Dikenal tiga komponen antigenik utama VHB yaitu ; HBsAG, HBeAg , HBcAg.
HBsAg
HBsAg merupakan komponen antigenik VHB, tetapi tidak infeksius dan tersusun atas protein, karbohidrat dan dua lapis lipid (Vyas dan Blum, 1984; Robinson, 1985). Selubung (envelope) protein tersusun atas tiga macam protein dimana masing-masing protein dapat merangsang terjadinya antibodi spesifi k. Karena itu dikenal tiga macam antigen pada HBsAG yaitu antigen S, antigen pre-S2 dan antigen pre-S1 yang masing-masing terdapat pada mayor atau small protein, middle protein dan large protein (Neurath, et la., 1986). Pemurnian HBsAg menunjukkan bahwa HBsAg ada yang berbentuk bulat, mengandung protein S dan sedikit protein pre-S, sedangkan HBsAg yang berbentuk fi lament sebagian besar terdiri dari S protein. Virion mengandung semua polipeptida HBsAg
Virus Hepatitis B 25
dalam jumlah yang hampir sama. Setelah terjadinya infeksi VHB, maka penderita akan membentuk antibodi yaitu pre S1, anti-pre S2 dan anti-S. Ini menunjukkan bahwa semua antigen HBsAg diekpresikan pada permulaan infeksi.
1. Antigen S
Antigen S merupakan major protein dengan panjang 226 asam amino. Antibodi yang terbentuk terhadap antigen S akan mencegah infeksi VHB. Untuk menghindari respon imun tubuh host, ada kemungkinan VHB mengadakan mutasi sehingga host tidak bisa mengenal antigen VHB dengan akibat terjadinya infeksi menetap VHB. Mutasi selain terjadinya pada regio C juga bisa terjadi pada gene S dan umumnya terjadi pada daerah yang menyandi determinan antigenik “a”. Keadaan ini menyebabkan VHB tidak dikenal oleh sistem imun tubuh host meskipun sudah mempunyai antibodi terhadap antigen S dengan akibat terjadinya infeksi VHB.
2. Antigen pre-S2
Antigen pre-S2 mudah rusak pada pembuatan vaksin plasma, karena enzim protease yang dipergunakan pada proses pembuatannya sangat mempengaruhi stabilitasnya enzim tersebut (Neurath, et al., 1986). Pada pasien dengan viremia berat, antigen pre-S2 merupakan 5-15% dari seluruh HBsAg, sedangkan pada pasien yang tidak mengalami viremia jumlah antigen pre-S2 sedikit. Karena itu diduga antigen pre-2 berperan penting pada viremia (Gerlich et al., 1986). Sedangkan protein pre-S2 merupakan epitop yang imunodominan dan meningkatkan imunogenitas HbsAG (Wong, et al., 1984;
Neurath, 1984< 1986). Di samping itu peptide dengan rangkaian asam amino terminal yang merupakan 50% dari pre-S2 dapat merangsang terbentuknya imunitas protektif (Itoh, et al. 1986; Neurath, et al., 1986). Mulyanto (1992) melaporkan bahwa banyaknya antigen pre S2 dipengaruhi oleh subtipe HBsAG, sehingga mempengaruhi perbedaan imunisitas HBsAg. Dilaporkan bahwa subtipe adr pada donor pengidap HBsAg di Jakarta dan Surabaya mengandung lebih banyak antigen pre-S2 dibandingkan subtipe adw dan ayw.
3. Antigen pre-S1
Antigen pre-S1 terletak pada bagian luar dari HBsAg. Jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan major dan middle protein, yaitu hanya 1% daris eluruh proteinHbsAg baik pada keadaan viremia atau tidak. Antigen pre-S1 diduga menjadi sasaran respon imun tubuh untuk mengeliminasi VHB. Regio S dan pre-S2 pada subtipe panjangnya konstan. Sedangkan region pre-S1 bervariasi. Variasi dari region pre-S1 mungkin sebagai usaha dari VHB menghindari respon imun host (Gerlich, et al., 1986) Pre-S1 diduga berperan mengatur keseimbangan sintesa partikel HbsAg bulat. HBsAg tubuler dan HBsAg selubung virion. Disamping itu diduga mempunyai reseptor yang merupakan tempat menempelnya VHB pada permukaan sel hati.
4. Subtipe HBsAg
HBsAg mempunyai paling sedikit 5 determinan antigenik yaitu group spesifi k determinan “a” yang dimiliki oleh semua HBsAg dan duapasang subtipe spesifi k determinan yaitu “d”,
Virus Hepatitis B 27
“y” dan “w”, “y”, yang satu dengan yang lainnya berdiri sendiri (Le Bouvier, et al., 1972; Bancroft, 1972). Dengan demikian, terdapat empat subtipe utama yaitu adw, adr, ayw dan ayr.
Subtipe ini adalah virus spesifi k dan tetap sama bila VHB ditularkan kepada individu lainnya dan dapat dipakai sebagai petunjuk (marker) penting dari penyebaran infeksi VHB pada populasi dan individu (Robinson, 1991). Semua subtipe HBsAg dapat memicu proteksi silang setelah imunisasi dengan timbulnya antibodi terhadap group spesifi k determinan “a”
(anti-HBs/a-HBS).
HBcAg
HBcAg adalah nukleokapsid protein, tidak terdapat dalam bentuk bebas pada serum pasien sebab core dibungkus oleh HBsAG, HBcAg akan segera dinetralisasi oleh anti-HBc (Decker, 1993).
Antibodi terhadap HBcAg akan muncul setelah HBsAg muncul, tetapi sebelum meningkatnya ALT dan tetap positif dalam serum selama pasien masih sakit dan setelah mengalami penyembuhan (Hoofnagle, et al., 1973). Karena itu maka anti-HBc dapat dipakai sebagai petunjuk epidemiologik adanya infeksi VHB (Decker, 1993). Pada infeksi akut VHB akan muncul IgM antibodi terhadap VHB dan secara bersamaan juga muncul IgG dalam dosis rendah yang akan meningkat setelah terjadi kesembuhan (Decker, 1993).
Sejak tahun 1986 bank darah di USA menambahkan pemeriksaan anti-HBc dan ALT untuk skrining donor dan cara ini sangat menurunkan kemungkinan infeksi VHB melalui transfusi darah (Decker, 1993).
HBeAg
Merupakan protein dimana urutan asam aminonya mirip HBcAg.
Pada infeksi VHB kronik titer HBcAg secara parallel menunjukkan titer DNA-VHB (Decker, 1993). Positifnya HBeAg lebih dari 3 bulan menunjukkan infeksi VHB menjadi kronik. Sebaliknya anti-HBe menunjukkan kearah kesembuhan dan akan menghilang dalam beberapa bulan atau tahun. Fungsi spesifi k dari HBeAg atau hubungannya dengan patogenesa penyakit hati belum jelas.
Okada, et al. (1976) dan Beasley (1977) menyatakan HBeAg berkaitan dengan kemungkinan lebih besar terjadinya penularan VHB vertikal di mana dikatakan perinatal infeksi lebih besar kemungkinan terjadi pada bayi yang lahir dari ibu dengan HBe Ag positif.
HBeAg diduga merangsang imunotoleransi terhadap VHB sendiri. HBeAg menghambat pengeluaran interferon. Kurangnya interferon dapat dilihat pada pengidap kronik VHB, dimana kurangnya interferon akan disertai dengan kurangnya ekspresi molekul MHC dan tidak adanya sel T pada permukaan sel hati (Gerlich dan Heermann, 1991). Adanya mutasi pada region pre-core dari region C pada ORF dari VHB akan menyebabkan kesukaran mengartikan hasil pemeriksaan HBeAg dan anti-HBe (Decker, 1993) yang menyebabkan sukarnya sistem imun tuuh host untuk mengeliminasi VHB, karena adanya toleransi sistem imun dengan akibat terjadinya infeksi kronik VHB atau hepatitis fulminan.