• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kompromis Medis pada Penderita Penyakit TBC

Dalam dokumen Laporan Isi - Kompromis Medis (No Edit) (Halaman 39-44)

3.4. Kompromis Medis pada Penderita Penyakit Pulmonal 1. Kompromis Medis pada Penderita Penyakit Asma

3.4.2. Kompromis Medis pada Penderita Penyakit TBC

- Penatalaksanaan eksaserbasi akut yang adekuat

- Pemantauan dan pengobatan asma jangka panjang - Latihan fisik atau kebugaran jasmani

-

Hal-hal yang Harus Diperhatikan pada Pasien Asma 1) Posisikan pasien harus tenang dan rileks

2) Mempersiapkan bronkodilator pada penderita asma bronchial 3) Pada asma kardial dihindarkan penambahan vasokonstriktor

Kegawatdaruratan pada Pasien Asma

1) Mempersiapkan IDT (Inhaler Dosis Terukur) aerosol - IDT dikocok, tutup dibuka

- Inhaler dipegang tegak, ekspirasi pelan-pelan

- Inhaler di antara bibir yang rapat, inspirasi pelan-pelan, kanester ditekan tarik napas dalam-dalam

- Tahan napas sampai 10 detik atau hitung 10x 2) Naikkan dosis inhaler 2 kali lipat saat kambuh

Menempatkan pasien dalam posisi senyaman mungkin dengan menegakkan tubuh pasien dengan tangan terlentang.

3.4.2. Kompromis Medis pada Penderita Penyakit TBC

Tuberkulosis adalah penyakit granulomatosa kronis menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberkulosa tipe humanus (jarang tipe M. Bovinus). Penyakit ini biasanya mengenai paru, tetapi mungkin menyerang samua organ atau jaringan di tubuh. Biasanya di bagian tengah granuloma tuberkular mengalami nekrosis perkijuan.

Gambaran Klinis

a. Demam. Menyerupai demam influenza yang kambuhan

b. Batuk/ batuk berdarah. Batuk yang terjadi merupakan suatu respon untuk mengeluarkan bahan-bahan peradangan. Batuk terjadi akibat iritasi pada

40 bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk non-produktif hingga munculnya peradangan yang menjadi batuk produktif dengan sputum. Saat keadaan yang lanjut batuk darah dapat terjadi karena terbentuknya kavitas, kavitas yang terjadi akan merobek pembuluh darah.

c. Sesak napas. Akan ditemukan saat infiltrasi pada setengah dari paru.

d. Nyeri dada. Gejala ini jarang ditemukan tapi dapat terjadi saat infiltrasi telah mencapai pleura dan terjadi pleuritis. Hal ini menyebabkan kedua pleura terjadi gesekan saat mengembang.

e. Malaise. Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise yang ditemukan dapat berupa anoreksia, badan yang makin kurus, sakit kepala, nyeri otot, berkeringat saat malam (Zulkifli amin, 2006).

Pemeriksaan

1. Pemeriksaan Fisis

Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva mata dan kulit yang pucat karena anemia,suhu demam (subfebris), badan kurus atau berat badan menurun.

Pada pemeriksaan fisis pasien sering tidak menunjukan suatu kelainan pun terutama pada kasus – kasus dini atau sudah terinfiltrasi secara asimptotik. Demikian juga bila sarang penyakit terletak di dalam, akan sulit menemukan kelainan pada pemeriksaan fisis, karena hantaran getaran/ suara yang lebih dari 4cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi, perkusi dan auskultasi.

Pada tuberkulosis paru yang lebih lanjut dengan fibrosis yang luas ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal.

2. Pemeriksaan RO

41

Gambar paru-paru normal

Gambar paru-paru terserang TBC, terbentuk sarang akibat proses fibrosis pada paru-paru

 Awal penyakit saat lesi berupa sarang-sarang pneumonia, radiologinya berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas yang tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas disebut TUBERKULOMA.

 Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis. Lama-lama dinding terlihat sklerotik dan terlihat menebal.

 Bila terjadi fibrosis terlihat bayangan yang bergaris-garis  Pada kalsifikasi bayangannyan tampak bercak-bercak padat

 Pada atelektasis (fibrosis yang luas) terjadi penciutan pada sbagian atau satu lobus maupun pada satu bagian paru.

42  Biasanya foto yang digunakan memakai foto lateral, obliq, top lordotik,

tomografi, foto dengan proyeksi densitas keras.

 Gambaran radiologis lain yang menyertai TBC paru adalah penebalan pleura (pleuritis), massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleura/empiema), bayangan hitam radiolusen di pinggir paru/ pleura (pneumotoraks)

3. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kadang – kadang meragukan, hasilnya tidak sensitif dan juga tidak spesifik. Pada saat tuberkulosis baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit mininggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih di bawah normal. Laju endap darah meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap darah mulai turun ke arah normal lagi.

Hasil pemeriksaan darah lain didapatkan juga :

 Anemia ringan dengan gambaran normokrom dan normositer  Gama globulin meningkat

 Kadar natrium darah menurun

Pemeriksaan tersebut di atas nilainya juga tidak spesifik. Sputum

Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman BTA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Di samping itu pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang diberikan. Pemeriksaan ini mudah dan murah sehingga dapat dilaksanakan di lapangan (puskesmas). Tetapi kadang – kadang tidak mudah untuk mendapatkan sputum, terutama pasien yang tidak batuk atau batuk yang non produktif.

Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 mL sputum.

Untuk pewarnaan sediaan dianjurkan memakai cara Tan Thiam Hok yang merupakan modifikasi gabungan cara pulasan Kinoyun dan Gabbet.

43 Cara pemeriksaan sediaan sputum yang dilakukan adalah :

 Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop biasa

 Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop fluoresens (pewarnaan khusus)

 Pemeriksaan dengan biakan (kultur)  Pemeriksaan terhadap resistensi obat Tes Tuberkulin

Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis tuberkulosis terutama pada anak-anak (balita). Biasanya dipakai tes Mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin P.P.D (Purified Protein Derivative) intra kutan berkekuatan 5 T.U. (intermediate strength).

Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang atau pernah mengalami infeksi M. Tuberculosae, M. Bovis, vaksinasi BCG dan Mycobacteria patogen lainnya. Dasar tes tuberkulin ini adalah reaksi alergi tipe lambat.

Setelah 48 – 72 jam tuberkulin disuntikkan akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrat limfosit yakni reaksi persenyawaan antara antibodi seluler dan antigen tuberkulin. Banyak sedikitnya reaksi persenyawaan antibodi selular dan antigen tuberkulin amat dipengaruhi antibodi humoral, makin besar pengaruh antibodi humoral, makin kecil indurasi yang ditimbulkan.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, hasil tes mantoux ini dibagi dalam :

1. Indurasi 0-5 mm (diameternya) : Mantoux negatif = golongan no sensitivy. Disini peran antibodi humoral paling menonjol.

2. Indurasi 6-9 mm : hasil meragukan = golongan low grade sensivity. Disini peran antibodi humoral masih menonjol.

3. Indurasi 10-15 mm : Mantoux positif = golongan normal sensivity. Disini peran kedua antibodi seimbang.

4. Indurasi lebih dari 15 mm : Mantoux positif kuat = golongan hypersensitivity. Disini peran antibodi selular paling menonjol.

44 Manifestasi rongga mulut

a. Lidah:

- Lesi sekunder

- Ulcer TBC berupa fisur yang dalam

- Bentuk: abses granuloma, plak, dan fissure

- Lesi biasanya sakit, kuning keabu-abuan, keras, dan berbatas tegas b. Mukosa mulut:

- Lesi ulseratif, dimulai dengan vesikel transparan/ nodul yang disebabkan nekrosis dengan perkejuan yang pecah jadi ulser

- Tanda spesifik ulser TBC: tidak teratur, kasar, indurasi sering dasar granular kekuningan

- Ulser di sekeliling mukosa mengalami inflamasi dan edema c. Gingiva

- Berasal dari infeksi primer kemudian menjadi lesi granulasi yang banyak - TBC gingivitis biasanya tampak difus, hiperemi, nodular/proliferasi dari

papila mukosa gingival d. Palatum

Penatalaksanaan Di Praktek Kedokteran Gigi

Penatalaksanaan dapat dimanifestasikan sebagai tindakan proteksi dokter gigi terhadap dirinya sendiri dan pasien lain terhadap proses penularan. Proteksi terhadap diri sendiri dengan cara menggunakan handscoon dan menggunakan masker. Untuk memproteksi pasien lain dari penularan bakteri ini, setelah pemakaian alat-alat harus disterilisasi secara sempurna.

3.5. Kompromis Medis pada Penderita Penyakit Kardiovaskular

Dalam dokumen Laporan Isi - Kompromis Medis (No Edit) (Halaman 39-44)

Dokumen terkait