• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Komposisi dan Struktur Hutan

Penentuan ukuran luas petak coba minimum dilakukan dengan mempertimbangkan keterwakilan keadaan habitat suatu komunitas. Ukuran luas petak coba pada areal penelitian diperoleh melalui perhitungan penambahan jumlah sebaran jenis pohon terhadap luas petak coba (Lampiran 2). Dari penambahan jumlah jenis pohon terhadap luas petak coba diperoleh ukuran luas petak coba sebesar 0,64 ha (80 m x 80 m) dengan penambahan jumlah jenis adalah 4,8%. Oleh karena ukuran luas minimum petak coba yang didapatkan lebih kecil dari 1 ha (100 m x 100 m), maka untuk keperluan pengambilan data model struktur tegakan dan sebaran spasial jenis pohon torem (M. kanosiensis), ukuran luas petak contoh yang digunakan adalah 1 ha (100 m x 100 m).

Komposisi dan struktur hutan menggambarkan variasi jenis tumbuhan yang ada dalam suatu komunitas dan dapat dijadikan sebagai ciri dari suatu komunitas. Melalui analisis komunitas tumbuhan dapat diketahui komposisi dan struktur vegetasi suatu komunitas. Hasil analisis vegetasi pada berbagai tingkat kerapatan vegetasi di areal penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Secara lengkap hasil analisis vegetasi pada areal dengan kerapatan vegetasi tinggi, kerapatan vegetasi sedang dan kerapatan vegetasi rendah untuk semua jenis pohon yang berdiameter

≥ 10 cm disajikan pada Lampiran 4, 5 dan 6.

Tabel 1 Analisis vegetasi semua jenis pohon yang berdiameter ≥ 10 cm pada

berbagai tingkat kerapatan.

Tingkat Kerapatan Vegetasi Jumlah Jenis Kerapatan

pohon/ha Jenis Dominan

INP (%) Tinggi 25 307 - Canarium vulgare 37,31

- Gymnacranthera paniculata 32,40

- Drypetes macrophylla 29,43 Sedang 23 186 - Diospyros lolin 81,32

- Pterocarpus indicus 28,45

- Xylopiasp 27,83

Rendah 22 112 - Manilkara kanosiensis 58,56

- D. lolin 34,45

34

Tabel 1 menjelaskan adanya variasi jumlah jenis dan kerapatan pohon per hektar untuk setiap tingkat kerapatan vegetasi. Jumlah jenis mulai dari yang terendah sampai tertinggi adalah 22 sampai 25 jenis dengan kerapatan pohon adalah 112 pohon/ha sampai 307 pohon/ha. Apabila dilihat dari persentase indeks nilai penting (INP) maka dapat dikatakan bahwa pada areal dengan tingkat kerapatan vegetasi tinggi di dominasi oleh jenis Canarium vulgare (37,31%), areal dengan tingkat kerapatan vegetasi sedang di dominasi oleh jenis D. lolin

(81,32%) dan areal dengan tingkat kerapatan vegetasi rendah di dominasi oleh jenis M. kanosiensis (58,56%). Indriyanto (2006) mengatakan bahwa INP merupakan parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi jenis dalam suatu komunitas. Jenis-jenis dalam suatu komunitas tumbuhan yang memiliki INP yang tinggi tentu saja merupakan jenis yang paling dominan.

Adanya variasi jenis dan struktur dalam suatu komunitas dipengaruhi oleh lingkungan tempat tumbuhnya, yaitu semua keadaan yang secara efektif berpengaruh terhadap pertumbuhan masyarakat tumbuhan dalam suatu komunitas. Informasi mengenai lingkungan tempat tumbuh pada berbagai tingkat kerapatan vegetasi di areal penelitian tertera pada Tabel 2.

Tabel 2 Informasi fisik areal penelitian menurut tingkat kerapatan vegetasi.

Tingkat Kerapatan Vegetasi

Tinggi Sedang Rendah Posisi (LS/BT) 07 0 47’39,2”/ 131011’28,3” 07049’48,9”/ 131014’25,8” 07051’56,8’’/ 131016’24,3” Ketinggian (m dpl) 57 52 64 Tipe Iklim C C C

Jenis Tanah Mediteran Mediteran Mediteran Kondisi Hutan Primer Sekunder Bekas Tebangan

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa secara keseluruhan tipe iklim dan tanah pada ketiga tingkat kerapatan vegetasi adalah sama yaitu tipe iklim C dan jenis tanah mediteran dengan ketinggian 52 m dpl sampai 64 m dpl. Apabila dilihat dari kondisi hutan maka pada areal dengan tingkat kerapatan vegetasi tinggi merupakan hutan primer, yaitu hutan yang belum mendapatkan gangguan manusia, atau telah sedikit mengalami gangguan yang dampak kerusakannya tidak cukup berarti, sehingga hutan tersebut secara alami, mampu kembali kepada

35

keadaan mula-mula dalam hal struktur, fungsi dan dinamikanya. Areal dengan tingkat kerapatan vegetasi sedang merupakan hutan sekunder yang terbentuk akibat proses suksesi yang terjadi secara alami, sehingga kondisi hutannya akan membentuk komposisi dan struktur hutan yang baru sampai pada tahap klimaksnya. Sedangkan areal dengan tingkat kerapatan vegetasi rendah merupakan hutan bekas tebangan, yang kalaupun di biarkan tumbuh secara alami akan membentuk kondisi hutan yang mendekati kondisi awalnya.

Perlu dijelaskan di sini bahwa keberadaan ketiga kondisi petak contoh yang dipilih berdasarkan tingkat kerapatan vegetasi merupakan areal hutan produksi yang sebelumnya diperuntukan sebagai areal pengusahaan hutan. Perbedaan kondisi hutan jelas terlihat dari perlakuan yang dialami pada masing-masing petak contoh sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya.

5.1.2 Struktur tegakan

Hasil pengamatan struktur tegakan di areal penelitian yang dicirikan oleh sebaran jumlah pohon berdasarkan kelas diameter pada berbagai tingkat kerapatan vegetasi disajikan pada Lampiran 7, 8 dan 9. Gambaran struktur tegakan untuk kelompok jenis torem dan non torem pada berbagai kelas diameter dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Sebaran jumlah pohon (N/ha) untuk kelompok jenis torem dan non torem menurut kelas diameter pada berbagai tingkat kerapatan vegetasi

Kelas Diameter (cm)

Jumah Pohon (N/ha)

KVT KVS KVR

Torem Non Torem Torem Non Torem Torem Non Torem 10-20 2 144 1 73 1 56 20-30 1 77 2 46 2 25 30-40 0 34 1 27 0 14 40-50 2 22 1 16 4 3 50-60 1 10 1 7 2 1 60-70 0 2 0 3 4 0 70-80 4 5 0 4 0 0 80-90 0 1 0 2 0 0 90-100 0 0 0 1 0 0 > 100 1 1 1 0 0 0 Total 11 296 7 179 13 99

Keterangan : KVT = kerapatan vegetasi tinggi, KVS = kerapatan vegetasi sedang, KVR = kerapatan vegetasi rendah

Tabel 3 menjelaskan bahwa pada berbagai tingkat kerapatan vegetasi sebaran jumlah pohon untuk kelompok jenis torem bervariasi menurut kelas

36

diameter. Total jumlah pohon per hektar mulai dari yang terendah sampai tertinggi adalah 7 pohon/ha sampai 13 pohon/ha. Apabila dilihat dari sebaran kelas diameter maka jenis torem masih ditemukan pada kelas diameter > 100 cm untuk areal vegetasi tinggi dan sedang, sedangkan untuk areal vegetasi rendah jenis torem hanya ditemukan pada kelas diameter 60 – 70 cm. Jika dibandingkan dengan kedua tingkat kerapatan vegetasi (tinggi dan sedang), maka jumlah pohon torem terbanyak ditemukan pada areal dengan kerapatan vegetasi rendah. Hal ini diduga disebabkan jenis ini tidak ditebang pada saat kegiatan penebangan.

Untuk areal dengan kerapatan vegetasi tinggi jumlah pohon terbesar berada pada kelas diameter 70 - 80 cm yaitu 4 pohon/ha atau sekitar 36,4%. Jumlah poho terkecil berada pada kelas diameter 20-30 cm, 50-60 cm dan > 100 cm, yakni masing-masing 1 pohon/ha atau sekitar 9,1%. Areal dengan kerapatan vegetasi sedang, jumlah pohon terbesar berada pada kelas diameter 20-30 cm, yakni 2 pohon/ha atau sekitar 28,6%. Jumlah pohon terkecil berada pada kelas diameter

10-20 cm sampai dengan 50-60 cm dan > 100 cm, yakni masing-masing 1 pohon/ha atau sekitar 14,3%. Sedangkan areal dengan kerapatan vegetasi

rendah, jumlah pohon terbesar berada pada kelas diameter 40-50 cm dan 60-70 cm, yakni masing-masing sebesar 4 pohon/ha atau sekitar 30,8%. Jumlah pohon terkecil berada pada kelas diameter 10-20 cm, yakni sebesar 1 pohon/ha atau sekitar 7,7%.

Selanjutnya untuk jenis non torem secara keseluruhan jumlah pohon terbesar berada pada kelas diameter yang kecil dan menurun pada kelas diameter besar. Total jumlah pohon per hektar mulai dari yang terendah sampai tertinggi adalah 99 pohon/ha sampai 296 pohon/ha. Apabila dilihat dari sebaran kelas diameter maka jenis non torem masih ditemukan pada kelas diameter > 90 cm untuk areal dengan kerapatan vegetasi tinggi dan sedang, sedangkan untuk areal dengan kerapatan vegetasi rendah jenis non torem hanya ditemukan pada kelas diameter 50 – 60 cm.

Sebagai gambaran struktur tegakan pada berbagai tingkat kerapatan vegetasi maka berikut ini disajikan grafik hubungan antara kerapatan pohon/ha dan kelas diameter (cm) jenis torem dan non torem berdasarkan data pada Tabel 3. Bentuk struktur tegakan jenis torem dan non torem dapat dilihat pada Gambar 7, 8 dan 9.

37

(a) (b)

Gambar 7 Bentuk struktur tegakan kelompok jenis pohon torem (a) dan non torem (b) pada areal dengan kerapatan vegetasi tinggi.

(a) (b)

Gambar 8 Bentuk struktur tegakan kelompok jenis pohon torem (a) dan non torem (b) pada areal dengan kerapatan vegetasi sedang.

(a) (b)

Gambar 9 Bentuk struktur tegakan kelompok jenis pohon torem (a) dan non torem (b) pada areal dengan kerapatan vegetasi rendah.

38

Gambar 7, 8 dan 9 menjelaskan bahwa dari hubungan antara kerapatan

Dokumen terkait