A. Teori dan Konsep
2. Komunikasi Antarpribadi
a. Definisi Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi dengan kenalan, teman, sahabat, pacar, satu lawan satu, disebut komunikasi antarpersonal
(Interpersonal Communication). Komunikasi
Interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, di mana penerima dapat mengirim pesan dengan bahasa secara langsung, dan penerima pesan dapat
menerima dan menanggapi secara langsung pula.7
Menurut Devito dalam buku Riyono Pratikto, komunikasi antarpribadi adalah pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.8
Komunikasi antarpribadi merupakan proses
pengiriman dan penerimaan pesan di antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang, dengan berbagai efek dan umpan balik (feed back).9
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan
7 Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal
(Yogyakarta: Kanisius, 2003), 85.
8
Riyono Pratikto, Berbagai Aspek Ilmu Komunikas, (Bandung: Remadja Karya, 1987), 42.
9 Widjaya, H. AW, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 122.
setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal.10
Dari paparan di atas maka dapat disintesakan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi dengan tatap muka antara seseorang dengan orang lain sehingga mendapat umpan balik secara langsung.
b. Karakteristik Komunikasi Antarpribadi
Karekteristik atau ciri-ciri komunikasi antarpribadi ini sebenarnya dapat diketahui dari pengertiannya yang telah disampaikan sebelumnya sebagai berikut11:
1) Sifatnya dua arah/ timbal-balik (two way traffic
communication). Karena dilakukannya secara
langsung sehingga masalah cepat dapat diatasi dan dipecahkan bersama.
2) Feed back-nya langsung tidak tertunda. Ini karena
berlangsungnya komunikasi tersebut secara
langsung, maka umpan balik atau feed back-nya dapat seketika diketahui.
3) Komunikator dan komunikan dapat berganti fungsi; sekali waktu menjadi komunikator dan sekali waktu pula menjadi komunikan.
4) Dapat dilakukan secara spontanitas; maksudnya tanpa persetujuan terlebih dahulu.
10
Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011), 81.
11 Onong U. Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung: Alumni,
5) Tidak berstruktur; maksudnya masalah yang dibahas tidak mesti terfokus melainkan mungkin hal-hal yang tidak sesuai rencana, juga masuk dalam pembicaraan.
6) Komunikasi ini lebih banyak terjadi antara dua orang, tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi pada sekelompok kecil orang.
Menurut Agus M. Hardjana, ciri-ciri/ karakteristik komunikasi antarpribadi mencakup perilaku verbal dan nonverbal antara lain sebagai berikut:
1) Perilaku spontan (Spontaneus behaviour) adalah perilaku yang dilakukan karena desakan emosi dan tanpa sensor serta revisi secara kognitif. Artinya, perilaku itu terjadi begitu saja. Jika verbal, perilaku spontan bernada asal bunyi. Misalnya, “Aduh” atau “hore”. Perilaku spontan nonverbal, misalnya meletakkan telapak tangan pada dahi waktu kita sadar telah buat keliru atau lupa, melambaikan tangan pada waktu berpapasan dengan teman, atau menggebrak meja dalam diskusi ketika kita tiak setuju atas pendapat orang. 2) Perilaku menurut kebiasaan (script behaviour)
adalah perilaku yang kita pelajari dari kebiasaan kita. Perilaku itu khas, dilakukan pada situasi tertentu, dan dimengerti orang. Misalnya, ucapan “Apa kabar” pada waktu berjumpa dengan teman, atau “selamat malam” pada waktu sebelum tidur, “selamat datang” kepada teman yang datang. Dalam bentuk nonverbal, misalnya “berjabat tangan” dengan teman, atau “mencium tangan” orang tua, “memeluk” kekasih.
3) Perilaku sadar (contrived behaviour) adalah perilaku yang dipilih karena dianggap sesuai dengan situasi yang ada. Perilaku itu dipikirkan dan dirancang sebelumnya, dan diesuaikan dengan orang yang akan dihadapi, urusan yang harus diselesaikan, dan situasi serta kondisi yang ada.12 Sedangkan menurut Herdiyan Maulana dan Gumgum Gumelar, ciri-ciri atau karakteristik komunikasi interpersonal ialah sebagai berikut:
1) Pihak-pihak yang melakukan komunikasi berada dalam jarak yang dekat. Pihak yang dapat dikatakan melakukan komunikasi interpersonal harus tidak berada dalam jarak jauh melainkan saling berdekatan/ face to face. Apabila salah satu
lawan bicara menggunakan media dalam
penyampaian pesan karena perbedaan jarak jauh, itu tidak dapat dikatakan sebagai komunikasi interpersonal.
2) Pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara spontan baik secara verbal
maupun nonverbal. Di dalam komunikasi
interpersonal feedback yang diberikan oleh komunikan biasanya secara spontan, begitu juga dengan tanggapan dari komunikator. Dengan respons yang diberikan secara spontan dapat mengurangi kebohongan salah satu lawan bicara dengan cara melihat gerak-gerik ketika sedang berkomunikasi
3) Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab para peserta komunikasi. Mutual understanding akan diperoleh dalam komunikasi interpersonal ini, apabila di antara kedua belah pihak dapat menjalankan dan menerapkan komunuikasi ini
12 Agus M Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal.
dengan melihat syarat-syarat yang berlaku seperti mengetahui waktu, tempat, dan lawan bicara. 4) Kedekatan hubungan pihak-pihak komunikasi
akan tercermin pada jenis-jenis pesan atau respons nonverbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik yang dekat. Kita dapat membedakan seberapa dekat hubungan seseorang dengan lawan bicaranya, hal ini dapat dilihat dari respons yang diberikan.13
c. Tujuan Komunikasi Antarpribadi
Dalam pelaksanaan komunikasi antarpribadi mempunyai beberapa tujuan. Tujuan-tujuan tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1) Mengenal diri sendiri dan orang lain
Maksudnya dengan membicarakan diri kita sendiri kepada orang lain, maka kita akan mendapat perspektif baru tentang diri kita sendiri dan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita. Dengan komunikasi antarpribadi pula kita dapat belajar tentang bagaimana dan sejauh mana kita harus membuka diri pada orang lain. Dengan komunikasi antarpribadi kita juga akan mengetahui nilai, sikap dan perilaku orang lain dan kita dapat menanggapi dan memprediksi tindakan orang lain.
2) Mengetahui Dunia Luar
Maksudnya dengan komunikasi antarpribadi memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita secara baik.
13 Herdiyan Maulana & Gumgum Gumelar, Psikologi Komunikasi dan
3) Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna
Sebagai makhluk sosial, manusia ingin menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain.
4) Mengubah sikap dan perilaku
Maksudnya dalam komunikasi antarpribadi manusia sering berupaya mengubah sikap dan perilaku orang lain. Menginginkan seseorang memilih suatu cara tertentu, mencoba makanan baru, mendengarkan musik tertentu, membaca buku, dan lain-lain.
5) Bermain dan mencari hiburan
Kadang hal bermain dan mendapat hiburan ini dianggap tidak penting, tetapi sebenarnya komunikasi yang demikian perlu dilakukan karena dapat memberi
suasana baru yang terlepas dari keseriusan,
ketegangan, dan lain-lain.14
Tujuan-tujuan komunikasi antarpribadi ini dapat dilihat sebagai motivasi, memberi perhatian, memberi kesenangan dan bahkan efektif untuk mengubah sikap, tingkah laku, dan pendapat
seseorang yang tidak mampu mengeluarkan
masalahnya di depan umum.
d. Hambatan-Hambatan Komunikasi
Dalam melaksanakan komunikasi akan dibahas, secara umum hambatan itu adalah sebagai berikut.
14 M. Budyatna, Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Prenada Media
1) Gangguan (noice)
Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi, yaitu:15
Gangguan Mekanik (mechanical/ channel
noise). Yang dimaksud dengan gangguan mekanis
adalah gangguan yang disebabkan dengan
komunikasi/ kegaduhan yang mempengaruhi fisik. Seperti suara-suara ganda pada pesawat radio, interaksi dua pemancar radio yang berdempetan gelombangnya. Gambar meliuk-liuk atau diubah-ubah pada layar TV. Huruf-huruf yang tidak jelas pada surat kabar atau halamannya sobek.
Gangguan Semantik (semantic noise). Yang dimaksud dengan gangguan semantik adalah gangguan yang bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Semantik adalah pengetahuan tentang pengertian kata-kata yang sebenarnya atau perubahan pengertian kata-kata. Lambang kata yang sama memiliki arti yang berbeda untuk orang-orang yang berlainan.
Gangguan semantik terjadi dalam salah pengertian karena dalam mengartikan kalimat,
15 Onong U. Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung: Alumni,
kadang-kadang seseorang menggunakan
pemahaman konotatif (pemahaman yang
emosional dan evaluatif) terkait dengan latar belakang dan pengalaman seseorang. Seperti ketika memahami kalimat anjing, oleh orang yang senang anjing maka anjing adalah binatang menggemaskan, lucu, dan baik. Tapi bagi orang yang membencinya maka anjing adalah binatang yang menjijikkan dan najis. Bagi polisi anjing adalah hewan yang mudah dididik untuk membantu, dan lain-lain.
Demikian pula, kadang-kadang seseorang mengartikan kalimat dengan denotatif (definisi yang sesuai dengan perkataan yang lazim dalam kamus secara umum yang diterima oleh orang-orang dengan bahasa dan budaya sama. Seperti mengartikan anjing yang berkaki empat, punya ekor, menggonggong, dan lain-lain. Gangguan semantik juga terjadi karena terlalu cepat mengeluarkan kata-kata. Contoh, mau bilang kedelai, tetapi yang keluar adalah keledai, berpartisipasi yang terucap adalah 'berpartisisapi', dan lain-lain.
Kepentingan (interest). Kepentingan orang lain akan membuat selektif dalam menanggapi/ menghayati suatu pesan. Orang akan hanya
memerhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingan dirinya. Kepentingan bukan
hanya memengaruhi perhatian saja, tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku yang akan menjadi penyebab reaktif
terhadap segala perangsang yang tidak
bersesuaian dan bertentangan dengan
kepentingan. Sebagai contoh, jika seseorang
tersesat di tengah hutan dan sudah lama tidak makan, maka ketika disodorkan sepiring nasi dan sepiring berlian, pastilah ia akan memilih sepiring
nasi karena sesuai dengan kebutuhannya.
Meskipun sepiring berlian jauh lebih mahal dari sepiring nasi.
Motivasi (motivation). Motivasi akan mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Keinginan, kebutuhan, dan kekurangan setiap orang pasti berbeda motivasi, berbeda satu dengan yang lain. Semakin sesuai komunikasi dengan seseorang, semakin besar komunikasi yang dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan, demikian sebaliknya. Contoh: mungkin seorang pegawai seolah-olah menanggapi komunikasi dari atasannya walaupun sesungguhnya ia tidak menyukai komunikasi itu,
tetapi karena ia ingin naik pangkat maka ia akan melakukan apa yang diminta oleh atasannya. Atau hanya untuk menyenangkan hati atasannya saja.
Prasangka (prejudice). Prasangka
merupakan hambatan yang berat bagi kegiatan
komunikasi karena orang yang memiliki
prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan dapat menentang komunikator yang hendak berkomunikasi. Prasangka bukan hanya terjadi pada ras melainkan juga terhadap agama, pendirian politik, kelompok, dan lain-lain. Contoh seorang bekas narapidana meskipun ia sudah bertaubat, namun masih diwaspadai.
2) Hambatan Sosiologis
Seorang sosiolog Jerman yang bernama Ferdinan Tonnies, mengklasifikasikan kehidupan manusia menjadi dua jenis pergaulan yang
dinamakan Gemeinschaft dan Gesselschaft.
Gemeinschaft adalah pergaulan yang bersifat
pribadi, statis dan tidak rasional, seperti dalam kehidupan rumah tangga. Sementara Gesselschaft adalah pergaulan yang tidak pribadi, dinamis, dan rasional, seperti pergaulan dalam masyarakat di kantor/ organisasi, dan lain-lain.
Gemeinschaft saat berkomunikasi dengan
istri dan anak tidak banyak menjumpai hambatan karena sifatnya pribadi sehingga dapat dilakukan dengan santai. Sementara dalam Gesselschaft, seseorang bagaimanapun tingginya kedudukan yang ia jabat, ia akan menjadi bawahan orang lain. Masyarakat terdiri dari berbagai lapisan yang menimbulkan perbedaan dalam status sosial,
agama, ideologi, tingkat pendidikan dan
sebagainya. Yang kesemuanya dapat membantu untuk kelancaran komunikasi.
3) Hambatan Antropologis
Manusia, meski satu sama lain sama jenisnya ditakdirkan berbeda dalam hal lain. Berbeda dalam postur tubuh, warna kulit, budaya, dan lain-lain. Dalam melancarkan komunikasinya seorang komunikator tidak akan berhasil apabila ia tidak mengenal dirinya, kebudayaannya, norma kehidupan, kebiasaan dan bahasanya.
Komunikasi akan berjalan efisien jika ada pesan yang disampaikan komunikator yang diterima oleh komunikan secara tuntas, yaitu diterima dalam pengertian secara indrawi dan pengertian secara rohani. Oleh karena itu,
teknologi tanpa menyesuaikan dengan kebudaya maka tidak akan berfungsi.16
4) Hambatan Psikologis
Faktor psikologis sering kali menjadi hambatan dalam komunikasi. Hal ini disebabkan si komunikator sebelum memulai komunikasinya tidak memahami diri komunikan. Komunikasi sulit untuk berhasil apabila komunikan sedang sedih, ngantuk, bingung, marah, kecewa dan sebagainya.
Demikian pula halnya dengan komunikasi yang bersifat psikologis yang terdapat dalam kemampuan kognitif dan afektif individual dalam menyandi dan mengalih sandi pesan. Karena itu, hambatan komunikasi terdapat secara lebih luas dalam perspektif psikologis.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Antarpribadi
Devito dalam Suranto AW, mengemukakan lima sikap positif yang perlu dipertimbangkan
ketika seseorang merencanakan komunikasi
16 Suryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bandung: Pustaka Setia,
interpersonal. Lima sikap positif tersebut, meliputi17:
a) Keterbukaan (openness)
Keterbukaan ialah sikap untuk dapat menerima masukan dari orang lain, serta berkenan menyampaikan informasi penting kepada orang lain. Hal ini bukan berarti orang harus memberitahu semua riwayat hidupnya, tetapi rela membuka diri ketika orang lain mengiginkan informasi yang diketahuinya. Dengan kata lain keterbukaan ialah kesediaan untuk membuka diri
dalam menginformasikan yang biasanya
disembunyikan, asalkan yang diinformasikan ini tidak bertentangan dengan asas kepatutan. Sikap keterbukaan ini ditandai dengan adanya kejujuran dalam merespon segala stimulus komunikasi.
Tidak menyembunyikan informasi yang
sebenarnya. Keterbukaan menjadi salah satu sikap
yang positif dalam proses komunikasi
interpersonal. Hal ini disebabkan, dengan
keterbukaan, maka komunikasi interpersonal akan berlangsung secara adil, transparan, dua arah, dan
dapat diterima oleh semua pihak yang
berkomunikasi.
17
Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), 82-84.
2) Empati(empathy)
Empati ialah kemampuan seseorang untuk dapat memahami dan merasakan sesuatu yang sedang dialami atau dirasakan oleh orang lain, dan memahami sesuatu persoalan dari sudut pandang orang lain, melalui kacamata orang lain.
Orang yang berempati mampu memahami
perasaan dan sikap orang lain, serta apa yang menjadi keinginan mereka. Sebagai contoh, seorang guru yang memiliki empati, tidak akan semena-mena terhadap siswa yang terlambat datang ke sekolah. Mengapa? karena guru yang berempati dapat berfikir dan bersikap: “seandainya akau jadi dia, rumahku jauh dari sekolah, aku harus naek kendaraan umum yang jadwalnya tidak pasti, tentu aku juga sekali waktu dapat terlambat datang di sekolah”. Dengan demikian sikap empati terhadap orang lain akan menjadi filter bagi kita agar tidak mudah menyalahkan orang lain. Serta dapat memahami esensi bahwa setiap keadaan tidak semata-mata berdasarkan sudut pandang kita sendiri, melainkan juga menggunakan sudut pandang orang lain. Hakikat empati adalah: (a) Usaha masing-masing pihak untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain; (b) dapat memahami pendapat, sikap dan perilaku orang lain.
3) Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif
adalah hubungan dimana terdapat sikap
mendukung (supportiveness). Artinya untuk
mendukung terselenggaranya interaksi secara
terbuka, masing-masing pihak yang
berkomunikasi memiliki komitmen. Oleh sebab itu respon yang relevan merupakan respon yang bersifat spontan dan lugas, bukan respon bertahan. Pemaparan gagasan bersikap deskriptif naratif,
bukan bersifat evaluatif. Sedangkan pola
pengambilan keputusan bersifat akomodatif,
bukan intervensi yang disebabkan rasa percaya diri yang berlebihan.
4) Sikap positif (positiveness)
Sikap positif (positiveness) ditunjukkan dalam bentuk sikap dan perilaku. Dalam bentuk sikap disini maksudnya adalah bahwa dalam komunikasi interpersonal harus memiliki perasaan dan pikiran positif, bukan prasangka dan curiga. Dalam bentuk perilaku, maksudnya ialah tindakan yang dipilih harus relevan dengan tujuan komunikasi interpersonal, seperti melakukan aktivitas untuk terjalinnya kerjasama. Misalnya
memahami pesan komunikasi dengan memberikan
penjelasan yang memadai sesuai dengan
karakteristik komunikan tersebut. Sikap positif dapat ditunjukkan dengan berbagai macam perilaku dan sikap, antara lain:
a) Menghargai orang lain
b) Berpikiran positif terhadap orang lain
c) Tidak menaruh curiga secara
berlebihan
d) Meyakini pentingnya orang lain e) Memberikan pujian dan penghargaan f) Komitmen menjalin kerjasama
5) Kesetaraan (equality)
Kesetaraan (equality) ialah pengakuan bahwa antara komunikator dan komunikan
memiliki kepentingan, sama-sama saling
membutuhkan. Memang secara alamiah ketika dua orang berkomunikasi secara interpersonal, tidak pernah tercapai suatu situasi yang menunjukkan kesetaraan atau kesamaan secara utuh diantara keduanya. Bukan kesetaraan secara gender, usia,
segi material dan sebagainya, melainkan
kesetaraan bisa berupa pengakuan atau kesadaran, serta kerelaan untuk menempatkan diri setara (tidak ada yg superior ataupun inferior) dengan
komunikan. Dengan demikian dapat dikemukakan indikator kesetaraan, meliputi:
a) Menempatkan diri setara dengan
orang lain
b) Menyadari akan adanya kepentingan
yang berbeda
c) Mengakui pentinganya kehadiran
orang lain
d) Tidak memaksakan kehendak
e) Komunikasi dua arah
f) Saling memerlukan
g) Suasana komunikasi: akrab dan
nyaman.
Salah satu tujuan komunikasi antarpribadi adalah mengubah sikap dan perilaku seseorang sebagaimana yang dikehendaki sebagai seorang komunikator, agar isi pesan yang disampaikan dapat dimengerti sehingga jika memiliki kesamaan pemahaman dapat mengubah perilaku komunikan tersebut. Hal ini juga dikemukakan oleh beberapa pendapat para ahli, diantaranya menurut Carl I Hoveland; “Komunikasi adalah proses dimana seorang komunikator menyampaikan peransang untuk merubah tingkah laku orang lain”. 18
18 Onong U Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT
Selain itu menurut Effendy, komunikasi antarpribadi dianggap efektif dalam hal upaya untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang apabila terdapat kesamaan makna mengenai pesan yang disampaikan karena sifatnya dialogis, berlangsung secara tatap muka dan menunjukkan suatu interaksi sehingga terjadi kontak pribadi.