggi. Secara umum karakter jumlah daun dan panjang daun

51

51 memiliki nilai heritabilitas tinggi, sedangkan diameter tajuk dan lebar daun memiliki nilai heritabilitas medium (Tabel 4).

Seleksi secara simultan dengan melibatkan beberapa karakter lebih efisien dibandingkan dengan seleksi yang didasarkan atas satu karakter atau kombinasi dari dua karakter saja (Moeljopawiro, 2002). Beberapa alasan untuk melakukan seleksi secara simultan adalah beberapa karakter yang diseleksi diharapkan mempunyai batas minimal yang persyaratkan. Seperti pada tanaman nenas, untuk keperluan buah olahan diperlukan bobot buah minimal 1000 g dan nilai TPT minimal 16oBrix, untuk kepentingan pemuliaan, maka yang dilakukan adalah seleksi simultan. Seleksi simultan terhadap kedua karakter tersebut lebih menguntungkan. Adanya korelasi positif antar karakter lebih menguntungkan dilakukan seleksi simultan, karena peningkatan karakter yang satu diikuti oleh karakter lainnya. Seleksi simultan juga dapat mengurangi intensitas seleksi, karena jika dilakukan seleksi masing-masing karakter akan menambah intensitas seleksi sehingga persentase tanaman yang diambil untuk masing-masing sifat makin tinggi, akibatnya kurang efektif.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: