• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 Sejarah Kawasan

Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) pertama kali ditetapkan menjadi salah satu taman nasional di Indonesia sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 282/Kpts-II/1992 tanggal 28 Pebruari 1992 dengan luas 40.000 ha di bawah pengelolaan sementara Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) dengan nama Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH). Selanjutnya pada Tanggal 23 Maret 1997 pengelolaan kawasan TNGH resmi dipisah dari TNGP, dikelola langsung oleh Unit Pelaksana Teknis Balai TNGH, Dirjen PHKA, Departeman Kehutanan.

Atas dasar perkembangan kondisi kawasan disekitarnya terutama kawasan hutan lindung Gunung Salak dan Gunung Endut yang terus terdesak akibat berbagai kepentingan masyarakat dan pembangunan, serta adanya desakan dan harapan berbagai pihak untuk melakukan penyelamatan kawasan konservasi Halimun Salak yang lebih luas maka ditetapkanlah SK Menteri Kehutanan No.175/Kpts-II/2003, yang merupakan perubahan fungsi kawasan eks Perum Perhutani atau eks Hutan Lindung dan Hutan Produksi Terbatas disekitar TNGH menjadi satu kesatuan kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Berdasarkan SK tersebut penunjukan luas kawasan TNGHS adalah 113.357 ha dan terletak di Provinsi Jawa Barat dan Banten yang meliputi kabupaten Sukabumi, Bogor dan Lebak. TNGHS merupakan salah satu taman nasional yang memiliki ekosistem hutan hujan tropis pegunungan terluas di Jawa. 4.4 Kondisi Fisik Kawasan

4.2.1 Letak kawasan

Taman Nasional Gunung Halimun Salak secara geografis terletak diantara 106° 13' - 106° 46' BT dan 06° 32' - 06° 55' LS. Secara administratif terletak diantara tiga wilayah kabupaten daerah tingkat II, yaitu kabupaten Lebak, Bogor dan Sukabumi, provinsi Jawa Barat. Kantor balai TNGHS terletak di kecamatan Kabandungan, Sukabumi. Batas-batas wilayah TNGHS berdasarkan administrasi pemerintah adalah :

1. Sebelah utara, dibatasi oleh kecamatan Nanggung, kecamatan Jasinga kabupaten daerah tingkat II Bogor dan kecamatan Cipanas kabupaten daerah tingkat II Lebak.

2. Sebelah barat, dibatasi oleh kecamatan Leuwiliang kabupaten daerah tingkat II Bogor dan kecamatan Kabandungan kabupaten tingkat II Sukabumi.

3. Sebelah selatan, dibatasi oleh kecamatan Cikidang dan kecamatan Cisolok kabupaten daerah tingkat II Sukabumi dan kecamatan Bayah kabupaten daerah tingkat II Lebak.

4. Sebelah timur, dibatasi oleh kecamatan Cibeber kabupaten daerah tingkat II Lebak.

4.2.2 Topografi dan tanah

Kawasan TNGHS memiliki ketinggian tempat berkisar antara 500 - 2000 mdpl. Topografi di kawasan ini pada umumnya bergelombang, berbukit dan bergunung-gunung. Kemiringan lahan berkisar antara 25% - 44%. Beberapa gunung yang terdapat di kawasan ini antara lain Gunung Salak 1 (2211 mdpl), Gunung Salak 2 (2180 mdpl), Gunung Sanggabuana (1920 mdpl), Gunung Halimun Utara (1929 mdpl), Gunung Halimun Selatan (1758 mdpl), Gunung Kendeng (1680 mdpl), Gunung Botol (1850 mdpl), dan Gunung Pangkulahan (1150 mdpl).

Secara geologis kawasan Gunung Halimun terbentuk oleh pegunungan tua yang terbentuk akibat adanya gerakan tektonik yang mendorong ke atas. Sedangkan untuk kawasan pada bagian Gunung Salak merupakan gunung berapi strato tipe A, dimana tercatat terakhir Gunung Salak meletus tahun 1938, memiliki kawah yang masih aktif dan lebih dikenal dengan nama Kawah Ratu.

Berdasarkan Peta Tanah Tinjau Propinsi Jawa Barat skala 1:250.000 dari Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 1966, jenis tanah di kawasan TNGHS terdiri atas asosiasi adosol coklat dan regosol coklat, asosiasi latosol coklat kekuningan, asosiasi latosol coklat kemerahan dengan latosol coklat, asosiasi latosol merah, latosol coklat kemerahan dan literit air tanah, komplek latosol kemerahan dan litosol, asosiasi latosol coklat, dan regosol kelabu.

4.2.3 Iklim

Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, iklim di daerah TNGHS dan sekitarnya tergolong tipe iklim B dengan nilai Q sebesar 24,7%, yaitu tipe iklim tanpa musim kering dan tergolong ke dalam hutan hujan tropika yang selalu hijau. Adapun curah hujan rata-rata 4000 - 6000 mm/tahun, musim hujan terjadi pada bulan Oktober – April dan musim kemarau berlangsung pada bulan Mei – September dengan curah hujan sekitar 200 mm/bulan. Jumlah hari hujan setiap tahunnya rata-rata 203 hari. Suhu rata-rata harian 20 °C – 30 °C dan kondisi angin dipengaruhi oleh angin muson yang berubah arah menurut musim. Di sepanjang musim kemarau angin bertiup dari arah timur laut dengan kecepatan rendah. Kelembaban udara rata-rata sebesar 80%.

4.2.4 Hidrologi

Taman Nasional Gunung Halimun Salak merupakan wilayah tangkapan air yang sangat penting bagi wilayah sekitar kawasan. Dari kawasan TNGHS mengalir beberapa sungai yang berair sepanjang tahun. Di sebelah utara mengalir tiga sungai besar, yaitu sungai Ciberang, Ciujung, dan Cidurian yang mengalir ke arah Jakarta, Serang dan berakhir di Laut Jawa. Di sebelah selatan mengalir sungai Cisukawayana, Cimaja, dan Cibareno yang bermuara di pantai Pelabuhan Ratu serta sungai Citarik di sebelah timur.

4.3 Kondisi Biotik

4.3.1 Flora

Terdapat lebih dari 1000 jenis tumbuhan terdapat di kawasan TNGHS. Berdasarkan ketinggiannya di atas permukaan laut (dpl), ekosistem hutan pegunungan TNGHS dapat diklasifikasikan dalam tiga zona, yaitu zona Colline, pada ketinggian 500 - 1000 mdpl yang didominasi oleh jenis-jenis rasamala (Altingia excelsa), puspa (Schima wallichii), saninten (Castanopsis acuminatissima), dan pasang (Quercus sundaicus); Zona Sub Montana berada pada ketinggian 1000 - 1500 mdpl, didominasi oleh jenis-jenis ganitri (Elaeocarpus ganitrus), ki leho (Saurauia pendula), dan kimerak (Weinmania

blumei). Pada zona Montana yang berada pada ketinggian 1500 - 2211 mdpl, didominasi oleh jenis-jenis jamuju (Dacriocarpus imbricatus), ki putri

(Podocarpus nerifolia), dan ki bima (Podocarpus imbricatus). Selain itu juga tercatat 258 jenis anggrek, 12 jenis bambu, 13 jenis rotan, jenis-jenis tanaman pangan, hias dan tanaman obat seperti Kantung Semar (Nepenthes sp.) dan palahlar (Dipterocarpus hasseltii) yang merupakan jenis tumbuhan unik dan langka yang terdapat di TNGHS. Khusus di sekitar puncak Gunung Salak juga terdapat jenis-jenis tumbuhan kawah dan hutan lumut.

4.3.2 Fauna

Kawasan TNGHS memiliki berbagai tipe ekosistem yang merupakan habitat dari berbagai jenis satwa langka dan dilindungi. Mamalia primata yang terdapat di dalamnya antara lain adalah owa jawa (Hylobates moloch), surili (Presbytis comata), lutung (Trachypithecus auratus), dan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Satwa ungulata yang ada antara lain kijang (Muntiacus muntjak), kancil (Tragulus javanicus) dan babi hutan (Sus scrofa), sedangkan untuk satwa karnivora yang ada antara lain macan tutul (Panthera pardus) dan kucing hutan (Felis bengalensis).

Taman Nasional Gunung Halimun Salak juga merupakan surga bagi berbagai jenis serangga yang unik dan indah seperti kupu-kupu, kumbang, dan burung. Saat ini di TNGHS juga tercatat 244 jenis burung di kawasan ini dan 32 di antaranya adalah endemik pulau Jawa, seperti elang jawa (Spizaetus bartelsi), ciung-mungkal Jawa (Cochoa azurea), celepuk jawa (Otus angelinae), luntur gunung (Harpactes reinwardtii), dan rangkong badak (Bucheros rhinoceros) yang merupakan jenis langka dan terancam punah.

BAB V

Dokumen terkait