• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komposisi Kepemilikan Saham Bank per 31 Desember

Dalam dokumen f358cc0f98c117ea61cb1b8e70cfcd36 (Halaman 54-60)

Nama Jumlah Lembar Saham Jumlah (Rp.Jutaan) %

Tolaram Group, Inc 495.000 495.000 99

Ghansam Jivatram 5.000 5.000 1

Berdasarkan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan mengenai Penerapan Manajemen Risiko maka pengelolaan risiko Bank selama tahun 2016 dilakukan terhadap 8 (delapan) risiko yang meliputi Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas dan Risiko Operasional, Risiko Hukum, Risiko Reputasi, Risiko Strategik dan Risiko Kepatuhan, dengan penjelasan sebagai berikut:

Risiko Kredit

Merupakan risiko yang terjadi akibat adanya kegagalan pihak lawan (counterparty) dalam memenuhi kewajiban yang timbul dari aktivitas bisnis Bank, antara lain mencakup aktivitas: perkreditan, tresuri, dan investasi. Pengelolaan Risiko Kredit senantiasa diusahakan agar dalam melakukan ekspansi kredit Bank mampu mengelola kualitas kredit sejak saat diberikan sampai dengan pelunasannya. Mitigasi counterparty credit risk dilakukan melalui teknik mitigasi sesuai Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 34/SEOJK.03/2016 Tentang Penerapan Manajemen Risiko yaitu dengan pengakuan keberadaan agunan, garansi, penjaminan, atau asuransi kredit dan dilengkapi dengan kebijakan Bank untuk mengelola risiko kredit dari counterparty. Pengelolaan kredit yang berjalan dengan baik serta efektif dapat meminimalkan kerugian dan mengoptimalkan penggunaan modal yang dialokasikan. Dalam rangka menjamin kelancaran aktivitas proses perkreditan maka Bank telah membentuk Komite Kredit yang bertanggung jawab memberikan persetujuan pengajuan kredit.

Tagihan yang telah jatuh tempo merupakan tagihan sesuai dengan perjanjian dimana debitur berkewajiban untuk membayar pokok dan atau bunga, untuk tagihan yang tertunggak pembayarnnya 90 (sembilan puluh) hari diklasifikasikan Kurang Lancar. Apabila berdasarkan evaluasi tagihan tersebut terdapat bukti yang obyektif mengenai penurunan nilai maka Bank akan membentuk Cadangan sesuai dengan kriteria/pedoman yang telah ditentukan.

Bank menilai penurunan nilai aset keuangan pada setiap tanggal pelaporan. Dalam menentukan apakah rugi penurunan nilai harus dicatat dalam laba rugi, manajemen membuat penilaian, apakah terdapat bukti objektif bahwa kerugian telah terjadi. Suatu aset keuangan dinyatakan mengalami penurunan nilai bila ada bukti objektif terjadinya peristiwa yang berdampak pada estimasi arus kas atas aset keuangan. Bukti tersebut meliputi data yang dapat diobservasi yang menunjukkan bahwa telah terjadi peristiwa yang merugikan dalam status pembayaran debitur atau kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan kelalaian pembayaran piutang.

Cadangan Kerugian Penurunan Nilai akan dibentuk untuk mengakui kerugian penurunan nilai yang terjadi dalam portofolio aset keuangan. Manajemen menggunakan perkiraan berdasarkan pengalaman kerugian historis untuk aset dengan karakteristik risiko kredit dan bukti objektif adanya penurunan nilai yang serupa dengan yang ada dalam portofolio pada saat penjadwalan arus kas masa depan.

Manajemen juga membuat penilaian atas metodologi dan asumsi untuk memperkirakan jumlah dan waktu arus kas masa depan yang direview secara berkala untuk mengurangi perbedaan antara estimasi kerugian dan kerugian aktualnya.

Bank melakukan penilaian terhadap penurunan nilai dalam dua cara, yaitu:

a. Individual, dilakukan untuk jumlah aset keuangan yang melebihi ambang batas (threshold) tertentu dan aset keuangan yang memiliki bukti objektif penurunan nilai yang telah teridentifikasi secara terpisah pada tanggal laporan posisi keuangan. Kerugian penurunan nilai adalah selisih antara nilai tercatat dan nilai kini dari estimasi terbaik atas arus kas masa depan dan realisasi agunan pada tingkat suku bunga efektif awal dari aset keuangan tersebut. Estimasi ini dilakukan dengan mempertimbangkan kapasitas utang dan fleksibilitas keuangan debitur, kualitas pendapatan debitur, jumlah dan sumber arus kas, industri di mana debitur beroperasi dan nilai realisasi agunan. Estimasi jumlah dan waktu pemulihan masa depan akan membutuhkan banyak pertimbangan. Jumlah penerimaan tergantung pada kinerja debitur pada masa mendatang dan nilai agunan, keduanya akan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi di masa depan, di samping itu agunan mungkin tidak mudah dijual. Nilai aktual arus kas masa depan dan tanggal penerimaan mungkin berbeda dari estimasi tersebut dan akibatnya kerugian aktual yang terjadi mungkin berbeda dengan yang diakui dalam laporan keuangan.

b. Kolektif, dilakukan untuk jumlah aset keuangan yang tidak melebihi ambang batas (threshold) tertentu, tidak memiliki bukti obyektif penurunan nilai dan aset keuangan yang memiliki bukti obyektif penurunan nilai, namun belum diidentifikasi secara terpisah pada tanggal laporan posisi keuangan. Pembentukan kerugian penurunan nilai dilakukan secara kolektif dengan antara lain memperhitungkan jumlah dan lamanya tunggakan, agunan dan pengalaman kerugian masa lalu. Faktor paling penting dalam pembentukan cadangan adalah probability of default dan loss given default. Kualitas aset keuangan pada masa mendatang dipengaruhi oleh ketidakpastian yang dapat menyebabkan kerugian aktual aset keuangan dapat berbeda secara material dari cadangan kerugian penurunan nilai yang telah dibentuk. Ketidakpastian ini termasuk lingkungan ekonomi, suku bunga dan pengaruhnya terhadap pembelanjaan debitur, tingkat pengangguran dan perilaku pembayaran. Dalam melakukan penilaian secara kolektif, Bank harus menghitung:

Probability of default (”PD”) – model ini menilai probabilitas konsumen gagal melakukan pembayaran kembali secara penuh dan tepat waktu.

Recoverable amount – didasarkan pada identifikasi arus kas masa depan dan estimasi nilai kini dari arus kas tersebut (discounted cash flow).

Loss identification period (”LIP”) – periode waktu antara terjadinya peristiwa yang merugikan dalam kelompok aset keuangan sampai bukti obyektif dapat diidentifikasi atas fasilitas kredit individual. • Loss given default (”LGD”) – Bank mengestimasi kerugian ekonomis yang mungkin akan diderita

Bank apabila terjadi tunggakan fasilitas kredit/ pembiayaan. LGD menggambarkan jumlah utang yang tidak dapat diperoleh kembali dan umumnya ditunjukkan dalam persentase dari exposure at default. Model perhitungan LGD mempertimbangkan jenis peminjam, fasilitas dan mitigasi risiko, misalnya ketersediaan agunan.

Exposure at default (”EAD”) – Bank mengestimasi tingkat utilisasi yang diharapkan dari fasilitas kredit/pembiayaan pada saat terjadi tunggakan.

PD, LGD dan LIP diperoleh dari observasi data fasilitas kredit selama minimal tiga tahun

Selain itu Bank telah memiliki kebijakan dan pedoman tertulis terkait dengan kegiatan perkreditan yang antara lain mengatur prosedur analisa kredit, persetujuan kredit, pencatatan dan pengawasan kredit, dan restrukturisasi kredit. Bank mengukur dan memantau risiko untuk setiap debitur baik secara individual, sektor ekonomi maupun seluruh portofolio kredit dengan menerapkan four - eyes principle secara konsisten.

Pengukuran Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) risiko kredit sudah dilakukan secara penuh menggunakan metode pendekatan standar (Standardized Approach) sesuai dengan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 42/SEOJK.03/2016 tentang Pedoman Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko Untuk Risiko Kredit Dengan Menggunakan Pendekatan Standar. Pada pendekatan standar bobot risiko ditetapkan berdasarkan peringkat debitur atau pihak lawan, sesuai kategori portofolio atau persentase tertentu untuk jenis tagihan tertentu. Portofolio kelompok tagihan dibagi dalam kategori tagihan kepada pemerintah, tagihan kepada entitas sektor publik, tagihan kepada bank, tagihan kepada korporasi dan tagihan yang telah jatuh tempo. Bobot risiko menggunakan ketentuan yang telah ditetapkan oleh regulator. Apabila terdapat tagihan yang telah memiliki peringkat, maka Bank menggunakan lembaga pemeringkat yang diakui oleh regulator sesuai ketentuan lembaga pemeringkat dalam negeri yang diakui, yaitu Pefindo, sedangkan untuk pemeringkat internasional dapat menggunakan S&P, Moody’s dan Fitch.

Dalam rangka mitigasi risiko kredit, salah satu bentuk upaya yang dilakukan Bank adalah dengan meminta nasabah memberikan agunan yang akan digunakan sebagai jaminan atas pelunasan fasilitas kredit yang telah diberikan oleh Bank jika nasabah mengalami kesulitan keuangan yang menyebabkan nasabah tidak dapat melunasi kewajibannya kepada Bank. Bentuk-bentuk jaminan yang dapat diterima sesuai dengan kebijakan kredit Bank meliputi: - deposito berjangka, rekening

dan peralatan berdasarkan penilai independen dan akan dinilai kembali secara berkala setiap dua tahun sekali.

Penilaian risiko kredit sampai dengan akhir tahun 2016 berada peringkat 4 (moderate to high).

Beberapa indikator penting terkait dengan yang mempengaruhi penilaian risiko kredit Bank di tahun 2016 antara lain sebagai berikut:

• NPL (gross) sampai dengan akhir Desember 2016 diatas 5%.

• Total kredit dan aset Bank di tahun 2016 mengalami pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

• Masih adanya sebagian kecil aktiva non produktif (AYDA) yang belum terselesaikan, yaitu aset dari ex. debitur PT. Gucimas Mandiri.

Risiko Pasar

Merupakan risiko kerugian dari portofolio yang dimiliki oleh Bank karena terjadinya pergerakan variabel pasar seperti tingkat suku bunga, nilai tukar, termasuk juga turunan dari kedua risiko tersebut. Sebagai bagian dari pengelolaan risiko pasar yang diterapkan, pengukuran risiko pasar dilakukan dengan menggunakan metode standar dari Otoritas Jasa Keuangan , yang diatur dalam

Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nmor 38 /SEOJK.03/2016 Tentang Pedoman Penggunaan Metode Standar Dalam Perhitungan Kewajban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum Dengan

Mempertimbangkan Risiko Pasar. Risiko Pasar antara lain terdapat pada aktivitas fungsional Bank

seperti kegiatan tresuri dan investasi dalam surat berharga dan pasar uang serta kegiatan pendanaan. Pada bagian lain, dalam usaha untuk memperoleh imbal hasil yang lebih baik maka Surat berharga yang dimiliki Bank tidak semuanya berupa surat berharga milik Pemerintah yang relatif bebas risiko namun juga surat berharga korporasi swasta. Pembelian Obligasi Korporasi senantiasa dipertimbangkan secara matang dengan melihat kondisi perusahaan serta di atas

investment grade.

Pemantauan atas eksposur Bank terhadap risiko pasar dilakukan oleh Asset and Liability Committee (ALCO) yang melakukan pengelolaan Manajemen Aset dan Liabilitas (ALMA). Tujuan pengelolaan risiko pasar adalah untuk mencegah eksposur yang berlebihan yang dapat mempengaruhi pendapatan di luar yang ditetapkan Bank, selain mengelola fluktuasi nilai pasar yang melekat pada instrumen keuangan Bank telah memiliki Pedoman Likuiditas dan Treasury serta petunjuk pelaksanaannya. Bank telah melakukan identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian atas risiko pasar yang melekat pada aktivitas perkreditan, aktivitas treasury dan investasi, dan aktivitas pendanaan.

Risiko pasar dikelola dengan cara:

• Menetapkan kebijakan pengendalian risiko pasar yang disesuaikan dengan misi, strategi bisnis, kecukupan permodalan, sumber daya manusia dan risk appetite Bank.

• Melaksanakan fungsi ALCO (Asset and Liability Committee) untuk membahas kondisi pasar dan menetapkan tindakan yang akan diambil.

• Melakukan pemantauan terhadap semua transaksi dan aktivitas fungsional yang mempunyai eksposur risiko pasar.

• Melakukan monitoring tingkat bunga.

• Melakukan pengawasan terhadap pos-pos aset dan liabilitas sesuai dengan jatuh temponya (repricing date).

• Melakukan penyesuaian tingkat bunga kredit dan dana setelah terjadi perubahan tingkat bunga pasar.

Sensitivitas Suku Bunga

Analisis sensitivitas untuk beberapa faktor pasar menunjukkan bagaimana laba rugi dan ekuitas dapat dipengaruhi oleh perubahan dari beberapa faktor risiko sesuai dengan tabel di bawah ini. Secara umum, sensitivitas diestimasi dengan membandingkan suatu nilai awal ke nilai tertentu setelah perubahan tertentu dari faktor pasar, dengan mengasumsikan seluruh variabel lainnya tetap. Sensitivitas atas laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain merupakan efek atas perubahan estimasi suku bunga atas laba rugi untuk suatu periode, berdasarkan nilai suku bunga mengambang atas aset dan liabilitas yang tidak diperdagangkan yang dimiliki Bank pada tanggal 31 Desember 2016. Analisis sensitivitas atas laba rugi komprehensif lain dihitung dengan menilai kembali perubahan estimasi suku bunga tetap atas aset keuangan yang tersedia untuk dijual pada tanggal 31 Desember 2016. Jumlah sensitivitas atas laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain didasarkan pada asumsi bahwa terdapat perubahan paralel dalam kurva penghasilan.

Kerangka kerja manajemen risiko pasar menetapkan pendekatan keseluruhan Bank terhadap manajemen risiko pasar. Sepadan dengan pengawasan oleh manajemen atas pengelolaan risiko pasar, Bank memiliki kebijakan dan prosedur yang memadai, dan juga pemisahan yang jelas mengenai tugas, wewenang dan tanggung jawab atas manajemen risiko pasar dan proses eskalasi dalam mendukung proses manajemen risiko pasar yang efektif. Bank secara berkala melakukan review terhadap kecukupan kebijakan dan prosedur, dalam rangka memperbarui peraturan atas

risiko pasar merupakan tanggung jawab bersama. Unit bisnis bertanggung jawab untuk secara proaktif mengelola risiko pasar sesuai dengan strategi dan mandat perdagangan yang telah disetujui, Sampai dengan akhir tahun 2016, penilaian risiko pasar Bank tetap pada peringkat 2 (low to moderate). Status Bank yang sebagai Bank Non Devisa, sehingga tidak memiliki portofolio aset trading

maupun transaksi derivatif; menyebabkan Bank tidak terpapar oleh adanya risiko pasar.

Dalam dokumen f358cc0f98c117ea61cb1b8e70cfcd36 (Halaman 54-60)