• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 5 Pemodelan Torefaksi Campuran Sampah Kota Pada Daerah

5.1 Pembuatan Model Campuran Sampah Kota

Seperti yang telah diungkapkan pada Bab 2, sampah kota merupakan komponen yang heterogen. Sampah kota terdiri dari berbagai komponen penyusun. Oleh karena itu, pembuatan model campuran sampah kota dibutuhkan supaya hasil dari pengujian ini dapat digunakan untuk merepresentasikan sampah kota di Kota Bandung.

Pembuatan model campuran sampah kota Bandung diawali dengan  pengumpulan data mengenai sumber  –  sumber dari timbulan sampah yang ada di Kota Bandung. Data ini kemudian diolah untuk kemudian didapatkan fraksi komponen penyusun sampah kota pada model campuran sampah kota. Gambar 5.1 menjelaskan alur pengerjaan dari pembuatan model campuran sampah kota.

Gambar 5.1 Alur pengerjaan pembuatan model sampah kota Bandung

Pembuatan model campuran sampah kota Bandung diawali dengan  pengumpulan data mengenai sumber dari timbulan sampah kota bandung. Data sumber timbulan sampah Kota Bandung didapat dari Badan Pusat Statistik Kota Bandung. Tabel 5.1 menjelaskan sumber timbulan sampah di Kota Bandung pada tahun 2015.

Tabel 5.1 Sumber timbulan sampah Kota Bandung [15]

Sumber Timbulan Sampah Produksi Sampah (ton) Persentase Massa (%) Pemukiman 1.048,96 65.56 Pasar 300,32 18.77 Kawasan Industri 95,84 5.99 Jalan 88,32 5.52 Daerah Komersil 44,96 2.81 Institusi 21,6 1.35 Total 1600 100

Data timbulan sampah Kota Bandung 2015 menunjukkan bahwa daerah  pemukiman merupakan penyumbang sampah paling besar di Kota Bandung.

Sampah daerah pemukiman menyumbang sekitar 65% dari keseluruhan sampah yang ada di Kota Bandung. Dalam menentukan sumber mana yang yang akan dimodelkan untuk menjadi model campuran sampah kota Bandung, dipilih tiga sumber yang menyumbang sampah paling banyak di Kota Bandung.

Daerah pemukiman, pasar, dan kawasan industri merupakan tiga sumber yang menghasilkan sampah paling besar di Kota Bandung. Namun, seperti yang

telah dijelaskan pada Bab 3, sampah yang digunakan pada penelitian kali ini hanya sampah organik. Hal ini membuat kawasan industri tidak menjadi pilihan karena sampah yang dihasilkan dari kawasan industri mayoritas merupakan sampah anorganik. Oleh karena itu, jalan dipilih menjadi pengganti kawasan industri sebagai sumber sampah yang akan dimodelkan karena mayoritas sampah  jalan adalah sampah organik. Sumber sampah yang akan diolah lebih lanjut adalah

daerah pemukiman, pasar, dan jalan. Ketiga sumber sampah ini menyumbang sekitar 80% dari total sampah di Kota Bandung sehingga pemodelan dari ketiga sumber sampah ini disimpulkan dapat mewakili komposisi sampah di Kota Bandung.

Jumlah sampah yang dihasilkan dari ketiga sumber yang dipilih masih merupakan campuran antara sampah organik dan anorganik. Oleh karena itu,  perhitungan fraksi massa organik pada tiap sumber sampah perlu dilakukan untuk

memodelkan campuran sampah kota Bandung. Tabel 5.2 menjelaskan tentang fraksi massa organik dari tiap sumber sampah yang sebelumnya telah dipilih.

Tabel 5.2 Persentase Massa Komponen Organik

Sumber Timbulan Sampah

Persentase Massa Komponen Organik

(%)

Persentase Massa Total Komponen Organik

(%)

Pemukiman 68,3 [22] 44,8

Pasar 89,1 [23] 16,7

Jalan 80 4.4

Data presentase massa sampah organik pada sampah daerah pemukiman dan  pasar diperoleh dari referensi, sedangkan persentase massa sampah organik pada sampah jalan diperoleh dari pengamatan. Fraksi organik dari sampah kota ini akan dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu sampah makanan dan sampah pepohonan guna memudahkan pembagian fraksi massa komponen penyusun sampah kota  pada model sampah kota campuran. Sampah makanan yaitu nasi, kulit jeruk, dan kulit pisang. Sampah pepohonan yaitu daun dan ranting. Tabel 5.3 merupakan  persentase massa dari sampah makanan dan sampah pepohonan pada komponen

Tabel 5.4 meupakan persentase massa dari sampah makanan dan sampah  pepohonan pada model campuran sampah kota Bandung yang dibuat.

Tabel 5.3 Persentase massa sampah makanan dan pepohonan pada tiap sumber sampah Sumber Timbulan Sampah Persentase Massa Sampah Makanan (%) Persentase Massa Sampah Pepohonan (%) Persentase Total Massa Sampah Makanan (%) Persentase Total Massa Sampah Pepohonan (%) Pemukiman 60 40 26.9 17.9 Pasar 40 60 6.7 10.0 Jalan 20 80 0.9 3.5 Total 34.5 31.5

Tabel 5.4 Persentase massa jenis sampah makanan dan sampah pepohonan pada model campuran sampah kota

Jenis Sampah Persentase Massa pada Model

(%)

Sampah Makanan 52

Sampah Pepohonan 48

Penentuan persentae massa sampah makanan dan sampah pepohonan dilakukan dengan metode pengamatan dengan pengumpulan informasi. Penentuan fraksi massa sampah makanan dan sampah pepohonan pada tiap sumber adalah sebagai berikut:

Pemukiman : Sampah yang berasal dari daerah pemukiman didominasi oleh sampah sisa makanan, seperti nasi, kulit buah, dan  juga sayuran. Pada penelitian ini daun mewakili sampah sayuran sehingga perbedaan fraksi massa antara sampah makanan dan sampah pepohonan tidak terlalu signifikan.

Pasar : Sampah yang berasal dari pasar didominasi oleh kulit buah dan juga sayuran sehingga pada sampah yang berasal dari pasar,  jenis sampah pepohonan sedikit lebih dominan ketimbang sampah

Jalan : Sampah yang berasal dari jalan sangat didominasi oleh sampah pepohonan yang berjatuhan dijalanan sehingga sampah yang  bersumber dari jalan didominasi oleh sampah pepohonan.

Setelah menjumlahkan fraksi total dari tiap jenis sampah yang berasal dari tiap sumber, didapatkan persentase massa dari tiap jenis pada model sampah kota Bandung. Sampah makanan menyumbang 52% massa dari total massa model campuran sampah kota, sedangkan sisanya disumbang oleh sampah pepohonan. Persentase massa dari setiap jenis masih harus dibagi menjadi beberapa komponen  penyusun jenis sampah tersebut.

Penentuan persentase massa dari komponen penyusun sampah kota pada model campuran sampah kota Bandung dilakukan dengan menghitung potensi sampah dari tiap komponen penyusun sampah makanan, dan metode pengamatan  pada komponen penyusun sampah pepohonan. Tabel 5.5 dan 5.6 menjelaskan

tentang pembagian persentase massa dari komponen penyusun sampah makanan dan sampah pepohonan secara berturut-turut.

Tabel 5.5 Potensi produksi sampah makanan Komponen Penyusun Potensi Sampah

(Kg/orang/tahun)

Persentase Massa pada Sampah Makanan

(%)

 Nasi 1.03 [24] 22

Kulit Pisang 1.99 43

Kulit Jeruk 1.65 35

Tabel 5.6 Komposisi sampah pepohonan pada tiap sumber sampah Sumber Sampah Persentase Massa Komponen Daun (%) Persentase Massa Komponen Ranting (%) Pemukiman 70 30 Pasar 90 10 Jalan 50 50

Penentuan persentase massa dari komponen penyusun sampah makanan  pada model campuran sampah Kota Bandung ditentukan melalui data potensi

 pembentukan sampah yang telah dibahas pada Bab 3. Nasi menyumbang 22%, kulit pisang menyumbang 43%, dan kulit jeruk menyumbang 35% dalam jenis sampah makanan model campuran sampah kota Bandung.

Penentuan persentase massa dari komponen penyusun sampah pepohonan ditentukan melalui metode pengamatan. Komposisi komponen daun dan ranting akan berbeda di setiap sumber sampah. Oleh karena itu, penentuan komposisi sampah pepohonan dibedakan pada setiap sumber. Di daerah pemukiman dan  pasar didominasi oleh daun karena daun mewakili sampah sayuran, sedangkan

komposisi daun dan ranting pada sampah jalan diasumsikan seimbang.

Setelah menentukan persentase massa dari setiap komponen penyusun sampah kota, didapatkanlah komposisi model campuran sampah Kota Bandung. Tabel 5.7 menunjukkan komposisi model campuran sampah kota Bandung.

Tabel 5.7 Komposisi komponen penyusun model campuran sampah kota

Komponen Persentase Massa

(%) Daun 35 Ranting 12 Kulit Pisang 22 Kulit Jeruk 19  Nasi 12

5.2 Prediksi Temperatur Operasi Optimum dan Nilai Kalor Maksimal

Dokumen terkait