Bab 2 Studi Pustaka
2.2 Sampah Kota
2.2.3 Komposisi dan Karakteristik Sampah Kota Bandung
Sampah yang akan digunakan pada penelitian kali ini merupakan sampah yang berasal dari Kota Bandung. Sampah merupakan komponen heterogen yang terdiri dari beberapa komponen – komponen. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menentukan komposisi samapah kota di Kota Bandung. Penelitian untuk mengetahui komposisi sampah kota di Kota Bandung pernah dilakukan pada tahun 2007. Pada penelitian tersebut, para peneliti melakukan suvei pada 23 TPS yang tersebar di Kota Bandung [1]. Data dari survei tersebut diharapkan dapat mewakili komposisi sampah di Kota Bandung. Berikut data fraksi volume dan fraksi massa komponen – komponen penyusun sampah kota di Kota Bandung.
Gambar 2.3 Komposisi rerata timbulan sampah (%volume) (diadaptasi dari [1])
Gambar 2.4 Komposisi rerata timbulan sampah (%massa) (diadaptasi dari [1]) Komponen – komponen sampah yang terlihat pada gambar 2.3 dan 2.4 ternyata tidak semuanya dapat dimanfaatkan untuk menjadi bahan bakar alternatif. Sampah – sampah tersebut merupakan sampah yang diambil oleh pemulung sehingga tidak tersedia lagi di TPA sehingga sampah yang tersisa di TPA sebesar
44.36 11.32 11.58 3.24 13.06 12.94 2.34 1.83 1.13 1.71 1.28 5.31 Organik Sisa Makanan Kertas Gelas/Botol kaca/Kaca Plastik daur ulang
Plastik bukan daur ulang Logam/Kaleng Tekstil Karet Styrofoam Sisa elektronik Lain - lain 43.91 26.96 13.76 4.97 7.47 9.01 5.95 4.74 2.69 0.65 2.23 13.95 Organik Sisa makanan Kertas Gelas/Botol kaca/Kaca Plastik daur ulang
Plastik bukan daur ulang Logam/Kaleng Tekstil Karet Styrofoam Sisa elektronik Lain-lain
75% dari tota sampah kota yang dihasilkan. Komponen sampah kota yang diambil oleh pemulung, antara lain gelas, logam, dan plastik daur ulang. Komponen sampah yang dapat dimanfaatkan dapat dilihat pada tabel 2.3 dan fraksi massa dari komponen – komponen tersebut dapat dilihat pada gambar 2.5.
Tabel 2.3 Komponen sampah yang dapat dimanfaatkan [ 1]
No Komponen
1 Organik
Daun Ranting Sisa Makanan 2 Plastik bukan daur ulang Plastik kemasan
3 Tekstil Tekstil
4 Karet Styrofoam
Karet sandal
5 Lain - lain Lain - lain
Gambar 2.5 Komposisi sampah yang tidak diambil pemulung (%massa) (diadaptasi dari [1])
Komponen organik yang terdiri atas daun, ranting, dan sisa makanan ini mendominasi berat dari sampah di Kota Bandung. Komponen organik inilah yang nantinya akan dijadikan bahan bakar alternatif pada penelitian ini. Setelah kita mengetahui komposisi dari sampah kota di Kota Bandung, kita juga harus
69 9 5 3 14 Organik
Plastik bukan daur ulang Tekstil
Karet Lain - lain
mengetahui karakteristik dari sampah di Kota Bandung sebagai bahan bakar, seperti komposisi fisik, komposisi kimia.
Karakteristik sampah ditentukan dari komponen – komponen penyusunnya. Oleh karena itu, karakteristik dari sampah di tiap kota berbeda – beda. Karakteristik. Karakteristik sampah dapat dikelompokan menjadi komposisi fisik, komposisi kimia, dan nilai kalor. [1].
Karakteristik fisik meliputi kandungan 4 unsur penyusun, yaitu kandungan fixed carbon, kandungan air, kandungan volatile matter, dan kandungan abu pada
sampah. Selain itu, nilai kalor juga termasuk dalam komposisi fisik dari sampah karena sampah yang dimaksud akan digunakan sebagai bahan bakar. Unsur – unsur penyusun tersebut kurang lebih sama dengan batubara, namun kandungan unsur – unsur penyusun tersebut yang menyebaban adanya perbedaan antara batubara dan sampah. Unsur – unsur penyusun sampah dapat diketahui dengan
melakukan uji proksimat, sedangkan nilai kalor dapat diketahui dengan pengujian nilai kalor dengan kalorimeter bom.
Komposisi kimia terdiri dari beberapa unsur, seperti karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen, klorin, sulfur. Komposisi kimia ini yang sebenarnya menggambarkan unsur yang menyusun sampah. Komposisi kimia dari suatu sampah dapat diketahui dari uji ultimat.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, para peneliti telah melakukan uji proksimat, uji ultimat, dan juga pengujian nilai kalor dari sampah di Kota Bandung yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif. Gambar 2.6 meggambarkan komposisi fisik dari sampah.
Gambar 2.6 Komposisi fisik sampah kota Bandung berdasarkan uji proksimat [1] Berdasarkan hasil uji proksimat komponen sampah yang dapat dijadikan bahan bakar, kandungan volatile matter pada sampah tersebut merupakan yang paling dominan. Volatile matter merupakan zat – zat yang mudah menguap dan bekontribusi dalam pembakaran. Kandungan air pada sampah kota ini terbilang kecil, maksimal hanya sekitar 10%. Kandungan air ini hanya kandungan inherent mositure karena komponen sampah pada pengujian ini dalam kondisi adb sehingga kandungan surface moisture sudah hilang dari sampah. Kandungan air tidak berkontribusi dalam pembakaran. Kandungan air bahkan menyerap kalor yang dihasilkan bahan bakar. Kandungan fixed carbon kurang dari 20%. Fixed carbon merupakan unsur yang paling berkontribusi dalam pembakaran sehingga fixed carbon sangat diinginkan di dalam bahan bakar. Kandungan abu pada sampah rata – rata kurang dari 10%. Namun, komponen karet memiliki kandungan abu yang cukup tinggi, yaitu lebih dari 20%. Kandungan abu yang besar menyebabkan buruknya emisi yang dihasilkan sampah tersebut.
Hasil uji ultimat, yang menggambarkan komposisi kimia dari sampah kota Bandung, tersaji pada gambar 2.7
Gambar 2.7 Komposisi kimia sampah kota Bandung berdasarkan uji ultimat [1] Karbon dan oksigen merupakan dua unsur yang paling dominan pada sampah kota Bandung. Karbon merupakan unsur penyusun fixed carbon dan volatile matter . Oksigen dan hidrogen merupakan penyusun volatile matter dan juga kandungan air. Sulfur merupakan unsur yang paling sedikit pada sampah kota Bandung. Sulfur berperan dalam pembentukan emisi SOX. SOX berperan dalam pembentukan hujan asam apabila terlepas ke udara. Oleh karena itu, kandungan sulfur yang sedikit pada sampah kota menambah keunggulan sampah kota sebagai bahan bakar. Selain mempunyai keunggulan dalam masalah emisi, ternyata sampah kota juga memiliki kekurangan. Kandungan klorin pada sampah kota terbilang cukup besar apabila dibandingkan dengan batubara. Kandungan klorin terbesar terkandung pada komponen sisa makanan. Klorin ini dapat memicu terbentuknya zat beracun, dioksin, apabila pembakaran sampah terjadi pada temperatur rendah (<600 ˚C). Kandungan nitrogen pada sampah kota berkisar sekitar 5%.
Setelah mengetahui komposisi fisik dan komposisi kimia dari sampah kota Bandung, kita perlu mengetahui potensi nilai kalor dari sampah kota Bandung agar melengkapi karakteristik sampah kota sebagai bahan bakar alternatif.
Gambar 2.9 menunjukkan potensi nilai kalor yang dimiliki komponen – komponen sampah kota Bandung.
Gambar 2.8 Potensi nilai kalor komponen sampah kota Bandung (adb) [1] Nilai kalor dari komponen – komponen sampah ini cukup beragam. Plastik bukan daur ulang merupakan komponen sampah dengan nilai kalor yang paling tinggi diantara komponen – komponen sampah lainnya. Sampah yag diuji dalam kondisi adb sehingga nilai kalor yang dimiliki pada pengujian ini terbilang besar. Bila sampah pada kondisi yang sebenarnya atau as recieved , nilai kalor yang dihasilkan oleh sampah pasti lebih kecil dibandingkan pada pengujian tersebut.