HASIL DAN PEMBAHASAN
5.2 Komposisi Jenis Pakan Owa Jawa
Owa jawa memakan sebanyak 46 jenis tumbuhan dan satu jenis serangga (Tabel 2). Hal ini tidak berbeda jauh yang dikemukakan Sawitri et al. (1998), di Taman Nasional Gunung Halimun Salak owa jawa memakan 47 jenis tumbuhan yang termasuk kedalam 24 famili. Akan tetapi, di Taman Nasional Ujung Kulon owa jawa lebih banyak memakan 125 jenis tumbuhan dari 43 famili (Asquith et al. 1995). Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango owa jawa memakan sebanyak 83 jenis tumbuhan (Ario 2011). Dengan demikian owa jawa di Taman Nasional Gunung Halimun Salak
relatif lebih sedikit menkonsumsi jenis tumbuhan pakan jika dibandingkan dengan owa jawa di Taman Nasional Ujung Kulon dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Pakan tersebut didominasi oleh jenis ki dage (Bruinsmia styracoides), liana, ficus (Ficus sp.), ki laban (Mussaenda frondosa), ficus besar (Ficus punctata), hamirung (Callicarpa pentandra), ficus orange (Ficus sinuata), lolo (Scindapsus marantaefolium), ki sereh (Cinnamomum porrectum), dan ficus ki sigung (Ficus recurva).
Bagian tumbuhan yang biasa dimakan oleh owa jawa adalah buah, daun, dan bunga (Kappeler 1984). Hasil penelitian menunjukkan bahwa owa jawa lebih banyak memakan buah yaitu sebesar 77,8%, daun 21%, dan bunga 1,18%. Namun, selain memakan jenis tumbuhan owa jawa juga memakan serangga dengan persentase 0,002%. Karbohidrat dalam buah memegang peranan penting di dalam tubuh satwa, karena jika energi terpenuhi untuk target produksi tertentu maka kebutuhan protein, mineral, dan vitamin dengan sendirinya akan tercukupi dan suplai asam animo mungkin membatasi produksi (Reksohadiprodjo 1988). Selain kandungan karbohidrat yang tinggi, satwa lebih suka makan buah karena buah mengandung kadar air yang tinggi sehingga buah tersebut lebih mudah dicerna. Pada umumnya satwa lebih suka memakan dari bagian tumbuhan yang mudah dicerna daripada makan jenis pakan yang bernutrisi (Morrison 1959).
Owa jawa lebih sering memakan buah berasal dari jenis ki dage, liana, ki laban, hamirung, ki mokla, kecapi, Ficus sp., F.punctata, F.sinuata, F.recurva, dan F.variegata. Persentase masing-masing jenis tumbuhan tersebut dari total persentase keseluruhan komposisi jenis pakan adalah ki dage sebesar 17,820%, liana sebesar 11,900%, ki laban sebesar 8,952%, hamirung sebesar 4,732%, ki mokla sebesar 1,480%, kecapi sebesar 1,324%. Ficus sp. sebesar 8,958%,
F.punctata sebesar8,035%, F.sinuata sebesar4,834%, F.recurva sebesar2,510%, dan F.variegata sebesar1,895%. Sebelas jenis tumbuhan dominan tersebut, enam diantaranya merupakan habitus pohon pakan yaitu ki dage, ki laban, hamirung,
F.variegata, ki mokla, dan kecapi. Owa jawa lebih banyak memakan jenis pohon ki dage karena ketersediaan jenis ini cukup banyak di wilayah jelajahnya jika dibandingkan dengan jenis pohon pakan yang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pohon ki dage ditemukan sebanyak 27 pohon, ki laban sebanyak 12 pohon,
hamirung terdapat 12 pohon, F.variegata terdapat 4 pohon, kimokla sebanyak 17 pohon, dan kecapi sebanyak satu pohon (Gambar 5).
Foto: Hadi
Gambar 5 Buah ki dage (Bruinsmia styracoides).
Owa jawa selain mengkonsumsi buah juga memakan jenis tumbuhan bagian daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa owa jawa mengkonsumsi daun sebanyak 21%. Persentase ini tidak jauh berbeda dengan pernyataan Ario (2011), bahwa owa jawa di Pusat Rehabilitasi Blok Hutan Patiwel Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memakan jenis tumbuhan bagian daun sebanyak 20,4%. Daun yang dikonsumsi owa jawa tersebut hampir keseluruhan merupakan daun muda. Jenis tumbuhan dominan yang banyak dikonsumsi bagian daunnya adalah lolo (Scindapsus marantaefolium), Ficus sp., liana, hamerang (Ficus padana), ki sereh (Cinnamomum porrectum), dan ki haji (Dysoxylum parasiticum). Persentase masing-masing jenis tumbuhan tersebut dari total keseluruhan komposisi jenis pakan adalah lolo sebesar 4,624%, Ficus sp., sebesar 2,264%, liana sebesar 2,464%, hamerang sebesar 2,155, ki sereh sebesar 2,15%, dan ki haji sebesar 2,036%.
Owa jawa lebih banyak makan daun dari jenis lolo (S.marantaefolium). Hal ini dikarenakan lolo mudah dijumpai pada pohon ukuran tinggi. Lolo merupakan salah satu jenis tumbuhan yang hidupnya menempel atau merambat pada batang pohon yang berukuran tinggi, sehingga owa jawa lebih banyak makan lolo saat berpindah dari pohon yang satu ke pohon yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan owa jawa melakukan aktivitas makan merupakan selingan saat bergerak atau bermain (Fleagle 1988 dalam Mahardika 2008) (Gambar 6). Lolo biasanya menempel atau merambat pada pohon berukuran tinggi seperti huru (Litsea sp.), jaha (Sloanea sp.), ki sereh (Cinnamomum porrectum), ki hiur (Castanopsis
javanica), ki mokla (Knema cinerea), ki tenjo (Vatica javanica), ki terong (Schouteniakunstleri), kopo (Eugeniadensiflora), pasang (Quercus sp.), rasamala (Altingiaexcelsa), renyung (Aporosaarborea), burunungul (Brideliaglauca), dan puspa (Schimawallichi).
Foto: Soojung Ham
Gambar 6 Owa jawa sedang memakan daun lolo (Scindapsus marantaefolium). Selain memakan buah dan daun, owa jawa juga memakan jenis tumbuhan bagian bunga, yaitu sebesar 1,181% (Gambar 7). Persentase ini tidak jauh berbeda dengan pernyataan Ario (2011), bahwa owa jawa di Pusat Rehabilitasi Blok Hutan Patiwel Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memakan jenis tumbuhan bagian bunga sebanyak 1,2%. Bagian bunga yang dimakan berasal dari jenis cangkorek (Dinochloascandens), ki sereh (Cinnamomumporrectum), puspa (Schima wallichi), dan liana. Persentase masing-masing jenis tumbuhan tersebut dari total keseluruhan komposisi pakan adalah cangkorek sebesar 0,679%, ki sereh sebesar 0,231%, puspa sebesar 0,15%, dan liana sebesar 0,121%.
Foto: Hadi Foto: Hadi
(a) (b)
Gambar 7 Jenis tumbuhan pakan owa jawa. Ket: (a) Cangkorek (Dinochloa scandens); (b) Ki sereh (Cinnamomumporrectum).
Tabel 2 Komposisi jenis pakan owa jawa
No. Nama
Lokal NamaIlmiah Famili B (%) D (%) Bu (%) L (%) ∑ (%)
1. Kidage Bruinsmia
styracoides
Styracaceae 17,820 - - - 17,820
2. Liana - 11,900 2,464 0,121 - 14,480
3. Ficus Ficus sp. Moraceae 8,958 2,624 - - 11,580
4. Ki laban Mussaenda
frondosa
Rubiaceae 8,952 0,107 - - 9,058
5. Ficus Besar Ficus punctata Moraceae 8,035 - - - 8,035
6. Hamirung Callicarpa
pentandra
Verbenaceae 4,732 0,487 - - 5,219
7. Ficus Orange
Ficus sinuata Moraceae 4,834 - - - 4,834
8. Lolo Scindapsus marantaefolium Araceae - 4,624 - - 4,624 9. Ki sereh Cinnamomum porrectum Lauraceae 0,475 2,150 0,231 - 2,856 10. Ficus Kisigung
Ficus recurva Moraceae 2,510 - - - 2,510
11. Hamerang Ficus padana Moraceae 0,227 2,155 - - 2,381
12. Ki haji Dysoxylum
parasiticum
Meliaceae 0,165 2,036 - - 2,201
13. Ficus Pohon Ficus variegata Moraceae 1,895 0,155 - - 2,049
14. Ki mokla Knema cinerea Myristicaceae 1,480 - - - 1,480
15. Kecapi Sandorium koetjapi Meliaceae 1,324 0,009 - - 1,333 16. Cangkorek Dinochloa scandens Poaceae - 0,563 0,679 - 1,242 17. Ki hujan Engelhardia serrata Juglandaceae 1,065 - - - 1,065 18. Kopi dengkung
Nyssa javanica Cornaceae 0,962 - - - 0,962
19. Pakis Keras - Polypodiaceae - 0,534 - - 0,534
20. Burunungul Bridelia glauca Euphorbiaceae 0,267 0,255 - - 0,522
21. Bambu Bambusa sp. Poaceae - 0,506 - - 0,506
22. Epifit - - 0,473 - - 0,473 23. Ki sampang Melicope accedens Rutaceae - 0,430 - - 0,430 24. Asam Kandis
Garcinia dioica Clusiaceae 0,169 0,223 - - 0,393
25. Kiterong Schoutenia kunstleri Tiliaceae - 0,389 - - 0,389 26. Daha/bayur Pterospermum javanicum Sterculiaceae 0,359 - - - 0,359
27. Ficus Bulu Ficus annulata Moraceae 0,320 - - - 0,320
28. Ki hiur Castanopsis
javanica
Fagaceae 0,312 - - - 0,312
29. Ipis Kulit Decaspermum fruticosum
Melastomataceae 0,260 0,039 - - 0,300
30. Rasamala Altingia excelsa Hamamelidaceae - 0,292 - - 0,292
31. Rotan Daemonorops
melannoch
Tabel 2 (Lanjutan)
No. Nama
Lokal NamaIlmiah Famili B (%) D (%) Bu (%) L (%) ∑ (%)
32. Kuray Trema amboinensi Ulmaceae - 0,253 - - 0,253 33. Ganitri Elaeocarpus ganitrus Elaeocarpaceae 0,173 - - - 0,173
34. Bingbim Pinanga kuhlii Arecaceae 0,155 - - - 0,155
35. Puspa Schima wallichi Theaceae - - 0,150 - 0,150
36. Ki ronyok Castanopsis acuminatissima
Fagaceae - 0,129 - - 0,129
37. Huru Sintok Litsea sintoc Lauraceae 0,073 - - - 0,073
38. Saray Caryota sp. Arecaceae 0,053 - - - 0,053
39. Amis Kulit - - 0,039 - - 0,039
40. Polyathia Polyalthia sp. Annonaceae 0,033 - - - 0,033
41. Tereup Artocarpus
elasticus
Moraceae - 0,026 - - 0,026
42. Suren Toona sureni Moraceae - 0,025 - - 0,025
43. Beunying Ficus hispada Moraceae 0,023 - - - 0,023
44. Dawolong Acalypha
wilkesiana
Euphorbiaceae - 0,023 - - 0,023
45. Pasang Quercus sp. Fagaceae - 0,006 - - 0,006
46. Semut Hymenoptera - - - 0,002 0,002 47. Kokosan Monyet Antidesma tetrandrum Euphorbiaceae - 0,001 - - 0,001 Total 77,800 21,020 1,181 0,002 100
Keterangan: B= Buah, D= Daun, Bu= Bunga, dan L=Lain-lain
Selain memakan jenis tumbuhan, owa jawa juga memakan serangga. Jenis serangga yang dimakan oleh owa jawa adalah jenis semut yang berasal dari ordo Hymenoptera dengan persentase yang sangat kecil yaitu 0,002% dari total keseluruan komposisi pakan owa jawa. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Kappeler (1984) serta Supriatna dan Wahyono (2000) bahwa owa jawa selain memakan bagian buah, daun dan bunga dari jenis tumbuhan, owa jawa juga memakan serangga. Serangga merupakan salah satu sumber protein yang berguna untuk kebutuhan aktivitas owa jawa (Ario & Masnur 2011). Owa jawa biasanya memakan serangga pada pohon yang banyak terdapat sarang semut, selain itu terkadang owa jawa memakan serangga yang sedang menggigit tubuhnya (Tabel 2).
5.3 Aktivitas Makan Owa Jawa
Total aktivitas makan owa jawa selama penelitian sebesar 24,1% dari total aktivitas hariannya. Aktivitas tertinggi terjadi pada pagi hari yaitu antara pukul
11.00-14.00 sebesar 30,3%. Aktivitas makan terendah terjadi pada pukul kurang dari 09.00 yaitu sebesar 17,8%, kemudian kembali meningkat pada pukul 09.00- 11.00 yaitu sebesar 26,1%, serta menurun kembali pada pukul lebih dari 14.00 yaitu sebesar 25,8%.
Owa jawa lebih banyak memakan buah dari seluruh sembaran temporal aktivitas makannya. Pada pukul kurang dari 09.00 owa jawa memakan jenis pakan bagian buah sebesar 79,70% dan daun 20,30%. Pada pukul 09.00 - 11.00 owa jawa memakan jenis pakan bagian buah sebesar 68,68%, daun 31,31%, dan serangga 0,01%. Pada pukul lebih dari 11.00 - 14.00 memakan jenis pakan bagian buah sebesar 75,70%, daun 21,30%, dan bunga 3,10%. Sedangkan pada pukul lebih dari 14.00 owa jawa memakan jenis buah sebesar 73,80%, daun 23,70%, dan bunga 2,50% (Gambar 8).
Gambar 8 Sebaran temporal berdasarkan bagian jenis pakan yang dimakan owa jawa.
Owa jawa bergerak aktif mencari makanan mulai dari pagi (setelah keluar dari pohon tidur) sampai menjelang tidur. Perilaku owa jawa dalam mencari makanan sangat bervariasi. Owa jawa mempunyai jalur tententu dalam mencari makan. Owa jawa tidak selalu menempuh rute perjalanan yang sama pada satu hari dengan hari lainnya, akan tetapi beberapa hari kemudian owa jawa akan mengulangi rute yang ada.
Cara owa jawa memakan makanan yang tersedia di alam cukup bervariasi. Beberapa cara yang dilakukan owa jawa saat makan antara lain duduk di cabang pohon lalu tangannya mengambil makanannya satu persatu lalu memakannya, satu tangan digunakan untuk menggantung dan tangan yang satu mengambil
0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 <09.00 09.00-11.00 11.00-14.00 >14.00 79,70% 68,68% 75,70% 73,80% 20,30% 31,31% 21,30% 23,70% 3,10% 2,50% 0,01%
makanan, kedua tangannya digunakan untuk menarik pohon yang ada makanannya kemudian mulutnya mengambil makanan, satu tangan dan satu kaki digunakan untuk berpegangan, kaki yang satu lagi digunakan untuk menarik cabang yang ada makanan kemudian mulutnya mengambil makanan (Fithriyani 2011). Selain itu perilaku makan sering kali merupakan selingan dari perilaku bermain atau bergerak (Fleagle 1988 dalam Mahardika 2008).
5.4 Penggunaan Habitat berdasarkan Aktivitas Makan
Dalam kesehariannya, owa jawa mulai beraktivitas sejak matahari terbit sampai matahari terbenam. Aktivitas owa jawa yang teramati selama penelitian adalah makan, bergerak, istirahat, bermain, minum, dan beraktivitas sosial (Ario 2011). Owa jawa mencari makan berupa buah-buahan sebagai makanan utama yaitu sebesar 77,8% dan sisanya dedaunan dari berbagai jenis pohon termasuk daun liana yang banyak dijumpai merambat pada batang pohon, misalnya adalah lolo (Scindapsus marantaefolium) yang sering dijumpai merambat pada pohon rasamala (Altingia excelsa). Selain itu, dijumpai pula owa jawa makan bunga dan serangga.
Owa jawa adalah satwa diurnal yang melakukan aktivitas hidupnya di atas pohon (arboreal). Owa jawa lebih banyak menggunakan tajuk pohon dengan ketinggian antara 10 m sampai 25 m (strata B). Menurut Kappeler (1981) tinggi tajuk dalam wilayah jelajah owa jawa adalah sekitar 30 m (strata A). Owa jawa jarang sekali menggunakan strata tajuk bagian C (5 m sampai 10 m), kecuali bila owa jawa tersebut berada di tempat terbuka (Gambar 9).
Gambar 9 Persentase penggunaan strata tajuk oleh owa jawa. 26% 69% 5% Strata A Strata B Strata C
Owa jawa menggunakan strata tajuk bagian A, strata B, dan strata C dalam aktivitas makan. Kappeler (1981) menyatakan bahwa owa jawa menggunakan tajuk hanya pada strata A, B, dan C. Owa jawa lebih banyak menggunakan aktivitas makannya pada strata B yaitu sebesar 72,1%, strata A sebesar 24%, strata C sebesar 3,7% (Gambar 10). Owa jawa terkadang makan jenis tumbuhan di luar lapisan strata tersebut, yaitu saray (Caryota mitis) sebesar 0,053% dan bingbim (Pinanga coronata) sebesar 0,155%. Tinggi tumbuhan jenis saray dan bingbim yang sering dimakan owa jawa berkisar 2 – 5 meter.
Gambar 10 Penggunaan strata tajuk berdasarkan aktivitas makan.
Pohon yang digunakan untuk aktivitas makan dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu pohon sumber pakan dan pohon tempat makan. Pohon sumber pakan merupakan jenis pohon yang dimanfaatkan beberapa bagiannya sebagai pakan seperti buah, daun, dan bunga. Sedangkan pohon tempat makan merupakan jenis pohon yang digunakan sebagai tempat melakukan aktivitas makan. Pada pohon tempat makan terdapat tumbuhan pakan owa jawa seperti lolo (Scindapsus marantaefolium), ficus, liana, dan epifit.
Pada pemanfaatan pohon sumber pakan dan pohon tempat makan di setiap strata tajuk mempunyai persentase yang berbeda. Pada strata tajuk A sebanyak 19,2% digunakan sebagai tempat makan dan 4,8% digunakan sebagai pohon sumber pakan. Strata tajuk B sebanyak 33,8% digunakan sebagai pohon sumber pakan dan 38,3% digunakan sebagai tempat makan. Sedangkan strata tajuk C seluruhnya digunakan sebagai pohon sumber pakan yaitu sebesar 3,7% (Gambar 11). 24% 72,1% 3,7% Strata A Strata B Strata C
Gambar 11 Penggunaan strata tajuk berdasarkan aktivitas makan pada pohon sumber pakan dan pohon tempat makan.
Ketika mencari makan, owa jawa biasanya melakukan pergerakan dan perpindahan dari pohon yang satu ke pohon yang lain. Owa jawa berpindah dari pohon yang satu ke pohon lain untuk mencari pakan dipengaruhi oleh luas wilayah jelajah yang luas serta kebiasaan owa jawa yang cenderung mengontrol wilayah jelajahnya. Kegiatan mengontrol wilayah jelajahnya dapat terlihat pada saat aktivitas makan. Hal ini terlihat saat owa jawa makan di pohon ki dage (Bruinsmia styracoides). Owa jawa hanya memakan buah matang dalam jumlah yang cukup, kemudian meninggalkan pohon tersebut dan makan pada pohon ki dage lainnya.
Owa jawa bergerak dari tajuk pohon pakan yang satu ke tajuk pohon pakan lainnya dapat menempuh jarak rata-rata 7,24 m/menit. Dari rata-rata pergerakan tersebut, remaja dan dewasa lebih lambat dibandingkan dengan anak owa jawa. Laju pergerakan remaja dan dewasa hanya mencapai 5-6 m/menit sedangkan anak owa jawa dapat mencapai lebih dari 9 m/menit. Hal ini dikarenakan anak owa jawa lebih jarang melakukan aktivitas makan dibandingkan owa jawa dewasa yaitu hanya mencapai 19,8 % dari total aktivitas hariannya. Selain itu, anak owa jawa lebih cepat berpindah dari pohon pakan yang satu ke
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Strata A Strata B Strata C
4,8% 33,8% 3,7% 19,2% 38,3% 0%
pohon pakan lainnya karena ukuran tubuhnya lebih kecil sehingga pergerakannya lebih cepat dan mudah (Gambar 12).
Gambar 12 Laju pergerakan owa jawa dalam mencari makan.
Owa jawa menggunakan 283 pohon dalam aktivitas makan. Dari 283 pohon tersebut, 130 pohon diantaranya merupakan pohon sumber pakan bagi owa jawa, sedangkan 153 pohon merupakan pohon tempat makan. Dari 130 pohon sumber pakan tersebut didominasi oleh tumbuhan jenis ki dage yaitu sebanyak 27, ki mokla sebanyak 17, hamirung sebanyak 12, dan 74 lainnya merupakan pohon pakan lainnya. Sedangkan 153 pohon yang dijadikan sebagai tempat makan merupakan kumpulan dari jenis-jenis pohon yang dililiti atau dirambati jenis tumbuhan yang dijadikan sebagai tumbuhan pakan owa jawa. Dari 153 pohon tersebut 54 diantaranya merupakan jenis liana yang dijadikan sebagai sumber pakan owa jawa yang melilit atau menempel pada beberapa batang pohon, 28 diantaranya merupakan jenis lolo, 24 merupakan jenis Ficus sp., dan 47 sisanya merupakan beberapa jenis tumbuhan pakan yang menempel pada beberpa jenis pohon (Gambar 13). 5,63 5,05 5,97 9,74 9,82 7,24 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 Dewasa Jantan Dewasa Betina Remaja Betina Anak Betina Anak Jantan Rata-rata Jarak (m/menit) Dewasa Jantan Dewasa Betina Remaja Betina Anak Betina Anak Jantan Rata-rata
Gambar 13 Sketsa persebaran pohon pakan owa jawa. 5.5 Pengunaan Tajuk Pohon saat Makan
Tajuk pohon memegang peranan penting dalam kehidupan owa jawa, karena hampir dalam sepanjang hidupnya owa jawa hidup di tajuk pohon. Owa jawa menggunakan tajuk pohon salah satunya adalah untuk aktivitas makan. Dalam pemanfaatan tajuk pohon, owa jawa mempunyai variasi tersendiri saat makan.
Dari hasil pengamatan pada salah satu kelompok owa jawa yang terdiri dari empat individu, variasi makan owa jawa pada satu tajuk pohon adalah sendirian, berdua, bertiga, dan berempat. Dari variasi tersebut owa jawa cenderung makan secara sendirian yaitu sebesar 34,4%, makan secara berduaan sebesar 31,2%, makan bertiga sebesar 30,7%, dan makan secara berkelompok atau berempat yaitu sebesar 3,7% (Gambar 14). Hal ini menunjukkan bahwa walaupun owa jawa hidup berkelompok, akan tetapi dalam penggunaan tajuk pohon saat aktivitas makan tidak selalu bersamaan (secara berkelompok).
-400 -200 0 200 400 600 800 1000 0 500 1000 1500 2000 G ar is tr an se k Y (m e te r )
Garis transek X (meter)
Gambar 14 Kebersamaan owa jawa saat makan dalam satu tajuk pohon. Owa jawa lebih sering terlihat makan sendiri dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang sering ditemui di lapangan adalah ketika berpindah dari pohon yang satu ke pohon yang lain dan menemukan sumber pakan, owa jawa tersebut langsung memakannya tanpa menunggu individu owa jawa yang lainnya. Selain itu, faktor yang lain adalah pada tajuk pohon tidak menyediakan sumber pakan yang banyak. Owa jawa makan sendirian biasanya ditemui pada pohon yang digunakan sebagai tempat makan yaitu ditemui pada pohon yang terdapat jenis tumbuhan lolo, liana, dan epifit. Struktur umur owa jawa yang sering dijumpai sendirian adalah dewasa betina dan remaja betina (Gambar 15). Hal ini disebabkan oleh dewasa betina lebih sering makan serta cenderung menunjukkan wilayah teritorinya (Kappeler 1984) dan sedangkan remaja betina sedang terjadi proses penyapihan dari kelompoknya.
Gambar 15 Persentase variasi makan owa jawa secara sendirian saat aktivitas makan pada satu tajuk pohon.
0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0 40,0
Sendirian Berdua Bertiga Berempat
P e r se n tas e
Variasi makan owa jawa
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Dewasa jantan Dewasa betina Remaja betina Anak betina
P er se n ta se
Owa jawa makan berdua pada satu tajuk pohon memiliki pasangan yang bervariasi. Owa jawa yang lebih sering berada pada satu tajuk pohon saat aktivitas makan dilakukan oleh dewasa betina dan anak betina. Hal ini disebabkan anak owa jawa yang umumnya sering bersama induknya dan belum memiliki wilayah jelajah tersendiri (Kappeler 1984). Sedangkan owa jawa yang jarang berdua dalam satu tajuk pohon saat aktivitas makan adalah dewasa jantan dan remaja betina (Gambar 16). Hal ini disebabkan dewasa jantan lebih jarang makan dan sering banyak menjaga wilayah teritorinya (Kappeler 1984) dan remaja betina sedang terjadi proses penyapihan secara alami sehingga lebih jarang makan bersama.
Gambar 16 Persentase variasi makan owa jawa secara berduaan saat aktivitas makan pada satu tajuk pohon.
Owa jawa makan bertiga dalam satu tajuk lebih sering dilakukan oleh anak betina, dewasa jantan, dan dewasa betina (Gambar 17). Hal ini disebabkan oleh remaja betina jarang makan bersama karena dalam proses penyapihan secara alami. Remaja betina ketika ingin ikut makan bersama dalam satu tajuk pohon sering kali diusir oleh dewasa betina (induk) sehingga remaja betina lebih banyak menunggu di pohon lain di sekitar pohon pakan.
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Dewasa jantan dan dewasa betina Dewasa jantan dan anak betina Dewasa jantan dan remaja betina Dewasa betina dan anak betina Dewasa betina dan remaja betina Remaja betina dan anak betina P e r se n tas e
Gambar 17 Persentase variasi makan owa jawa secara bertiga saat aktivitas makan pada satu tajuk pohon.
Owa jawa jarang terlihat makan secara berkelompok dalam satu tajuk pohon yaitu hanya sebesar 3,7% dari total waktu makannya. Salah satu penyebabnya adalah salah satu individu owa jawa sedang dalam proses penyapihan yaitu remaja betina, sehingga jarang sekali terlihat secara bersamaan. Selain itu, terkadang salah satu anggota dari kelompok tersebut yaitu dewasa jantan sedang mengawasi dari serangan musuh pada saat individu owa jawa yang lain sedang makan.
Setiap individu owa jawa menyukai ruang tajuk pohon yang berbeda serta posisi tubuh yang berbeda saat melakukan aktivitas makan. Posisi tubuh owa jawa pada saat makan dibedakan menjadi dua yaitu duduk dan menggantung. Ketika duduk bagian pantatnya diletakkan pada cabang kemudian kedua atau salah satu tangannya mengambil makanan lalu memakannya. Sedangkan pada saat menggantung salah satu tangannya digunakan untuk berpegangan dan bagiaan tubuhnya tanpa sandarkan, kemudian salah satu tangannya digunakan untuk mengambil makanan kadang juga dibantu oleh kedua atau salah satu kakinya (Fithriyani 2011) (Gambar 18). 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Dewasa jantan, dewasa betina, dan remaja
betina
Dewasa jantan, dewasa betina, dan anak
remaja
Dewasa betina, anak betina, dan remaja
betina
Dewasa jantan, anak betina, dan remaja
betina P e r se n tas e
Foto: Soojung Ham Foto: Soojung Ham
(a) (b)
Gambar 18 Posisi tubuh owa jawa saat makan. Ket: (a) Duduk; (b) Menggantung. Anak Betina
Individu anak betina yang teramati menggunakan 17 jenis pohon pada saat aktivitas makan, baik dimanfaatkan sebagai pohon sumber pakan maupun dimanfaatkan sebagai pohon tempat makan (Gambar 19). Dari 17 jenis tersebut jenis pohon yang dimanfaatkan sebagai pohon sumber pakan lebih besar yaitu sebesar 64,5% jika dibandingkan dengan pohon yang dimanfaatkan sebagai pohon tempat makan yaitu sebesar 35,5%.
Pohon dominan yang dimanfaatkan oleh anak betina owa jawa sebagai pohon sumber pakan adalah pohon hamirung, ki dage, dan ki sereh. Persentase dari masing-masing pohon tersebut dari total pemanfaatan tajuk berdasarkan aktivitas makan anak betina adalah hamirung sebesar 21%, ki dage 19%, dan ki sereh sebesar 9.3%. Jenis-jenis pohon tersebut mendominasi pohon yang dimanfaatkan sebagai sumber pakan dikarenakan pohon tersebut merupakan pohon penyedia buah. Hal ini karena owa jawa merupakan satwa pemakan buah atau frugivora (Kappeler 1984).
Pohon dominan yang dimanfaatkan sebagai pohon tempat makan adalah ki hiur, rasamala, dan ki hujan. Persentase masing-masing pohon tersebut dari total pemanfaatan tajuk berdasarkan aktivitas makan oleh anak betina adalah ki hiur sebesar 13,9%, rasamala sebesar 7,9%, dan ki hujan sebesar 5,9%. Ketiga jenis pohon ini dirambati atau dililiti jenis tumbuhan yang merupakan salah satu pakan preferensi bagi anak betina owa jawa. Jenis tumbuhan yang biasa menempel pada jenis-jenis pohon tersebut adalah Ficus sp., lolo, dan liana. Selain itu strata tajuk
dari ketiga pohon tersebut cukup tinggi, sehingga owa jawa lebih sering berada pada pohon tersebut.
Dari 17 jenis pohon yang dimanfaatkan oleh anak betina saat makan, terdapat tiga jenis pohon yang dimanfaatkan sebagai sumber pakan sekaligus sebagai tempat makan yaitu kimokla, kihiur, dan kilaban. Namun, dari ketiga jenis pohon tersebut pada saat dijadikan sebagai pohon tempat makan, jarang sekali terlihat sekaligus makan dari bagian pohonnya. Dari ketiga pohon tersebut, pohon