• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Komposisi Hasil Tangkapan Cucut

Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan, terdapat 3 ordo, 5 famili dan 10 spesies ikan cucut yang didaratkan di PPI Karangsong, Indramayu. Ukuran ikan cucut tersebut bervariasi mulai dari 50 cm sampai dengan 250 cm lebih (Tabel 2). Menurut Rahardjo (2007), ikan cucut yang berada di Laut Jawa terdiri dari 3 ordo, 10 famili, 15 genus, dan 35 jenis ikan yang berbeda dengan kisaran panjang 45 cm – 300 cm. y = 96.432x + 664.87 R² = 0.8311 0.0 200.0 400.0 600.0 800.0 1000.0 1200.0 2009 2010 2011 Pr o d u ksi ( To n ) Tahun

Tabel 2. Komposisi tangkapan ikan cucut yang didaratkan di PPI Karangsong selama penelitian.

No Ordo Famili Spesies

Ukuran min–max (cm) Ukuran rata – rata (cm) 1 Carcharhiniformes Carcharhinidae Carcharhinus

amblyrhynchos 90-120 100-105 2 C. dussumieri 60-96 75–85 3 C. hemiodon 90-110 95–100 4 C. limbatus 100-120 105–110 5 C. malcoti 60-70 60–65 6 C. sorrah 70-130 80–100

7 Sphyrnidae Sphyrna lewini 75-95 85–95

8 Orectolobiformes Hemiscyllidae Chiloscyllium

punctatum 60-88,5 70–79

9 Stegostomatidae Stegostoma

fasciatum 90-130 100-120

10 Rhinobatiformes Rhinidae Rhynchobatus

australiae 140-216 150-175 4.3.1. Famili Carcharhinidae

Famili Carcharhinidae merupakan famili dengan jenis terbanyak selama pengamatan, yaitu sebanyak 6 jenis. Carcharinidae merupakan cucut yang berukuran kecil hingga besar (100-300 cm atau lebih) dan merupakan famili terbesar dengan 10 genus dan 48 spesies. Cucut jenis ini dapat ditemukan di semua perairan, baik beriklim tropis atau subtropis hampir diseluruh belahan dunia. Memiliki badan berbentuk silindris, dengan kepala kerucut yang agak gepeng (depressed), moncong menonjol dan memiliki kelopak mata. Terdapat 5 celah insang dimana celah yang ke 3 hingga 5 berada di atas sirip dada. Mempunyai 2 sirip punggung dengan sirip punggung pertama lebih besar daripada sirip punggung kedua, dan terdapat sirip dubur. Sirip ekor tidak simetris dengan cuping ekor atas yang lebih panjang dari cuping bawah. Cucut ini bereproduksi dengan cara ovovivipar (lahir sempurna setelah tidak diberi makan plasenta) atau vivipar (embrio diberi makan lewat plasenta yang diperoleh dari induknya) (Campagno 1984).

Selama pengamatan di lapangan, terdapat 6 jenis ikan cucut yang berasal dari famili carcharinidae yaitu Carcharhinus amblyrhynchos, C. dussumieri, C. hemiodon, C. limbatus, C. malcoti dan C. sorrah.

a) Carcharinus amblyrhynchos (Sleeker 1856)

Cucut jenis ini memiliki ukuran yang sedang, warna kulit abu-abu terang hingga gelap, dengan moncong yang membundar. Cucut ini juga memiliki sirip dada yang cukup lebar serta sirip dorsal kedua yang cukup besar dibandingkan dengan jenis lainnya. Mata berbentuk bulat dengan ukuran cukup besar yaitu 2-2,7 % dari panjang total tubuhnya (Gambar 11). Sirip dorsal pertamanya berukuran cukup besar dan berbentuk segitiga. Sirip dorsal kedua berukuran besar dan tinggi, dengan tinggi kurang lebih 3,4 % dari panjang total tubuhnya (Campagno 1984).

C. amblyrhynchos tersebar di sebagian besar perairan di Asia, terdapat di Indonesia, Singapura, Thailand, Filipina, China, Australia, Madagaskar sampai ke kepulauan Hawaii. Hidup di perairan yang tidak jauh dari garis pantai dan seringkali ditemukan di daerah terumbu karang. Selalu berenang di dekat dasar perairan dan sesekali berenang di permukaan untuk mencari makanan. Dapat berenang di dekat permukaan air sampai dengan kedalaman 100 meter (Campagno 1984).

Gambar 11. Carcharhinus amblyrhynchos (Sleeker 1856). Sumber: Dokumentasi pribadi

Pola reproduksi cucut ini dilakukan dengan cara melahirkan (vivipar) dimana plasenta berfungsi sebagai sumber makanan bagi anaknya. Biasanya melahirkan 1-6

anak berukuran 45–60 cm dalam satu kali melahirkan dengan masa kehamilan 12 bulan. Cucut ini mengalami matang gonad pada umur 7-7,5 tahun dengan umur maksimum 25 tahun. Panjang maksimal dari ikan ini adalah 255 cm dengan rata-rata ukuran dewasa 190 cm. Ikan jantan matang gonad pada ukuran 130 - 145 cm sedangkan betina 122 – 137 cm (Campagno 1984). Status ikan cucut Carcharinus amblyrhynchos dalam IUCN adalah Near Threatened (hampir terancam). Status ini diberikan karena tingkat penangkapan yang cukup tinggi pada semua jenis cucut serta kurangnya data dan informasi yang mendukung.

b) Carcharhinus dussumieri (Valenciennes 1839)

Cucut jenis inimemiliki kulit berwarna abu-abu, abu kecoklatan, atau hitam, dengan hidung yang berbentuk bulat. Ukurannya relatif kecil dengan panjang maksimal 100 cm dengan ciri-ciri memiliki sirip dorsal kedua yang ujungnya berwarna hitam, sedangkan sirip lainnya tidak memiliki tanda hitam (Gambar 12). Terdapat 13-14 baris gigi dengan bentuk seperti pisau dan mata yang cukup besar dengan ukuran 2,2 % dari panjang total tubuh (Campagno 1984).

Penyebaran cucut ini cukup luas, terutama di perairan Indonesia. Dapat ditemukan di Laut Jawa, Perairan Kalimantan dan Sulawesi, serta Laut Natuna. Terdapat juga di sepanjang pantai yang menghadap Samudera Hindia dan Laut Cina Selatan. Menurut Widodo dan Mahiswara (2007), C. dussumieri merupakan salah satu jenis cucut yang dominan ditangkap di perairan Indonesia, khususnya Laut Jawa dengan ukuran rata-rata 80 cm. Hidup di perairan dekat pantai sampai dengan batas lempeng daratan. Bereproduksi dengan cara melahirkan (vivipar) dengan jumlah anak 2-4 dalam satukali melahirkan, dengan ukuran anak 37 cm – 40 cm (Campagno 1984).

Hasil penelitian di Laut Cina Selatan menunjukkan bahwa ikan ini tidak memiliki musim khusus dalam bereproduksi dan melahirkan hampir sepanjang tahun. Ikan jantan mecapai matang gonad pada panjang 65 cm – 70 cm sedangkan betina 70 cm – 75 cm (Campagno 1984). Status ikan cucut Carcharinus dussumieri dalam IUCN adalah Near Threatened (hampir terancam). Status ini diberikan karena tingkat penangkapan yang cukup tinggi pada semua jenis cucut serta kurangnya data dan informasi yang mendukung.

Gambar 12. Carcharhinus dussumieri (Valenciennes 1839). Sumber: Dokumentasi pribadi

c) Carcharhinus hemiodon (Valenciennes 1839)

Jenis ini merupakan cucut berukuran sedang dengan badan yang cukup gemuk dan hidung tidak terlalu runcing yang panjangnya hampir sama atau kurang dari lebar mulutnya, serta memiliki 5 celah insang yang relatif pendek. Berwarna abu-abu pada bagian atas tubuhnya dan putih di bagian perut, dengan sirip pectoral, dorsal kedua, serta sirip ekor yang ujungnya berwarna hitam (Gambar 13). Ukuran panjang biologis ikan ini masih belum diketahui, baik itu panjang maksimal, panjang saat matang gonad atau panjang saat dilahirkan, namun diperkirakan panjang maksimalnya dapat mencapai 150 – 200 cm (Campagno 1984).

Wilayah penyebaran cucut ini sangat sempit yaitu hanya terdapat di perairan sekitar Pulau Jawa, Sulawesi, Irian Jaya serta ditemukan juga di perairan India (Campagno 1984). Status ikan cucut Carcharinus hemiodon dalam IUCN adalah Critically Endangered (sangat genting). Status ini diberikan karena cucut jenis ini sudah jarang ditemukan dan merupakan ikan endemik yang hanya ada di perairan Indonesia. Penelitian mengenai cucut jenis ini pun sangat jarang dilakukan sehingga pengetahuan tentang informasi biologi ikan ini hampir tidak diketahui sama sekali.

Gambar 13. Carcharhinus hemiodon (Valenciennes 1839) Sumber: Dokumentasi pribadi

d) Carcharhinus limbatus (Vallenciennes, in Muller & Henle 1839)

Ikan jenis inimempunyai badan yang gemuk, mata kecil, dan moncong yang cukup panjang. Sirip dorsal berukuran cukup besar yang berwarna hitam pada ujung siripnya baik pada juvenil maupun cucut dewasa. Ukurannya cukup besar dan dapat mencapai panjang 260 cm. Tubuh berwarna abu-abu atau abu kecoklatan pada bagian atas tubuhnya dan berwarna putih pada bagian perut (Gambar 14). Warna hitam biasanya muncul pada ujung sirip pectoral, dorsal, ventral, anal, dan sirip ekor bagian bawah (Campagno 1984).

Cucut ini dapat ditemukan hampir di semua perairan beriklim tropis, baik itu di perairan Amerika Selatan, Asia, maupun Afrika. Sering ditemukan di dekat pantai, estuari, pantai berlumpur, dan terumbu karang dengan kedalaman tidak lebih dari 30 meter namun tercatat pernah ditemukan di perairan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. C. limbatus merupakan spesies cucut yang sangat aktif bergerak, mampu berenang sangat cepat dan seringkali ditemukan bergerombol di kolom air dekat permukaan (Campagno 1984). Memakan ikan seperti sarden, teri, dan tuna sebagain makanan utama, namun terkadang memakan cephalopoda dan krustacea. Diketahui bahwa cucut jenis ini sering memakan cucut lain dengan ukuran yang lebih kecil.

Gambar 14. Carcharhinus limbatus (Vallenciennes, in Muller & Henle 1839) Sumber: Dokumentasi pribadi

Pola reproduksi cucut jenis ini dengan melahirkan seperti kebanyakan cucut lain dalam famili Carcharinidae. Melahirkan 1-10 anak dalam satu masa reproduksi, namun umumnya 4-7 anak dengan masa kehamilan 10-12 bulan. Cucut betina yang sedang mengandung biasanya berenang menuju perairan pantai untuk melahirkan anaknya dekat dengan nursery ground. Ikan Carcharhinus limbatus dapat tumbuh dengan panjang maksimal 255 cm dengan umur maksimal 12 tahun. Cucut jantan mengalami matang gonad pada panjang 135-180 cm, sedangkan betina 120-190 cm. Ikan cucut yang baru lahir memiliki ukuran cukup besar dengan panjang 38-72 cm (Campagno 1984). Status ikan cucut Carcharinus limbatus dalam IUCN adalah Near Threatened (hampir terancam). Status ini diberikan karena tingkat penangkapan yang cukup tinggi pada semua jenis cucut serta kurangnya data dan informasi yang mendukung.

e) Carcharhinus malcoti (Muller & Henle 1839)

Cucut ini termasuk salah satu jenis cucut yang memiliki tubuh kecil dan langsing dengan moncong hidung yang runcing, bermata besar, serta sirip dorsal dan pektoral yang kecil (Gambar 15). Kulit berwarna abu-abu atau abu kecoklatan di

bagian punggung dan berwarna putih di bagian perut, serta ujung siripnya tidak berwarna hitam (Campagno 1984).

Gambar 15. Carcharhinus malcoti (Muller & Henle 1839 dalam Campagno 1984) Sumber: Campagno 1984 dan Dokumentasi pribadi

Hidup di perairan beriklim tropis yang memiliki suhu hangat, seperti perairan Indonesia, India, Sri Lanka, dan China. Menempati perairan yang tidak jauh dari bibir pantai atau di daerah terumbu karang. Di perairan Bombay, India, dilakukan penelitian mengenai ikan ini dan lebih dari 95% ikan yang ditangkap adalah ikan jantan, diindikasian hidup secara bergerombol terpisah menurut jenis kelamin (Campagno 1984).

Berkembang biak dengan cara melahirkan dengan 2 anak dalam satu kali melahirkan. Ikan ini berukuran 45-50 cm saat lahir dan dapat tumbuh mencapai ukuran panjang 100 cm. Cucut jantan mengalami matang gonad pada panjang 69 cm dan betina 76 cm. Memakan ikan lain yang lebih kecil, cepalopoda dan krustasea (Campagno 1984). Status ikan cucut Carcharinus malcoti dalam IUCN adalah Near Threatened (hampir terancam).

f) Carcharhinus sorrah (Valenciennes 1839)

Ikan ini memiliki tubuh berukuran sedang dengan bentuk tubuh yang lonjong. Bermata besar dan moncong yang tidak terlalu runcing serta memiliki 12

gigi. Terdapat tanda hitam di ujung sirip pektoral, dorsal kedua serta kaudal bagian bawah (Gambar 16). Sirip dorsal pertama berukuran besar sedangkan sirip dorsal kedua berukuran kecil. Kulit berwarna abu-abu dan putih pada bagian perut (Campagno 1984).

Gambar 16. Carcharhinus sorrah (Valenciennes 1839). Sumber: Dokumentasi pribadi

Cucut ini dapat ditemukan hampir di semua perairan Indonesia, khususnya perairan Indonesia bagian barat. Diketahui hidup di perairan beriklim tropis seperti Australia bagian utara, Afrika, India dan China. Menempati perairan pantai dan terumbu karang dengan kedalaman mencapai 73 meter (Campagno 1984).

Berkembang biak dengan cara melahirkan dengan 3-6 anak dalam satu kali reproduksi, biasanya berjumlah 6 anak. Berukuran 45-60 cm saat dilahirkan dan dapat tumbuh sampai ukuran panjang 160 cm. Cucut jantan matang gonad pada panjang 106 cm sedangkan betina 110 cm. Cucut ini sering ditangkap oleh armada penangkapan skala kecil di Pakistan, Sri Lanka, India dan Thailand (Campagno 1984). Status ikan cucut Carcharinus malcoti dalam IUCN adalah Near Threatened (hampir terancam).

4.3.2. Famili Hemiscyllidae

Famili ini memiliki ciri khusus yaitu berukuran kecil, tubuhnya silinder dan picak, terdapat sungut yang pendek serta sirip anal yang hampir menempel dengan sirip ekor yang hanya dipisahkan oleh celah kecil. Ekor (precaudal) sangat panjang, lebih panjang dari panjang kepala dan tubuhnya. Mocong berbentuk bundar dan terdapat spirakel yang sangat besar yang hampir sama dengan ukuran matanya serta memiliki 5 celah insang yang pendek. Cucut dari famili Hemiscylliidae termasuk cucut yang sering ditemukan di perairan, berukuran kecil, tidak membahayakan manusia. Ditemukan di perairan tropis bersuhu hangat, mulai dari Madagascar sampai dengan Jepang bagian barat. Beberapa spesies diketahui berkembang biak dengan cara bertelur dan induk meletakkan telurnya di dasar perairan dekat terumbu karang (Campagno 1984). Hanya terdapat 1 spesies dari famili Hemiscylliidae selama pengamatan di lapangan, yaitu Chiloscyllium punctatum.

a) Chiloscyllium punctatum (Muller & Henle 1838)

Ikan jenis ini merupakan cucut berukuran kecil, tidak memiliki jari-jari pada sirip dorsal dan posisinya sejajar dengan sirip perut. Bagian ekor sangat panjang yang lebih panjang dari bagian kepala dan badannya (Gambar 17). Ikan muda memiliki corak garis hitam dan putih pada tubuhnya namun saat dewasa corak kulit tersebut menghilang dan berubah menjadi berwarna cokelat muda (Campagno 1984).

Gambar 17. Chiloscyllium punctatum (Muller & Henle 1838) Sumber: Dokumentasi pribadi

Hidup di dasar perairan yang terdapat terumbu karang ataupun pantai berpasir. Dapat ditemukan di perairan barat Indonesia seperti Jawa dan Sumatera, India, Malaysia, Singapura, Thailand dan Australia bagian utara. Termasuk ikan yang kuat dan mampu bertahan hidup tanpa air selama 12 jam. Berkembang biak dengan cara bertelur yang diletakkan di dasar perairan dan diketahui dapat hidup mencapai panjang maksimal 104 cm (Campagno 1984). Status ikan cucut Chiloscyllium punctatum dalam IUCN adalah Near Threatened (hampir terancam).

4.3.3. Famili Sphyrnidae

Famili Sphyrnidae merupakan salah satu famili cucut dengan keunikan khusus yaitu memiliki kepala yang melebar seperti martil. Mata cucut berada di ujung kedua sisi kepalanya dan tidak memiliki spirakel. Sirip dorsal pertama berukuran sangat besar sedangkan sirip dorsal kedua berukuran kecil. Kulit berwarna abu-abu atau kecoklatan di bagian punggung dan putih di bagian perut. Dapat ditemukan di perairan tropis bersuhu hangat tidak jauh dari tepi pantai. Area penyebaran cucut martil sangat luas mulai dari Afrika, Asia, Australia dan Amerika. Hidup pada kedalaman 0-275 meter dibawah permukaan laut dan aktif berenang dari permukaan sampai dasar perairan. Beberapa spesies hidup secara bergerombol dengan jumlah ratusan ekor dalam satu koloni. Kepala yang melebar berfungsi untuk meningkatkan kemampuan berenang cucut, atau sebagai sensor tambahan untuk mendeteksi lingkungan sekitar. Mata yang berada di ujung kepala dan berjarak sangat jauh dapat meningkatkan area visual pandangan (Campagno 1984). Teramati hanya 1 jenis cucut yang berasal dari famili Sphyrnidae yaitu Sphyrna lewini.

a) Sphyrna lewini (Griffith & Smith 1834)

Cucut jenis inimerupakan cucut martil yang berukuran cukup besar dengan kepala yang lebar. Sirip dorsal pertama terletak sejajar dengan bagian akhir sirip pectoral. Tubuh berwarna abu-abu pada bagian punggung dan warna putih pada bagian perut (Gambar 18). Kepalanya cukup lebar dengan ukuran 24-30% dari panjang total tubuhnya (Campagno 1984).

Gambar 18. Sphyrna lewini (Griffith & Smith 1834) Sumber: Dokumentasi pribadi

Tersebar hampir diseluruh perairan beriklim tropis mulai dari Asia (termasuk Indonesia), Afrika, Australia, Amerika, dan Samudera Pasifik. Merupakan jenis yang hidup di perairan dekat pantai dan seringkali ditemukan di perairan samudera dengan kedalaman 0-275 meter. Melakukan ruaya yang cukup jauh untuk mencari makan dan reproduksi. Terjadi pemisahan antara kelompok jantan dan betina selama beberapa tahap dalam siklus hidupnya (Campagno 1984).

Berkembang biak dengan cara melahrikan dengan 15-31 anak dalam satu kali melahirkan. Ukuran saat dilahirkan adalah 42-55 cm dan dapat tumbuh hingga panjang maksimal 370-420 cm. Ikan jantan matang gonad pada ukuran panjang 140-165 cm dan tumbuh mencapai panjang paling tidak 295 cm, sedagkan betina matang gonad pada panjang 212 cm dan tumbuh hingga ukuran panjang 309 cm. Diketahui ikan dewasa beruaya menuju tepi pantai untuk kawin dan melepaskan anaknya. Ikan muda terkecil ditemukan di perairan paling dekat pantai dan terus bergerak menuju perairan yang lebih dalam. Memakan hampir semua jenis ikan dan avertebrata seperti cumi-cumi, gurita, dan krustacea. Diketahui memakan cucut jenis lain yang berukuran lebih kecil (Campagno 1984). Status ikan cucut Sphyrna lewini dalam IUCN adalah Endangered (genting). Status ini diberikan pada spesies yang mempunyai kemungkinan untuk punah dalam waktu dekat akibat tingginya tingkat penangkapan dan rendahnya tingkat recruitmen ikan.

4.3.4. Famili Stegostomatidae

Famili Stegostomatidae adalah jenis cucut yang diketahui hanya terdapat 1 spesies saja yaitu Stegostoma fasciatum. Disebut juga sebagai “zebra shark” karena badannya memiliki pola bintik hitam di hampir keseluruhan tubuhnya. Moncong sangat lebar dan membulat, mata yang kecil, terdapat spirakel yang seukuran dengan mata, dan 5 celah insang yang pendek. Sirip ekor cucut jenis ini sangat panjang dan dapat mencapai separuh dari total panjang tubuhnya (Campagno 1984).

a) Stegostoma fasciatum (Hermann 1783)

“Zebra shark”merupakan salah satu spesies unik dengan ukuran tubuh yang besar dan ekor yang panjangnya hampir separuh panjang total tubuhnya. Sirip dorsal pertama dan pectoral berukuran besar sedangkan sirip dorsal kedua dan sirip ventral berukuran kecil. Kulit cucut dewasa berwarna kuning dengan corak titik hitam di seluruh bagian tubuhnya (Gambar 19) sedangkan saat muda memiliki warna kecoklatan pada bagian punggung, kekuningan pada bagian perut dan memiliki pola garis kuning pada tubuhnya (Campagno 1984).

Gambar 19. Stegostoma fasciatum (Hermann 1783) Sumber: Dokumentasi pribadi

Tersebar di perairan tropis bersuhu hangat seperti Indonesia, Thailand, Sri Lanka, India, Filipina, China dan Australia. Menempati perairan dekat pantai dan sering ditemukan berada di dekat terumbu karang, dan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk beristirahat di dasar perairan pada siang hari dan aktif mencari makan di sekitar terumbu karang pada malam hari. Makanan utamanya adalah moluska (gastropoda dan bivalvia), dan terkadang memakan krustasea atau ikan

kecil. Berkembang biak dengan cara bertelur dengan telur yang berukuran besar (panjang 17 cm, lebar 8 cm dan ketebalan 5 cm) dan memiliki rambut sebagai alat penempel pada substrat. Telur yang dihasilkan hanya berjumlah 2-4 telur dalam satu kali reproduksi (Campagno 1984).

S. fasciatum merupakan spesies yang tangguh dan dapat di tangkarkan. Cucut ini tidak agresif dan belum pernah dilaporkan menyerang manusia. Walaupun tidak terlalu berbahaya dan memiliki gigi yang sangat kecil, gigi tersebut sangat kuat dan akan sangat menyakitkan jika tergigit. Cucut ini menetas dengan panjang 20-36 cm dan dapat tumbuh hingga 354 cm. Cucut jantan mengalami kedewasaan pada panjang 147-183 cm sedangkan betina 169-171 cm (Campagno 1984). Status ikan cucut Stegostoma fasciatum dalam IUCN adalah Vulnerable (rentan). Status ini diberikan karena spesies ini akan memasuki tahap Endangered (genting) dalam waktu dekat akibat menurunnya populasi dan sebaranya semakin menyusut.

4.3.5. Famili Rhinidae

Famili ini masih diperdebatkan oleh ahli biologi karena beberapa ahli mengklasifikasikan ikan ini sebagai jenis pari namun sebagian mengatakan sebagai jenis cucut. Secara morfologi, famili Rhinidae memiliki ciri seperti cucut dan juga pari, yaitu berkepala lebar dan picak seperti pari sedangkan badannya berbentuk cerutu seperti cucut. Badannya dilindungi oleh sisik plakoid dan terdapat “tanduk” yang terdapat di permukaan punggung. Tidak terdapat duri penyengat ataupun organ listrik di bagian ekor seperti kebanyakan pari. Kepala (moncong) berbentuk segitiga yang runcing dengan mata di bagian atas (dorsal) sedangkan mulut di bagian bawah (ventral). Warna kulit kekuningan, abu kecoklatan atau kehijauan, dan berwarna putih pada bagian perut (Carpenter 1998).

a) Rhynchobatus australiae (Cucut pari) (Whitley 1939)

Cucut pari memiliki hidung (moncong) berbentuk seperti botol yang berlekuk di bagian ujung hidung (Gambar 20). Dorsal pertama terletak sejajar dibelakang sirip pectoral dan tidak memiliki tanduk pada kepalanya. Panjang maksimal yang pernah dilaporkan adalah 187 cm dan diduga mampu tumbuh hingga

panjang 200-300 cm. Ikan jantan mengalami matang gonad pada panjang 131 cm sedangkan betina belum diketahui (Carpenter 1998).

Gambar 20. Rhynchobatus australiae (Whitley 1939) Sumber: Dokumentasi pribadi

Cucut jenis ini ditemukan di perairan Indonesia, bagian barat Samudera Pasifik dan Australia (Carpenter 1998). Nilai ekonomis cucut ini sangat tinggi dikarenakan harga sirip dari jenis ini merupakan sirip dengan harga paling tinggi dibanding sirip cucut jenis lainnya, yaitu 150-200% dari harga sirip cucut jenis lain. Cucut ini ditemukan di perairan dangkal dengan substrat pasir di hampir seluruh wilayah perairan Indonesia. Laut Jawa, Perairan Maluku dan Irian Jaya merupakan daerah dimana penangkapan cucut jenis ini sering dilakukan (Keong 1996). Status ikan cucut Rhynchobatus australiae dalam IUCN adalah Vulnerable (rentan). Status ini diberikan karena spesies ini akan memasuki tahap Endangered (genting) dalam waktu dekat akibat menurunnya populasi dan sebaranya semakin menyusut. Selain itu harga jual sirip yang sangat tinggi membuat ikan ini sering ditangkap oleh nelayan.

Dokumen terkait